You are on page 1of 23

PRAKTIKUM

UNIT OPERASI BIOPROSES 2

1. Biofiltrasi
2. Tray Drying
3. Heat Exchanger
4. Bioreaktor Enzimatik
5. Wetted Wall Column

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVESITAS INDONSIA

MODUL BIOFILTRASI

I.

Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui efisiensi reduksi gas dinitrogen monoksida dengan menggunakan


medium kompos berbasis kotoran kambing
Untuk mengetahui pengaruh proses adsorbsi dan degradasi N2O oleh mikroorganisme
terhadap pertumbuhan mikroorganisme di dalam medium filter
Untuk mengathui pengaruh proses biofiltrasi terhadap pH medium biofilter
Untuk mengetahui pengaruh kompaksi medium terhadap kinerja sistem biofilter

II.

Teori
Salah satu teknologi yang digunakan untuk mengendalikan emisi politan adalah teknologi

biofilter. Biofilter memiliki beberpa kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain :
Biaya investasi dan operasional yang rendah
Stabil pada waktu lama
Memiliki daya degradasi polutan yang tinggi
Tidak menghasilkan produk berbahaya pada lingkungan
Dapat mengkonversi campuran organic dan anorganik menjadi pupuk oksidasi yang tidak
berbahaya
Pemilihan medium filter yang tepat merupakan factor penting yang mempengaruhi kinerja
biofilter karena aktifitas dan pekembangan medium filter berupa kemampuannya menyuplai
nutrisi bagi mikroorganisme.Salah satu medium gilter yang telah digunakan secara lias adalah
kompos karean hargaya murah, mengandung nutrisi yang tinggi, dan mudah diperoleh, serta
kaya akan kandungan mikroorganisme (Rakesh Govind, 2009). Selain medium filter, yang
mempengaruhi proses biofiltrasi adalah kelembabanm suhu, pH, kandungan nutrisi, kedalaman,
dan penurunan tekanan (Ottengraf, 1986)
Fungsi utama biofilter adalah untuk mengontakan mikroba dengan polutan yang
terkandung di aliran udara, Reaktorbiofilter tersebut berisikan material filter yang merupakan

tempat berkembang biak bagi mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut tingal di dalam laisan
tipis film (disebut biofilm) yang mengelilingi permukaan media filter. Selama proses biofiltrasi,
aliran udara yang terpolusi dipompakan dengan lambat melalui biofilter dan polutan diadsorp ke
dalam media filter. Gas kontaminan didifusikan ke dalam biofilter dan diadsorb ke dalam
biofilm. Ini memberikan kesempatan bagi mikroorganisme untuk mendegradasi poluan dan
menghasilkan energy dan produk sampingan metabolis di dalam bentuk CO2 dan H2O, Proses
degradasi biologis ini terjadi melalui oksidasi, dan dapat dituliskan sebagai berikut:
Organik Polutan + O2 CO2 + H2O + Kalor + Biomassa

Karakterisitik Performa Biofilter


Kinerja biofilter dapat diketahui melalui penentuan karakterisitik performa biofilter.
Berikur ini adalah parameter untuk menentukan kinerja biofilter (Devinny et al, 199)

Efisiensi Reduksi (Removal Efficiency RE)


Efisiensi reduksi pada biofiltrasi digunakan untuk mendeskripsikan hasil kerja suatu biofilter. RE
adalah fraksi kontaminan yang dapat direduksi oleh biofilter dan dapat ditinjau sebagai suatu
presentase.
(14)

Ci dan Co adalah konsentrasi kontaminan masuk dan keluar (ppmv, g m-3)

Kapasitas Eliminasi (Elimination Capacity EC)


EC adalah masa kontaminan yang terdegradasi per satuan volum medium filter per satuan waktu.
Tipe unit untuk kapasitas eliminasi adalah jumlah gram polutan per m3 dari medium filter setiap
jam. Secara keseluruhan EC dapa dirumuskan :
(15)

Q adalah debit volume kontaminan (m3/ jam) sementara Vf adalah volume medium filter (m3)

III.

Percobaan

3.1

Alat

Gambar 1 Sistem Biofilter dan GC


Keterangan: 1. Upper pressure;

2. Gas Chromatography;

3. Printer GC;

4. Lower pressure;

5. Sampling port inlet;

6. Sampling port outlet;

7. Kolom biofilter;

8. Thermo-hygrometer;

9. Mass flow meter digital;

10. Mass flowmeter;

Kolom Biofilter

: Tempat medium filter

Gas Kromatografi

: Alat analisa kandungan gas

Syringe

: Penginjeksi gas ke GC

3.2

Gelas Ukur

: Untuk mengambil larutan dalam jumlah tertentu

Erlenmeyer

: Wadah pencampuran nutrient agar dan aquadest

Kaca Arloji

: Tempat untuk menimbang nutrient agar

Cawan Petri

: Tempat pembiakan bakteri dalam nutrient agar

Tabung Reaksi

: Tempat pengenceran larutan

Timbangan

: Mangukur berat bahan sampel

Autoklaf

: Sterilisasi sampel

Bunsen

: Memanaskan peralatan agar tetap steril

Transfer Box

: Tempat melakukan metode TPC

Inkubator

: Tempat menginkubasikan bakteri

Hot Plate Stirrer

: Memanaskan dan menhomogenkan medium agar

Micropipet

: Mengambil volume larutan yang kecil 1 ml

Oven

: Menstilisasi alat yang digunakan pada metode TPC

Bahan
Gas sampel berupa campuran N2O dalam udara dengan konsentrasi 1500ppm
Kompos sebagai medium filter yang terdiri dari bahan organic berupa kotoran kambing
dan bulking agent berupa cocopeat dan sekam beras yang telah dipreparasi sebelumnya
engan proses pengeringan dan pengayakan.
Nutrient agar sebagai media agar untuk pembiakan bakteri yang akan digunakan untuk
perhitunan jumah koloni dalam sampel
Aquadest sebagai pelarut kompos dalam pengukuran pH, sebagai pelarut nutrient agar

3.3

Prosedur Percobaan

3.3.1 Prosedur Uji Kalibrasi Gas (tidak dilakukan, hasil kalibrasi terlampir)
Mengalirkan gas N2O ke dalam gas trapyang kemudian ditutup dengan rapat.
Sampel diambil dari gas trap dengan menggunakan syringe kaca, dimana volum gas yang
diambil divariasikan dari 0,1; 0,3; 0,7; 1,0 ml.
Syringe kaca kemudian diinjeksikan ke dalam Gas Chromatography (GC) yang akan
mendeteksi keberadaan gas beserta konsentrasinya.

Membuat plot antara volum gas N2O terhadap luas peak N2O sehingga didapat garis
linear.
Kalibrasi gas N2O dilakukan dengan pengambilan data sebanyak dua kali (metode
duplikasi) untuk. memastikan keakuratan hasil kalibrasi gas N2O.

3.3.2 Prosedur Pengoperasian Kromatografi Gas


Mengalirkan gas carrier helium
Menyalakan GC (power GC : ON)
Mengatur temperatur operasi, injektor : 130C, kolom: 100oC, arus current dibiarkan
pada posisi 0
Tunggu hingga suhu stabil yang ditandai dengan lampu indikator suhu berkedip-kedip
Mengatur arus GC sesuai dengan gas carrier yaitu 160 mA
Menyalakan printer kromatografi
Mengatur parameter operasi (attenuasi 7)
GC siap dipakai

Tabel 2Spesifikasi Kromatografi Gas pada Percobaan

Merek dan Tipe

Shimadzhu

Kolom

Porapak Q

Suhu Kolom
- Injektor

60 C

- Detektor

100 C
He

Gas Carrier
Jenis Detektor

TCD

3.3.3 Prosedur Percobaan Biofiltrasi


Mempersiapkan kompos yang sudah dipreparasi.
Menimbang 700 gram kompos yang sudah dipreparasi.
Memasukkan medium filter tersebut ke dalam kolom biofilter dengan kedalaman tertentu.

Mengalirkan gas sampel dengan kandungan N2O sebesar 15.000 ppm dalam udara
dengan laju alir tertentu untuk dilakukan biofiltrasi.
Mengambil gas sampel sebelum dansetelah biofiltrasi dengan syringe untuk dianalisis
pada kromatografi gas pada t = 1 jam, t = 8 jam, t = 24 jam dan t = 30 jam.
Mengukur pH medium filter sebelum dan setelah biofiltrasi.
Mengukur ketinggian medium filter pada t = 1 jam, t = 8 jam, t = 24 jam dan t = 30 jam.
Mengambil sampel kompos setelah dilakukan biofiltrasi untuk uji TPC (Total Plate
Count).

3.3.4 Pengukuran pH
Menyiapkan dan menimbang kompos yang akan diukur pH-nya sebanyak 5 gram.
Menyiapkan aquadest sebanyak 50 mL.
Melarutkan pelet kompos yang telah disiapkan ke dalam aquadest dan mengaduknya
hinggatercampur secara merata.
Memasukkan pH indikator ke dalam campuran tersebut untuk mengukur pH larutan. Hal
ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk menjaga keakuratan data.
Memasukkan pH meter ke dalam campuran tersebut untuk memperoleh nilai pH yang
lebih akurat. Hal ini juga dilakukan sebanyak 3 kali.
Merata-ratakan nilai pH yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan pH
indikator dan pH meter.

3.3.5 Prosedur TPC (Total Plate Count)


Melakukan sterilisasi pada alat-alat yang akan digunakan untuk metode TPC.
Membuat media nutrient agar dengan cara melarutkan nutrient agar sebanyak yang
diperlukan ke dalam aquadest, kemudian dididihkan dengan agitasi pada hot plate stirrer
selama 15 menit setelah larutan mendidih, autoklaf selama 15 menit sebelum digunakan.
Melarutkan 9,7 gr kompos dalam 10 ml aquadest (untuk membuat rasio dilusi 1:10),
mengambil 1 ml larutan dilusi 1:10 kemudian menambahkan 9 ml aquadest (untuk
membuat rasio dilusi 1:100) dikocok hingga homogen.
Mengulangi langkah di atas hingga diperolehlarutan dilusi kompos dengan rasio dilusi
1:103, 1:104, 1:105, sampai dengan 1:1012.

Mengambil larutan dilusi yang sesuai sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam cawan
petri yang sudah disterilkan.
Menambahkan 15 - 20 ml larutan nutrient agar yang sudah didinginkan hingga
temperature 45oC 1oC ke dalam cawan petri yang telah berisi larutan dilusi, memutar
cawan petri membentuk angka delapan supaya larutan sampel dan media agar tercampur
seluruhnya.
Mendiamkan medium agar selama beberapa menit hingga memadat.
Menginkubasi cawan petri tersebut pada suhu 34-36 oC selama 24 48 jam dengan
meletakkan cawan pada posisi terbalik.
Menghitung jumlah koloni yang ada pada cawan petri dengan bantuan mikroskop atau
kaca pembesar. Hitung jumlah bakteri per mL dengan rumus sebagai berikut :

3.4

Potensi Bahaya
Kompos

yang

digunakan

memberikan

aroma

tak

sedap

dan

berpotensi

mengkontaminasi penelitian atau praktikum lain di laboratorium. Jagalah kebersihan


lab agar tidak ada kompos yang berserakan.
Syringe GC mudah bengkok, pergunakan dan letakan secara hati-hati
Jangan lupa mematikan aliran gas setiap selesai praktikum

3.5

Pertanyaan dan Masalah


Lakukan analisis terhadap data-data percobaan agar tujuan percobaan yang ada pada
dapat terpenuhi menggunakan data kalibrasi GC sbb.

Gambar 2 Hasil Kalibrasi N2O

DAFTAR PUSTAKA
Mc.Cabe, Warren L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. 4th edition. Mc.Graw-Hill
International Book Company: Singapore.
Perry, Robert H.Chemical Engineers Handbook.USA: McGraw-Hill

MODUL TRAY DRYING

a. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menentukan kondisi variabel-variabel proses operasi pengeringan yang
diperlukan untuk melakukan operasi pengeringan optimum.
Mahasiswa mampu menggunakan Psychrometric Chart.
Mahasiswa mampu memprediksi laju pengeringan suatu padatan basah dalam suatu
persamaan empiris.
Untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel, variasi temperatur, dan variasi laju alir
udara terhadap laju pengeringan.
.
b. Teori
Konsep perpindahan massa dapat diterapkan dalam pengeringan (drying). Dalam
percobaan ini pengeringan akan dilakukan untuk mengeringkan suatu umpan solid/butiran
padat berupa pasir dengan berbagai ukuran menggunakan unit operasi yang dinamakan tray
dryer. Tray dryer adalah alat pengering yang dirancang untuk pengeringan bahan yang
membutuhkan wadah/pan. Pada alat ini terdapat tray-tray yang digunakan sebagai tempat
umpan yang dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan pada tray kedua dari atas.
Pengeringan dilakukan dengan mengalirkan udara yang dipanaskan dengan heater dan
kemudian mengalir ke arah tray-tray umpan. Udara panas inilah yang akan menguapkan air
yang terkandung dalam umpan hingga kering.
Pengeringan (drying) adalah salah satu proses penting dalam industri. Contoh industri
yang mengaplikasikan proses ini, yaitu industri semen, farmasi, dan susu. Pada proses ini
terjadi perpindahan massa (mass transfer) dan perpindahan kalor (heat transfer) antara udara
pengering dengan bahan padat yang akan dikeringkan. Perbedaan pengeringan dan evaporasi
adalah pada pengeringan, pemisahan air (yang relatif sedikit) dari bahan padatan, sedangkan
pada evaporasi (penguapan), pemisahan air (yang relatif lebih banyak) dari suatu larutan.
Persamaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Menghitung kandungan air:

Wi Wst
Ws

Xi

(1)

dengan
Xi

= kandungan air dalam pasir (gram air/gr padatan kering)

Wst = berat pasir kering dengan tray (g)


Wi

= berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)

Ws

= padatan kering (g)

2. Menghitung laju pengeringan air:

W 1
t As

Ri

Wi Wi
ti

ti

1
As

(2)

dengan,
R i = laju pengeringan (g H2O / menit.cm2)
As = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (menit)

As = 20,3 cm x 30 cm =609 cm2

3. Menghitung laju penguapan

vi A H

dengan,
m = laju penguapan (g/s)
vi

= kecepatan rata-rata udara pengering (cm/s)


= densitas udara (g/cm3)

A = luas permukaan (cm2)

H = selisih kelembaban downstream upstream


4. Menghitung nilai densitas udara:
Densitas udara dicari dengan menggunakan persamaan gas ideal:

PV

nRT

(3)

m
RT
M

c. Prosedur
a. Alat dan Bahan
1. Alat
Timbangan

Tray Drier

Anemometer

(4)

2. Bahan
Air
Pasir

b. Percobaan
b.1 Kurva Pengeringan
Tujuan Percobaan
Menentukan kurva pengeringan berdasarkan laju pengeringan.
Prosedur Percobaan
1. Mengisi keempat tray dengan pasir basah (bahan non porous granular solid)
dengan tebal kira-kira 10 mm. Timbang dulu berat pasir kering sebelum
dijenuhkan dengan air dalam gelas kimia, juga drain dulu air bebasnya, dan catat
berat bahan basahnya.
2. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada posisi di tengah dan
pemanas pada posisi maksimum.
3. Mencatat berat pasir setiap interval waktu, selama operasi pengeringan.
4. Membuat tabel sebagai berikut
Berat bahan kering (Wo)

Waktu (menit)

Berat bahan bersih

Kandungan air

Laju pengeringan

5. Membuat kurva
a. Kandungan air vs waktu
b. Kandungan air vs Laju pengeringan
Laporan
1. Tentukan jumlah kandungan air yang hilang, laju pengeringan, serta laju
penguapan dengan menggunakan persamaa (1), (2), dan (3)!
2. Buatlah grafik waktu vs Xi, laju penguapan vx kandungan air, serta laju
pengeringan vs kandungan air!

b.2 Pengaruh Ukuran Partikel


Tujuan Percobaan
Mengamati pengaruh ukuran partikel terhadap laju pengeringan
Prosedur Percobaan
1. Mengayak/menyaring pasir unutk memperoleh 3 ukuran partikel yang berbeda,
300, 600, 800

, sesuai dengan screen analisis.

2. Melakukan tahap-tahap percobaan seperti pada prosedur III.1 untuk tiap ukuran
partikel tebal pasir, serta jumlah air yang disempotkan dibuat sama.
3. Membuat tabel dan kurva hasil percobaan.

Laporan
1. Lakukan langkah-langkah perhitungan yang sama dengan b1 untuk setiap ukuran
partikel dan bandingkan!

b.3. Pengaruh Kecepatan Udara Pengering


Tujuan
Mengamati pengaruh perbedaan kecepatan udara pengering terhadap laju
pengeringan
Prosedur Percobaan
1. Melakukan tahap percobaan seperti prosedur III.1
2. Mematikan pemanas.
3. Melakukan satu run operasi pengeringan sampai selesai pada kecepatan udara
maksimum (sekitar 1,5 m/det dan menggunakan anemometer).
4. Melakukan beberapa run operasi pengeringan pada kecepatan udara pengering
yang lain. Berat bahan yang digunakan sama.
5. Mencatat data dan membuat kurvanya.

Laporan
1. Lakukan langkah-langkah perhitungan yang sama dengan b1!

2. Buatlah grafik perbandingan kandungan air, perbandingan laju pengeringan, dan


laju penguapan untuk setiap laju alir!

b.4 Pengaruh Temperatur


Tujuan
Mengamati pegaruh perubahan suhu terhadap laju pengeringan
Prosedur Percobaan
1. Melakukan tahap percobaan seperti prosedur III.1
2. Melakukan beberapa run pengeringan dengan kecepatan udara dan berat bahan
yang sama, tetapi temperatur udara berbeda. Temperatur udara diatur dengan
pengontrol pemanas. Mengukur temperatur dry dan wet di upstream (sebelum
tray) dengan menggunakan aspirating psychrometer.
3. Membuat tabel dan kurva data yang diperoleh.

Laporan
1. Lakukan langkah-langkah perhitungan yang sama dengan b1!
2. Buatlah grafik perbandingan kandungan air, perbandingan laju pengeringan, dan
laju penguapan untuk setiap temperatur!

Daftar Pustaka
Mc.Cabe, Warren L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. 4th edition. Mc.Graw-Hill
International Book Company: Singapore.
Perry, Robert H.Chemical Engineers Handbook.USA: McGraw-Hill

MODUL BIOREAKTOR REAKSI ENZIMATIS

I. Tujuan Percobaan
a) Melakukan Rekayasa Reaksi Enzimatis menggunakan Bioreaktor
b) Mengamati Perilaku reaksi pembentukan produk dalam bioreactor
II. Pendahuluan
a. BIOREAKTOR
Bioreaktor memiliki prinsip yang berbeda dengan reaktor biasa. Pada bioreaktor,
dapat digunakan untuk kultivasi sel atau mikroba dan dapat juga menggunakan
enzim sebagai katalis untuk mempercepat reaksi. Bioreaktor bekerja pada kondisi
steril yang dipengaruhi oleh pH, suhu, oksigen yang terlaur, dan lainnya. Bioreaktor
biasanya terdiri dari beberapa bagian yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 1. Komponen-komponen reaktor


Bioreaktor digunakan untuk mengubah barang mentah (raw material) menjadi
barang jadi dengan menggunakan proses bio. Contoh-contoh hasil penggunaan

bioreaktor adalah vaksin, antibodi, obat-obatan, bioenergi, zat bioaktif, dan lain
sebagainya. Tipe-tipe bioreaktor ada 3, reaktor batch, semi-batch, dan kontinyu.

Gambar 2. Tipe-tipe reaktor


b. BIOKATALIS
Enzim adalah katalis alami digunakan untuk mempercepat terjadinya reaksi kimia.
Enzim adalah katalisator organik (biokatalisator). Dengan menggunakan enzim
memungkinkan untuk menghasilkan produk tanpa ada reaksi samping. Dengan
pengaruh enzim, reakti yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan dapat
bereaksi hanya dalam beberapa detik.
Enzim bekerja sebagai katalisator anorganik, yakni meningkatkan laju reaksi tanpa
mengubah reaksi kimia tersebut. Penggunaan enzim dapat menurunkan energi
aktivasi. Energi aktivasi atau energi gibs reaksi dengan menggunakan enzim
menjadi lebih rendah daripada pereaksi, sehingga kesetimbangan reaksi menuju ke
hasil reaksi lebih cepat tercapai. Adanya enzim menyebabkan energi aktivasi
menjadi lebih rendah, tetapi enzim tidak mempengaruhi letak kesetimbangan
reaksi. Cara kerja enzim dapat berupa Lock and Key dan Induced Fit.

Gambar 3. Penurunan energi aktivasi

Konstanta kesetimbangan berhubungan dengan energi gibs yaitu sebagai berikut,

c. KINETIKA ENZIMATIS
Dalam kinetika enzimatis, laju awal dengan dengan konsentrasi substrat. Selama
proses. Konsentrasi substrat akan jatuh. Pada gambar 4, ditunjukan variasi laju
reaksi dari reaksi enzim sebagai katalis dengan konsentrasi substrat. Berdasarkan
reaksi irreversibel orde 1

Dimana :
TG

= Trigliserida

FFA

= Free Fatty Acid

= Enzim

= Konstanta Pembentukan Produk

III. Prosedur
a. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut,
A. Alat dan bahan untuk pembuatan larutan Buffer pH 7.0 [0.05 M]
1 buah labu ukur 50 mL
1 buah gelas beaker 100 mL
1 buah spatula
1 buah pipet tetes
1 buah kaca arloji
1 buah corong kaca
1 buah batang pengaduk
1 buah pH meter
0.3402 g KH2PO4
0.4355 g K2HPO4
B. Alat dan bahan untuk pembuatan larutan enzim
1 buah labu ukur 25 mL
1 buah spatula
1 buah pipet volum 25 mL
1 buah gelas beaker 50 mL
1 buah magnetic stirrer
25 mg Candida rugosa lipase
C. Alat untuk Eksperimen biokatalisis dalam bioreaktor

Satu set sistem bioreaktor Lambda Minifor


5 buahlabu ukur 100 mL
5 buah pipet volum 10 mL
100 mL minyak goreng
25 mL Larutan enzim
D. Alat untuk Analisis kandungan asam lemak bebas dan menghitung derajat
hidrolisis
Neraca analitik
5 buah Erlenmeyer 250 mL
1 buah buret 10 mL
1 buah pipet volum 10 mL
10mL sampel minyak
Indikator PP (Phenolpthalein) 1%
KOH 0,1 N
E. Pembuatan dan Standardisasi KOH 0,1 N
Labu ukur 250 mL
Labu ukur 100 mL
Kaca Arloji Corong Kaca
Batang pengaduk
Asam Oksalat
b. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan larutan Buffer pH 7.0 [0.05M]
1. Siapkan 50 mL labu ukur
2. Timbang 0.3402 gram KH2PO4 dan 0.4355 gram K2HPO4
3. Masukkan kedalam labu ukur 50 mL
4. Ukur pH
B. Pembuatan larutan enzim lipase

1. Siapkan 25 mg Candida rugosa lipase dan 25 mL phosphate buffer


2. Masukkan 25mg Candida rugosa lipase kedalam gelas beaker 50 mL, tambahkan 25
mL buffer phosphate pelan pelan untuk melarutkan enzim perlahan lahan
3. Untuk kesempurnaan larutan bisa dibantu dengan stirer
4. Catat konsentrasi larutan yang dibuat tersebut (mg/mL)
C. Ekperimen Hidrolisis minyak menggunakan Candida rugosa lipase dalam
bioreaktor
1. Siapkan bioreaktor lambda minifor
2. Masukkan 25 mL larutan enzim kedalam bioreaktor dan panaskan sampai suhunya
stabil di 37 C, dan atur pegadukannya.
3. pada saat yang sama lakukan preheating 100 mL minyak
4. Ambil sample t=0 dari minyak sebanyak 10 mL
5. Campurkan larutan minyak kedalam larutan enzim dalam bioreaktor
6. Atur pengadukan larutan reaksi sebesar 0,5 Hz
7. Ambil sampel pada t= 10, 20, 40, 60 menit masing-masing sebanyak 10 mL
D. Analisis kandungan asam lemak bebas dan menghitung derajat hidrolisis
1. Uji kandungan asam lemak bebas dari setiap
a) Timbang 10 g sampel minyak goreng ke dalam erlenmeyer 250 mL
b) Larutkan dengan 50 mL etanol hangat dan tambahkan 3 tetes indikator PP
1%
c) Titrasi dengan KOH 0,1N sampai terbentuk warna merah muda sebagai titik
akhir titrasi (warna merah muda bertahan selama 30 detik)
d) Catat volume KOH yang diperlukan dan lakukan perhitungan

mmolKOH mmol FFA

mmolKOH= M x V

Dimana

= Molaritas KOH (mmol/mL)

= Volume titrasi KOH (mL)

2. Menghitung derajat hidrolisis

Dimana
CFFA0 = Konsentrasi asam lemak sebelum hidrolisis
CFFAt

= Konsentrasi asam lemak setelah hidrolisis

E. Pembuatan dan Standardisasi KOH 0,1 N


1. Timbang 1,4 g KOH dengan kaca arloji, larutkan ke dalam labu ukur 250 mL lalu
homogenkan
2. Standardisasi KOH 0,1 N
a) Timbang teliti 0,63 asam oksalat dengan kaca arloji, larutkan ke dalam labu
ukur 100 mL lalu homogenkan
b) Larutan dipipet 25 mL ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2 tetes PP
kemudian titar dengan KOH 0,1 N. Lakukan duplo.

Dimana
W

= Bobot asam oksalat (mg)

Fp

= Faktor Pengali

= Volume Titras (mL)

64

= Bst Asam oksalat (mg/mgerk)

M KOH

= N KOH

c. Pertanyaan
1. Buat Kurva CFFA (mol) vs t (menit)
2. Buat kurva derajat hidrolisis (%) vs t (menit)
3. Gunakan model kinetika irrversibel first orde untuk menggambarkan perilaku
reaksi
4. Hitung derajat hidrolisis pada t= 45 dan 180 menit menggunakan model di no 3
Daftar Pustaka

Macrae, A. R. 1983. Extracelluler Microbial Lipase in forgarty (ed). New York :


Microbial Enzymes and biotechnology Aplied Science Pub
Standar Nasional Indonesia 7709:2012. Minyak Goreng Sawit. BSN. Jakarta.
Mohankumar, D., Arumughan, C., and Kaleysa, R. R. 1990.Histological localization of
palm oil fruit lipase. JAOCS 76 (10) : 665-669

You might also like