Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis herpes simpleks diantaranya adalah Tzans smear, kultur dan polymerase chain reaction (PCR). Pada pameriksaan Tzank smear dilakukan pewarnaan untuk melihat adanya polinuclear giant cell sama seperti halnya pemeriksaan pada herpes zoster. Pemeriksaan ini kurang spesifik, hanya dapat membuktikan ada inveksi virus namun tidak dapat membedakan herpes simpleks atau varicella zoster. Pemeriksaan lebih spesifik yaitu menggunakan kultur namun hasil kultuer sangat tergantung pada jumlah virion yang ada pada spesimen. Spesifisitas kultur untuk herpes simpleks sekitar 60-70 persen dan memerlukan waktu yang lama sehingga jarang dilakukan untuk melakukan penegakkan diagnosis. Pemeriksaan PCR merupakan pemeriksaan yang cepat dan sangat sensitif untuk menentukan jenis virus. Pemeriksaan ini lebih cepat dan lebih sensitif dibandingkan dengan Tzank smear maupun kultur. Pemeriksaan ini menjadi standar untuk membedakan virus herpes simpleks dan varicela zoster. Diagnosis Diagnosis herpes simpleks ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan temuan klinis yaitu dengan lesi yang khas. Jika lesi berada di daerah mulut dan hidung maka harus dibedakan dari impetigo vesikobulosa. Diagnosis definitif herpes zoster adalah dengan isolasi dan kultur virus yang diambil pada lesi di kulit. Untuk anak, spesimen dapat dimabil dari cairan serebrospinal, feses, urin, nasofaring, dan konjungtiva. Selain menggunakan kultur, pemeriksaan lain yang lebih sederhana yang dapat dilakukan adalah menggunakan Tzank smear untuk melihat adanya polynuclear giant cell. Diagnosis banding Diagnosis banding herpes simpleks diantaranya dalah impetigo vesikobulosa jika lesi terdapat di daerah hidung maupun mulut, jika lesi terdapat pada daerah inguinal maka harus dibedakan dengan ulkus durum, ulkus mole. Tatalaksana Tatalaksana yang tersedia saan itni belum ada yang dapat menyembuhkan secara total, namun dapat mencegah episode rekuren. Pada lesi akut dapat diberikan salap/krim idoksuridin. Pemberian antivirus seperti acyclovir dapat menekan replikasi DNA virus sehingga dapat menekan jumlah virus. Pemberian antivirus berbeda tergantung lokasi infeksi dan usia pasien. Pasien dewasa dapat diberikan 200mg sebanyak lima kali sehari selama tujuh hari atau 400 mg sebanyak tuga kali sehari. Sedangkan untuk anak 15mg per kg berat badan sebanyak lima kali sehari. Komplikasi Komplikasi herpes simpleks bervariasi tergantung pada sistem imun pasien. Pada pasien dengan immunocompromise dapat terjadi infeksi oportunistik, infeksi sekunder berupa esofagitis dan lesi ulseratif multipel lainnya. Komplikasi lain dari herpes simpleks adalah gangguna pada mata yaitu berupa keratokonjungtivitis, hingg gangguan pada retina. Komplikasi pada sistem saraf dapat menimbulkan menignitis dan ensefalitis. Prognosis Pengobatan secara dini dapat memberikan prognosis yang lebih baik.
Dengan mengurangi risiko rekurensi herpes simpleks tersebut.