You are on page 1of 24

Efek Polimerisasi dan Ph

Silika Terhadap Scaling


Geothermal
Dennis
M. Afkarul Haq
M. Taufiqurrahman
Syahronidavi Alghifari
Toga Raja Simanullang

OUTLINE
SCALING :
- Definisi
- Penyebab
- Metode Penanggulangan
POLIMERISASI SILIKA
.

PENELITIAN :
- Eksperimen 1
- Eksperimen 2
- Eksperimen 3
- Eksperimen 4
- Eksperimen 5
PEMBAHASAN
KESIMPULAN

SCALING
Scale berupa endapan jenuh silika
Definisi yang
terbentuk
dalam
sumur
pemboran dan peralatan-peralatan
Penyeb pemboran.
Konsentrasi silica
ab
Keadaan polimerisasi
Suhu air
Pola aliran
Nukleasi.
Catatan :
1. Semakin tawar airnya, scaling semakin rendah.
2.Geothermal tipe brine mengandung silica scale yang
sangat rumit.
3. Kalsit, gypsum, presipitasi besi dapat mengakibatkan
terjadinya nukleasi

METODE
PENANGGULANGAN
Direct discharge in river
Di Wairakei, Selandia Baru, silika dihilangkan dengan mengganti
sistem katup, agar air discharge tersebut dibuang ke sungai
Walkato.
Re-injeksi pada suhu 150oC
Di Ahuachapan, El Salvador, sungai La Paz, dimana air yang
tidak tertampung/sisa diinjeksikan kembali pada suhu 150 oC.
Akibatnya, limbah dan polutan akan kembali ke reservoir.
Genangan discharge water
Di Otake, Jepang, dilakukan sistem genangan discharge water
sebelum dibuang ke sungai. Pada awalnya air tersebut sangat
jenuh dengan silica monomer, kemudian akan terjadi proses
polimerisasi menjadi partikel silica koloid. Selanjutnya, dialirkan
air yang akan berfungsi untuk membersihkan endapan silica
yang ada.
Penguapan discharge water
Di Cerro Prieto, Mexico, terdapat saluran pembuangan yang
dialirkan menuju danau. Dimana, penguapan yang terjadi di
danau cukup untuk menyeimbangkan aliran tersebut.

Polimerisasi Silika
Tingkat dimana polimerisasi silika terjadi pada suhu
90C yang telah dideterminasi dengan menempatkan
discharge water dari berbagai sumur ke botol teflon
screw-top, yang kemudian akan ditempatkan kedalam
sebuah saluran air panas atau tangki. Secara periodik,
sampel dilakukan analisis dengan metode-metode yang
digunakan oleh Rothbaum and Rohde (1979); yang
dilakukan penentuan total silica dari atomic absorption
dan monomeric silica (termassuk silica dimeri dan
trimeric) dengan metode mplybdo-silicate.

Gambar 1. Perbandingan perubahan konsentrasi


dari monomeric silica dengan waktu dari discharge
water pada sumur Broadlands 22 dan 11 Wairakei
mixed well.

TIAN

Tabel 1. Hold-up time, pH, temperature and silica concentration


of discharge waters in Experiment I-V

Eksperimen 1
Percobaan-1 1975 (Sumur Broadlands 22)
Stream A: hold-up time 10 menit
Stream B: hold-up time 40 menit

Percobaan dilakukan dengan pilot-plant yang pada


dasarnya menggunakan menggunakan dua tanki yang
berukuran 5m3. Pada tangki yang pertama, air dialirkan
secara menerus dan terdapat dua pipa sebagai media
untuk mendistribusi yang ditempatkan pada bagian atas
dan bawah dari tangki yang kemudian pastikan pola
aliran vertikal laminar berjalan dengan baik. Tangki yang
kedua merupakan tangki yang berguna sebagai tempat
pengendapan untuk kalsium silica.

Kerak/endapan dari aliran


A terdiri dari material yang
kasar yang orientasinya
terhadap arah aliran, dan
sangat
melekat
pada
bagian dasar. Sedangkan
untuk kerak/endapan B
terdiri dari material yang
berukuran lebih halus dan
lembut, dan relatif dapat
dilepas dengan mudah oleh
gesekan. Secara umum,
perbedaan antara aliran A
dan
B
terletak
pada
polimerisasi silica didalam
air; pada stream A 10 kali
lebih besar dari aliran B.
Air dari aliran A 10C lebih
panas daripada aliran B.

Eksperimen 2
Eksperimen II (1975 1976) Sumur Broadlands 22
Aliran C: waktu penahanan 3 menit
Aliran D
: waktu penahanan 30 menit
Aliran E : waktu penahanan 90 menit
Mirip dengan eksperimen pertama, hanya saja terdiri dari 3
saluran.
Saluran ketiga dipanaskan dengan injeksi air (proses
pemanasan ini mahal dan efisiensinya tidak sebanding)
Rasio polimerisasi pada aliran C, D dan E sekitar 130:10:1
(gambar 1). Eksprerimen berlangsung selama 180 hari dengan
kondisi seperti yang terlihat pada tabel 2.
Sayangnya pada saat percobaan dilangsungkan terjadi
kemacetan pada sumur 22 sehingga silika terendapkan pada
katup aliran C yang menyebabkan aliran C memiliki aliran yang
tidak tetap.

Tabel.3. Berat dan analisis kuantitas Scaling pada Eksperimen 1 dan 2

Eksperimen 3
Eksperimen III (awal 1977) sumur Broadland 11
Aliran F : tidak ada waktu penahanan
Aliran G
: waktu penahanan 150 menit
pH tinggi menyebabkan kelarutan silika meningkat pada
aliran F, pengendapan silika disepanjang tile tidak
seragam. Pada tile pertama (tiap tile memiliki panjang 31
cm) pengendapan silika hanya sedikit, namun peningkatan
pengendapan silika terjadi sangat pesat dan silika
terendapkan dalam jumlah yang sangat banyak pada tile
terakhir (tile ke-20).
Bentuk dan kuantitas scaling pada aliran F mirip dengan
scaling pada aliran G. Aliran G menunjukkan bentuk scaling
yang seragam dari tile pertama hingga tile terakhir. Pada
aliran F terdapat endapan kuning yang tipis (mengandung
sulfur). Pada aliran G tidak ada endapan sulfur. Hal ini
disebabkan oleh oksidasi sulfida oleh udara menjadi sulfur.

Eksperimen 4
Eksperimen IV (1977) , Wairakei (perbukitan
tempat keluarnya air dari campuran berbagai
sumur-sumur)
STEAM H : HOLD UP TIME 3O MIN PH 8
STEAM J:HOLD UP TIME 30 MIN PH 4.
Percobaan pertama dilakukan (pada Steam H),dimana
air dialirkan langsung pada 3 section test yang berisikan
:
Kecepatan aliran 15:1
Kecepatan 50:1
Aliran pipa yang penuh air

kedua aliran yang mirip ditutup dengan asam sulfat melalui


kapiler (pada tingkat 900 g N H2SO4 per ton air discharge)
melalui takaran pipa kapiler, yang dipasok dari tangki
plastik yang disimpan pada kondisi level yang sama.
Tingkat takaran air dipertahan pada ph 4. Air diasamkan
kemudian dialirkan ke 3 bagian identik. Ph dan aliran air
dicek setiap hari. Ph dipantau menggunakan temperatur
tinggi ph elektroda dengan buffer dipertahankan pada
suhu 940C. Percobaan terus berlangsung selama 55 hari
dengan aliran disesuaikan dengan setiap section. Sangat
sedikit polimerisasi silika berlangsung selama percobaan
(dapat dilihat pada gambar 1)

Pada test section (I) kecepatan air sekitar 30 persen lebih besar
daripada di bagian Section (ii) .Jumlah Berat endapan dari
bagian section (i) dan section
(ii) adalah sama tetapi
kepadatan dari endapan agak tinggi di bagian kecepatan tinggi
(i) .Suatu endapan dari pipa bagian (iii) lembut dan rapuh.
Dalam keadaan asam dan tertutup pada aliran j
dengan ph dekat 4, tidak ada dapat dilihat deposite/endapan
yang jelas untuk 43 hari pertama.Diakhir dari test (Setelah 55
HariI) Endapan hanya memiliki ketebalan 0-1mm, dan dalam
ketika keadaan basah dengan mudah dihapus/dihilangkan.

Eksperimen 5
Eksperimen 5(Broadlands well 22)
Stream K: Hold up Time 4 min,Ph 8.6
Stream L: Hold Up time 4 min,Ph 8.6(1 week )Then Ph
4
Stream M:Hold Up Time 4 min,Ph 4
Penelitian ini hampir sama dengan percobaan lainnya. Aliran L
(sekarang memiliki lapisan yang dilapisi dengan endapan silika)
dan sedangkan aliran M (aliran baru) yang ditutupi dengan
pengasaman (500 g / t N H2S04) untuk mempertahankan ph
sekitar 4: ph diperiksa setiap harinya. Experiment V dibutuhkan
sekitar 5 kali dosis asam eksperiment IV, karena perairan
Broadlands yang jauh lebih dikontaminasi dengan bikarbonat
dibanding Wairakei .
Dari hasil percobaan maka di dapatkan hasil pada Stream K
dengan Ph 8.6,temperatur 780C lama percobaan 66 hari
dengan ketebalan scalling 1-8
dengan menghasilkan

Tabel 4. Kesimpulan data analisis eksperimen 1-5

PEMBAHASAN
Penelitian belakangan menjelaskan bahwa metode ponding
pada New Zealand tidak efektif untuk mengurangi scaling. T.
Yanagase dkk (1970) melaporkan bahwa pada lapangan Otake,
Jepang. 1 h pada metode ponding mengurangi deposisi silika ke
sepersepuluh dari tingkat awalnya. Kemungkinan metode
ponding pada daerah Otake mengubah karakter dari endapan
yang mengurangi adhesi setelah polimerisasi.
Penjenuhan pada air discharge mempunyai efek yang paling
besar pada kuantitas scaling yang terjadi. Hal ini dapat dilihat
pada ekperimen 3, dimana scaling yang terjadi meningkat 18x
sementara deposit Fe masih konstan, menunjukkan bahwa
deposit Fe berasal dari oksidasi oleh udara dan proses nukleasi
(McDowell (1974)). Mercado (1977) menunjukkan bahwa
tingkat scaling silika dari fluida geothermal berhubungan
dengan HCO3, kemungkinan nukleasi oleh kalsium karbonat.
Midkiff dan Foyt (1977) mencegah scaling dengan pelapis yang
dikombinasi dengan kalsium. Tabel 4 menunjukkan ketika
penjenuhan deposisi kalsium tetap konstan.

Tabel 6 menunjukkan perbandingan deposisi silika pada Wairakei dan


Broadlands yang berlawanan dengan penelitian Mercado (1977). Selain
itu, juga mengindikasikan bahwa tingkat aliran yang tinggi menurunkan
deposit silika. Tetapi, tidak pada penelitian 4 dimana kecepatan aliran
tidak berpengaruh pada kuantitas melainkan kejenuhan.
Melalui penelitian 4 dan 5 dapat disimpulkan efek PH pada scaling.
Pada Wairakei, penurunan PH dari 8 ke 4 menghasilkan 100x
pengurangan berat dari scaling yang terbentuk. Scaling yang terbentuk
pada air yang asama tidak menempel dan dapat dihilangkan. Penelitian
5 menunjukkan silika yang terbentuk pada PH 8-4 tidak meningkatkan
jumlah dari scaling pada air discharge yang asam. Menurut Rothbaum
dan Buisson (1977) , untuk menurukan tingkat scaling PH 4-4.5
optimum dalam presipitasi arsenik dengan Fe pada air discharge
Wairakei sehingga mungkin untuk menghilangkan arsenik dan silika.
Tetapi, resiko pada metode ini adalah terjadinya korosi pada pipa. Hal ini
terdapat pada tabel 5 dimana scaling hanya sedikit pada air discharge
bersifat asam dengan konsentrasi Fe yang tinggi.

Scaling merupakan kejadian yang bergantung pada ph. Ph 5-8 yang turun
menjadi 5 mengurangi scaling dan padatan yang menghambat. Sementara
penurunan ph ke 4,5 hampir menghabisi semua scaling. Tingkat korosi pada ph
ini dianggap masih dapat digunakan. Ada 2 hal yang dapat menjelaskan kenapa
silika yang rendah terjadi pada keadaan asam.
1. Kershaw (1970) memperkirakan bahwa asam memperlambat tingkat
polimerisasi silika yang kemudian menghambat deposisi. Tetapi, teori ini
masih sedikit dijelaskan dalam literatur. Pengendapan silika dapat terjadi
ketika semua silika berbentuk monomers (sebelum terjadi polimerisasi).
2. Jika deposisi silika di nukleasi oleh besi hidroksida, sulfida atau kalsium
karbonat seperti sugesti beberapa peneliti sebelumnya, maka peningkatan
keasaman akan mengurangi jumlah atom yang tersedia dan menghambat
deposisi silika. Pada penelitian 5, scaling pada air yang asam cenderung
rendah kalsium. Kandungan besi tidak terpengaruh cukup besar. Pada
penelitian 4, scaling dari air yang asam terkontaminasi oleh garam dan tidak
menghasilkan data yang mirip. Jika pengasaman mencegah nukleasi,
kemungkinan butuh ph dibawah 6 untuk efektif sebagai pengontrol scaling.
Penelitian sekarang lebih mendukung pada teori ini.

KESIMPULAN
Air geothermal yang kemudian sangat jenuh dengan silika akan
mengendapkan scaling silika. Polimerisasi silika sedikit
berpengaruh pada kuantitas scaling dan susunan kimianya.
Namun, silika dengan jenis yang berbeda dan polimerisasi
pada tingkat berbeda akan membentuk kenampakan fisik yang
berbeda pada konsentrasi yang tinggi, tidak pada konsentrasi
rendah yang kenampakan fisiknya seragam.
Pada New Zealand, membiarkan silika untuk berpolimerisasi
tidak efektif untuk mengontrol scaling.
Penjenuhan pada air geothermal yang keluar meningkatkan
jumlah scaling yang terbentuk. Kemungkinan akibat nukleasi
oleh besi hidroksida yang cepat terbentuk oleh oksidasi.

Pengasaman air pada ph 4-5 menurunkan tingkat scaling


ratusan kali dan menghasilkan scaling yang tidak mudah
mengendap (adhesif). Efek ini kemungkinan akibat
penurunan polimerisasi pada larutan yang asam. Tetapi,
besi dan kalsium yang tidak larut terbentuk pada larutan
asam.
Pengasaman air discharge dapat menjadi metode ekonomis
dalam mengurangi scaling, dengan catatan ph tidak terlalu
rendah untuk menyebabkan korosi. Pengasaman ini baiknya
dikombinasi dengan penghilangan arsenik oleh presipitasi
besi hidroksida.

Thanks!
Any questions?

You might also like