Professional Documents
Culture Documents
1. Biofiltrasi
2. Tray Drying
3. Heat Exchanger
4. Bioreaktor Enzimatik
5. Wetted Wall Column
MODUL BIOFILTRASI
I.
Tujuan Percobaan
II.
Teori
Salah satu teknologi yang digunakan untuk mengendalikan emisi politan adalah teknologi
biofilter. Biofilter memiliki beberpa kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain :
Biaya investasi dan operasional yang rendah
Stabil pada waktu lama
Memiliki daya degradasi polutan yang tinggi
Tidak menghasilkan produk berbahaya pada lingkungan
Dapat mengkonversi campuran organic dan anorganik menjadi pupuk oksidasi yang tidak
berbahaya
Pemilihan medium filter yang tepat merupakan factor penting yang mempengaruhi kinerja
biofilter karena aktifitas dan pekembangan medium filter berupa kemampuannya menyuplai
nutrisi bagi mikroorganisme.Salah satu medium gilter yang telah digunakan secara lias adalah
kompos karean hargaya murah, mengandung nutrisi yang tinggi, dan mudah diperoleh, serta
kaya akan kandungan mikroorganisme (Rakesh Govind, 2009). Selain medium filter, yang
mempengaruhi proses biofiltrasi adalah kelembabanm suhu, pH, kandungan nutrisi, kedalaman,
dan penurunan tekanan (Ottengraf, 1986)
Fungsi utama biofilter adalah untuk mengontakan mikroba dengan polutan yang
terkandung di aliran udara, Reaktorbiofilter tersebut berisikan material filter yang merupakan
tempat berkembang biak bagi mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut tingal di dalam laisan
tipis film (disebut biofilm) yang mengelilingi permukaan media filter. Selama proses biofiltrasi,
aliran udara yang terpolusi dipompakan dengan lambat melalui biofilter dan polutan diadsorp ke
dalam media filter. Gas kontaminan didifusikan ke dalam biofilter dan diadsorb ke dalam
biofilm. Ini memberikan kesempatan bagi mikroorganisme untuk mendegradasi poluan dan
menghasilkan energy dan produk sampingan metabolis di dalam bentuk CO2 dan H2O, Proses
degradasi biologis ini terjadi melalui oksidasi, dan dapat dituliskan sebagai berikut:
Organik Polutan + O2 CO2 + H2O + Kalor + Biomassa
Q adalah debit volume kontaminan (m3/ jam) sementara Vf adalah volume medium filter (m3)
III.
Percobaan
3.1
Alat
2. Gas Chromatography;
3. Printer GC;
4. Lower pressure;
7. Kolom biofilter;
8. Thermo-hygrometer;
Kolom Biofilter
Gas Kromatografi
Syringe
: Penginjeksi gas ke GC
3.2
Gelas Ukur
Erlenmeyer
Kaca Arloji
Cawan Petri
Tabung Reaksi
Timbangan
Autoklaf
: Sterilisasi sampel
Bunsen
Transfer Box
Inkubator
Micropipet
Oven
Bahan
Gas sampel berupa campuran N2O dalam udara dengan konsentrasi 1500ppm
Kompos sebagai medium filter yang terdiri dari bahan organic berupa kotoran kambing
dan bulking agent berupa cocopeat dan sekam beras yang telah dipreparasi sebelumnya
engan proses pengeringan dan pengayakan.
Nutrient agar sebagai media agar untuk pembiakan bakteri yang akan digunakan untuk
perhitunan jumah koloni dalam sampel
Aquadest sebagai pelarut kompos dalam pengukuran pH, sebagai pelarut nutrient agar
3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1 Prosedur Uji Kalibrasi Gas (tidak dilakukan, hasil kalibrasi terlampir)
Mengalirkan gas N2O ke dalam gas trapyang kemudian ditutup dengan rapat.
Sampel diambil dari gas trap dengan menggunakan syringe kaca, dimana volum gas yang
diambil divariasikan dari 0,1; 0,3; 0,7; 1,0 ml.
Syringe kaca kemudian diinjeksikan ke dalam Gas Chromatography (GC) yang akan
mendeteksi keberadaan gas beserta konsentrasinya.
Membuat plot antara volum gas N2O terhadap luas peak N2O sehingga didapat garis
linear.
Kalibrasi gas N2O dilakukan dengan pengambilan data sebanyak dua kali (metode
duplikasi) untuk. memastikan keakuratan hasil kalibrasi gas N2O.
Shimadzhu
Kolom
Porapak Q
Suhu Kolom
- Injektor
60 C
- Detektor
100 C
He
Gas Carrier
Jenis Detektor
TCD
Mengalirkan gas sampel dengan kandungan N2O sebesar 15.000 ppm dalam udara
dengan laju alir tertentu untuk dilakukan biofiltrasi.
Mengambil gas sampel sebelum dansetelah biofiltrasi dengan syringe untuk dianalisis
pada kromatografi gas pada t = 1 jam, t = 8 jam, t = 24 jam dan t = 30 jam.
Mengukur pH medium filter sebelum dan setelah biofiltrasi.
Mengukur ketinggian medium filter pada t = 1 jam, t = 8 jam, t = 24 jam dan t = 30 jam.
Mengambil sampel kompos setelah dilakukan biofiltrasi untuk uji TPC (Total Plate
Count).
3.3.4 Pengukuran pH
Menyiapkan dan menimbang kompos yang akan diukur pH-nya sebanyak 5 gram.
Menyiapkan aquadest sebanyak 50 mL.
Melarutkan pelet kompos yang telah disiapkan ke dalam aquadest dan mengaduknya
hinggatercampur secara merata.
Memasukkan pH indikator ke dalam campuran tersebut untuk mengukur pH larutan. Hal
ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk menjaga keakuratan data.
Memasukkan pH meter ke dalam campuran tersebut untuk memperoleh nilai pH yang
lebih akurat. Hal ini juga dilakukan sebanyak 3 kali.
Merata-ratakan nilai pH yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan pH
indikator dan pH meter.
Mengambil larutan dilusi yang sesuai sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam cawan
petri yang sudah disterilkan.
Menambahkan 15 - 20 ml larutan nutrient agar yang sudah didinginkan hingga
temperature 45oC 1oC ke dalam cawan petri yang telah berisi larutan dilusi, memutar
cawan petri membentuk angka delapan supaya larutan sampel dan media agar tercampur
seluruhnya.
Mendiamkan medium agar selama beberapa menit hingga memadat.
Menginkubasi cawan petri tersebut pada suhu 34-36 oC selama 24 48 jam dengan
meletakkan cawan pada posisi terbalik.
Menghitung jumlah koloni yang ada pada cawan petri dengan bantuan mikroskop atau
kaca pembesar. Hitung jumlah bakteri per mL dengan rumus sebagai berikut :
3.4
Potensi Bahaya
Kompos
yang
digunakan
memberikan
aroma
tak
sedap
dan
berpotensi
3.5
DAFTAR PUSTAKA
Mc.Cabe, Warren L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. 4th edition. Mc.Graw-Hill
International Book Company: Singapore.
Perry, Robert H.Chemical Engineers Handbook.USA: McGraw-Hill
a. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menentukan kondisi variabel-variabel proses operasi pengeringan yang
diperlukan untuk melakukan operasi pengeringan optimum.
Mahasiswa mampu menggunakan Psychrometric Chart.
Mahasiswa mampu memprediksi laju pengeringan suatu padatan basah dalam suatu
persamaan empiris.
Untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel, variasi temperatur, dan variasi laju alir
udara terhadap laju pengeringan.
.
b. Teori
Konsep perpindahan massa dapat diterapkan dalam pengeringan (drying). Dalam
percobaan ini pengeringan akan dilakukan untuk mengeringkan suatu umpan solid/butiran
padat berupa pasir dengan berbagai ukuran menggunakan unit operasi yang dinamakan tray
dryer. Tray dryer adalah alat pengering yang dirancang untuk pengeringan bahan yang
membutuhkan wadah/pan. Pada alat ini terdapat tray-tray yang digunakan sebagai tempat
umpan yang dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan pada tray kedua dari atas.
Pengeringan dilakukan dengan mengalirkan udara yang dipanaskan dengan heater dan
kemudian mengalir ke arah tray-tray umpan. Udara panas inilah yang akan menguapkan air
yang terkandung dalam umpan hingga kering.
Pengeringan (drying) adalah salah satu proses penting dalam industri. Contoh industri
yang mengaplikasikan proses ini, yaitu industri semen, farmasi, dan susu. Pada proses ini
terjadi perpindahan massa (mass transfer) dan perpindahan kalor (heat transfer) antara udara
pengering dengan bahan padat yang akan dikeringkan. Perbedaan pengeringan dan evaporasi
adalah pada pengeringan, pemisahan air (yang relatif sedikit) dari bahan padatan, sedangkan
pada evaporasi (penguapan), pemisahan air (yang relatif lebih banyak) dari suatu larutan.
Persamaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Menghitung kandungan air:
Wi Wst
Ws
Xi
(1)
dengan
Xi
Ws
W 1
t As
Ri
Wi Wi
ti
ti
1
As
(2)
dengan,
R i = laju pengeringan (g H2O / menit.cm2)
As = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (menit)
vi A H
dengan,
m = laju penguapan (g/s)
vi
PV
nRT
(3)
m
RT
M
c. Prosedur
a. Alat dan Bahan
1. Alat
Timbangan
Tray Drier
Anemometer
(4)
2. Bahan
Air
Pasir
b. Percobaan
b.1 Kurva Pengeringan
Tujuan Percobaan
Menentukan kurva pengeringan berdasarkan laju pengeringan.
Prosedur Percobaan
1. Mengisi keempat tray dengan pasir basah (bahan non porous granular solid)
dengan tebal kira-kira 10 mm. Timbang dulu berat pasir kering sebelum
dijenuhkan dengan air dalam gelas kimia, juga drain dulu air bebasnya, dan catat
berat bahan basahnya.
2. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada posisi di tengah dan
pemanas pada posisi maksimum.
3. Mencatat berat pasir setiap interval waktu, selama operasi pengeringan.
4. Membuat tabel sebagai berikut
Berat bahan kering (Wo)
Waktu (menit)
Kandungan air
Laju pengeringan
5. Membuat kurva
a. Kandungan air vs waktu
b. Kandungan air vs Laju pengeringan
Laporan
1. Tentukan jumlah kandungan air yang hilang, laju pengeringan, serta laju
penguapan dengan menggunakan persamaa (1), (2), dan (3)!
2. Buatlah grafik waktu vs Xi, laju penguapan vx kandungan air, serta laju
pengeringan vs kandungan air!
2. Melakukan tahap-tahap percobaan seperti pada prosedur III.1 untuk tiap ukuran
partikel tebal pasir, serta jumlah air yang disempotkan dibuat sama.
3. Membuat tabel dan kurva hasil percobaan.
Laporan
1. Lakukan langkah-langkah perhitungan yang sama dengan b1 untuk setiap ukuran
partikel dan bandingkan!
Laporan
1. Lakukan langkah-langkah perhitungan yang sama dengan b1!
Laporan
1. Lakukan langkah-langkah perhitungan yang sama dengan b1!
2. Buatlah grafik perbandingan kandungan air, perbandingan laju pengeringan, dan
laju penguapan untuk setiap temperatur!
Daftar Pustaka
Mc.Cabe, Warren L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. 4th edition. Mc.Graw-Hill
International Book Company: Singapore.
Perry, Robert H.Chemical Engineers Handbook.USA: McGraw-Hill
I. Tujuan Percobaan
a) Melakukan Rekayasa Reaksi Enzimatis menggunakan Bioreaktor
b) Mengamati Perilaku reaksi pembentukan produk dalam bioreactor
II. Pendahuluan
a. BIOREAKTOR
Bioreaktor memiliki prinsip yang berbeda dengan reaktor biasa. Pada bioreaktor,
dapat digunakan untuk kultivasi sel atau mikroba dan dapat juga menggunakan
enzim sebagai katalis untuk mempercepat reaksi. Bioreaktor bekerja pada kondisi
steril yang dipengaruhi oleh pH, suhu, oksigen yang terlaur, dan lainnya. Bioreaktor
biasanya terdiri dari beberapa bagian yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini
bioreaktor adalah vaksin, antibodi, obat-obatan, bioenergi, zat bioaktif, dan lain
sebagainya. Tipe-tipe bioreaktor ada 3, reaktor batch, semi-batch, dan kontinyu.
c. KINETIKA ENZIMATIS
Dalam kinetika enzimatis, laju awal dengan dengan konsentrasi substrat. Selama
proses. Konsentrasi substrat akan jatuh. Pada gambar 4, ditunjukan variasi laju
reaksi dari reaksi enzim sebagai katalis dengan konsentrasi substrat. Berdasarkan
reaksi irreversibel orde 1
Dimana :
TG
= Trigliserida
FFA
= Enzim
III. Prosedur
a. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut,
A. Alat dan bahan untuk pembuatan larutan Buffer pH 7.0 [0.05 M]
1 buah labu ukur 50 mL
1 buah gelas beaker 100 mL
1 buah spatula
1 buah pipet tetes
1 buah kaca arloji
1 buah corong kaca
1 buah batang pengaduk
1 buah pH meter
0.3402 g KH2PO4
0.4355 g K2HPO4
B. Alat dan bahan untuk pembuatan larutan enzim
1 buah labu ukur 25 mL
1 buah spatula
1 buah pipet volum 25 mL
1 buah gelas beaker 50 mL
1 buah magnetic stirrer
25 mg Candida rugosa lipase
C. Alat untuk Eksperimen biokatalisis dalam bioreaktor
mmolKOH= M x V
Dimana
Dimana
CFFA0 = Konsentrasi asam lemak sebelum hidrolisis
CFFAt
Dimana
W
Fp
= Faktor Pengali
64
M KOH
= N KOH
c. Pertanyaan
1. Buat Kurva CFFA (mol) vs t (menit)
2. Buat kurva derajat hidrolisis (%) vs t (menit)
3. Gunakan model kinetika irrversibel first orde untuk menggambarkan perilaku
reaksi
4. Hitung derajat hidrolisis pada t= 45 dan 180 menit menggunakan model di no 3
Daftar Pustaka