You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh
Alexander

Flemming

yaitu

Penicillin-G.

Flemming

berhasil

mengisolasi

senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenum syn. P. notatum. Dengan


penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan
karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna.
Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang
dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul
ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik
karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran. Hal ini tidak seharusnya
terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui penggunaan antibiotik
yang tepat.
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik
yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini.
Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang
berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh
mikroba.
Untuk itu sudah menjadi kewajiban seorang dokter untuk dapat menguasai
bagaimana penggunaan antibiotik yang benar tersebut. Dimulai dengan
mengetahui jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan mengetahui mekanisme dan
farmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut dan terakhir dapat mengetahui
indikasi yang tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir
untuk meoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam
mengobati sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari referat ini adalah :
1.Dapat mengetahui macam-macam antibiotik
2.Dapat mengetahui farmakodinamik dan farmakokinetik dari masing-masing
jenis antibiotik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi
Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos

(cocok untuk kehidupan). Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh
fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Istilah
ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan semua senyawa
yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya
obat antibiotik sinetis. Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke
semua jenis mikroba dan termasuk di dalamnya adalah antibiotik, anti jamur,
anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Namun dalam pembahasan ini hanya
membicarakan proses penghambatan antibiotik dalam membunuh bakteri
Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya adalah bakteri.
Maka dari itu antibiotik bersinonim dengan anti-bakteri. Antibiotik berbeda
dengan istilah disinfectant karena disinfektant membunuh kuman dengan cara
membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dari
antibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dalam arti dapat
membunuh kuman tanpa merugikan inang.
2.2. Klasifikasi Antibiotik
Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya aktivitas antibiotik,
aktivitas dalam membunuh serta berdasarkan mekanisme obat antibiotik
tersebut.
Berdasarkan luasnya aktivitas, antibiotik dibagi menjadi antibiotik spektrum
luas dan spektum sempit. Istilah luas mengandung arti bahwa antibiotik ini
dapat membunuh banyak jenis bakteri sedangkan sebaliknya, istilah sempit
hanya digunakan untuk membunuh bakteri yang spesifik yang telah diketahui
secara pasti. Penggunaan spektrum luas digunakan apabila identifikasi kuman
penyebab susah dilakukan namun kerugiaanya dapat menghambat pula bakteri
flora normal dalam tubuh.
Berdasarkan aktivitas

dalam

membunuh,

antibiotik

dibagai

menjadi

Bactericidal dan Bacteristatic. Antibiotik yang mempunyai sifat bakterisidal

membunuh bakteri target dan cenderung lebih efektif serta tidak perlu
menggantungkan pada sistem imun manusia. Sangat perlu digunakan pada
pasien dengan penurunan sistem imun. Yang termasuk baterisidal adalah lactam,

aminoglycoside,

dan

quinolone.

Bakteriostatik

justru

bekerja

menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan sistem imun host


obat bakteriostatik yang khas adalah tetracycline, sulfonamide, tetracycline,
dan clindamycin
Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
A. Penghambatan sintetis dinding bakteri
B. Penghambat membran sel
C. Penghambatan sintetis protein di ribosom
D. Penghambatan sintetis asam nukleat
E. Penghambatan metabolik (antagonis folat)
Dari masing-masing golongan terdapat mekanisme kerja, farmakokintetik,
farmakodinamik, serta aktivitas antimikroba yang berbeda-beda. Perbedaan ini
menyebabkan perbedaan kegunaan di dalam klinik Karena perbedaan ini juga
maka mekanisme resisistensi dari masing-masing golongan juga mengalami
perbedaan.

Gambar 1. Tempat Kerja dari Masing-Masing Golongan Antibiotik

2.2.1. Golongan Inhibitor Sintetis Dinding Bakteri


Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku yang disebut dinding sel.
Dinding sel terdapat pada baik bakteri yang gram (+) maupun bakteri
gram (-). Dinding ini berfungsi mempertahankan bentuk sel dari
perbedaan tekanan osmotic internal dan eksternal yang sangat tinggi.
Pada

kedua

bakteri

mempunyai

suatu

lapisan

yang

bernama

Peptidoglycan. Lapisan ini berfungsi mensintetis dinding bakteri melalui


reaksi yang disebut TRANSPEPTIDASI. Lapisan ini lebih tebal pada bekteri

gram (+) dan pada gram (-) di antara peptidoglycan dan dinding terdapat
lapisan membran lemak sehingga terdapat gambaran membran bilayer.
Proses penghambatan sintetis dinding bakteri dapat melalui 2 jalur.
Jalur pertama berasal dari penghambatan proses transpeptidasi. Semua
obat -lactam dapat menghambat proses ini. Yang termasuk dalam
antibiotik

-lactam

Carbapemems,

dan

adalah

golongan

Monobactam.

Penicillin,

Jalur

Cephalosporins,

berikutnya

melalui

penghambatan sintetis peptidoglycan. Yang termasuk jalur kedua ini


adalah Vancomycin dan Bacitracin. Pembagian kelompok ini dapat dilihat
pada gambar di bawah.

PENGHAMBAT SINTETIS DINDING BAKTERI

Antibiotik -Lactam

Cephalosporin

Carbapenem

Gambar 2. Bagan Pembagian Antibiotik Golongan Inhibitor Sintetis


Dinding Bakteri

1. Penicilin
Penicillin yang paling terkenal dan pertama ditemukan adlah
penicillin-G yang ditemukan oleh Flamming pada 1929. Senyawa ini
dihasilkan dari pembenihan spesies Penisillium notatum. Sifat dari
penicillin-G adalah kepekaannya terhadap penghacuran cincin -

lactam oleh senyawa -lactamase dan tidak aktif secara relative


terhadap kebanyakan bakteri gram negatif. Pengembangan terhadap
Penicillin menghasilkan turunan-turunan penicillin yang lebih stabil
terhadap asam dan aktif terhadap bakteri gram (-) maupun gram (+).
A. Struktur Kimia
Semua Penicillin mempunyai struktur dasar yang sama. Terdapat
cincin Beta lactam yang dikelilingi oleh cincin tiazolodin. Beberapa
turunan Penicillin didapatkan dengan menambahkan senyawa lain
pada gugus R. Struktur penicillin dapat dilihat pada gambar.

Gambar 3. Struktur dasa Penicillin. Terdapat cincin -lactam (kiri)


yang dikelilingi cincin tiazolid (kanan).

B. Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap Penicillin dapat dibagi dalam
beberapa mekanisme :
a. Bakteri-bakteri

tertentu

seperti

Staphylococcus

aureus,

beberapa Haemophilus influenzae dan gonokokus menghasilkan


senyawa -lactamse yang memecah cincin -lactam. Kontrol
pembentukan

-lactamase

dikontrol

oleh

kromosom

dan

plasmid. Nafcillin tahan terhap -lactamase karena cincin lactam dilindungi oleh rantai samping R.
b. Beberapa mikroba kurang mempunyai reseptor spesifik dan
kurangnya permeabilitas terhadap -lactam.
c. Organisme

yang

dormant

seperti

Mycoplasma

resistant

terhadap penicillin karena tidak mensintetis peptidoglycan


Zat-zat
sulbactam

penghambat
dan,

-lactamase

tazobactam

dapat

seperti

clavulanic

menghambat

acid,

aktivitas

lactamase yang dihasilkan bakteri yang resisten. Pemberian tunggal


obat

ini

kurang

menunjukkan

aktivitas

antibakteri.

Namun

kombinasi obat ini dengan obat-obat -lactam, misalnya clavulanic

acid

dan

amoxcillin

dapat

efektif

terhadap

infeksi

saluran

pernafasaan oleh H influenza penghasil -lactamase.


C. Farmakokinetik
Absorpsi peroral

berbeda-beda

dari

masing-masing

obat

penicillin tergantung dari kestabilan asam dan ikatan proteinnya.


Pemberian minimal harus diberikan 1 jam sebelum atau sesudah
makan

untuk

mengurangi

ikatan

pada

makanan.

Absorpsi

parenteral biasanya cepat. Pemberian IM sering menimbulkan iritasi


dan nyeri pada tempat suntikan. Pemberian IV bolus intermittent
dengan tetesan kontinue cenderung disukai.
Penicillin tidak larut dalam sel dan tidak masuk dalam sel inang.
Pemberian 6 gr perhari dapat menghasilkan kadar 1-6 g/ml dalam
darah.

Penicillin

yang

terikat

kuat

pada

protein

(oxacillin,

dicloxacillin) menghasilkan kadar obat bebas yang lebih rendah


daripada yang terikat lemah (Ampicillin, Penicillin-G)
Kadar penicillin pada jaringan setara dengan yang ada di serum.
Pada mata, prostat, dan susunan syaraf pusat kadar ini lebih rendah
daripada di serum. Namun pada cairan serebospinal kadar dapat
mencapai 0,2 g/mL jika diberikan 6 gr parenteral sehingga tidak
diperlukan suntika intratekal.
Ekskresi dilakukan kebanyakan
diekskresi

di

glomerulus

dan

90%

oleh

ginjal.

melalui

Sekitar

tubulus

10%

dengan

kecepatan 2 gr/jm kecuali nafcillin dimana 80% diekskresi di dalam


saluran empedu. Waktu paruh Penicillin-G adalah -1 jam dan pada
gagal ginjal dapat mecapai 10 jam. Ampicillin diekskresi lebih lama.
Sekresi di tubulus dapat dihambat dengan pemberian probensid
dan digunakan pada jika ingin mncapai kadar sistemik dan cairan
serebospinal yang tinggi. Pada neonantus pemberian ini lebih
lambat. Ekskresi juga dapat melalui sputum dan air susu dan dapat
menimbulkan alergi pada bayi yang menyusui.
D. Kegunaan Klinik
Obat ini dikenal karena paling luas kegunaannya. Semua
penicillin oral harus diberikan minimal 1 jam sebelum/sesudah
makan.
Penicillin-G

Obat

ini

streptococcus,
menghasilkan

masih

digunakan

meningococcus,
-lactamase,

pada

infeksi

pneumococcus,

staphilococcus

gonococcus,

Bacillus anthracic dan bakreti gram (+)

yang

Treponema

tidak

pallidum,

lainnya, clostridium,

actinomyces, listeria, dan bacterioid. Kebanyakan dosis yang


digunakan adalah dosis sehari (6 gram) dan umumnya diberikan
secara bolus intermittent IV. Penicillin-V diindikasikan pada infeksi
ringan saluran pernafasan dengan dosis harian 1-4 g. Pemberian
oral tidak boleh diberikan terhadap infeksi yang berat.
Benzathine Penicillin
Obat ini berbentuk garam yang mempunyai kelarutan dalam air
yang sangat rendah dan menghasilkan kadar rendah tetapi
bertahan lama. Kegunaannya adalah diberikan secara 1,2 juta unit
IM untuk profilaksi reinfeksi streptokokus selama 3-4 minggu.
Ampicillin,
Amoxicillin,
Carbenicillin,
Ticarcillin,
Piperacillin, Mezlocillin, Azlocillin
Obat ini berbeda dengan penicillin-G karena punya akitivitas
lebih besar terhadp bakteri gram (-).
Ampicillin dan amoxicillin mempunyai aktivitas sama. Namun
amoxicillin lebih mudah diserap dalam usus. Diberikan secara oral
untuk ISK oleh bakteri koliformis gram (-) dan infeksi bakteri
campuran saluran nafas (sinusitis, otitis, bronchitis).

Dosis yang

diberikan adalah 250-500 mg 3x sehari. Obat ini kurang efektif


terhadap

enterobacter,

pseudomonas

dan

gastroenteritis

salmonella noninvasive.
Carbenicillin lebih efektif terhadap pseudomonas dan proteus
namun lebih cepat menjadi resisten. Pemberian dengan dosis 1230g/hari IV biasanya diberikan berkombinasi dengan antibiotik
golongan lain untuk pengobatan sepsis pseudomonas pada luka
baker.
Ticarcillin menyerupai carbenicillin tetapi dosisnya lebih rendah
(200-300mg/kg/hari). Obat yang lain mempunyai aktivitas yang
kebanyakan sama
Penicillin yang resisten terhadap -lactamase
Golongan yang resisten terhadap -lactamase adalah Oxacillin,
Cloxacillin, Dicloxacillin, dan Nafcillin. Indikasi penggunaan hanya
digunakan pada infeksi staflokokus penghasil -lactamase. Dosis

yang digunakan adalah 0,25-0,5 g setiap 4-6 jam peroral. Untuk


infeksi yang berat diberikan 8-12 g/hari nafcillin intermittent bolus
IV tiap 2-4 jam (1-2 g tiap pemberian). Methicillin jarang digunakan
karena bersifat nefrotoksis.
E. Efek Samping
a. Hipersensitivitas
b. Neurotoksis pada dosis tinggi (>20.000 unit intratekal atau
>20juta parenteral)
c. Dyspepsia
d. Nefrotoksis (Methycillin)
e. Gangguan pendarahan (Cabenicillin)
2. Cephalosporin
Cephalosporin dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Senyawa ini
mirip dengan Penicillin namun lebih resisten terhadap -Lactamase
dan cenderung lebih aktif terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-).
A. Struktur Kimia
Strutur ini mirip dengan penicillin yaitu adanya cincin -Lactam
tetapi dilekati cincin dihydrithiazide dan terdapat gugusan R 1 dan
R2

yang

memungkinkan

untuk

dibuat

turunan-turunan

cephalosporin dengan aktivitas yang lebih tinggi dan toksisitas


yang lebih rendah.

Gambar 4. Struktur kimia cephalosporin

B. Aktivitas antimikroba dan resistensi


Aktivitas dan cara kerja antimikroba beserta mekanisme resistensi
cephalosporin analog dengan penicillin
- CEPHALOSPORIN GENERASI PERTAMA
Yang termasuk obat ini adalah Cefadroxil (Duricef),
Cephradrin,

Cephalotin

(cephalothin;

(Keflex), Cephapirin (cephapirin; Cefadryl).

Keflin),

Cephalexin,

1. Aktivitas antimikroba
Obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti
pneumokokus, streptokokus viridan, gourp streptokokus A
hemolitikum dan S aureus. Gram negatif yang juga dapat
dihambat antara lain E. coli, Klebsiella pneumoniae, dan
Proteus

mirabilis.

Kokus

anaerob

(Peptococcus,

Peptostreptococcus) biasanya sensitif kecuali B fragilis.


2. Farmakologi & Dosis
Oral : Cefalexin, Cefradrin, dan Cefadroxil diabsorpsi di
usus

bervariasi.

Pemberian

500

mg

peroral

hanya

menghasilkan kadara 15-20 g/mL. Kadar dalam urin


biasanya

sangat

kadarnya

lebih

tinggi
rendah.

namun
Dosis

di

jaringan

Cefalexin

dan

biasanya
cefadrin

diberikan 4 x 0,25-0,5 g dan cefadroxil diberikan 3 x 0,5-1


g. Ekskresi terutama di urin dan dapat dihambat dengan
pemberian probenesid. Pada penderita gagal ginjal dosis
harus dikurangi
IV : infus IV diberikan sebanyak 1 gram dan mencapai
kadar puncak cefazolin sebanyak 90-120 g/mL, cefalotin
dan cefazolin sebanyak 40-60 g/mL, Dosisnya untuk
Cefazolin 1-2 g /8 jam, cefalotin dan cefapirin adalah 1-2
g/6 jam
IM : jarang dilakukan
3. Penggunaan klinik
Walau obat ini punya spectrum luas dan tidak terlalu
toksis, namun obat ini jarang digunakan selain sebagai obat
alternative untuk beberapa infeksi. Dapat digunakan untuk
ISK, luka kecil yang terdapat stafilokokus, dan infeksi ringan
lainnya. Untuk profilaksis pembedahan, Cefazolin lebih
banyak

digunakan

mengurangi

karena

resistensi

lebih

terhadap

murah
obat

serta
lain.

dapat
Jangan

digunakan untuk pengobatan infeksi berat. Cephalosporin


generasi pertama tidak dapat melakukan pentrasi ke SSP
dan tidak bisa digunakan untuk pengobatan meningitis.
-

CEPHALOSPORIN GENERASI KEDUA

Contoh dari cephalosporin generasi kedua adalah cefaclor


(Keflor,

Raniclor),

cefamandol,

cefmetazole,

cefodoxim,

cefonicid (monocid), cefoxitin, cefprozil (cefzil), cefotetan,


cefuroxime (ceftin).
1. Aktivitas Antimikroba
Aktivitas obat ini biasanya mirip dengan generasi pertama
namun mempunyai spektrum yang lebih luas terhadap
bakteri gram (-) : enterobacter, Klebsiella, dan Proteus
indol-positif. Untuk pengobatan H influenza cefamandol,
cefuroxime, cefonicid, dan ceforanid lebih efektif. Untuk
pengobatan B fragilis justru cefoxitin, cefmetazole, dan
cefotetan lebih efektif. Semua generai kedua tidak aktif
terhadap enterokokus dan P aeruginosa.
2. Farmakologi dan Dosis
Oral : Cefaclor, cefuroxim, cefprozil dapat diberikan
peroral. Dosis untuk dewasa biasanya 10-15 mg/kg/hari
diberikan dalam 2-4 dosis terbagi.
IV : Setelah 1 gr IV dapat menghasilkan kadar serum 75125 g/mL.
IM : Biasanya sangat sakit. Pada gagal ginjal dibutuhkan
penyesuaian dosis
3. Penggunaan Klinik
Karena aktivitasnya terhadap H influenza, Cefaclor sering
digunakan untuk sinusitis dan otitis media pada pasien
alergi atau tidak ada respon terhadap Ampicillin. Hanya
cefuroxim yang dapat menembus sawar otak. Cefoxitin,
cefmetazole, dan cefotetan yang efektif terhadap B fragilis
dapat digunakan untuk infeksi bakteri anaerob tersebut
seperti peritonitis dan divertikulitis.
-

CEPHALOSPORIN GENERASI KETIGA


Yang termasuk generasi ke 3 cephalosporin

adalah

cefixime, cefotaxime, Ceftazidime, ceftizoxime, ceftriaxone, dan


moxalaktam.
1. Aktivitas Antimikroba
Yang khas untuk generasi ketiga adalah mencangkupi
gram negatif yang luas dan dapat menembus sawar otak.
Selain itu secara menetap generasi ketiga juga aktif

terhadap enterobacter citrobacter, S marcescens, dan


Providencia, serta Haemophilus dan Neisseria penghasil Lactamase.
2. Farmakologi dan Dosis
Kadar dalam darah adalah

60-140

g/mL

setelah

pemberian infus IV 1 gram. Kadar ini akan sama di semua


jaringan dan dapat mencapai sistem syaraf pusat.
Waktu paruh untuk ceftriaxone (7-8 jam)

setelah

pemberian 15-30 g/kg/hari dibagi dalam dosis tiap 12-24


jam, namun pada meningitis dosis ini diberikan setiap 12
jam. Obat lain punya waktu paruh 1-1,7 jam dapat
disuntikan setiap 6-8 jam dengan dosis 2-12 gram/hari
Ekskresi utama melalui empedu, jadi pada gagal ginjal
obat ini memerlukan penyesuaian dosis.
3. Penggunaan Klinik
Karena penetrasi ke sawar otak, obat generasi ketiga
sering digunakan untuk mengobati meningitis termasuk
yang disebabkan oleh meningokokusm H influenza, dan
bakteri gram (-) usus yang rentan. Pada sepsis yang tidak
diketahui penyebabnya obat ini juga sering digunakan.
4. Efek Samping
Efek samping terhadap cephalosporin yang dapat muncul
pada umumnya antara lain adalah :
a. Alergi
b. Hipoprotrombinemia dan kelainan perdarahan : diberikan
vitamin K 10 mg 2 x seminggu untuk pencegahan
c. Disulfiram-like
alkohol)

effect

sehingga

(penghambatan

jangan

dberikan

metabolisme
untuk

orang

alkoholisme
3. OBAT -LACTAM LAINNYA
Yang termasuk kelas -Lactam yang lain adalah monobactam dan
carbapenem
A. Monobactam
Obat ini mempunyai cincin -Lactam monosiklik dan ternyata
juga resisten terhadap -Lactamase serta aktif terhadap beberpa
gram (-) seperti pseudomonas dan Serratia. Kelemahan obat ini

adalah tidak ada aktivitas terhadap bakteri gram (+) dan bekteri
anaerob. Contoh golongan ini adalah Aztreonam (azactam). Kadar
dalam serum adalah 100 g/mL setelah pemberian 1-2 gram setiap
8 jam. Waktu paruh 1-2 jam dan pada gagal ginjal dapat
memanjang
B. Carbapenem
Obat ini adalah obat baru dengan cincin -Lactam. Contohnya
adalah Imipenem. Obat ini mempunyai spektrum luas terhadap
bakteri gram (+), gram (-), dan anaerob. Obat ini juga punya
kelebihan

resisten

terhadap

-Lactamase.

Namun

obat

ini

diinaktifkan di tubulus sehingga konsentrasi dalam urin menjadi


rendah. Penetrasi baik di jaringan tubuh dan cairan serebrospinal.
Dosis biasanya 0,5-1 gram IV setiap 6 jam (waktu paruh 1 jam).
Kegunaan secara pasti belum ditentukan namun mungkin
digunakan atas pengobatan terhadap infeksi yang telah resisten.
Sejak Pseudomonas cepat menjadi resisten terhadap imipenem,
pemberian kombinasi obat ini dengan aminoglican perlu dilakukan.
Efek samping masih terbatas pada mual, muntah, diare, dan
kulit kemerahan serta pada gagal ginjal gejala ini semakin terlihat.
4. Obat Non -LACTAM
A. Vancomycin
Vancomycin dan bacitracin merupakan penghambat sintetis
dinding

sel

namun

bukan

termasuk

golongan

-Lactam.

Vancomycin dihasilkan oleh Sterptomyces. Obat ini aktif terhadap


bakteri gram (+) khususnya staphylococcus.
Struktur kimia. Struktur kimia vancomycin terdiri dari suatu
glicopeptida dengan erat molekul 1500 larut dalam air dan stabil.
Mekanisme obat ini adalah penghambatan sintetis peptidoglican di
tingkan membrane sel.
Aktivitas Antimikroba. Vancomycin bersifat bakterisid untuk
gram (+) pada konsentrasi 0,5-3 g/mL. Banyak staphylococcus
yang sudah resisten terhadap nafsilin dapat dibunuh dengan obat
ini serta resistensi vancomycin terjadi sangat lambat dan jarang.
Farmakokinetik. Vancomycin tidak diabsorpsi di usus.
Pengobatan peroral digunakan untuk mengobati enterokolitis.
Pemberian IV dengan dosis 0,5 gram dapat mencapai kadar serum
10-20 g/mL (waktu paruh 1-2 jam). Ekskresi dilakukan oleh ginjal.

Penggunaaan Klinik. Indikasi Vancomycin adalah untuk sepsis


atau endocarditis yang disebabkan oleh staphylocoocus yang
sudah resisten terhadap obat lain dengan dosis 0,5 gram IV tiap 68 jam. Pengobatan peroral dengan dosis 0,125-0,5 gram tiap jam
digunakan untuk enterokolitis terutama Clostridium difficle.
Efek Samping. Jarang terjadi efek samping. Flebitis pada
tempat suntikan dan demam mungkin terjadi. Gejala flushing yang
luas dapat juga terjadi (red man syndrome).
B. Bacitracin
Bacitracin merupakan campuran polipeptida

siklik

yang

dihasilkan dari Tracy Bacillus subtilis. Aktif terhadap mikroba gram


(+).

Karena

efek

toksisnya

yang

sistemik

bacitracin

jarang

digunakan.
Aktivitas obat ini sama seperti vancomycin yaitu untuk gram (+)
khususnya staphylococcus. Obat ini susah diabsorpsi di usus kulit,
mukosa, atau yang lain jadi sering digunakan untuk pengobataan
topical dengan dosis 500 unit/gram untuk menekan lesi permukaan
kulit, pada luka, atau pada mukosa.
Efek sampingnya adalah kerusakan ginjal secara mencolok,
menyebabkan

proteinuria,

hematuria,

dan

retensi

nitrogen

sehingga suah tidak digunakan. Reaksi alergi pada penggunakan


topikal jarang terjadi.
4.1.1. Golongan Inhibitor Sintetis Protein

Telah dibuktikan secara klinik bahwa Tetracyclin, amonoglycoside,


Chloramphenicol, Macrolides, dan Lyncomicin dapat menghambat sintetis
protein melalui kerja di ribosom. Sel bakteri secara umumnya mempunyai
PENGHAMBAT SINTETIS PROTEIN DI RIBOSOM

Tetracycline

Demeclocycline, Doxycycline, Minocycline, Tetracycline

Amikacin, Gentamycin, Neomycin, Metilmicin, Streptomcin, Tobramycin


Aminoglycoside
Macrolide

Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin

Cholramphenicol

Thiamphenicol

Lyncomycin

Clindamycin

beberapa tipe ribosom antara lain ribosom 30S, ribosom 50S, dan
ribosom 70S. Ribosom 80S yang terdapat manusia, tidak terdapat pada
bakteri sehingga golongan obat ini cenderung tidak berpengaruh
terhadap sintetis protein dalam jaringan manusia.
Gambar 5. Bagan pembagian golongan obat penghambat sintetis
protein

Kerja

penghambatan

di

masing-masing

ribosom

mempunyai

mekanisme yang berbeda. Golongan yang beraksi di ribosom 30S dan


70S adalah golongan tetracycline dan amiglycoside. Sedangkan golongan
lain beraksi di ribosom 50S. Penghambat sintetis protein terbagi dalam 5
kelompok

yaitu

Tetracyclin,

Amoniglycoside,

Macrolide,

Chloramphenicol, dan Lyncomycin.


4.

TETRACYCLINE
Tetracycline yang pertama kali ditemukan adalah chlortetracycline
yang diisolasi dari Streptomycecs aureofaciens.
A. Struktur Kimia
Semua tetracycline mempunyai struktur yang sama. Obat ini
tersedia sebagai hidroklorida yang lebih larut. Larutan tersebut
bersifat asam dan mudah berikatan erat dengan ion-ion logam
bervalensi 2 dan dapat mengganggu absorpsi dan aktivitas.

Gambar 6. Struktur kimia tetracyclines

B. Aktivitas Antimikroba
Tetracycline cenderung merupakan antibakteri spektrum luas.
Bersifat bakteristatik baik untuk gram (+) dan gram (-) , bakteri
anaerob, riketsia, clamidia, micoplasma, serta untuk beberapa
protozoa misalnya amuba.
Tetracyclin memasuki mikroba melalui difusi pasif dan transport
aktiv sehingga pada mikroba yang rentan terdapat penumpukan
obat ini di dalam sel. Tetracycline kemudian terikat reversible ke
reseptor pada subunit 30S ribosom dalam posisi yang menghambat
pengikatan aminoasil-tRNA ke tempat akseptor pada komplek
mRNA ribosom. Efek lanjut adalah mencegah penambahan asam
amino baru ke rantai peptide yang tumbuh.
C. Resistensi
Resistensi muncul dengan perubahan permeabilitas pasif dan
juga tidak adanya transport aktif terhadap tetracycline. Resistensi
ini muncul dipengaruhi genetik. Kontrol resistensi oleh plasmid juga
dapat resisteni terhadap obat golongan lain. Penggunaan secara
luas tetracycline bertanggung jawab terhadap resistensi terhadap
obat lain.
D. Farmakokinetik
Absorpsi tetracycline di usus bervariasi antara beberapa obat.
Beberapa ada yang tetap di usus dan dikeluarkan di tinja. Obat
chlortetracycline hanya 30% diasorpsi. Jenis lain hanya 60-80%
untuk

oxytetracycline

dan

demeclocycline,

90-100%

untuk

doxycycline dan minocycline. Absorpsi paling baik di usus halus


bagian atas dan baiknya pada saat tidak makan karena dapat
diganggu jika ada kation bervalensi dua (Ca 2+, Mg2+, Fe2+), terutama
dalam susu

dan antasida.

Pemberian

parenteral

tetracycline

biasanya diracik dengan buffer khusus


Dalam darah terjadi ikatan protein berbagai tetracycline sebesar
40-80%. Dengan dosis oral 500 mg tiap 6 jam dapat mencapai

kadar

4-6

g/mL

oxytetracycline.

untuk

tetracycline

hydrochlorid

dan

Doycycline dan minocycline agak lebih rendah.

Suntikan IV membuat kadar lebih tinggi untuk sementara waktu.


Distribusi tidak dapat mencapai cairan serebrospinal. Minosiklin
khas karena konsentrasi yang tinggi di air mata dan air liur.
Tetracycline dapat melintasi plasenta dan air susu.
Ekskresi terutama di empedu dan urin. Di empedu ekskresinya
lebih banyak dan mungkin diabsorpsi kembali di usus untuk
mempertahankan kadar di serum. Sekitar 50% jenis tetracycline
diekskresi di glomerulus ginjal dan dipengaruhi oleh keadaan gagal
ginjal.

Doxicycline

dan

minocycline

diekskresi

lebih

lambat

sehingga di dalam serum lebih lama.


E. Kegunaan Klinik
Tetracycline merupakan obat spektrum luas pertama dan telah
digunakan sewenang-wenang. Merupakan obat terpilih untuk infeksi
Mycoplasma pneumoniae, Clamidia, serta ricetsia. Obat ini juga
berguna untuk infeki bakteri campuran infeksi saluran pernafasan
misalnya sinusitis dan bronchitis. Dapat digunakan untuk infeksi
Vibrio dan kolera namun resistensi telah dilaporkan.
Tetracycline efektif untuk infeksi infeksi melalui hubungan
seksual yang disebabkan clamidia. Doxycycline efektif terhadap
leptospirosis. Untuk protozoa yang dapat dihabat oleh tetracycline
adalah

Entamoeba

hitolitika

atau

Plasmodium

falciparum

(Doxicycline).
F. Efek Samping
Efek samping yag bisa timbul antara lain :
a. Efek samping pencernakan seperti mual, muntah dan diare
karena

engubah

flora

normal.

Hal

ini

merupakan

alasan

penghentian dan pengurangan pemberian tetracycline.


b. Penumpukan di tulang dan gigi tetracycline sering terjadi. Kontra
indikasi pemberian pada ibu hamil karena dapat menumpuk di
gigi janin yang menyeabkan kekuning-kuningan pada gigi serta
penumpukan

di

tulang

yang

menyebabkan

gangguan

pertumbuhan pada janin dan anak umur dibawah 8 tahun.

c. Hepatotoksis juga dapat diberikan jika diberikan pada dosis


besar atau telah terjadi insuficiensi hepar sebelumnya.
d. Trombosis vena dapat terjadi pada pemberian IV
e. Hiperfotosensitif terutama demeclocycline
f.

Reaksi

vestibular

seperti

pusing,

vertigo,

mual,

muntah

(minocycline)
5.

AMINOGLYCOSIDE
Aminoglycoside berasal dari berbagai spesies Streptomyces.
Sampai saat ini yang masuk kelompok ini adalah Stretomycin,
neomycin, gentamycinm dan lain-lain. Semua obat ini menghambat
sintetis protein
resistensi.

dan

Semua

punya

kelemahan

aminoglykoside

dalam

punya

berbagai

potensi

macam

ototoksis

dan

nefrotoksik.
Penggunaan pada umumnya digunakan terhadap bakteri enteric
gram (-) terutama pada bakteriemia, sepsis, atau endocarditis.
A. Struktur Kimia
Aminoglycoside memiliki inti heksosa di samping streptidin atau
deoxistreptamin.

Dimana

gula

amino

terikat

dengan

ikatan

glikosida. Aminoglycoside larut dalam air, stabil dalam larutan dan


lebih aktif dalam keadaan pH alkali daripada asam.

Gambar 7. Struktur kimia Aminoglycoside secara umum

B. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja

aminoglycoside

adalah

pernghambatan

irreversible sintetis protein. Diawali dengan proses tranpot aktif


yang bergantung pada oksigen sehingga tidak efektif terhadap
kuman anaerob. Proses selanjutnya adalah berikatan dengan
subunit

30S

ribosom.

Proses

sintetis

dihambat

degan

cara

mengganggu komplek awal pembentukan peptide, menginduksi

kesalahan

baca

mRNA,

serta

pemecahan

polisom

menjadi

monosom yang tidak berfungsi.


C. Resistensi
Ada 3 mekanisme resistensi yang telah diketahui :
a. Adanya enzim yag menginaktifasikan aminogycoside dengan
adenilasasi, asetilasi, dan fosforilasi.
b. Perubahan permeabilitas
c. Perubahan reseptor di ribosom

STREPTOMYCIN
Streptomycin

dihasilkan

dari

Streptomyces

grieus.

Turunannya adalah dihidrostreptomycin. Aktivitas antibakteri


dan resistensi masih sama dengan jenis yang lain. Streptomycin
efektif untuk mikobakteria dan beberapa spesies lain (infeksi
pes, tularemia, dan bruselosis dengan dosis 1 gram/hari ) serta
pengobatan kombinasi untuk memperkuat efektifitas antibakteri
yang lain. Efek Samping yang bias timbul adalah alergi dan
gangguan vestibular-vertigo dan keseimbangan

GENTAMICIN DAN TOBRAMYCIN


Baik gentamycin dan tobramycin efektif terhadap gram
(+) dan gram negatif. Spktrum aktivitas kedua obat ini sama
dengan menghambat banyak strain stafilokokus, koliform, dan
bakteri gram (-) lainnya. Kombinasi yang efektif adalah dengan
dengan

karbenisilin

atau

tikarsilin

untuk

pengobatan

pseudomonas, proteus, enterobacter, dan klebsiella. Namun


banyak sterptokokus resisten terhadap gentamycin.
Pemberian IM atau IV gentamycin atau tobramycin
biasanya digunakan untuk infeksi berat (sepsis) pseudomonas,
enterobacter, proteus yang telah resisten dengan obat lain.
Dengan dosis 5-7 mg/kg/hari IM atau IV obat ini dipadukan
dengan cephalosporin atau penicillin untuk pengobatan yang
lebih efektif. Kombinasi dengan penicillin-G dapat digunakan
untuk endocarditis yang disebabkan oleh S viridans dan S

faecalis. Gentamycin 0,1-0,3% dalam krim atau obat salep


sering digunakan untuk luka bakar, luka, dan lesi kulit yang
terinfeksi.

Efek

samping

kedua

obat

analog

dengan

aminoglycoside lain, seperti nefrotoksisitas dapat terjadi.

KANAMYCIN & NEOMYCIN


Kedua obat ini juga berhubungan erat karena mempunyai
resistensi silang yang lengkap. Neomycin susah diasorpsi secara
oral, ekskresi terutama di glomerulus. Penggunaan secara
perenteral obat ini telah lama dihindari karena efek nefrotoksis
dan ototoksis yang jelas setelah pemberian. Peggunaan paling
sering adalah untuk topical atau suntikan ke dalam sendi,
rongga

pleura,

atau

rongga

abses

dimana

ada

infeksi.

Penggunaan peroral masih digunakan untuk mengurangi flora


usus sebelum pembedaha.

AMIKACIN
Amikacin

merupakan

turunan

dari

kanamycin

yang

kurang toksis namun lebih resisten terhadap enzim penginaktif


gentamycin

sehingga

digunakan

terapi

kedua

setelah

gentamycin. Penggunaan amikacin efektif untuk banyak bakteri


Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, dan Serratia.

NETILMYCIN
Keuntungan Netilmycin adalah obat ini cenderung lebih
tahan terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh bakteri yang
resisten terhadap gentamycin dan tobramycin. Indikasi terutama
pada infeksi iatrofenik serta infeksi yang beresiko untuk terjadi
sepsis.

6.

MACROLIDES
Macrolides termasuk golongan senyawa yang mempunyai cincin
makrolide. Contoh obat ini yang terkenal adalah erythromycin.
Penggunaan

macrolide

terbatas

pada

infeksi

korinebakterium,

klamidia,

mycoplasma dan

legionella.

Contoh

macrolide

adalah

Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin, dan Spiramycin


A. ERYTHROMYCIN
Erythromycin merupakan obat macrolide yang dihasilkan dari
Streptomyces erythreus. Aktvitas dapat hilang pada suhu 20 0C dan
pH asam. Sediaan pada umumnya berupa garam. Erythromycin
masih

efektif

terhadap

organisme

gram

positif,

terutama

pneumokokus, streptokokus,, dan korinebakterium. Organisme lain


seperti mycoplasma, Clamydia trachomatis, dan Helicobacterium
juga peka. Resistensi dijumpai pada beberapa pneumokokus dan
streptokokus dengan perubahan pada reseptor. Dikontrol dengan
genetik dan plasmid.
Karena tidak tahan asam, erythromycin basa dirusak di dalam
lambung dan pemberian peroral harus diberikan dalam bentuk
enteric coating atau dalam bentuk stearat ester. Dosis peroral 2
g/hari mencapai kadar serum 2 g/mL. Sejumlah besar hilang
dalam feses. Distribusi tidak dapat menembus sawar otak. Obat ini
menembus plasenta dan mencapai janin. Ekskresi dilakukan dalam
empedu
Erythromycin digunakan dalam infeksi Corynebacterium (difteri,
sepsis, eritrasma), Infeksi klamedia pada saluran pernafasan,
neonantus, mata, atau genialia, Pneumonia oleh Mycoplasma dan
Legionella. Dosis oral diberikan 0,25-0,5 gram tiap 6 jam. Efek
samping yang bisa muncul berupa anoreksia, mual, muntah, dan
sifat toksis terhadap hepar.
B. SPIRAMYCIN
Spiramycim punya spectrum yang sama dengan erythromycin
namun lebih lemah. Keutungannya adalah daya penetrasi yang
kuat di jaringan mulut, tenggorokan dan saluran nafas sehingga
sering digunakan untuk ISPA yang sukar dicapai dengan antibiotik
7.

lain.
CHLORAMPHENICOL
Chloramphenicol berasal dari isolasi Stretomyces venezuelae.
Sifat kristal chloramphenicol sangat larut dalam alcohol dan sukar larut
dalam air. Namun Chloramphenicol suksinat sangat larut dalam air.
Obat ini mempunyai efek kuat penghambat sintetis protein
mikroba. Obat ini bersifat bakteriostatik untuk kebanyakan bakteri,

namun tidak efektif untuk klamidia. Mekanisme resistensi muncul


dengan berkurangnya permeabilitas terhadap chloramphenicol dan
munculnya senyawa cholramphenicol acetyltransferase yang dapat
menginaktifasikan obat ini.
Obat ini sangat efektif untuk infeksi antara lain :
1.

Salmonella simtomatik

2.

Infeksi serius H influenza seperti meningitis,

3.

Infeksi meningokokus dan pneumokokus pada SSP

4.

Infeksi anaerobik pada SSP


Pemberian

diberikan

secara

oral

(2

gram/hari)

maupun

parenteral (chloramphenicol suksinat 25-5 mg/kg/hari). Obat ini dapat


mencapai SSP dengan kadar yang sama dengan di dalam serum. Obat
ini mudah diinaktifasikan di dalam hati. Ekskresi terutama di tubulus
ginjal dab sebagian kecil di empedu. Dosis tidak perlu dikurangi pada
gagal ginjal namun sangat dikurangi pada gagal hati.
8.

CLINDAMYCIN/LYNCOMYCIN
Clindamycin merupakan turunan dari lyncomycin. Keduanya
mempunyai

aktivitas

yang

menyerupai

erythromycin

namun

clindamycin lebih kuat dalam mengatasi infeksi banyak bakteri kokus


gram

(+),

kecuali

enterokokus,

Haemopgilusm

Niseria,

dan

Mycoplasma yang resisten.


Pemberian secara oral 0,15-0,3 gram tiap 6 jam sedangka untuk
IV diberikan 600 mg tiap 8 jam. Obat ini tidak dapat mencapai SSP.
Ekskresi terutama di dalam hati, empedu dan urin.
Indikasi yang penting adalah untuk mengobati infeksi anaerob
berat oleh Bacterioid dan kuman anaerob lainnya. Penggunaan lainnya
sering kali digunakan pada infeksi yang berasal dari saluran genital
wanita seperti sepsis karena keguguran atau abses pelvis.
4.1.2. Golongan Inhibitor Fungsi Dan Sintetis Asam Nukleid
Obat-obat penghambat sintetis DNA terdiri dari 3

golongan

mekanisme, yaitu penghambat replikai DNA, penghambat polymerase


rNA, dan penghambat metabolisme nukleotid. Obat golongan inhibitor
replikasi

DNA

bekerja

dengan

mem-blok

aksi

gyrase

dan

DNA

topoisomerase. Sedangkan golongan inhibitor polymerase menghambat

dengan cara berikatan kuat dengan rNA polymerase. Golongan inhibotor


metabolik nukleid seperti Acyclovir menghambat sintetis DNA dengan
cara konversi senyawa ini menjadi tiphosphate dan menghambat
thymidine kinase dan polymerase DNA sehingga ada penambahan DATP
ke dalam DNA dan kekurangan tymine untuk replikasi DNA
Golongan rifamycin menghambat dengan cara melekat pada enzim
polymerase rNA sehingga DNA yang telah bertrankripsi tidak bisa diubah
menjadi mRNA. Golongan terakhir menghambat DNA girase sehinga tidak
terjadi proses trankripsi pembelahan DNA.

PENGHAMBAT SINTETIS

Rifamycin

Quinole
Floroqunolone
Netroimidazole

Inhibitor Polimerase
Inhibitor
InhibitorMotabolisme
Replikasi
rNA
Nukelotid
DNA

Metronidazole

Gambar 8. Bagan pembagian golongan penghambat sintetis DNA

1. QUINOLONE
Quinolone merupakan turunan obat dari nalidixic acid. Obatobat pendahulu quinolone ini mempunyai spektrum yang lebih kecil
dan biasanya digunakan untuk antiseptik saluran kemih. Turunan
terbaru yang mempunyai aktivitas antimikroba lebih baik terbagi
menjadi beberapa generasi, antara lain :
A. Generasi I : cinoxacin, flumequine, nalidixic acid, oxolinic acid,
piromidic acid, pipemidic acid, rosoxacin
B. Generasi II : ciprofloxacin, enoxacin, fleroxacin,

lomefloxacin,

nadifloxacin, norfloxacin, ofloxacin, pefloxacin, rufloxacin


C. Generasi

III

balofloxacin,

gatifloxacin,

grepafloxacin,

levofloxacin, moxifloxacin, pazufloxacin, sparfloxacin, temafloxacin,


tosufloxacin

D. Generasi IV : clinafloxacin, garenoxacin, gemifloxacin, sitafloxacin,


trovafloxacin, prulifloxacin,
Pemberian

quinolone

diberikan

secara

oral

dan

ekskresi

terutama di ginjal. Quinolone sering digunakan dalam infeksi saluran


kemih

walaupun

terhadap

disebabkan

bermacam-macam

karena
obat.

infeksi

bakteri

Norfloxacin

400

yang

kebal

mg

atau

ciprofloxacin 500 mg diberikan peroral 2 kali sehari. Selain itu juga


dapat diberikan untuk diare infeksi, infeksi tulang, sendi, intra
abdominal, serta pada infeksi mikobakterium
2. METRONIDAZOLE
Metronidazole sering digunakan sebagai obat antiprotozoa untuk
pengobatan

tricomoniasis,

giardia

lambia,

coli,

serta

infeksi

amubiasis lainnya. Namun selain itu metronidazole mempunyai efek


antibakteri trhadap banyak kuman anaerob. Metronidazole diberikan
secara oral dan kemudian tersebar di jaringan tubuh sampai ke
serebrospinal. Ekskresi terutama di urin. Untuk pengobatan infeksi
anaerob, metronidazole sering digunakan untuk menurunkfan infeksi
pasca operasi apendektomi, bedah kolon, dll. Beberapa infeksi seperti
B fragilis, klstridia kadang-kadang masih menunjukkan respon.
3. RIFAMYCIN
Rifamycin masih terbukti aktif terhadap beberapa kokus gram
(+) dan (-), serta beberapa bakteri enteric, mikobakterium, klamidia,
dan poxvirus. Sayangnya banyak laporan mengenai resistensi bakteri
yang cepat terhadap pengobatan tunggal rifamycin sehingga tidak
boleh diberikan sendiri. Rifamycin diabsopsi baik secara peroral, dan
diekskresikan melalui hati ke dalam empedu.
Rifamycin diberikan dengan dosis 600 mg/hari dapat diberikan
untuk pengobatan TB bersamaan dengan pemberian INH, etambutol,
dll. Efek sampingnya menimbulkan warna oranye pada urinm keringat,
air mata yang sebenarnya tidak berbahaya.
4.1.3. Golongan Penghambat Membran Sel

PENGHAMBAT MEMBRAN SEL

Polymyxin
Polyenes
Imidazole
Gambar 9. Bagan pembagian obat penghambat fungsi membran sel

Yang

termasuk

imidazole,

dll.

golongan

Kerja

obat

golongan

ini

ini

adalah

adalah

polymyxin,

polyenes,

mengganggu

intregitas

fungisonal membran sitoplasma sehingga terjadi kematian pada bakteri.


Polymyxin bekerja pada membran bakteri gram (-) yang kaya fosfatidil
dan bekerja seperti detergen. Polyenes juga bekerja hampir sama namun
melekat pada jamur karena jamur mengandung ergosterol sehingga akan
terbentuk sebuah pori. Mekanisme lain ditunjukkan oleh imidazole
dengan cara penghambatan sintetis ergosterol.
1. POLYMYXIN
Polymyxin merupakan golongan polipeptida basa dan aktif
terhadap bakteri gram (-). Obat ini mempunyai efek nefrotoksis yang
hebat sehingga banyak ditinggalkan kecuali polymyxin B dan E.
Polymyxin bekerja sebagai bakterisidal dan tidak

dapat

diabsorpsi di dalam usus sehingga diberikan secara parenteral.


Walaupun begitu konsentrasi di dalam darah dan jaringan cenderung
rendah karena diikat erat oleh sel-sel mati. Ekskresi terutama di ginjal.
Penggunaan polymyxin sekarang dibatasi pada penggunaa
topical. Lerutan polymyxin B 1-10 mg/mL diberikan pada permukaan
yang terinfeksi, atau disuntikkan ke dalam pleura ataupun sendi. Efek
samping yang ditakutkan pada pemberian sistemik adalah efek
nefrotoksisnya.
4.1.4. Golongan Inhibitor Metabolisme
Golongan ni mempunyai efek kerja seperti pada golongan penghambat
sintetis DNA, yaitu penghambatan dalam proses pembentukan purin.
Yang termasuk golongan ini adalah sulfonamide dan trimetropim. Suatu

kombinasi

antara

golongan

sulfonamide

thrimethropim

dapat

mengoptimalkan kerja golongan ini dengan contoh co-tromoxazole.

PENGHAMBAT METABOLIK

Mafenide, Silver
Sulfadiazine, Succinysulfathiazole, Sulfacetamide, Sulfadiazine, Sulfamethoxazole, Sulfa
SULFONAMIDE

THRIMETHROPIM
Campuran

Pyrimethamine, thrimethropim
Co-trimoxazole

Gambar 10. Bagan pembagian golongan penghambat metabolik


1. SULFONAMIDE
Sulfonamide secara struktural analog dengan asam p-amino
benzoat (PABA). Obat ini bekerja secara bakteriostatik. Cara kerjanya
adalah pengubahan sulfonamide oleh enzim dihidrofolat sintase
menjadi analog asam folat yang tidak berfungsi. Normalnya enzim
inilah yang bertugas mengubah PABA menjadi asam dihidrofolat. Jadi
sulfonamide hanya efektif terhadap bakteri-bakteri yang tidak dapat
membuat PABA atau membutuhkan PABA ekstrasel. Resistensi muncul
apabila

bakteri

tersebut

bermutasi

memproduksi

PABA

yang

berlebihan, perubahan struktur enzim.


Sulfonamide kebanyakan diberikan secara peroral dan dapat
didistribusikan ke semua jaringan termasuk ke cairan serebrospinal.
Ekskresi terutama dilakukan oleh glomerulus ginjal dengan kadar
dalam urin bias mencapai 10-20 kali konsentrasi dalam darah.
Penggunaan sulfonamide sering digunakan secara peroral untuk
infeksi saluran kemih yang belum diobati sebelumnya, infeks clamidia
pada mata dan saluran genital. Infeksi bakteri seperti streptokokus Bhemolitikum, meningokokus dulu digunakan namun sekarang sudah
banyak terjadi resisten.
Efek samping yang dilaporkan adalah pengendapan sulfonamide
di saluran kemih sehingga dapat menyebabkan obstruksi. Efek ini
dapat dicegah dengan pemberian sulfonamide paling larut. Efek

lainnya adalah gangguan hematopoetik berupa anemia (heolitik atau


aplastik) granulositopenia, trombositopenia, dan reaksi leukomoid.
2. THRIMETHROPIM
Thrimethropim bekerja dengan cara penghambatan kerja enzim
asam

dihidrofolat

reduktase

yang

bertugas

mengubah

asam

dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat. Absorpsi baik melalui usus


dan distribusi luas seperti sulfonamide. Sifatnya lebih larut dalam lipid.
Pengobatan dengan thrimethropim tunggal dapat diberikan
untuk infeksi saluran kemih akut. Selain itu karena thrimethropim
dapat

terakumulasi

pada

cairan

prostate

dan

cairan

vagina,

thrimethropim sering digunakan pada infeksi prostate dan vagina.


Efek samping serupa dengan sulfonamide berupa gangguan
hematopoetik

seperti

anemia

megaloblastik,

leukopenia,

dan

granulositopenia.
3. CO-TRIMOXAZOLE
Gabungan kombinasi antara sulfonamide dan thrimethripim ini
sering kali digunakan. Karena thrimethropim punya kelarutan lipid
yang besar, perbandingan thrimethropi : sulfonamide = 1 : 5 untuk
tiap co-trimoxazole.
Penggunaan obat ini biasanya berupa pengobatan pilihan untuk
infeksi pneumonia oleh P carinii, entriris karena Shigella dan infeksi
salmonella

sistemik

setelah

resisten

terhadap

Ampicillin

dan

khoramphenicol. Penggunaan lain adalah pengobatan infeksi saluran


kemih dan prostate.

BAB III
KESIMPULAN

1. Antibiotik adalah senyawa-senyawa yang dapat menghambat dan membunuh


bakteri
2. Antibiotik dapat terbagi berdasarkan aktivitas dalam membunuh yaitu
bakteriosid dan bakteriostatik
3. Antibiotik dapat terbagai berdasarkan tempat mekanisme kerja yaitu :
Penghambatan

sintetis

dinding

bakteri,

Penghambat

membran

sel,

Penghambatan sintetis protein di ribosom, Penghambatan sintetis asam


nukleat, dan Penghambatan metabolik (antagonis folat)
4. Resistensi terhadap antibiotik muncul karena beberapa mekanisme seperti :
dihasilkannya enzim yang merusak aktivitas obat; pengubahan permeabilitas
terhadap obat; adanya perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat;
adanya perubahan jalur metabolitk yang dihambat; adanya perubahan enzim
yang tetap dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi lebih sedikit
dipengaruhi oleh obat.

You might also like