You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan upaya untuk memenuhi hakhak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama masyarakat internasional untuk
mempercepat pembangunan manusia. Salah satu tujuan MDGs adalah mengurangi
kematian anak dengan target menurunkan angka kematian anak di bawah lima tahun
(balita) sebesar dua per tiga jumlahnya selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun
2015 target yang ingin dicapai 102/100.000 kelahiran hidup tapi belum tercapai.
Bappenas (2015) Tersedia Dalam ( http://angka diakses 18 mei 2016
Sampai saat ini Ikterus masih merupakan masalah pada Neonatus yang sering
dihadapi tenaga kesehatan terjadi sekitar 25-50% Neonatus cukup bulan dan lebih tinggi
pada Neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu memeriksa Ikterus pada Neonatus harus
dilakukan pada waktu melakukan kunjungan neonatal/pada saat memeriksa bayi diklinik
Angka kematian bayi di Negara. negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per kelahiran
hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan
Philipina 26/1000 per kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia
cukup tinggi yakni 26,9/2000 per kelahiran hidup

(www.yanmedik-depkes.net,

diakses18 mei 2016)


AKB di Indonesia sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup Hasil ini mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, meskipun demikian penurunan yang terjadi tidak
berlangsung cepat.Berdasarkan pola ini, diperkirakan di tahun 2015 AKB di Indonesia

mencapai 21 kematian bayi per 1000 kelahiran maka salah satu tolok ukur adalah
menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2025
AKB dapat turun menjadi1 8 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas
pada bayi baru lahir adalah Kern Ikterus.Kren Ikterus merupakan komplikasi Ikterus
Neonatorum yang paling berat.(www.yanmedik-depkes.net, diakses 18 mei 2016)
Angka kejadian dan angka kematian Neonatus akibat komplikasi seperti Asfiksia,
Infeksi, Hipotermia, Ikterus, dan BBLR didiharapkan Bidan sebagai ujung tombak
pelayanan yang mungkin menjumpai kasus Ikterus

memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang memadai sesuai dengan kompetensi dan fasilitas yang tersedia. Bidan
dan perawat yang terampil dan kompeten dalam manajemen Ikterus diharapkan dapat
menangani kasus Ikterus dengan baik dan benar. ( http://www.google.com) di akses 18
mei 2016

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah pembahasan karya tulis ini adalah Asuhan Kebidanan pada
bayi L dengan Ikterus Neonatorum di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja tanggal
04 Mei sampai 10 Mei Tahun 2016.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Neonatus dengan
Ikterus sesuai dengan manajemen Kebidanan dan mendokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Dapat Melakukan pengkajian Asuhan kebidanan pada bayi L dengan Ikterus
Neonatorum di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja tanggal 04 Mei sampai 10 Mei
tahun 2016
b. Dapat menyusun tindakan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif pada bayi L dengan
Ikterus Neonatorim di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja tanggal 04 Mei sampai
10 Mei tahun 2016
c. Dapat melaksanakan secara langsung rencana tindakan Asuhan Kebidanan secara
komprehensif pada bayi L dengan Ikterus Neonatorim di RSUD Lakipadada Kabupaten
Tana Toraja tanggal 04 Mei sampai 10 Mei tahun 2016
d. Dapat mengevaluasi tindakan Asuhan Kebidanan pada bayi L

dengan Ikterus

Neonatorim di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja tanggal 04 Mei sampai 10 Mei
tahun 2016
e. Dapat mendokumentasikan Asuhan Kebidanan yang dilaksanakan pada bayi L dengan
Ikterus Neonatorim di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja tanggal 04 Mei sampai
10 Mei tahun 2016
D. Manfaat
1. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan penulis mengenai Asuhan Kebidanan pada Ikterus


Neonatorum dan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi
Kebidanan Bina Sejahtera Rantepao
2. Bagi Institusi
Menambah wacana serta informasi bagi pembaca Perpustakaan dan meningkatkan
kualitas pendidikan Kebidanan khususnya pada Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
dengan Ikterus .
3. Bagi Petugas Ruang Bayi RSUD Lakipadada
Penelitian ini sebagai bahan masukan agar Bidan dan Perawat RSUD Lakipadada
mampu memberikan pelayanan dan Asuhan Kebidanan yang dilakukan secara
maksimal dan komprehensif.
E. Metode Penulisan
1) Studi Perpustakaan
Dimana penulis mempelajari berbagai buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah
karya tulis ini
2) Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam Asuhan Kebidanan yang
meliputi: Pengkajian Data, Perumusan Diagnosa, dan Masalah Kebidanan, Perencanaan
Tindakan, Inplementasi dan Evalauasi, Menghimpun data Informasi dalam Pengkajian
dengan menggunakan teknik:
a. Anamnese
Mengadakan wawancara langsung dengan orang tua, biidan, dokter diruangan
perinatologi yang berhubunagn dengan masalah bayi L
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematik mulai dari Kepala sampai Kaki meliputi
pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Auskultai dan pemeriksaan Laboratorim
c. Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari status yang berhubungan masalah Klien yang bersumber
dari Catatan Dokter, Bidan, Perawat maupun pemeriksaan Laboratoium.
d. Diskusi

Penulis mengadakan tanya jawab dengan Dokter dan Bidan dengan masalah Klien
serta diskusi dengan Dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini
F. Sitematika penulisan
Adapun sistem penulisan yang digunakan untuk penulisan karya tulis ini terdiri dari:
BAB I
: Pendahuluan yang terdiri dari
Latar Belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan Penulisan,
Manfaat Penulisan, Metode penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka yang terdiri dari
A. Tinjauan umum tentang Bayi Ikterus: Pengertin, Jenis-jenis Ikterus
Neonatorum, Tanda dan Gejalah. Etiologi, Penyebab Ikterus, Pemeriksaan
penunjang, faktor resiko, Penatalaksanaan Foto Terapi Ikterus, Komplikasi,
Pencegahan Ikterus Pada Bayi, Kremer Ikterus
B. Tinjauan tentang standar asuhan kebidanan : Pengertian, Tahapan Standar
Asuhan Kebidanan
:Tinjauan kasus yang terdiri dari
Standar I Pengkajian, Standar II Diagnose atau Masalah Kebidanan ,
Standar III Perencanan, Standar IV Implementasi,
Standar V Evaluasi , Standar VI Pencatatan Asuhan Kebidanan
( SOAP)
BAB IV : Pembahasan
Menguraikan tentang Kesenjangan Teori dan Praktek yang ada sesuai
dengan proses Standar Asuhan Kebidanan
BAB V : Penutup :
Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Bayi Ikterus


1. Pengertian
Ada beberapa pengertian Ikterus Neonatorum antara lain:
a. Ikterus adalah keadaan Transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi
Aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkongjugasi
dan Ikterus pada hari ketiga (www.yanmedik-depkes.net tanggal 18, mei 2016)
b. Kata Ikterus (Jaundice) berasal dari kata Perancis Jaune yang berarti kuning. Ikterus
adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa)
yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh Bilirubin yang meningkat kadarnya dalam
sirkulasi Darah. Kadar Bilirubin serum normal pada Bayi Baru Lahir < 2 mg/dl.
Pada konsentrasi > 5 mg/dl Bilirubin maka akan Nampak berupa pewarnaan kuning
pada kulit yang

disebut Ikterus. Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama

kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian Ikterus terdapat pada 50% bayi
cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan (preterm). (www.yanmedikdepkes.net 2016 )
c. Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk Neonatorum setelah ada hasil
Laboratorium yang menunjukan kadar serum Bilurubin. Hiperbilirubinemia
Fisiologi kadar Bilirubin tidak kurang > 10 mg/dL pada bayi kurang bulan dan < 12
mg/Dl bayi cukup bulan. hiperbilirubinemia patologi apabila bilirubin total >10 >
12 mg/dL ( www.yanmedik-depkes.net) d akses 201 mei 2016
d. Ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa Neonatus
terjadi akibat akumulasi Bilirubin yang berlebihan dalam darah dan jaringan
Bilirubin itu sendiri merupakan hasil pemecahan sel darah merah (hemoglobin)
(Schartz William, 2014) ( http://www.google.com) di akses 20 mei 2016
e. Dalam kadar tinggi Bilirubin bebas ini bersifat racun, sulit larut dalam
air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah bilirubinin

direct (bebas) menja didirect yang larut dalam air. Masalahnya organ Hati sebagian
Bayi Baru Lahir belum dapat berfungsi optimal dalam mengeluarkan Bilirubin
bebas tersebut (Dhafinshisyah, 2013) ( http://www.google.com) di akses 20 mei
2016

2. Jenis-jenis Ikterus Neonatorum


a. Ikterus fisiologis
1) Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang setelah sepuluh
hari atau pada akhir minggu kedua.
2) Tidak mempunyai dasar Patologis Kadarnya tidak melampaui kadar yang
membahayakan
3) Tidak mempunyai potensi menjadi Kern-Ikterus
b. Ikterus Patologis
1) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
2) Ikterus dengan kadar Bilirubin > 12 mg% pada Neonatus cukup bulan atau > 10
3)
4)
5)
6)
7)

mg% pada neonatus kurang bulan.


Ikterus dengan peningkatan kadar Bilirubin > 5 mg% per hari.
Ikterus pada BBLR yang terjadi hari ke 2-7
Ikterus pada BBLR dengan pewarnaan kuning melebihi/melewati daerah muka
Infeksi
Gawat nafas pada Neonatus

8) Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia kurang dari 8 hari atau 14 hari
3. Tanda Dan Gejala
Gejala Hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi
a. Gejala Akut :
Gejala yang dianggap sebagai fase pertama Kern-Ikterus pada Neonatus
adalah, tidak mau minum
b. Gejala kronik :
Tangisan yang melengking, warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa.
Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
1) Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntahmuntah)
2) Pucat, Sering berkaitan dengan anemia
3) Trauma Lahir, Sefalhematom (peradarahan kepala)
4. Etiologi
Peningkatan kadar Bilirubin umum terjadi pada setiap Bayi Baru Lahir, karena:
1) Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur
lebih pendek.
2) Produksi Bilirubin serum yang berlebihan.
3) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan fungsi hepar, akibat hipoksia dan
infeksi.
4) Gangguan transportasi karena kurangnya Albumin yang mengikat bilirubin. Bilirubin
dalam darah terikat pada Albumin kemudian diangkat ke Hepar.
5) Gangguan Ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam Liver (karena Infeksi atau
Kerusakan Sel Liver). Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau
diluar Hepar
5. Penyebab Ikterus
a. Infeksi, Sepsis, Meningitis, Infeksi saluran kemih,
b. Ekstravasasi sel darah merah, trauma lahir.
c. Ibu diabetes.
d. Hipoksia/asfiksia
e. Gangguan Transportasi karena kurangnya Albumin yang mengikat bilirubin. Gangguan
ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau kerusakan sel
liver
6. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar bilirubin serum (total)

b.
c.
d.
e.

Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi


Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
Pemeriksaan kadar enzim
Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap

galaktosemia.
f. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah.
7. Faktor Resiko
a. Faktor Maternal
1) Komplikasi kehamilan (DM)
2) ASI
b. Faktor Perinatal
1) Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis
2) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
c. Faktor Neonatus
1) Prematuritas
2) Faktor genetik
3) Rendahnya asupan ASI
8. Penatalaksanaan Foto Terapi Ikterus
a. Hangatkan ruangan terapi sinar suhu antara 38C sampai 30C.
b. Nyalakan dan pastikan semua tabung Flouresens befungsi dengan baik, Ganti tabung/
lampu flouresens yang telah rusak
c. Gunakan linen putih pada basinet atau incubator, dan tempatkan tirai putih di sekitar
daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin
kepada bayi.
d. Kedua mata harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar
tidak membahayakan retina mata
e. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan
membuka pakaian bayi.
f. Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila suhu bayi
lebih dari 37,5C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari
unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5C-37,5C.
g. Beri ASI sesering mungkin selama bayi menginginkan,Selama menyusui, pindahkan
bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata.
h. Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan pindahkan bayi
dari sinar terapi sinar.
i. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam

j. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan tidak
ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
9. Komplikasi
Kelainan yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain:
a. Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian cairan harus
diperhatikan dengan sebaik-baiknya
b. Frekwensi buang air besar meningkat karena gerakan usus yang meningkat
c. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan alat gerak.
d. Kadang pada beberapa Bayi ditemukan gangguan minum, rewel, yang hanya bersifat
sementara. Kenaikan suhu tubuh
10. Pencegahan Ikterus Pada Bayi
Mencegah Ikterus Pada Bayi Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan
cara Pengawasan kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin
infeksi pada janin, dan kekurangan oksigen pada janin di dalam rahim. Pada masa
persalinan, jika terjadi Hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, segera
diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah
sinar matahari pagi sekitar jam 7 jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan
membuka pakaiannya.
11. Kremer Ikterus
Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat
pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai Ikterus
sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu
pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar.

Tabel 2. Derajat Kremer Ikterus


NO Deraj Bagian tubuh yang kuning
at
kreme
r

Kadar
bilirubin

hasil

I
II

Daerah kepala dan leher

5,0 mg%

Dada Dan Punggung

9,0 mg%

badan bawah hingga


11,4mg%.
III
tungkai.
daerah lengan, kaki bawah 12,4mg%
IV
dan lutut
Daerah telapak tangan dan
16,0 mg%
V
kaki.
B. Tinjauan Tentang Standar Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan
tindakan yang dilakukan oleh bidan dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan mulai dari Pengkajian, Perencanaan, Implementasi,
Evaluasi dan Pendokumentasian.
2. Tahapan Standar Asuhan Kebidanan
a. Standar I : Pengkajian
1) Persyaratan standar
Mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi Klien
2) Kritria pengkajian
a). Data tetap dan akurat
b). Data terdiri dari data subjektif( hasil anamnenses: biodata keluhan
utama, riwayat obsetri, riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial)
c). Objektif ( hasil pemeriksaan Fisik, Psikologis, dan Pemeriksaan
Penunjang)

b. Standar II : Perumusan Diagnosa


1) Persyaratan Standar
Menganalisa data yang diperoleh saat pengkajian, menginterpretasikan secara akurat
dan logis untuk menegakan diagnosa masalah kebidanan yang tepat
2) Kriteria perumusan diagnosa dan masalah
a) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur Kebidanan
b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi Klien
c) Dapat diselsaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.

c. Standar III : Perencanaan


1) Persyaratan Standar
Merencanakan Asuhan Kebidanan berdasarkan Diagnose dan masalah yang ditekakan
2) Kriteria Perencanaan
a) Rencana tindakan disusun berdaraskan perioritas masalah dan kondisi Klien:
tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan komprehensif
b) Melibatkan Klien atau Keluarga
c) Mempertimbangkan kondisi Psikologi, Sosial Budaya Klien dan Kluarga
d) Memilih tindakan yang aman dan sesuai kondisi dan kebutuhan Klien berdasarkan
Eviden based dan memastikan bahwa Asuhan yang diberikan bermanfaat bagi
Klien
e) Pertimbakan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas
yang ada
d. Standar IV: Implementasi
1) Persyaratan Standar
Melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, dan aman
serta berdasarkan evidenbased kpada klien, dalam bentuk upaya promotif, kolaborasi
dan rujukan
2) Kriteria Implementasi
a) Mempertahankan keunikan Klien sebagai Mahluk Bio-Psiko-Sosial-SpiritualKultural
b) Setiap tindakan Asuhan Kebidanan harus dapat kan persetujauan dari Klien dan
keluarga ( Inform Concent)
c) Melaksanakan tindakan Asuhan berdasarkan Eviden based
d) Melibatakan Klien dalam setiap tindakan
e) Menjaga privasi Klien
f) Melaksanakan prinsip pencegahan Infeksi
g) Mengikuti perkembangan kondisi Klien secara berkesinambungan
h) Menggukanan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
i) Melakukan tindakan sesuai Standar
j) Mecatat semua tindakan yang telah dilkukan
e. Standar V : Evaluasi
1) Persyaratan Standar

Melakukan Evaluasi secara intim dan berkesinambunagan utuk melihat keefektifa


dari Asuhan Yang sudah dibrikan , sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi
Klien
2) Kriteria Evaluasi
a) Penilaian pendokumentasian segera setelah selesai melaksanakan
Asuhan sesuai kondisi Klien
b) Hasil Evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada Klien atau
keluarga
c) Evaluasi dilakukan sesuai standar
d) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien
f. Standar VI : Pencatatan Asuahn Kebidanan
1) Persyaratan Standar
Melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai
keadaan yang ditemukan dan dilakukan dalaam memberikan asuhan kebidanan
2) Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan Asuhan Kebidanan pada
formulir yang teredia ( rekam medis, KMS, status pasien, buku KIA, ditulis dalam
bentuk SOAP yang terdiri dari data subjektif ( mencatat hasil anamnesa), objektif (
Mencatat hasil pemeriksaan ), hasil aanlisa ( mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan), penatalaksanaan( mencatat seluruh perencanan dan penatalaaksanaan
yag sudah dilakukan seperti tindaka antisipasi, tindakan segera, tindakan
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi, dan rujukan

BAB III
STUDI KASUS

No.RM

:086120

Hari/Tanggal

: 28, April 2016

Tempat pengkajian :RSUD lakipadada


STANDAR I

Pukul : 16:00 wita


pukul : 16.00 wita

: Pengkajian

A. Data Subjektif:
1. Identitas bayi
Nama Bayi
: By. Ny. L
Umur
: 5 Hari
Tgl./Jam Lahir : 24 April 2016 / 17:15 wita
Jenis Kelamin : perempuan
Anak
: VI ( lima)
Identitas Orang Tua :
Nama
: Ny. lenning
Umur
: 33 tahun
Suku/Bangsa : toraja / Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Umbulharjo
2. Riwayat Persalinan
Bayi lahir pada tanggal 24 April 2016, UK 38 minggu, di RS, ditolong oleh Bidan,
secara Spontan, Bayi lahir tungggal, keadaan Bayi baru lahir menangis lemah, Tonus otot
kurang kuat, warna kulit bayi kemerahan dengan BB:2600 gr, PB: 35 cm, LP: 26 cm, LD:
21 cm, LLA: 6 cm, jenis kelamin perempuan
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
: cukup
b. Tanda Vital
: Suhu: 37C, Pernafasan:44 kali/mnt,Nadi: 24 kali/mnt
c. Tangisan
: menangis lemah
d. Keaktifan
: normal, ekstramitas atas dan bawa aktif namun lemah
2. pemeriksaan Fisik Umum
a. Kepala
:Ubun-ubun datar, sutura tidak teraba penyusupan, Tidak ada caput
succedaneum dan tidak ada cepal hematoma.
b. Rambut
: Bersih, hitam, tidak mudah rontok.
c. Mata
:Tidak cekung, sklera berwarna kuning konjungtiva pucat,
d. Teling
:Tidak ada serumen, kanan dan kiri simetris warna kuning.

e. Hidung
f. Mulut
g. Kulit

h. Leher

:Bersih, tidak terdapat secret, simetri, warna kuning.


:Bibir warna pucat, tidak ada stomatitis.
:Bersih, kering, turgor masih bagus,tampak Kekuningan pada
tubuh bagian atas yaitu bagian muka hingga Leher dan anggota
tubuh lain berwarna kemerahan.
:Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar linfe
Serta vena jugularis

i. Dada
j. Perut
k. Ekstermitas
i. Genetalia

:Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, Tidak Ada suara
ronci dan wezing.
:Tali pusat basah dan berbau.
:Gerak tidak terlalu aktif, jari kaki dan tangan lengkap, Dan tidak
terjadi fraktur pada ekstremitas, tidak kuning.
:Labia mayora menutupi labia Mino, terdapat 1 lubang uretra dan
1 lubang vagina
:Berlubang

j. Anus
3. Antropometri
a. Lingkar Kepala
: 30 cm
b. Lingkar Dada
: 21 cm
c. Lingkar Lengan atas : 6 cm
d. Lerat badan lahir
: 2600 gr
e. Panjang badan
: 35 cm
f. Lingkar perut
: 26 cm
4. Refleks
a. Refleks morro
: + ( lemah)
b. Refleks tonicnek
: + ( lemah)
c. Refleks rooting
: + ( lemah)
d. Refleks graps
:+
e. Refleks bebinsky
:+
f. Reflek suxking

;+

5. Data tambahan
Apgar score
Denyut jantung
Pernapasan
Refleks
Tonus otot
Warna kulit
Jumlah

1 menit
2
2
1
1
1
7

5 menit
2
2
1
1
1
7

6. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 28 April 2016 pukul 08.00 pemeriksaan bilirubim total 12,5 mg
STANDAR II : Perumusan Diagnosa Atau Masalah Kebidanan
BCB/SMK spontan , Neonatus hari kelima dengan Ikterus Neonatorum
STANDAR III : Perencanaan
Tanggal 28 April, Jam 16:00
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Observasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 3 jam sekali agar sinar dapat merata
mengenai tubuh bayi.
3. Observasi TTV by :L, dan memberikan nutrisi melalui OGT setiap 3 jam sekali
4. Ganti popok setiap kali basah
STANDAR IV : Implementasi
Tanggal 28 April 2016
1. 16.20. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, Sudah
mencuci tangan dan tangan sudah bersih
2. 16.35. Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 3 jam sekali
agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi. Foto terapi sudah berjalan
dengan lancar
3. 16.40. Mengobservasi TTV by L, dan memberikan nutrisi setiap 3 jam sekali.
Sudah dilakukan observasi pada by L hasil: P:48, DJB:124x/menit,
S:37OC, ASI 2 CC melalui OGT,
4. 16.45. Menganti popok bayi setiap kali basah, bayi sudah ganti popok
STANDAR V : Evaluasi
Tanggal 28 April 2016 jam 16:50
1. Sudah mencuci tangan dan tangan sudah bersih
2. Fototerapi berjalan dengan lancar

3. Sudah di lakukan observasi pada bayi Bayi L


4. Bayi sudah ganti popok

STANDAR VI : Pencatatan Asuahn Kebidanan ( SOAP )


No.RM

:086120

Hari/Tanggal

:28, April 2016

Jam : 16:00 wita

Tempat pengkajian

:RSUD lakipadada

Jam : 16.00 wita

Data Subjektif
Pv, Ao, HPHT 19 Juli 2015, ibu melahirkan pada tanggal 24 april 2016 pada pukul 15,00 wita
Data Objektif
Bayi lahir pada tanggal 24 April 2016, UK 38 minggu, di RS, ditolong oleh bidan,
secara spontan, bayi lahir tungggal, keadaan bayi baru lahir menangis lemah, tonus otot
kurang kuat, warna kulit pada hari kelima berwarna kuning BB:2600 gr, PB: 35 cm, LP: 26 cm,
LD: 21 cm, LLA: 6 cm, jenis kelamin perempuan

Analisis
BCB/SMK spontan , Neonatus hari kelima dengan Ikterus Neonatorum
Penatalaksanaan
Tanggal 28 April 2016
1. 16.20. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, Sudah mencuci tangan
dan tangan sudah bersih
2. 16.35. Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 3 jam sekali agar sinar
dapat merata mengenai tubuh bayi. Foto terapi sudah berjalan dengan lancar
3. 16.40. Mengobservasi TTV by L, dan memberikan nutrisi setiap 3 jam sekali. Sudah
dilakukan observasi pada by L hasil: P:48, DJB:124x/menit, S:37OC, ASI 2 CC
melalui OGT,
4. 16.45. Menganti popok bayi setiap kali basah, bayi sudah ganti popok

Catatan Perkembangan
No.RM

:086120

hari/Tanggal

:28, April 2016

Pukul : 16:00 wita

Tempat pengkajian

:RSUD lakipadada

pukul : 16.00 wita

Identitas bayi
Nama Bayi

: By. Ny. L

Umur

: 5 Hari

Tgl./Jam Lahir

: 24 April 2016 / 17:15 wita

Jenis Kelamin

: perempuan

Anak

: VI ( lima)

1. Hari Pertama
Data Subjektif :
Bayi lahir tanggal 24 april dengan umur kehamilan 38 minggu , pada saat ini bayi
berumur 5 hari,

Data Objektif :
Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam inkubator, tonus otot kurang, warna
kulit kuning dari leher ke wajah, Minum ASI melalui OGT 2 cc/3 jam.

Analisa:
BCB/SMK spontan , Neonatus hari kelima dengan Ikterus Neonatorum
Penatalaksanaan
Tanggal 28 April 2016
1. 16.20. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, Sudah mencuci tangan
dan tangan sudah bersih
2. 16.35. Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 3 jam sekali agar sinar
dapat merata mengenai tubuh bayi. Foto terapi sudah berjalan dengan lancar
3. 16.40. Mengobservasi TTV by L, dan memberikan nutrisi setiap 3 jam sekali. Sudah
dilakukan observasi pada by L hasil: P:48, DJB:124x/menit, S:37OC, ASI 2 CC
melalui OGT,
4. 16.45. Menganti popok bayi setiap kali basah, bayi sudah ganti popok
2. Hari kedua
Data Subjektif :
Bayi lahir tanggal 24 april dengan umur kehmilan 38 minggu, pada saat ini bayi bermur 6
hari
Data Objektif :
Keadaan umum bayi baik ,Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator,
Turgor kulit elastis, Minum dengan OGT 4 cc/3 jam, Ikterik

Analisa
BCB/SMK spontan , Neonatus hari kelima dengan Ikterus Neonatorum
Penatalaksanaan
Tanggal/jam : 29, mei 2016

Jam,09:00

1. 09.00. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, Sudah mencuci tangan
dan tangan sudah bersih
2. 09.10. Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 3 jam sekali agar sinar
dapat merata mengenai tubuh bayi. Foto terapi sudah berjalan dengan lancar
3. 09.20. Mengobservasi TTV by L, dan memberikan nutrisi setiap 3 jam sekali. Sudah
dilakukan observasi pada by L hasil: P:48, DJB:124x/menit, S:37OC, ASI 4 CC
melalui OGT,
4. 09.40. Menganti popok bayi setiap kali basah, bayi sudah ganti popok
3. Hari ke tiga
Data Subjektif :
Bayi lahir tanggal 24 april dengan umur kehmilan 38 minggu, pada saat ini bayi bermur 7
hari
Data Objektif :
Keadaan umum bayi baik ,Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam inkubator,
Turgor kulit elastis, Minum dengan OGT 5 cc/3 jam, Ikterik
Analisa:
BCB/SMK spontan , Neonatus hari kelima dengan Ikterus Neonatoru
Penatalaksanaan

Tanggal/jam : 30, mei 2016


1. 13.00. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, Sudah mencuci tangan
dan tangan sudah bersih
2. 13.10. Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 3 jam sekali agar sinar
dapat merata mengenai tubuh bayi. Foto terapi sudah berjalan dengan lancar
3. 13.20. Mengobservasi TTV by L, dan memberikan nutrisi setiap 3 jam sekali. Sudah
dilakukan observasi pada by L hasil: P:48, DJB:124x/menit, S:37OC, ASI 5 CC
melalui OGT,
4. 13.40. Menganti popok bayi setiap kali basah, bayi sudah ganti popok

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BaB ini akan diuraikan mengenai kesenjangan antar teori dan hasil tinjauan kasus
pada pelaksaan asuhan kebidanan pada bayi L dengan ikterus neonatorum di RSUD lakipadada
tanggal 04 mei sampai 10 mei 2016.

Dalam pembahasan ini, penulis akan membandingkan antara asuhan kebidanan yang
dilakukan denagn teori yan ada
Standar I Pengkajian
Pada tahap pengkajian pada teori didapatkan yaitu tanda-tanda Ikterus Patologis seperti
kulit bayi dan sklera tampak kuning dan pucat, konsentrasi urine pekat, insomnia (susah tidur),
letargi (keadaan kesadaran yang menurun, seperti tidur lelap), hypotrie (berkurangnya tonus otot)
reflek hisap kurang, moro lemah, irritabel, tremor, konvulsi suara tangisan tinggi sedangkan
pada kasus bayi Ny. L diperoleh karakteristik bayi sebagai berikut, pewarnaan kuning
melewati daerah muka dan sklera tampak kuning, dan reflek hisap kurang.
Standar II Perumusan Diagnosa Atau Masalah Kebidanan
Dikatakan bayi Ikterus Neonatorum disebabkan peningkatan kadar hiperbilirubin
sehingga timbul pewarnaan kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka hingga leher
Standar III Prencanaan
Perencanana dalam proses penyususun suatu rencana tindakan berdasarkan Identifikasi
masalah saat sekarang pada kasus By L pemenuhan kebutuhan diberikan berupa ASI melalui
OGT, dan untuk gangguan integritas kulit telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
akan dilakukan terapi dengan melakukan kolaborasi dengan dr spesialis anak untuk
pemberian fototerapi.
Standar IV Implementasi

Pelaksanaan tindakan ini pada prinsipnya telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat
akan tetapi tidak semua rencana dapat dilakukan. Pada gangguan integritas kulit tindakan untuk
monitoring bilirubin direct dan indirect (pemeriksaan laboratorium lainnya) dilaksanakan
dengan kerjasama dengan tim kesehatan lain , pemberian terapi penulis bekerjasama dengan
perawat dan dr. di kamar bayi. pemberian fototerapi dilakuakan selama 3X6 jam, bayi
didalam incubator, Kedua mata harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan
cahaya agar tidak membahayakan retina mata bayi. Bayi diletakkan 30 cm di bawah sinar
lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena
cahaya dapat menyeluruh. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4 jam. Pengawasan
nutisi/ASI setiap 3 jam sekali.
Standar V Evaluasi
Pada Evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat setelah
dilakukan perawatan, evaluasi hasil yaitu evaluasi yang didapat selama 3 hari dilakukannya
tindakan setelah tujuan rencana tindakan tercapai yaitu memberikan nutrisi sesuai dengan
kebutuhan, dan diperoleh kondisi bayi yang membaik dan tidak terjadi komplikasi yang
tidak diinginkan.
Standar VI Pencatatan Asuhan Kebidanan
Pencatatan dilakukan secara lengkap akurat, singkat dan jelas mengenai kejadian yang
ditemukan dalam pemberian asuhan kebidanan

Hasil penulis dapatkan dalam pencatatan asuhan kebidanan tercapai yaitu gangguan
integritas pada kulit dengan cara pemberian terapi sinar yang sudah dilakukan dan
diperoleh kondisi bayi yang membaik dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1. Pada pengkajian didapatkan hasil yaitu karakteristik bayi sebagai berikut, pewarnaan
kuning melewati daerah muka hingga leher dan sklera tampak kuning, feses tampak
kuning, dan reflek hisap kurang, pemenuhan nutrisi bayi dari OGT.
2. Pada diagnosa kebidanan atau masalah kebidanan bayi L dimunculkan diagnosa
potensial berupa peningkatan kadar hiperbilirubin sehingga timbul pewarnaan kuning
pada tubuh bagian atas yaitu muka hingga leher
3. Pada perencanaan tindakan asuhan kebidanan bayi L dengan peenuhan kebutuhan
diberikan berupa ASI melalui OGT, dan untuk gangguan integritas kulit telah
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan dilakukan terapi dengan pemberian fototerapi.
4. Pada pelaksanaan tindakan ini pada prinsipnya telah sesuai dengan rencana yang
telah dibuat
5. Pada evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat setelah
dilakukan perawatan
6. Pencatatan asuhan kebidanan tida ada kesenjangan antara kasus dan teori
B. Saran
1. Bagi profesi kebidanan
Diharapkan bagi Bidan jika menemukan kasus ikteru neonatorum untuk
melakukan

pemeriksaan

secara

seksama

dan

dapat

mampu mengidentifikasi dan

memberiakan pertolongan pertama pada bayi ikterik dan

merujuk

kasus

tersebut

ketingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.


2. Bagi RSUD lakipadada
Khusus untuk kamar bayi agar dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan mutu
pemberian asuhan kebidanan yang lebih baik pelaksanannya, yang dapat dirasakan
penulis sangat mendukung dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini..
3. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, membangun kerangka
empiri

(hasil

lapangan)

dan

sebagai

masukan

bagi pihak

yang

ingin

mengembangkan penelitian lebih lanjut, terutama berkaitan dengan informasi kesehatan


neonates

You might also like