You are on page 1of 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan audit merupakan salah satu produk jasa dari akuntan publik yang
memberikan informasi akurat dan memadai untuk pengambilan keputusan (IAPI,
2011). Para pengguna laporan audit mengharapkan laporan keuangan yang telah
di audit oleh akuntan publik bebas dari salah saji material, dapat dipercaya
kebenarannya sebagai dasar pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Kasus kredit macet yang terjadi di Jambi sebagaimana dilansir oleh
kompas (Selasa, 18 Mei 2010) tidak terlepas dari campur tangan akuntan publik.
Independensi, objektivitas dan salah saji material merupakan etika yang dilanggar
oleh akuntan publik. Begitupula dengan kasus Enron pada tahun 2001. Betapa
pentingnya laporan audit yang berkualitas di mata para penggunanya sebagai
bahan pengambilan keputusan yang tepat, bukan menyesatkan.
Kualitas laporan audit yang dihasilkan akuntan publik harus dilaksanakan
oleh seorang profesional (ahli) di bidang akuntansi dan auditing. IAPI (2011)
sebagaimana tertuang dalam standar professional akuntak publik mengharuskan
seorang auditor terlebih dahulu harus menjalani pendidikan dan pelatihan yang
cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing. Hal ini juga ditegaskan dalam
UU No. 34 tahun 1954, yang di mengatur syarat-syarat kecakapan dan

kewenangan setiap orang yang terjun dalam profesi akuntan publik (Mulyadi,
2002).
Menurut Christiawan (2002) kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu
kompetensi dan independensi. Kompetensi terletak pada bagian dalam setiap
manusia dan selamanya

ada pada kepribadian seseorang yang dapat

memprediksikan tingkah laku dan performansi secara luas pada semua situasi dan
tugas pekerjaan atau jobs task (Spencer sebagaimana dikutip oleh Moeheriono,
2009). Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatas
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki (Mulyadi, 2013). Sementara Messier
dan Quilliam (1992), mengungkapkan dalam risetnya bahwa akuntabilitas yang
dimiliki oleh seorang auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam
pengambilan keputusan hasil pemeriksaan.
Terlepas dari elemen yang telah disebutkan, seorang auditor harus
memperhatikan tentang integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya.
IAPI (2011) menyebutkan bahwa seorang anggota KAP harus mempertahankan
integritas dan objektifitas, harus bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh
membiarkan

salah

saji

material

yang

diketahuinya

atau

mengalihkan

pertimbangan kepada pihak lain. Maka, untuk menjaga integritas dan objektifitas
seorang auditor harus profesional. Seorang yang professional memiliki suatu
keahlian dan mempunyai kualifikasi tertentu serta berpengalaman sesuai dengan
bidang keahliannya (Tjiptohadi, 1996).

Berkaitan dengan tuntutan sikap yang harus dimiliki oleh auditor dalam
menghasilkan audit hasil pemeriksaan yang bekualitas, Mulyadi (2013)
melakukan

penelitian

tentang

pengaruh

pengalaman

kerja, kompetensi,

independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas auditor


terhadap kualitas audit, menunjukkan bahwa pengalaman kerja, kompetensi,
independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas berpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan. Penelitian oleh Sukriah (2009) tentang pengaruh
pengalaman kerja, independensi, obyektif, integritas dan kompetensi terhadap
kualitas hasil pemeriksaan, hasilnya menunjukkan bahwa pengalaman kerja,
indpendensi, objektifitas, integritas, dan kompetensi berkontribusi dalam kualitas
hasil pemeriksaan.
Maka, mendasarkan atas fenomena dan konstruk penelitian Mulyadi
(2012) dan Sukriah (2009) yang memililiki variabel berbeda dalam menentukan
kualitas hasil pemeriksaan oleh auditor. Peneliti berusaha menggabuktan diantara
varibel-varibel tersebut, sehingga menarik judul dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan.
1.2 Motivasi Penelitian
Timbulnya motivasi untuk melakukan penelitian ini berawal dari
berkembangnya peran KAP dalam pengambilan keputusan bisnis, semakin hari
semakin dipertanyakan oleh banyak pengguna jasa tersebut tentang kualitas hasil
pemeriksaannya yang erat kaitannya dengan kode etik keprofesian, diantaranya

kompetensi, independensi, integritas, objektivitas, akuntabilitas, kompleksitas


tugas, profesionalisme, dan pengalaman kerja. Disamping itu, peneliti tertarik
untuk menggabungkan penelitian yang dilakukan Mulyadi (2013) dan Sukriah
(2009) yang juga diteliti oleh banyak peneliti (Christiawan, 2002; Lastanti, 2005;
Herliansyah, 2006; Mardisar, 2007; Alim dkk, 2007; Ardini, 2010; Singgih &
Bawono, 2010; Indrasti, 2011; Taringan; 2011; Setyorini, 2011; Irawati, 2011;
Sari, 2011; Satria, 2012; Firmansyah, 2012; Badjuri, 2012; Kencana, 2013;
Samuel & Afiah, 2013; Septyaningtyas et al, 2013; Agusti & Pertiwi, 2013)
sehingga membuat model baru terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas hasil pemeriksaan.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kompentensi, independensi, integritas, objektivitas, profesionalisme,
akuntabilitas, kompleksitas tugas, dan pengalaman kerja berkontribusi dalam
kualitas hasil pemeriksaan?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah
1. Untuk Mengetahui kompentensi, independensi, integritas, objektivitas,
profesionalisme, akuntabilitas, kompleksitas tugas, dan pengalaman kerja
apakah berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan.
1.5 Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa kontribusi
bagi berbagai pihak, antara lain;
1. Kontribusi Teori

Hasil penelitian tentang komponen yang berkontribusi dalam kualitas hasil


pemeriksaan ini memberikan kontribusi pada teori yaitu :
a. Peneliti berusaha memberikan bukti empiris tentang elemen yang
berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan
sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika
lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.
2. Kontribusi Praktik
a. Hasil penelitian tentang elemen yang berkontribusi dalam kualitas hasil
pemeriksaan diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan
Kantor Akuntan Publik dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas
kerjanya.
b. Hasil penelitian tentang elemen yang berkontribusi dalam kualitas hasil
pemeriksaan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para
auditor sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan hasil auditnya.
3. Kontribusi Kebijakan
Hasil penelitian tentang elemen yang berkontribusi dalam kualitas
hasil pemeriksaan diharapkan dapat digunakan IAPI supaya memberikan
perhatian khusus dalam membuat standar terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit sebagaimana disebutkan dalam penelitian ini.
Hal ini untuk membuktikan bahwa hasil pemeriksaan oleh KAP benar-benar
berkualitas.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
2.1 Review Penelitian Terdahulu
Menurut Elisha Mulyani Singgih dan Icuk Rangga Bawono (2010) dalam
penelitiannya mengatakan bahwa Independensi, pengalaman, due professional care,
dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Sedangkan secara parsial pengalam tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas
audit.

Menurut Ike Sukriah, Akram, dan Biana Adha Inapty (2009), dalam
penelitiannya mengatakan bahwa Pengalaman kerja, Objektivitas, dan kompetensi
berpengaruh positif dan signifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan
independensi dan intigritas tidak mempunyai pengaruh.

Menurut Ahmad Badjuri (2012), dalam penelitiannya menyatakan bahwa


Integritas dan Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Sedangkan pengalaman kerja, independensi dan objektifiktas auditor tidak
berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Berdasarkan

penelitian

terdahulu

yang

diuraikan,

peneliti

akan

mengembangkan penelitian yang sudah ada dengan menggabungkan variabel-variabel


yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan, yaitu dengan menggunakan delapan
varibel, yang terdiri dari kompetensi, independensi, integritas, objektivitas,
akuntabilitas, kompleksitas tugas, profesionalisme, dan pengalaman kerja. Selain itu
yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah 1) menggunakan
delapan variabel yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan; 2) alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan smartPLS karena varibel yang akan
diuji lebih dari empat, yang sebelumnya menggunakan SPSS; 3) objek penelitian ini
berfokus pada KAP yang ada di daerah Jawa Timur dengan menggunakan purposive
sampling, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel acak sederhana.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Kualitas Audit

Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor, dapat menemukan dan


melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien.
Probabilitas penemuan penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal
auditor, seperti pengalaman auditor, pendidikan, profesionalisme dan struktur audit
perusahaan. Sedangkan probabilitas auditor tersebut melaporkan penyelewengan
tersebut tergantung pada independensi auditor.
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang
dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi

ketentuan

atau

standar auditing. Standar auditing mencakup mutu professional (profesional


qualities) auditor independen, pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.
1. Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama.
2. Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi audit,
pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan bukti audit
yang cukup dan kompeten.
3. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai ketidakkonsistensian
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengung-kapan informatif
dalam laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara
keseluruhan.

2.2.2 Kompetensi
Pengertian kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang bekaitan
dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar yang
memiliki hubungan kasual atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan
acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi
tertentu.
Lee dan Stone (1995) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian yang
cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara obyektif.
Pendapat lain adalah dari Dreyfus sebagaimana dikutip oleh Saifudin (2004),
mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seorang yang berperan secara
berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses pembelajaran, dari
pengetahuan sesuatu ke mengetahui bagaimana, seperti misalnya: dari sekedar
pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu kepada suatu pertanyaan

yang

bersifat intuitif. Kompetensi menurut Wibowo (2007) mengemukakan Suatu


kemampuan untuk malaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang
dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang
dituntut oleh pekerjaan itu tersebut.
Sedangkan Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa
seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan
pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dansangat jarang atau tidakpernahmembuat
kesalahan. Websters Ninth New Collegiate Dictionary (1983) sebagaimana dikutip

oleh Lastanti (2005) mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli.
Ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau
pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan
pengalaman. Adapun Bedard (1986) sebagaimana dikutip oleh Lastanti (2005)
mengartikan keahlianatau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalampengalaman audit.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah
auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat
melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.
2.2.3 Independensi
Kata independensi merupakan terjemahan dari kataindependence yang
berasal dari Bahasa Inggris. Dalam kamus Oxfor Advanced Learners Dictionary of
Current English terdapat entri kata independence yang artinya dalam keadaan
independen. Adapun entri kata independent bermakna tidak tergantung atau
dikendalikan oleh (orang lain atau benda); tidak mendasarkan diri pada orang lain;
bertindak atau berfikir sesuai dengan kehendak hati; bebas dari pengendalian orang
lain (Hornby, 1987).
Makna independensi dalam pengertian umum ini tidak jauh berbeda dengan
makna

independensi

yang

dipergunakan

secara

khusus

dalam

literatur

pengauditan.Independensi secara esensial merupakan sikap pikiran seseorang yang


dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektivitas tugas profesionalnya. Hal ini
senada dengan America Institute of Certified public Accountant (AICPA) Meutia

10

(2004) menyatakan bahwa independensi adalah suatu kemampuan untuk bertindak


berdasarkan integritas dan objektivitas. Meskipun integritas dan obyektivitas
dapat

diukur

tidak

dengan pasti, tetapi keduanya merupakan hal yang mendasar bagi

profesi akuntan publik. Integritas merupakan prinsip moral yang tidak memihak,
jujur, memandang dan mengemukakan fakta seperti apa adanya.
Seorang akuntan publik dalam melaksanakan proses audit, akan memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien.
Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
yang diperiksa, auditor harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para
pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.
Mautz (1974) sebagimana dikutip oleh Supriyono (1988) mengutip pendapat
Carman mengenai pentingnya independensi sebagai berikut: Jika manfaat seorang
sebagai auditor rusak oleh perasaan pada sebagian pihak ketiga yang meragukan
independensinya, dia bertanggung jawab tidak hanya mempertahankan independensi
dalam kenyataan tetapi juga menghindari penampilan yang memungkinkan dia
kehilangan independensinya.
Agoes (2004) mengklasifikasikan aspek independensi seorang auditor menjadi 3
aspek: (1) Independensi senyatanya (independent in fact), yaitu suatu keadaan di mana
auditor memiliki kejujuran yang tinggi dan melakukan audit secara obyektif. (2)
Independensi dalam penampilan (independent in appeareance), yaitu pandangan pihakluar
terhadap diriauditor sehubungandennganpelaksanaanaudit. (3) Independensi dari sudut

11

keahlian atau kompetensi (independent in competence), hal ini berhubungan erat dengan
kompetensi atau kemampuam auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Menurut Taylor (1997) sebagaimana dikutip oleh Susiana & Arleen (2007) ada
dua aspek independensi yaitu independensi sikap mental dan independensi
penampilan, penelitian ini menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas
laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan
klien kepada auditor, jika KAP menerima fee audit yang tinggi maka KAP akan
menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini bersih.
Berdasarkan pembahasan mengenai pentingnya independensi akuntan publik
tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Independensi merupakan syarat
penting bagian uditor dalam melaksanakan prosedur audit yang bertujuan untuk menilai
kewajaran laporan keuangan; 2) Akuntan publik dipercaya oleh pemakai laporan keuangan
sebagai pihak independen untuk memberikan jaminan memadai mengenai asersi
manajemen; dan 3) Independensi merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
2.2.4 Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani,
bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu
diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005).
2.2.5 Objektivitas

12

Pusdiklatwas BPKP (2005) menyatakan obyektifitas sebagai bebasnya


seseorang

dari

pandangan

subyektif

pihak-pihak

lain

yang

pengaruh

berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya.


Unsur perilaku yang dapat menunjang obyektifitas antara lain (1) dapat diandalkan
dan dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan
atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang
diperiksa, (3) Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan
orang lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan yang resmi, serta
(5) dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang
logis.

2.2.6 Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability
yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau
keadaan untuk diminta pertanggunganjawab. Tetclock (1984) dikutip oleh Mardisar
dan Sari (2007) mendifinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi
yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan
keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Dalam sektor publik, akuntabilitas
dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang

13

telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang


dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003).
Meissier dan Quilliam (1992) meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap proses
kognitif seseorang dalam bekerja. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa subjek
dengan akuntabilitas tinggi melakukan proses kognitif yang lebih lengkap. Sejalan
dengan

penelitian Meissier dan Quilliam (1992); Teclock dan Kim (1987) juga

meneliti

pengaruh akuntabilitas

terhadap proses kognitif seseorang. Hasil

penelitiannya membuktikan bahwa subjek yang diberikan instruksi diawal


(postexposure accountability) bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan,
melakuka pnroses kognitif yang lebih lengkap, memberikan respon yang lebih tepat
dan melaporkan keputusan yang lebih realistis.
Cloyd (1997) meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja
auditor.

Hasil

penelitian

Cloyd

(1997)

membuktikan

akuntabilitas

dapat

meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki
tinggi. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa kompleksitas
pekerjaan yang dihadapi tinggi. Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan
dan Alison (1999) dengan menilai kualitas hasil kerja berdasarkan kompleksitas
kerja yang dihadapi. Hasil penelitian Tan dan Alison (1999) ini tidak konsisten
dengan Cloyd (1997). Tan dan Alison (1999) membuktikan bahwa akuntabilitas
(secara langsung) tidak mempengaruhi kualitas hasil kerja baik untuk pekerjaan
dengan kompleksitas kerja rendah, menengah ataupun tinggi.

14

Sementara Tetclock (1984) sebagaimana dikutip oleh Mardisar dan Sari


(2007) mendefinisikanakuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang
membuat sesorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan
keputusan yang diambil kepada lingkungannnya. Pengaruh akuntabilitas terhadap
kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian membuktikan akuntabilitas dapat
meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuanaudit yangdimiliki
tinggi.Asumsi yangdigunakandalampenelitian ini adalah bahwa kompleksitas
pekerjaan yang dihadapi tinggi.
Seorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi
bahwa

pekerjaan

mereka

akan

diperiksa

oleh

supervisor/manajer/pimpinan

dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah (Mardisar dan


Sari, 2007). Seseorang dalam standar umum dikatakan auditor independen harus
melaksanakan tugasnya dengan cermat dan seksama. Kecermatandan keseksamaan
menekankan tanggung jawab setiap petugas audit yang bekerja pada suatu kantor
akuntan publik. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan
auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya itu. Jadi kecermatan dan
keseksamaan

merupakan

tanggungjawab

setiap

auditor.

Akuntabilitas

(tanggungjawab) yang harus dimiliki auditor, yaitu: Tanggungjawab Kepada Klien


dan Tanggungjawab Rekan Seprofesi.
2.2.7 Kompleksitas Tugas
Akuntan selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak,
berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas dapat

15

didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986). Kompleksitas tugas
merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit (Sanusi dan
Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan
kompleksitas yang tinggi dan sulit, sementara yang lain memprespsikannya sebagai
tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt, 1982). Kompleksitas tugas menurut Wood
(1988) dikutip oleh Sanusi dan Iskandar (2007) mendefinisikan sebagai fungsi dari
tiga dimensi dari tugas itu sendiri:
a. Sejumlah

perbedaan

komponen

dan informasi penting yang digunakan

untuk menyelesaikan tugas.


b. Komplikasi pada pola hubungan antara informasi, tindakan, dan produk.
c. Stabilitas pola hubungan di atas dari waktu ke waktu.
Bonner (1994) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar
mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu
dilakukan:
1. Kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang
auditor.
2. Sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah
dikondisikan

sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada

kompleksitas tugas audit.


3. Pemahaman terhadap kompleksitas dari
4. Sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan mene- mukan
solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit.
2.2.8 Profesionalisme

16

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai satu-satunya wadah bagi para akuntan
profesional
Publik

Indonesia

menerbitkan buku berjudul Standar Profesional Akuntan

(SPAP) dimana didalam buku tersebut tercantum enam tipe standar

profesional yang mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik, yaitu:
(a) standar auditing, (b) standar atestasi, (c) standar jasa akuntansi dan review, (d)
standar jasa konsultasi, (e) standar pengendalian mutu, (f) aturan etika kompartemen
akuntan publik. Adanya standar profesional tersebut akan mengikat auditor
profesional untuk menurut pada ketentuan profesi dan memberikan acuan dalam
melaksanakan pekerjaannya dari awal sampai akhir.

2.2.9 Pengalaman Kerja


Marinus et al, dkk. (1997) dalam Herliansyah dkk. (2006)

menyatakan

bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah
digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari (2005) dalam Asih
(2006) memberikan

kesimpulan

bahwa seorang karyawan

yang memiliki

pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan; dan 3) mencari
penyebab munculnya kesalahan.

17

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kualitas audit merupakan sebuah tuntutan tugas audit dengan cara
memenuhi standar pekerjaan lapangan yaitu memperoleh bukti audit kompeten
yang cukup melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan (Ikhsan, 2011).
Mulyadi (2012) menguji enam item faktor yang mempengaruhi kualitas
audit, yaitu pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas,
profesionalisme dan kompleksitas tugas audito yang hasilnya menunjukkan
bahwa variabel-varibel tersebut mempengaruhi kualitas audit. Selanjutnya

18

penelitian Mulyadi (2012) ini dijadikan acuan oleh peneliti dan memadukan
dengan penelitian (Sukriah, Akram dan Inapty, 2009) menyatakan bahwa
pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas
hasil pemeriksaan. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman kerja,
semakin obyektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat
kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik
kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya.
Kompetensi merupakan keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat
digunakan untuk melakukan audit secara objektif (Lee dan Stone, 1995). Dreyfus
dan Dreyfus (1986) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seseorang yang
berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses
pembelajaran, dari mengetahui sesuatu ke mengetahui bagaimana. Seperti
misalnya dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu kepada
suatu pernyataan yang bersifat intuitif.
Independensi Independensi merupakan sikap mental yang diharapkan dari
seorang akuntan publik untuk tidak mudah dipengaruhi dalam melaksanakan
tugasnya. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun.
Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan
pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002).
Obyektifitas didefinisikan oleh Pusdiklatwas BPKP (2005) sebagai
bebasnya seseorang dari pandangan subyektif pihak-pihak lain yang pengaruh

19

berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya.


Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani,
bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu
diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005).
Akuntabilitas adalah bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang
berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil
kepada lingkungannya (Tetclock, 1984).
Profesionalisme merupakan sikap bertanggungjawab terhadap apa yang
telah ditugaskan kepadanya. Sikap profesionalisme akan mengambil keputusan
berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya yaitu berdasarkan yang petama
pengabdian pada profesi, auditor yang mengabdi kepada profesinya akan
melakukan totalitas kerja dimana dengan totalitas ini dia akan lebih hati-hati dan
bijaksana dalam melakukan audit sehingga dapat menhasilkan audit yang
berkualitas.
Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu
sendiri (Wood, 1986). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak
terstruktur, membingungkan dan sulit (Sanusi dan Iskandar, 2007). Beberapa
tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang tinggi dan

20

sulit, sementara yang lain memprespsikannya sebagai tugas yang mudah


(Jiambalvo dan Pratt, 1982).
Pengalaman kerja dapat diukur dengan rentang waktu yang telah
digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (Marinus

dkk, 1997).

Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin


banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan
perusahaan

yang

diaudit

sehingga

akan

menambah

dan

memperluas

pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002)


Berdasarkan pada kajian teori dan penelitian sebelumnya, maka kerangka
konsep dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1
Model Kerangka Konsep

Kompetensi
Independensi
Integritas
Objektivitas
Akuntabilitas
Kompleksitas Tugas
Profesionalisme
21
Pengalaman Kerja

Kualitas
Audit

3.2 Pengembangan Hipotesis


Studi ini dalam proses penelitiannya mengalami pengembangan hipotesis.
Hipotesis dikembangkan melalui proses berpikir peneliti yang berdasar pada teori,
riset terdahulu dan pola pikir logis. Berikut pengembangan hipotesis dalam penelitian
ini.
3.2.1 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan
H1: Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan
Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan dan
kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang
diaudit, kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim
serta kemampuan dalam menganalisis suatu permasalahan. Christiawan (2002) dan
Alim dkk. (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kompetensi

auditor

akan

semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Penelitian lainnya yang menunjukkan


hasil yang sama bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil
pemeriksaan (Ardini (2010); Badjuri, 2012; Firmansyah, 2012; Mulyadi, 2012).
3.2.2

Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

22

H2: Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan


Penelitian Alim dkk (2007) dan Cristiawan (2002) menemukan bahwa
independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Singgih dan Bawono
(2010); Ardini (2010); Irawati (2011); Agusti dan Pertiwi (2013) menemukan hal
yang sama bahwa kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh independensi.
Sementara Mulyadi (2012) yang meneliti tentang pengaruh pengalaman kerja,
kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas
auditor terhadap kualitas audit menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif
terhadap kualitas audit.

3.2.3 Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan


H3: Integritas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan
Kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dan
hasil penelitiannya menemukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas
audit (Alim dkk, 2007). Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus
senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan
pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Dengan integritas yang tinggi, maka
auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP,
2005). Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian lainnya (Taringan, 2011; Sari,
2011; Kencana, 2013) yang menyatakan bahwa integritas berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

23

3.2.4 Pengaruh Objektivitas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan


H4: Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan
Standar umum dalam Standar Audit menyatakan bahwa dengan prinsip
obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak
mengkompromikan kualitas. Semakin tinggi tingkat obyektifitas auditor maka
semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Penelitian Sukriah et el., (2009) tentang
pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi
terhadap kualitas hasil pemeriksaan menemukan bahwa objektivitas berpengaruh
positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil tersebut dikuatkan penelitian
lainnya menunjukkan bahwa objektifivitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil
pemeriksaan (Taringan, 2011; Sari 2011; Kencana 2013; Samuel dan Afiah, 2013).
3.2.5 Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan
H5: Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan
Penelitian Mardisar (2007) dan Ardini (2010) tentang kualitas hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas
hasil pemeriksaan. Singgih dan Bawono (2010) yang menguji pengaruh
independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas
audit menunjukkan bahwa secara simultan akuntabilitas berpengaruh positif terhadap
kualitas audit. Hal tersebut juga dikuatkan dengan hasil penelitian Mulyadi (2012)
meneliti enam item faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan,
bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
3.2.6 Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

24

H6: Kompleksitas tugas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan


Setyorini (2007) dan Indrastri (2011) meneliti tentang kualitas audit
menyatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh postif terhadap kualitas hasil
audit. Hal yang sama menurut Mulyadi (2012) juga meneliti tentang pengaruh
pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan
kompleksitas tugas auditor terhadap kualitas audit menunjukkan bahwa kompleksitas
tugas auditor berpengaruh dan signifikan terhadap kualitas audit. Fakta ditunjukkan
oleh Widiarta (2013) bahwa kompleksitas tugas berpengaruh positif terhadap kualitas
hasil pemeriksaan.

3.2.7 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan


H7:

Profesionalisme

tugas

berpengaruh

positif

terhadap

kualitas

hasil

pemeriksaan
Hasil penelitian oleh Singgih dan Bawono (2010) tentang kualitas hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap
kualitas hasil pemeriksaan. Mulyadi (2012) yang meneliti tengtang pengaruh
pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan
kompleksitas tugas auditor terhadap kualitas audit menemukan hasil yang sama
bahwa profesionalime berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Selanjutnya Agusti dan Pertiwi (2013) meneliti tentang pengaruh kompetensi,
independensi, dan profesionalisme terhadap kualitas hasil menyatakan bahwa

25

profesionalime berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian


lain yang menunjukkan bahwa bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap
kualitas hasil pemeriksaan (Wulandari, 2010; Satria, 2012; Septyaningtyas, Rifa, dan
Herawati, 2013).
3.2.8 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan
H8: Pengalaman Kerja berpengaruh positif kualitas hasil pemeriksaan
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa
auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang
ditekuninya, serta

dituntut

untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman

dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dan Beasley, 2008). Pengalaman
akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang
dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang iaudit sehingga
akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing
(Christiawan, 2002).
Penelitian Setyorini (2007) menunjukkan bahwa pengalaman kerja memiliki
pengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sukriah et el., (2009) meneliti
tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan
kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pengalaman
kerja bepengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian lain oleh
Singgih dan Bawono (2010) dan juga diteliti oleh Mulyadi (2010) hasilnya
menyatakan bahwa kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh pengalaman kerja
secara positif.

26

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berdomisi di Jawa Timur. Berdasarkan Institut Akuntan Publik Indonesia jumlah KAP
yang terdaftar di daerah Jawa Timur sebanyak 54 KAP, terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu Surabaya sebanyak 45 KAP dan Malang sebanyak 9 KAP. Alasan memilih KAP
di Daerah Jawa Timur sebagai objek penelitian; 1) Jawa Timur sebagai salah satu
daerah ekonomi terbesar di Indonesia dengan jumlah KAP yang besar; 2) KAP di
Jawa Timur banyak yang menjadi anggota dari Big Four di Indonesia.

27

Penentuan sampel penelitian menggunakan purposive sampling. Alasan


melakukan purposive sampling adalah 1) untuk memperoleh hasil kualitas yang
terbaik, karena tidak sekedar KAP yang menjadi objek penelitian; 2) peneliti dapat
menentukan kreteria sampel yang akan menjadi objek penelitian (KAP) untuk
memperoleh hasil yang berkualitas; dan 3) keterbatasan waktu dan biaya penelitian
yang cukup besar, jika peneliti harus mengambil seluruh KAP yang ada di Jawa
Timur. Adapun kreteria yang dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut;
1. KAP yang memiliki karyawan minimal 10 orang;
2. KAP yang berdiri diatas 10 tahun; dan
4.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner, disebut dengan data primer. Auditor yang menjadi sampel, akan dikirimi
kuesioner yang berisi kumpulan pertanyaan tentang kompetensi, independensi,
integritas,

objektivitas,

akuntabilitas,

kompleksitas

tugas,

profesionalisme,

pengalaman kerja dan kualitas audit. Peneliti akan mendatangi langsung KAP yang
menjadi sampel penelitian untuk menyebarkan kousioner penelitian agar memberikan
kesan positif terhadap responden bahwa peneliti serius dalam melakukan penelitian
tersebut. Disamping itu memberikan kepastian kepada peneliti bahwa KAP yang
menjadi sampel penelitian antusias kerhadap penelitian yang kita lakukan atau tidak.
Selanjutkanya peneliti memberikan rentan waktu kurang lebih 1 minggu untuk
melakukan pengisian kuisioner oleh responden.
4.3 Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

28

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompetensi, independensi,


integritas,

objektivitas,

akuntabilitas,

kompleksitas

tugas,

profesionalisme,

pengalaman kerja dan kualitas audit. Pengukuran indikator tiap-tiap variabel


menggunakan skala likert enam poin mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS) (1), Tidak
Setuju (TS) (2), Agak Tidak Setuju (ATS) (3), Agak Setuju (AS) (4), Setuju (S) (5),
dan Sangat Setuju Sekali (SSS) (5). Alasan menggunakan skala likert enam poin
dengan menghilangkan poin Netral adalah berkaitan dengan perilaku orang
Indonesia yang memiliki potensi besar untuk menjawab netral.
Berikut operasional tiap-tiap variabel dalam penelitian ini:
1. Independensi (X1)
Independensi adalah adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi,
1998). Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur variable Independensi
adalah:
a. Lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien
b. Ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
2. Kompetensi (X2)
Kompetensi adalah Suatu kemampuan untuk malaksanakan atau
melakukan suatu

pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan

pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan itu
tersebut. Indikator yang digunakan untuk mengukur variable kompetensi
(Mulyadi, 2012) adalah:

29

a. Mutu personal
b. Pengetahuan umum
c. Pengetahuan khusus
3. Integritas (X3)
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Ada empat
indikator yang diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar
bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005) yang terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.

Auditor untuk bersikap jujur dan transparan.


Auditor untuk bersikap berani.
Auditor untuk bijaksana, dan
Auditor untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan audit.

4. Objektivitas (X4)
Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan obyektifitas sebagai bebasnya
seseorang

dari

pengaruh

pandangan

subyektif

pihak-pihak

lain

yang

berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya.


Menurut Sukriah (2009) unsur perilaku yang menjadi indikator obyektifitas antara
lain;
a. Dapat diandalkan dan dipercaya.
b. Tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau pekerjaanpekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang diperiksa.
c. Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain.
d. Dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi.
e. Dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran
yang logis.

30

5. Akuntabilitas (X5)
Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban berupa laporan akuntabilitas
kinerja secara periodik. Indikator yang digunakan untuk mengukur variable
akuntabilitas (Mulyadi, 2012) adalah:
a. Motifasi
b. Kewajiban sosial
6. Kompleksitas Tugas (X6)
Kompleksitas Tugas adalah tugas yang kompleks, terdiriatas bagianbagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Indikator
yang digunakan untuk mengukur variable kompleksitas (Mulyadi, 2012) adalah:
a. Pengujian Pengendalian dan Pengujian substantif
b. Pemeriksaan kesalahan dalam tugas audit
7. Profesionalime (X7)
Profesionalisme adalah jika seseorang memenuhi tiga kriteria, yaitu
mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya,
melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di
bidang profesi
mematuhi

etika

yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan


profesi

yang

telah

ditetapkan.

Indikator

yang

digunakanuntukmengukurvariable profesionalisme (Mulyadi, 2012) adalah:

31

a. Pengabdian pada profesi.


b. Kemandirian.
c. Hubungan dengan sesama profesi.
8. Pengalaman Kerja (X8)
Pengalaman kerja adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit
yang dilihat dari segi lainnya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas
pemeriksaan yang telah dilakukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur
pengalaman kerja dalam penelitian ini adalah:
a. Lamanya bekerja sebagai auditor.
b. Banyaknya tugas pemeriksaan.
9. Kualitas Audit (Y)
Kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor akan baikdan benar
menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalamlaporan
materi keuangan klien (DeAngelo, 1981). Audit kualitas telah didefinisikan
dalam berbagai cara. Indikator yang digunakanuntukmengukurvariable kualitas
audit adalah:
a. Besarnya imbalalan atau kompensasi yang diterima.
b. Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan tugas audit.
c. Kehati-hatian dalam mengaudit.
4.4 Metode Statistik
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan
dalam studi ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan bantuan program
SmartPLS ver. 2.0 M3. Alasan penggunaan PLS adalah (1) PLS dapat dijalankan
pada sampel dengan jumlah kecil, tidak mensyaratkan data berdistribusi normal, dan

32

dapat menguji model penelitian dengan dasar teori lemah (Hartono dan Abdillah,
2009), (2) PLS dapat menggabungkan metode regresi dan analisis factor dalam satu
teknik statistika (Thompson, Higgins, dan Howel, 1991). Hartono dan Abdillah
(2009) menjelaskan tahapan dalam menjalankan PLS adalah sebagai berikut:
1. Menggambar diagram jalur.
2. Menentukan banyak block (variable laten) yang dibangun dengan indikator
pada tiap variable laten.
3. Melakukan estimasi tiap variable laten sebagai total bobot indikator.
4. Memperbaharui inner relations selanjutnya memperbaharui

outer

relations.
5. Melakukan estimasi regresi sederhana tiap indikator terhadap proksi variable
laten dan regresi berganda proksi variabel laten terhadap seluruh indikatornya.
6. Melakukan estimasi case values untuk tiap observasi dengan menggunakan
bobot
4.4.1

formatif

atau

proporsional

bobot

terhadap

loading

dengan

mempertimbangkan kendala varian (F) =1.


Model Spesifikasi
Model spesifikasi dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu: outer

model, inner model, dan weight relation. Outer model menunjukkan hubungan antara
konstruk dengan indikator, inner model menunjukkan hubungan antar konstruk, dan
weight relation menunjukkan hubungan nilai varian antar indikator dengan konstruk
sehingga diasumsikan memiliki nilai rata-rata sama dengan nol dan varian sama
dengan satu untuk menghilangkan konstanta dalam persamaan kausalitas.
4.4.2

Outer Model
Outer modelmenggambarkan bagaimana hubungan antara indikator dengan

konstruknya. Berdasarkan konstruksi diagram jalur, persamaan dari outer model


dalam studi ini adalah sebagai berikut:

33

Tabel 4.1
Outer Model
Jenis Variabel

Konstruk

Variabel Laten Eksogen

Independensi

Variabel Laten Eksogen

Kompetensi

Variabel Laten Eksogen

Integritas

Variabel Laten Eksogen

Objektivitas

Variabel Laten Eksogen

Akuntabilitas

Variabel Laten Eksogen

Kompleksitas Tugas

Variabel Laten Eksogen

Profesionalisme

Variabel Laten Endogen

Kualitas Audit

Persamaan Outer Model


X1 = x1 1 + e1
X2 = x2 1 + e2
X3 = x3 2 + e3
X4 = x4 2 + e4
X5 = x5 2 + e5
X6 = x6 3 + e6
X7 = x7 3 + e7
X8 = x8 3 + e8
X9 = x9 3 + e9
X10 = x10 5 + e10
X11 = x11 5 + e11
X12 = x12 5 + e12
X13 = x13 5 + e13
X14 = x14 5 + e14
X15 = x15 6 + e15
X16 = x16 6 + e16
X17 = x17 7 + e17
X18 = x18 7 + e18
X19 = x19 8 + e19
X20 = x20 8 + e20
X16 = x21 8 + e21
Y1 = y11 + 1
Y2 = y2 1 + 2

Keterangan:
Yi = Indikator dalam suatu variabel laten endogen ke i
Xi = Indikator dalam suatu variabel laten eksogen ke i
= Variabel laten endogen
= Variabel laten eksogen
e = Tingkat kesalahan pengukuran variabel eksogen
= Tingkat kesalahan pengukuran variabel endogen
= Faktor loading pada setiap indikator
4.4.3 Inner Model
Inner model menggambarkan hubungan antar konstruk. Persamaan dari inner
model dalam studi ini adalah:
1 = X1 1 + X2 2 + X3 3 + X4 4 + X5 5 + X6 6+ X7 7+ X8 8+e

34

Keterangan:
1
= Variabel laten endogen
X1
= Konstruk Independensi
X2
= Konstruk Kompetensi
X3
= Konstruk Integritas
X4
= Konstruk Objektivitas
X5
= Konstruk Akuntabilitas
X6
= Konstruk Kompleksitas Tugas
X7
= Konstruk Profesionalisme
X8
= Konstruk Pengalaman Kerja
1
= Koefisien Independensi
2
= Koefisien Kompetensi
3
= Koefisien Integritas
4
= Koefisien Objektivitas
5
= Koefisien Akuntabilitas
6
= Koefisien Kompleksitas Tugas
7
= Koefisien Profesionalisme
8
= Koefisien Pengalaman Kerja
e
= error pengukuran
4.4.4

Weight Relation
Weight relation menunjukkan hubungan nilai varian antar indikator dengan

konstruk sehingga diasumsikan memiliki nilai rata-rata sama dengan nol dan varian
sama dengan satu untuk menghilangkan konstanta dalam persamaan kausalitas.
4.5 Evaluasi Model Hipotesis Penelitian
Evaluasi model PLS dilakukan dengan melakukan evaluasi pada outer model
dan inner model. Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas
dan reliabilitas model. Inner model merupakan model structural untuk menilai
hubungan antara konstruk atau variabel laten.
4.5.1 Outer Model
Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan
reliabilitas model (Hartono dan Abdillah, 2009). Peneliti dalam studi ini akan
menguji reliabilitas item pada setiap konstruk melalui pengujian validitas konstruk,

35

yaitu uji validitas konvergen dan uji validitas diskriminan. Adapun parameter
pengukuran dari outer model yang digunakan adalah sebagai berikut:

Pengujian
Uji Validitas
Konvergen

Uji Validitas
Diskriminan

Uji Reliabilitas

Tabel 4.2
Parameter Pengukuran Outer Model
Rule of
Keterangan
Parameter
Thumbs
Tambahan
Faktor Loading
Lebih dari 0.7
Jika faktor loading
antara 0.5-0.7,
sebaiknya peneliti
tidak menghapus
indicator tersebut
sepanjang skor AVE
dan Communality
Average Variance Lebih dari 0.5
>0.5 pada konstruk
Extracted(AVE)
yang dimaksud.
Communality
Lebih dari 0.5
Akar AVE dan
Korelasi variabel
laten

Akar AVE >


Korelasi
Variabel Laten

Cross Loading

Lebih dari 0.7


dalam satu
variabel
Lebih dari 0.6

Lebih dari 0.6

Cronbach Alpha
Composite
Reliability

4.5.2

Inner Model
Inner model merupakan model struktural untuk memprediksi hubungan

kausalitas antar variabel laten (Hartono dan Abdillah, 2009). Model struktural PLS
diuji dengan mengukur R2 dan koefisien path melalui perbandingan t-statistics

36

dengan nilai t-tabel pada output smartPLS. Berikut adalah parameter pengukuran
inner model dalam PLS:
1. R Squere (R2)
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel
independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 menggambarkan seberapa besar
variabel laten dependen dapat dipengaruhi oleh variabel laten independennya.
2. Koefisien Path
Nilai koefisien path menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian
hipotesis.Nilai koefisien path dijelaskan melalui nilai t-statistics. Nilai t-statistics
akan dibandingkan dengan nilai t-value dalam pengujian hipotesis. t-value untuk
hipotesis dua ekor adalah 1,96 sedangkan untuk hipotesis satu ekor adalah 1,645.
Nilai t-statistics yang lebih besar dari nilai t-value menandakan hipotesis diterima.
4.6 Model Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis H1 hingga H2menggunakan analisis PLS. Pengujian
hipotesis dalam studi ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut, yaitu:
1. Menentukan level signifikan atau nilai kritis yaitu sebesar 5%.
2. Membandingkan nilai t-statistics pada tampilan output bootstrapping program
smartPLS dengan nilai t-tabel. Jika t-statistics lebih tinggi dibandingkan nilai ttabel, berarti hipotesis terdukung.

DAFTAR PUSTAKA

37

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan


Publik, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit FE-Universitas Trisakti.
Agusti, Restu dan Pertiwi, Nastia P. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan
Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan
Publik Se Sumatera). Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 3 September 2013.
Riau: Universitas Riau.
Alim, M Nizarul dkk. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap
Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi.
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar.
Ardini, Lilis. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas Dan Motivasi
Terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi Tahun XX, No. 3 Desember 2010.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Arens, A.A. dan Beasley, M.S., 2008. Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan
Terintegrasi, Edisi Kedua Belas. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Badjuri, Achmad. 2012. Analysis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil
Pemeriksaan Audit Sektor Publik (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan Jawa
Tengah). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Nopember 2012,
Hal: 120-135 Vol. 1, Nomor 2. ISSN: 1979-4878
Bonner, S. E. 1994. A Model of the Effects of Audit Task Complexity, Accounting,
Organizations and Society. 19 (3): 213-234.
Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4 (2), 7992. Surabaya: Universitas Pelita Harapan.
Cloyd, C. Bryan. (1997). Performance in Reseach Task: The Joint Effect of
Knowledge and Accountability. Journal of Accounting Review 72: 111-131.
DeAngelo, L.1981b. Auditor Size and Auditor Quality. Journal of Accounting and
Economics 33 1 (December): 183-199.
Dreyfus, H.L & S.E Dreyfus. 1986. Mind over Machine: The Power of Human
Intuition and Expertise in the Era the Computer. New York: The Free Press.
Firmansyah, Indra. 2012. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Hasil Pemeriksaan. Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis (SNAB),
Bandung, pada tanggal 27 Maret 2012 Hal. 635-641.
Hartono, Jogiyanto dan Abdillah. 2009. Konsep dan Aplikasi PLS. Yogyakarta:
BPFE-UGM.
Herliansyah, Yudhi dan Meifida, Ilyas. 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap
Penggunaan Bukti Tidak Relevan dalam Auditor Judgment. Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang.

38

Hornby, AS. 1987. Oxford Advance Learnerms Dictionary


English, Revised and Update. England: Oxford University Press.

of

Current

IAPI. 2011. Standar professional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat


Ikhsan, Arfan. 2011. Metodologi penelitian Akuntansi dan keperilakuan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Indrasti, Anita W,. 2011. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Kompleksitas Tugas,
Objektivitas dan Integritas Auditor Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi
Empirik pada 25 Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2011) .
Jakarta: FE-Universitas Budi Luhur.
Irawati, St. Nur. 2011. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Makassar: FE-Universitas Hasanuddin.
Jiambalvo, J. dan Pratt, J. 1982. Task Complexity and Leadership Effectiveness in
CPA Firms. The Accounting Review, Vol. LVII, No. 4.
Kencana, Vanessa Y,. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Integritas,
Objektivitas, Motivasi dan Etika terhadap Kualitas Hasil Audit di Perwakilan
BPKP Provinsi Jawa Tengah. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang: FEBUniversitas Katolik Soegijapranata.
Lastanti, Sri Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi
Akuntan Publik: Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi,
Auditin dan Informasi , Vol. 5 No. 1 April 2005, Hal 85-97.
Lee, Tom & Mary Stone. 1995. Competence and independence: The congenial Twins
Of Auditing?. Journal Of business finance and Accounting, 22 (8), (December),
Pp 1169-1177.
Mardisar. D dan R. Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan
terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi
(SNA) X, Makassar.
Messier, William F JR. dan Qilliam, William C. 1992. The Effect of Accountability
on Judgement Develompment of Hypothesis for Auditing: Journal of Practice
& Teory 11: 123 -138.
Mulyadi. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Kompetensi, Independensi,
Akuntabilitas, Profesionalisme Dan Kompleksitas Tugas Auditor Terhadap
Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah. Surakarta: STIE Adi Unggul Bhirawa.
Pusdiklatwas BPKP. 2005. Kode Etik dan Standar Audit. Edisi Keempat.
Saifuddin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit
Going Concern (Studi Kuasi eksperimen pada Auditor dan Mahasiswa).
Tesis Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Dipenogoro.

39

Samuel & Afiah, Nunuy Nur. 2013. The Impact of Objectivity, Proficiency and due
Professional Care of Auditors to Quality of Performance Audit Results.
Proceedings of 8th Asian Business Research Conference, Bangkok, Thailand,
ISBN: 978-1-922069-20-7.
Sanusi, Mohd and Iskandar, T.M. 2007. Audit Judgment Performance: Assessing the
Effect of Performance Incentives, Effort and Task Complexity. Managerial
Auditing Journal, 22: 34-52.
Sari, Nungky N,. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas,
Integritas, Kompetensi dan Etika Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Semarang:
Universitas Dipenogoro.
Satria, Wira. 2012. Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Motivasi Dan
Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam
Pengawasan Keuangan Daerah Se-Provinsi Riau. Riau: Universitas Riau.
Septianingtyas, Serlind, Rifa, Dandes, dan Herawati. 2013. Pengaruh Independensi,
Integritas, dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing. Jakarta: Universitas Bung Hatta.
Setyorini, Andini Ika and Dewayanto, Totok. 2011. Pengaruh Kompleksitas Audit,
Tekanan Anggaran Waktu, dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit
Dengan Variabel Moderating Pemahaman Terhadap Sistem Informasi (Studi
Empiris pada Auditor KAP di Semarang). Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Singgih, Elisha M dan Bawono, Icuk R. 2010. Pengaruh Independensi Pengalaman,
Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) XIII UJSP, Purwokerto.
Stanbury, WT. 2003. Accountability to Citizens in the Westminster Model of
Government: More Myth than Reality. Canada: Fraser Institute Digital
Publication.
Sukriah, Ika, Akram, Inapty, Biana A. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Obyektif, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XII, Palembang.
Supriyono, RA. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) : Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Susiana dan Arleen Herawaty. 2007. Analisa Pengaruh Indepedensi, Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar.

40

Tan, Tong Han dan Alison, Kao. 1999. Accountability Effect on Auditors
Performance: The Influence of Knowledge, Problem Solving Ability and Task
Complexity: Journal of Accounting Research 2:209-223.
Tarigan, Sabri. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas,
Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Tesis. Medan:
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Tetclock, P, E dan Kim, J, L. 1987. Accountability and Judgment processes in a
Personality Prediction Task. Journal of Personality and Social psychology,
(April): 700-709
Thompson, R.L, Higgins, C.A and Howell, J.W. 1991. Personal Computing Toward a
Conceptual Model of Utilization. MIS Quartely. pp 124-143.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Wood, R. 1988. Task Complexity: Definition of the Construct. Organisational
Behaviour and Human Decision Processes 37, (February): 60- 83.
Wulandari, Winda. 2010. Pengaruh Independensi Kompetensi dan Profesionalisme
Auditor terhadap Kualitas Laporan Hasil Audit (Studi Empiris pada BPK RI
Perwakilan Wilayah Sumbar). Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.

Lampiran

41

No.

Nama
Peneliti

Judul

Hasil Penelitian

Pengaruh Kompetensi dan


Independensi
terhadap
Kualitas Hasil Pemeriksaan
(Studi Survei pada KAP di
Bandung)

Kompentensi
dan
Independensi secara simultan
signifikan, dan dinyatakan
berpengaruh positif terhadap
kualitas pemeriksaan.

Ahmad
Badjuri
(2012)

Analisis factor-faktor yang


mempengaruhi kualitas hasil
pemeriksaan audit sektor
public (Studi empiris pada
BPKP Perwakilan Jawah
Tengah)

Integritas dan Kompetensi


berpengaruh positif terhadap
kualitas hasil pemeriksaan.
Sedangkan
pengalaman
kerja, independensi dan
objektifiktas auditor tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas hasil pemeriksaan.

Andini Ika
Setyorini
(2011)

Pengaruh kompleksitas audit,


tekanan anggaran waktu, dan
pengalaman auditor terhadap
kualitas audit dengan variabel
moderating
pemahaman
terhadap sistem informasi
(studi empiris pada Auditor di
Semarang)

Kompleksitas audit, tekanan


anggaran
waktu,
dan
pengalaman
auditor
berpengaruh positif terhadap
kualitas
audit
dengan
menggunakan
variabel
moderating
pemahaman
terhadap sistem informasi
akuntansi.

Norma
Kharismatuti
(2012)

Pengaruh Kompentensi dan


Independensi
terhadap
kualitas audit dengan etika
auditor
sebagai
variabel
moderasi (studi empiris pada
internal auditor BPKP DKI
Jakarta)

Kompentensi
dan
Independensi
terhadap
kualitas
audit
adalah
signifikan, dan berpengaruh
positif (dengan menggunakan
etika auditor sebagai variabel
moderasi)

Lilis Andini
(2010)

Pengaruh
Kompetensi,
Independensi, Akuntabilitas,
dan
Motivasi
Terhadap
Kualitas Audit (Studi pada
KAP di Surabaya)

Kompetensi, Independensi,
Akuntabilitas, dan motivasi
berpengaruh
postif
dan
signifikan terhadap kualitas
Audit.

Muh. Taufiq

Pengaruh

Indra
Firmansyah
(2012)

Kompetensi, Kompentensi dan motivasi

42

Independensi, dan Motivasi


Terhadap Kualitas Audit
Aparat Inspektorat dalam
Efendy (2010) Pengawasan
Keuangan
Daerah (Studi empiris pada
pemerintah
kabupaten
gorontalo)

berpengaruh positif dan


signifikan terhadap kualitas
audit.
Sedangkan
independensi
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap kualitas audit.
Pengalaman
kerja,
kompetensi,
independensi,
akuntabilitas,
profesionalisme,
dan
kompleksitas tugas auditor
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas
audit.

Mulyadi
(2012)

Pengaruh pengalaman kerja,


kompetensi,
independensi,
akuntabilitas,
profesionalisme,
dan
kompleksitas tugas auditor
terhadap kualitas audit (studi
empiris pada KAP Surakarta
dan Jogjakarta).

Elisha
Mulyani
Singgih dan
Icuk Rangga
Bawono
(2010)

Pengaruh
independensi,
pengalaman,
due
professional
care,
dan
akuntabilitas
terhadap
kualitas audit (Studi pada
KAP Big Four di Indonesia)

Independensi, pengalaman,
due professional care, dan
akuntabilitas secara simultan
berpengaruh positif terhadap
kualitas audit. Sedangkan
secara parsial pengalam tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap kualitas audit.

Ike Sukriah,
Akram, dan
Biana Adha
Inapty (2009)

Pengaruh pengalaman kerja,


Independensi, Objektivitas,
Integritas, dan Kompetensi
terhadap
Kualitas
Hasil
Pemeriksaan

Pengalaman
kerja,
Objektivitas, dan kompetensi
berpengaruh positif dan
signifikanterhadap kualitas
hasil
pemeriksaan.
Sedangkan independensi dan
intigritas tidak mempunyai
pengaruh.

10

Restu Agusti
dan Nastia
Putri Pertiwi
(2013)

Pengaruh
kompetensi,
Independensi,
dan
Profesionalisme
terhadap
kualitas hasil pemeriksaan
(studi pada KAP di Sumatera)

Kompetensi, Independensi,
dan
profesionalisme
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas
hasil pemeriksaan.

11

ST. Nur

Pengaruh

Kompetensi

43

dan Kompetensi

dan

Irawati (2011)

Independensi Auditor secara


Independensi
Auditor
simultan berpengaruh positif
terhadap kualitas Audit (Studi
dan
signifikan
terhadap
pada KAP di Makasar)
kualitas audit.

44

You might also like