Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan audit merupakan salah satu produk jasa dari akuntan publik yang
memberikan informasi akurat dan memadai untuk pengambilan keputusan (IAPI,
2011). Para pengguna laporan audit mengharapkan laporan keuangan yang telah
di audit oleh akuntan publik bebas dari salah saji material, dapat dipercaya
kebenarannya sebagai dasar pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Kasus kredit macet yang terjadi di Jambi sebagaimana dilansir oleh
kompas (Selasa, 18 Mei 2010) tidak terlepas dari campur tangan akuntan publik.
Independensi, objektivitas dan salah saji material merupakan etika yang dilanggar
oleh akuntan publik. Begitupula dengan kasus Enron pada tahun 2001. Betapa
pentingnya laporan audit yang berkualitas di mata para penggunanya sebagai
bahan pengambilan keputusan yang tepat, bukan menyesatkan.
Kualitas laporan audit yang dihasilkan akuntan publik harus dilaksanakan
oleh seorang profesional (ahli) di bidang akuntansi dan auditing. IAPI (2011)
sebagaimana tertuang dalam standar professional akuntak publik mengharuskan
seorang auditor terlebih dahulu harus menjalani pendidikan dan pelatihan yang
cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing. Hal ini juga ditegaskan dalam
UU No. 34 tahun 1954, yang di mengatur syarat-syarat kecakapan dan
kewenangan setiap orang yang terjun dalam profesi akuntan publik (Mulyadi,
2002).
Menurut Christiawan (2002) kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu
kompetensi dan independensi. Kompetensi terletak pada bagian dalam setiap
manusia dan selamanya
memprediksikan tingkah laku dan performansi secara luas pada semua situasi dan
tugas pekerjaan atau jobs task (Spencer sebagaimana dikutip oleh Moeheriono,
2009). Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatas
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki (Mulyadi, 2013). Sementara Messier
dan Quilliam (1992), mengungkapkan dalam risetnya bahwa akuntabilitas yang
dimiliki oleh seorang auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam
pengambilan keputusan hasil pemeriksaan.
Terlepas dari elemen yang telah disebutkan, seorang auditor harus
memperhatikan tentang integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya.
IAPI (2011) menyebutkan bahwa seorang anggota KAP harus mempertahankan
integritas dan objektifitas, harus bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh
membiarkan
salah
saji
material
yang
diketahuinya
atau
mengalihkan
pertimbangan kepada pihak lain. Maka, untuk menjaga integritas dan objektifitas
seorang auditor harus profesional. Seorang yang professional memiliki suatu
keahlian dan mempunyai kualifikasi tertentu serta berpengalaman sesuai dengan
bidang keahliannya (Tjiptohadi, 1996).
Berkaitan dengan tuntutan sikap yang harus dimiliki oleh auditor dalam
menghasilkan audit hasil pemeriksaan yang bekualitas, Mulyadi (2013)
melakukan
penelitian
tentang
pengaruh
pengalaman
kerja, kompetensi,
BAB II
KAJIAN TEORI DAN REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
2.1 Review Penelitian Terdahulu
Menurut Elisha Mulyani Singgih dan Icuk Rangga Bawono (2010) dalam
penelitiannya mengatakan bahwa Independensi, pengalaman, due professional care,
dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Sedangkan secara parsial pengalam tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas
audit.
Menurut Ike Sukriah, Akram, dan Biana Adha Inapty (2009), dalam
penelitiannya mengatakan bahwa Pengalaman kerja, Objektivitas, dan kompetensi
berpengaruh positif dan signifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan
independensi dan intigritas tidak mempunyai pengaruh.
penelitian
terdahulu
yang
diuraikan,
peneliti
akan
ketentuan
atau
2.2.2 Kompetensi
Pengertian kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang bekaitan
dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar yang
memiliki hubungan kasual atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan
acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi
tertentu.
Lee dan Stone (1995) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian yang
cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara obyektif.
Pendapat lain adalah dari Dreyfus sebagaimana dikutip oleh Saifudin (2004),
mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seorang yang berperan secara
berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses pembelajaran, dari
pengetahuan sesuatu ke mengetahui bagaimana, seperti misalnya: dari sekedar
pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu kepada suatu pertanyaan
yang
oleh Lastanti (2005) mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli.
Ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau
pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan
pengalaman. Adapun Bedard (1986) sebagaimana dikutip oleh Lastanti (2005)
mengartikan keahlianatau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalampengalaman audit.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah
auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat
melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.
2.2.3 Independensi
Kata independensi merupakan terjemahan dari kataindependence yang
berasal dari Bahasa Inggris. Dalam kamus Oxfor Advanced Learners Dictionary of
Current English terdapat entri kata independence yang artinya dalam keadaan
independen. Adapun entri kata independent bermakna tidak tergantung atau
dikendalikan oleh (orang lain atau benda); tidak mendasarkan diri pada orang lain;
bertindak atau berfikir sesuai dengan kehendak hati; bebas dari pengendalian orang
lain (Hornby, 1987).
Makna independensi dalam pengertian umum ini tidak jauh berbeda dengan
makna
independensi
yang
dipergunakan
secara
khusus
dalam
literatur
10
diukur
tidak
profesi akuntan publik. Integritas merupakan prinsip moral yang tidak memihak,
jujur, memandang dan mengemukakan fakta seperti apa adanya.
Seorang akuntan publik dalam melaksanakan proses audit, akan memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien.
Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
yang diperiksa, auditor harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para
pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.
Mautz (1974) sebagimana dikutip oleh Supriyono (1988) mengutip pendapat
Carman mengenai pentingnya independensi sebagai berikut: Jika manfaat seorang
sebagai auditor rusak oleh perasaan pada sebagian pihak ketiga yang meragukan
independensinya, dia bertanggung jawab tidak hanya mempertahankan independensi
dalam kenyataan tetapi juga menghindari penampilan yang memungkinkan dia
kehilangan independensinya.
Agoes (2004) mengklasifikasikan aspek independensi seorang auditor menjadi 3
aspek: (1) Independensi senyatanya (independent in fact), yaitu suatu keadaan di mana
auditor memiliki kejujuran yang tinggi dan melakukan audit secara obyektif. (2)
Independensi dalam penampilan (independent in appeareance), yaitu pandangan pihakluar
terhadap diriauditor sehubungandennganpelaksanaanaudit. (3) Independensi dari sudut
11
keahlian atau kompetensi (independent in competence), hal ini berhubungan erat dengan
kompetensi atau kemampuam auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Menurut Taylor (1997) sebagaimana dikutip oleh Susiana & Arleen (2007) ada
dua aspek independensi yaitu independensi sikap mental dan independensi
penampilan, penelitian ini menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas
laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan
klien kepada auditor, jika KAP menerima fee audit yang tinggi maka KAP akan
menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini bersih.
Berdasarkan pembahasan mengenai pentingnya independensi akuntan publik
tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Independensi merupakan syarat
penting bagian uditor dalam melaksanakan prosedur audit yang bertujuan untuk menilai
kewajaran laporan keuangan; 2) Akuntan publik dipercaya oleh pemakai laporan keuangan
sebagai pihak independen untuk memberikan jaminan memadai mengenai asersi
manajemen; dan 3) Independensi merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
2.2.4 Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani,
bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu
diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005).
2.2.5 Objektivitas
12
dari
pandangan
subyektif
pihak-pihak
lain
yang
pengaruh
2.2.6 Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability
yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau
keadaan untuk diminta pertanggunganjawab. Tetclock (1984) dikutip oleh Mardisar
dan Sari (2007) mendifinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi
yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan
keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Dalam sektor publik, akuntabilitas
dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
13
penelitian Meissier dan Quilliam (1992); Teclock dan Kim (1987) juga
meneliti
pengaruh akuntabilitas
Hasil
penelitian
Cloyd
(1997)
membuktikan
akuntabilitas
dapat
meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki
tinggi. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa kompleksitas
pekerjaan yang dihadapi tinggi. Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan
dan Alison (1999) dengan menilai kualitas hasil kerja berdasarkan kompleksitas
kerja yang dihadapi. Hasil penelitian Tan dan Alison (1999) ini tidak konsisten
dengan Cloyd (1997). Tan dan Alison (1999) membuktikan bahwa akuntabilitas
(secara langsung) tidak mempengaruhi kualitas hasil kerja baik untuk pekerjaan
dengan kompleksitas kerja rendah, menengah ataupun tinggi.
14
pekerjaan
mereka
akan
diperiksa
oleh
supervisor/manajer/pimpinan
merupakan
tanggungjawab
setiap
auditor.
Akuntabilitas
15
didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986). Kompleksitas tugas
merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit (Sanusi dan
Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan
kompleksitas yang tinggi dan sulit, sementara yang lain memprespsikannya sebagai
tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt, 1982). Kompleksitas tugas menurut Wood
(1988) dikutip oleh Sanusi dan Iskandar (2007) mendefinisikan sebagai fungsi dari
tiga dimensi dari tugas itu sendiri:
a. Sejumlah
perbedaan
komponen
16
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai satu-satunya wadah bagi para akuntan
profesional
Publik
Indonesia
profesional yang mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik, yaitu:
(a) standar auditing, (b) standar atestasi, (c) standar jasa akuntansi dan review, (d)
standar jasa konsultasi, (e) standar pengendalian mutu, (f) aturan etika kompartemen
akuntan publik. Adanya standar profesional tersebut akan mengikat auditor
profesional untuk menurut pada ketentuan profesi dan memberikan acuan dalam
melaksanakan pekerjaannya dari awal sampai akhir.
menyatakan
bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah
digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari (2005) dalam Asih
(2006) memberikan
kesimpulan
yang memiliki
pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan; dan 3) mencari
penyebab munculnya kesalahan.
17
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kualitas audit merupakan sebuah tuntutan tugas audit dengan cara
memenuhi standar pekerjaan lapangan yaitu memperoleh bukti audit kompeten
yang cukup melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan (Ikhsan, 2011).
Mulyadi (2012) menguji enam item faktor yang mempengaruhi kualitas
audit, yaitu pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas,
profesionalisme dan kompleksitas tugas audito yang hasilnya menunjukkan
bahwa variabel-varibel tersebut mempengaruhi kualitas audit. Selanjutnya
18
penelitian Mulyadi (2012) ini dijadikan acuan oleh peneliti dan memadukan
dengan penelitian (Sukriah, Akram dan Inapty, 2009) menyatakan bahwa
pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas
hasil pemeriksaan. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman kerja,
semakin obyektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat
kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik
kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya.
Kompetensi merupakan keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat
digunakan untuk melakukan audit secara objektif (Lee dan Stone, 1995). Dreyfus
dan Dreyfus (1986) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seseorang yang
berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses
pembelajaran, dari mengetahui sesuatu ke mengetahui bagaimana. Seperti
misalnya dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu kepada
suatu pernyataan yang bersifat intuitif.
Independensi Independensi merupakan sikap mental yang diharapkan dari
seorang akuntan publik untuk tidak mudah dipengaruhi dalam melaksanakan
tugasnya. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun.
Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan
pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002).
Obyektifitas didefinisikan oleh Pusdiklatwas BPKP (2005) sebagai
bebasnya seseorang dari pandangan subyektif pihak-pihak lain yang pengaruh
19
20
dkk, 1997).
yang
diaudit
sehingga
akan
menambah
dan
memperluas
Gambar 3.1
Model Kerangka Konsep
Kompetensi
Independensi
Integritas
Objektivitas
Akuntabilitas
Kompleksitas Tugas
Profesionalisme
21
Pengalaman Kerja
Kualitas
Audit
auditor
akan
22
23
24
Profesionalisme
tugas
berpengaruh
positif
terhadap
kualitas
hasil
pemeriksaan
Hasil penelitian oleh Singgih dan Bawono (2010) tentang kualitas hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap
kualitas hasil pemeriksaan. Mulyadi (2012) yang meneliti tengtang pengaruh
pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan
kompleksitas tugas auditor terhadap kualitas audit menemukan hasil yang sama
bahwa profesionalime berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Selanjutnya Agusti dan Pertiwi (2013) meneliti tentang pengaruh kompetensi,
independensi, dan profesionalisme terhadap kualitas hasil menyatakan bahwa
25
dituntut
dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dan Beasley, 2008). Pengalaman
akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang
dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang iaudit sehingga
akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing
(Christiawan, 2002).
Penelitian Setyorini (2007) menunjukkan bahwa pengalaman kerja memiliki
pengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sukriah et el., (2009) meneliti
tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan
kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pengalaman
kerja bepengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian lain oleh
Singgih dan Bawono (2010) dan juga diteliti oleh Mulyadi (2010) hasilnya
menyatakan bahwa kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh pengalaman kerja
secara positif.
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berdomisi di Jawa Timur. Berdasarkan Institut Akuntan Publik Indonesia jumlah KAP
yang terdaftar di daerah Jawa Timur sebanyak 54 KAP, terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu Surabaya sebanyak 45 KAP dan Malang sebanyak 9 KAP. Alasan memilih KAP
di Daerah Jawa Timur sebagai objek penelitian; 1) Jawa Timur sebagai salah satu
daerah ekonomi terbesar di Indonesia dengan jumlah KAP yang besar; 2) KAP di
Jawa Timur banyak yang menjadi anggota dari Big Four di Indonesia.
27
objektivitas,
akuntabilitas,
kompleksitas
tugas,
profesionalisme,
pengalaman kerja dan kualitas audit. Peneliti akan mendatangi langsung KAP yang
menjadi sampel penelitian untuk menyebarkan kousioner penelitian agar memberikan
kesan positif terhadap responden bahwa peneliti serius dalam melakukan penelitian
tersebut. Disamping itu memberikan kepastian kepada peneliti bahwa KAP yang
menjadi sampel penelitian antusias kerhadap penelitian yang kita lakukan atau tidak.
Selanjutkanya peneliti memberikan rentan waktu kurang lebih 1 minggu untuk
melakukan pengisian kuisioner oleh responden.
4.3 Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
28
objektivitas,
akuntabilitas,
kompleksitas
tugas,
profesionalisme,
pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan itu
tersebut. Indikator yang digunakan untuk mengukur variable kompetensi
(Mulyadi, 2012) adalah:
29
a. Mutu personal
b. Pengetahuan umum
c. Pengetahuan khusus
3. Integritas (X3)
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Ada empat
indikator yang diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar
bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005) yang terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
4. Objektivitas (X4)
Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan obyektifitas sebagai bebasnya
seseorang
dari
pengaruh
pandangan
subyektif
pihak-pihak
lain
yang
30
5. Akuntabilitas (X5)
Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban berupa laporan akuntabilitas
kinerja secara periodik. Indikator yang digunakan untuk mengukur variable
akuntabilitas (Mulyadi, 2012) adalah:
a. Motifasi
b. Kewajiban sosial
6. Kompleksitas Tugas (X6)
Kompleksitas Tugas adalah tugas yang kompleks, terdiriatas bagianbagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Indikator
yang digunakan untuk mengukur variable kompleksitas (Mulyadi, 2012) adalah:
a. Pengujian Pengendalian dan Pengujian substantif
b. Pemeriksaan kesalahan dalam tugas audit
7. Profesionalime (X7)
Profesionalisme adalah jika seseorang memenuhi tiga kriteria, yaitu
mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya,
melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di
bidang profesi
mematuhi
etika
yang
telah
ditetapkan.
Indikator
yang
31
32
dapat menguji model penelitian dengan dasar teori lemah (Hartono dan Abdillah,
2009), (2) PLS dapat menggabungkan metode regresi dan analisis factor dalam satu
teknik statistika (Thompson, Higgins, dan Howel, 1991). Hartono dan Abdillah
(2009) menjelaskan tahapan dalam menjalankan PLS adalah sebagai berikut:
1. Menggambar diagram jalur.
2. Menentukan banyak block (variable laten) yang dibangun dengan indikator
pada tiap variable laten.
3. Melakukan estimasi tiap variable laten sebagai total bobot indikator.
4. Memperbaharui inner relations selanjutnya memperbaharui
outer
relations.
5. Melakukan estimasi regresi sederhana tiap indikator terhadap proksi variable
laten dan regresi berganda proksi variabel laten terhadap seluruh indikatornya.
6. Melakukan estimasi case values untuk tiap observasi dengan menggunakan
bobot
4.4.1
formatif
atau
proporsional
bobot
terhadap
loading
dengan
model, inner model, dan weight relation. Outer model menunjukkan hubungan antara
konstruk dengan indikator, inner model menunjukkan hubungan antar konstruk, dan
weight relation menunjukkan hubungan nilai varian antar indikator dengan konstruk
sehingga diasumsikan memiliki nilai rata-rata sama dengan nol dan varian sama
dengan satu untuk menghilangkan konstanta dalam persamaan kausalitas.
4.4.2
Outer Model
Outer modelmenggambarkan bagaimana hubungan antara indikator dengan
33
Tabel 4.1
Outer Model
Jenis Variabel
Konstruk
Independensi
Kompetensi
Integritas
Objektivitas
Akuntabilitas
Kompleksitas Tugas
Profesionalisme
Kualitas Audit
Keterangan:
Yi = Indikator dalam suatu variabel laten endogen ke i
Xi = Indikator dalam suatu variabel laten eksogen ke i
= Variabel laten endogen
= Variabel laten eksogen
e = Tingkat kesalahan pengukuran variabel eksogen
= Tingkat kesalahan pengukuran variabel endogen
= Faktor loading pada setiap indikator
4.4.3 Inner Model
Inner model menggambarkan hubungan antar konstruk. Persamaan dari inner
model dalam studi ini adalah:
1 = X1 1 + X2 2 + X3 3 + X4 4 + X5 5 + X6 6+ X7 7+ X8 8+e
34
Keterangan:
1
= Variabel laten endogen
X1
= Konstruk Independensi
X2
= Konstruk Kompetensi
X3
= Konstruk Integritas
X4
= Konstruk Objektivitas
X5
= Konstruk Akuntabilitas
X6
= Konstruk Kompleksitas Tugas
X7
= Konstruk Profesionalisme
X8
= Konstruk Pengalaman Kerja
1
= Koefisien Independensi
2
= Koefisien Kompetensi
3
= Koefisien Integritas
4
= Koefisien Objektivitas
5
= Koefisien Akuntabilitas
6
= Koefisien Kompleksitas Tugas
7
= Koefisien Profesionalisme
8
= Koefisien Pengalaman Kerja
e
= error pengukuran
4.4.4
Weight Relation
Weight relation menunjukkan hubungan nilai varian antar indikator dengan
konstruk sehingga diasumsikan memiliki nilai rata-rata sama dengan nol dan varian
sama dengan satu untuk menghilangkan konstanta dalam persamaan kausalitas.
4.5 Evaluasi Model Hipotesis Penelitian
Evaluasi model PLS dilakukan dengan melakukan evaluasi pada outer model
dan inner model. Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas
dan reliabilitas model. Inner model merupakan model structural untuk menilai
hubungan antara konstruk atau variabel laten.
4.5.1 Outer Model
Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan
reliabilitas model (Hartono dan Abdillah, 2009). Peneliti dalam studi ini akan
menguji reliabilitas item pada setiap konstruk melalui pengujian validitas konstruk,
35
yaitu uji validitas konvergen dan uji validitas diskriminan. Adapun parameter
pengukuran dari outer model yang digunakan adalah sebagai berikut:
Pengujian
Uji Validitas
Konvergen
Uji Validitas
Diskriminan
Uji Reliabilitas
Tabel 4.2
Parameter Pengukuran Outer Model
Rule of
Keterangan
Parameter
Thumbs
Tambahan
Faktor Loading
Lebih dari 0.7
Jika faktor loading
antara 0.5-0.7,
sebaiknya peneliti
tidak menghapus
indicator tersebut
sepanjang skor AVE
dan Communality
Average Variance Lebih dari 0.5
>0.5 pada konstruk
Extracted(AVE)
yang dimaksud.
Communality
Lebih dari 0.5
Akar AVE dan
Korelasi variabel
laten
Cross Loading
Cronbach Alpha
Composite
Reliability
4.5.2
Inner Model
Inner model merupakan model struktural untuk memprediksi hubungan
kausalitas antar variabel laten (Hartono dan Abdillah, 2009). Model struktural PLS
diuji dengan mengukur R2 dan koefisien path melalui perbandingan t-statistics
36
dengan nilai t-tabel pada output smartPLS. Berikut adalah parameter pengukuran
inner model dalam PLS:
1. R Squere (R2)
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel
independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 menggambarkan seberapa besar
variabel laten dependen dapat dipengaruhi oleh variabel laten independennya.
2. Koefisien Path
Nilai koefisien path menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian
hipotesis.Nilai koefisien path dijelaskan melalui nilai t-statistics. Nilai t-statistics
akan dibandingkan dengan nilai t-value dalam pengujian hipotesis. t-value untuk
hipotesis dua ekor adalah 1,96 sedangkan untuk hipotesis satu ekor adalah 1,645.
Nilai t-statistics yang lebih besar dari nilai t-value menandakan hipotesis diterima.
4.6 Model Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis H1 hingga H2menggunakan analisis PLS. Pengujian
hipotesis dalam studi ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut, yaitu:
1. Menentukan level signifikan atau nilai kritis yaitu sebesar 5%.
2. Membandingkan nilai t-statistics pada tampilan output bootstrapping program
smartPLS dengan nilai t-tabel. Jika t-statistics lebih tinggi dibandingkan nilai ttabel, berarti hipotesis terdukung.
DAFTAR PUSTAKA
37
38
of
Current
39
Samuel & Afiah, Nunuy Nur. 2013. The Impact of Objectivity, Proficiency and due
Professional Care of Auditors to Quality of Performance Audit Results.
Proceedings of 8th Asian Business Research Conference, Bangkok, Thailand,
ISBN: 978-1-922069-20-7.
Sanusi, Mohd and Iskandar, T.M. 2007. Audit Judgment Performance: Assessing the
Effect of Performance Incentives, Effort and Task Complexity. Managerial
Auditing Journal, 22: 34-52.
Sari, Nungky N,. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas,
Integritas, Kompetensi dan Etika Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Semarang:
Universitas Dipenogoro.
Satria, Wira. 2012. Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Motivasi Dan
Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam
Pengawasan Keuangan Daerah Se-Provinsi Riau. Riau: Universitas Riau.
Septianingtyas, Serlind, Rifa, Dandes, dan Herawati. 2013. Pengaruh Independensi,
Integritas, dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing. Jakarta: Universitas Bung Hatta.
Setyorini, Andini Ika and Dewayanto, Totok. 2011. Pengaruh Kompleksitas Audit,
Tekanan Anggaran Waktu, dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit
Dengan Variabel Moderating Pemahaman Terhadap Sistem Informasi (Studi
Empiris pada Auditor KAP di Semarang). Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Singgih, Elisha M dan Bawono, Icuk R. 2010. Pengaruh Independensi Pengalaman,
Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) XIII UJSP, Purwokerto.
Stanbury, WT. 2003. Accountability to Citizens in the Westminster Model of
Government: More Myth than Reality. Canada: Fraser Institute Digital
Publication.
Sukriah, Ika, Akram, Inapty, Biana A. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Obyektif, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XII, Palembang.
Supriyono, RA. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) : Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Susiana dan Arleen Herawaty. 2007. Analisa Pengaruh Indepedensi, Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar.
40
Tan, Tong Han dan Alison, Kao. 1999. Accountability Effect on Auditors
Performance: The Influence of Knowledge, Problem Solving Ability and Task
Complexity: Journal of Accounting Research 2:209-223.
Tarigan, Sabri. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas,
Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Tesis. Medan:
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Tetclock, P, E dan Kim, J, L. 1987. Accountability and Judgment processes in a
Personality Prediction Task. Journal of Personality and Social psychology,
(April): 700-709
Thompson, R.L, Higgins, C.A and Howell, J.W. 1991. Personal Computing Toward a
Conceptual Model of Utilization. MIS Quartely. pp 124-143.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Wood, R. 1988. Task Complexity: Definition of the Construct. Organisational
Behaviour and Human Decision Processes 37, (February): 60- 83.
Wulandari, Winda. 2010. Pengaruh Independensi Kompetensi dan Profesionalisme
Auditor terhadap Kualitas Laporan Hasil Audit (Studi Empiris pada BPK RI
Perwakilan Wilayah Sumbar). Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.
Lampiran
41
No.
Nama
Peneliti
Judul
Hasil Penelitian
Kompentensi
dan
Independensi secara simultan
signifikan, dan dinyatakan
berpengaruh positif terhadap
kualitas pemeriksaan.
Ahmad
Badjuri
(2012)
Andini Ika
Setyorini
(2011)
Norma
Kharismatuti
(2012)
Kompentensi
dan
Independensi
terhadap
kualitas
audit
adalah
signifikan, dan berpengaruh
positif (dengan menggunakan
etika auditor sebagai variabel
moderasi)
Lilis Andini
(2010)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi, Akuntabilitas,
dan
Motivasi
Terhadap
Kualitas Audit (Studi pada
KAP di Surabaya)
Kompetensi, Independensi,
Akuntabilitas, dan motivasi
berpengaruh
postif
dan
signifikan terhadap kualitas
Audit.
Muh. Taufiq
Pengaruh
Indra
Firmansyah
(2012)
42
Mulyadi
(2012)
Elisha
Mulyani
Singgih dan
Icuk Rangga
Bawono
(2010)
Pengaruh
independensi,
pengalaman,
due
professional
care,
dan
akuntabilitas
terhadap
kualitas audit (Studi pada
KAP Big Four di Indonesia)
Independensi, pengalaman,
due professional care, dan
akuntabilitas secara simultan
berpengaruh positif terhadap
kualitas audit. Sedangkan
secara parsial pengalam tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap kualitas audit.
Ike Sukriah,
Akram, dan
Biana Adha
Inapty (2009)
Pengalaman
kerja,
Objektivitas, dan kompetensi
berpengaruh positif dan
signifikanterhadap kualitas
hasil
pemeriksaan.
Sedangkan independensi dan
intigritas tidak mempunyai
pengaruh.
10
Restu Agusti
dan Nastia
Putri Pertiwi
(2013)
Pengaruh
kompetensi,
Independensi,
dan
Profesionalisme
terhadap
kualitas hasil pemeriksaan
(studi pada KAP di Sumatera)
Kompetensi, Independensi,
dan
profesionalisme
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas
hasil pemeriksaan.
11
ST. Nur
Pengaruh
Kompetensi
43
dan Kompetensi
dan
Irawati (2011)
44