You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tennosinovitis melibatkan peradangan dari kelopak atau fascia
yang melapisi otot atau tendon. ( lapisan itu disebut Synovium).
Sering terjadi tendonitis dan tendosinovitis bersama-sama.
Tendonitis merupakan peradangan dari otot ( sering disebut dengan
Tendinitis). Beberapa (tetapi tidak semua) tendon dilindungi oleh
kelopak yang disebut synovium ini. Synovium membuat jumlah kecil
berminyak merupakan cairan yang terletak antara otot . Cairan itu
membantu otot/ tendon untuk bergerak bebas dan lancar ketika
menarik pada tulang bila bergerak.
Sistem yang terganggu pada Tendosinovitis adalah sistem
muskuloskletal. Sistem muskuloskeletal ini merupakan penunjang
bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan.
Komponen utama sistem muskuloskletal ini adalah jaringan ikat.
Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen,
bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan strukturstruktur ini. Tendosinovitis paling umum terjadi di pergelangan
tangan dan tangan. Diperkirakan 65% - 95% dari pasien dengan
Rheumatoid Arthritis mengalami Tendosynovitis. Dan sepertiganya
lagi terkait dengan kasus Diabetes Mellitus. Gejala utama pada
Tenosinovitis adalah rasa sakit, pembengkakan dan kesakitan yang
terpengaruh bagian dari otot. Kulit mungkin teraba panas karena
proses peradangan pada tendon. Biasanya pada beberapa kasus
peradangan hanya berlangsung beberapa hari dan kemudian tanda
peradangan tersebut menghilang. Dalam beberapa kasus bengkak
dan kesakitan semakin bertambah parah dapat beberapa minggu
atau beberapa bulan terakhir jika tendosynovitis tidak dirawat.
Penyebab Tennosinovitis ini umumnya belum diketahui
etiologi yang jelas. Kebanyakan penyebabnya adalah pemakaian otot
yang berlebihan. Umumnya terjadi di sekitar pergelangan tangan.
Misalnya terlalu banyak menulis, mengetik, pekerjaan merakit, dan
sebagainya dapat memicu peradangan. Arthritis kadang-kadang
dapat merupakan bagian dari tennosinovitis, yang biasanya ada

bersama rasa sakit dan bengkak pada otot. Infeksi merupakan


penyebab yang jarang pada tennosinovitis , infeksi dapat terjadi
karena memotong atau luka tusukan pada kulit lebih dari satu otot
memudahkan bakteri untuk masuk ke otot-otot lain, dan kadangkadang infeksi dapat menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran
darah ke otot dan fascia atau sinovium. Misalnya sejumlah orang
yang memiliki Gonorea (Penyakit Menular Sexual) dapat terjadi
tennosinovitis sebagai komplikasi dari Gonoreanya.
Saran yang dianjurkan untuk pencegahan terjadinya
Tennosinovitis adalah menghindari gerakan yang berulang-ulang
dan berlebihan dari pergelangan tangan dan tangan. Kemudian dapat
dilakukan latihan untuk memperkuat otot-otot pada (Rehabilitasi
Medik) untuk menemukan latihan yang terbaik untuk pencegahan
tennosinovitis.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. ANATOMI
1. JARINGAN IKAT/ TENDON
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah
sekitarnya terutama dalah jaringan ikat yang tersusun dari
sel-sel dan substansi dasar. Dua macam sel yang ditemukan
pada jaringan ikat adalah sel-sel yang tetap atau tidak
berkembang pada jaringan ikat,seperti sel mast, sel plasma,
limfosit, monosit, dan leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini
memgang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan
peradangan yang terlihat pada penyakit-penyakit reumatik.
Jenis sel yang kedua dalam jaringan ikat ini adalah sel-sel
yang tetap berada di dalam jaringan, seperti fibroblast,
kondrosit, dan osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai
macam serat dan proteoglikan substansi dasar dan membuat
jenis jaringan ikat memiliki sususunan sel yang tersendiri.
Gambar 1. D. Gambaran Anatomi Jari.
Serat-serat yang didapatkan di dalam substansi dasar
adalah kolagen dan elastin. Setidaknya terdapat 14 bentuk
kolagen yang dapat diklasifikasikan menurut struktur rantai
molekul, lokasi dan fungsinya. Kolagen dapat dipecahkan
oleh kerja kolagenase. Enzim proteolitik ini membuat
molekul stabil berubah menjadi molekul tidak stabil pada
suhu fisiologik, dan selanjutnya dihidrolisis oleh protease
lain. Perubahan sintesis kolagen rawan terjadi pada orangorang yang usianya semakin lanjut. Peningkatan aktivitas
kolagenase terlihat pada bentuk penyakit-penyakit rematik
yang diperantarai oleh imunitas seperti Artritis Reumatoid.
Serat-serat elastin memiliki sifat elastik yang penting.
Serat ini didapat dalam ligament, dinding pembuluh darah
besar dan kulit. Elastin dipecahkan oleh enzim yang disebut
elastae. Elastase dapat menjadi penting pada proses
pembentukan arteriosklerosis dan emfisema. Beberapa bukti

menunjukkan
bahwa
perubahan
dalam
system
kardiovaskular karena penuaan, dapat terjadi oleh karena
peningkatan pemecahan serat elastin.
Selain serat-serat, proteoglikan adalah hasil penting
yang ditemukan dalam substansi dasar. Proteoglikan adalah
molekul besar terbuat dari rantai polisakarida panjang yang
melekat pada pusat polipeptida. Proteoglikan pada rawan
sendi berfungsi sebagai bantalan pada sendi sehingga sendi
dapat menahan beban-beban fisik yang berat. Hubungan
antara proteoglikan dengan proses imunologi dan
peradangan adalah kompleks. Limfokin dapat menginduksi
sel-sel jaringan ikat untuk memproduksi proteoglikan baru,
menghambat produksi, atau meningkatkan pemecahan.
Proteoglikan dapat menjadi fokus autoimun pada gangguan
seperti Artritis Reumatoid. Pertambahan usia mengubah
proteoglikan di dalam tulang rawan, proteoglikan ini akan
kurang melekat satu dengan lain dan berinteraksi dengan
kolagen. Perubahan fungsional dan struktural utama yang
menjadi bagian dari proses penuaan normal menyebabkan
perubahan biokimia dari jaringan ikat dan terjadi terutama
pada serat dan proteoglikan.
2. ANATOMI SENDI
Sendi adalah tenpat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fascia,
atau otot. Terdapat tiga tipe sendi :
Sendi fibrosa (Sinoatrodial), merupakan sendi yang tidak
dapat bergerak.
Sendi Kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang
sedikit dapat bergerak.
Sendi Sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat
digerakkan dengan bebas.
a. Sendi Fibrosa.

Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan,


dan tulang yang satu dengan tulang lainnya dihubungkan
oleh jaringan ikat fibrosa. Terdapat dua tipe sendi fibrosa:
(1) Sutura diantara tulang-tulang tengkorak dan (2)
Sindesmosis yang terdiri dari suatu membran interoseus
atau suatu ligamen di antara tulang. Serat-serat ini
memungkinkan sedikit gerakan tetapi bukan merupakan
gerakan sejati. Perlekatan tulang tibia dan fibula bagian
distal adalah suatu contoh dari tipe sendi fibrosa.
b. Sendi Kartilaginosa
Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung
tulangnya dibungkus oleh rawan hialin, disokong oleh
ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe
sendi kartilaginosa. Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang
seluruh persendiannya diliputi oleh rawan hialin. Sendisendi kostokondral adalah contoh dari sinkondrosis.
Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki
suatu hubungan fibrokartilago antara tulang dan selapis
tipis rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.
Simfisispubis dan sendi-sendi pada tulang punggung
adalah contoh-contohnya.
c. Sendi Sinovial
Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat
digerakkan. Sendi-sendi ini memiliki rongga sendi dan
permukaan
sendi
dilapisi
rawan
hialin.
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa
padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan
ikat dengan pembuluh darah yang banyak, dan sinovium,
yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh
sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi
sendi. Sinovium tidak meluas melampaui permukaaan
sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan
sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa di seluruh
persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak
melewati kapsul sendi.

Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang


membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya
bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna
kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi
normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). Hitung sel darah putih
pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan
terutama adalah sel-sel mononuklear. Asam hialuronidase
adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas
cairan sinovial dan di sintesis oleh sel-sel pembungkus
sionovial. Bagian cair dari cairan sinovial diperkirakan
berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang
menanggung beban tubuh pada sendi sinovial. Rawan ini
memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh.
Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar
zat-zat dasar. Zat-zat dasar ini terdiri dari kolagen tipe II
dan proteoglikan yang dihasilkan sel-sel rawan.
Proteoglikan yang ditemukan pada rawan sendi sangat
hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan tersebut
mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima
beban
yang
berat.
Kartilago sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran
darah, limfe atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan
lain untuk metabolisme dibawa oleh cairan sendi yang
membasahi rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen
dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah
cedera atau ketika usia bertambah, beberapa kolagen baru
pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe satu yang
lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian
kemampuan hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini
berarti rawan akan kehilangan kemampuannya untuk
menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh
perubahan-perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan

interstitial rawan. Tekanan yang terjadi pada rawan akan


mengakibatkan pergeseran cairan ke bagian yang kurang
mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi ke
depan mendahului beban. Cairan kemudian akan bergerak
ke belakang kembali ke bagian rawan ketika tekanan
berkurang. Kartilago sendi dan tulang-tulang yang
membentuk sendi normalnya terpisah selama gerakan
selaput cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau
cairan, rawan tidak dapat aus meskipun dipakai terlalu
banyak.
Aliran darah ke sendi banyak yang menuju ke
sinovium. Pembuluh darah mulai masuk melalui tulang
subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat
tebal di bagian sinovium yang menempel langsung pada
ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan di dalam
plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi.
Proses peradangan dapat sangat menonjol di sinovium,
karena di daerah tersebut banyak mendapat aliran darah,
dan di samping itu juga terdapat banyak sel mast dan sel lain
dan zat kimia yang secara dinamis berinteraksi utnuk
merangsang dan memperkuat respons.
Saraf-saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada
ligamen, kapsul sendi, dan sinovium. Saraf-saraf ini
berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada strukturstruktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung
saraf pada kapsul, ligamen, dan pembuluh darah adventisia
sangat sensitif terhadap peregangan dan perputaran. Nyeri
yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus
dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf-saraf
perifer yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri dari satu
sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi lainnya, misalnya
nyeri pada seni panggul dapat dirasakan sebagai nyeri lutut.

B. Definisi
Peradangan pada tendon yang disertai dengan peradangan
pada selubung pelindung disekeliling tendon. Secara umum
tendon merupakan jaringan fibrosa yang kuat, yang
menghubungkan otot dengan tulang, selubung tendon
membungkus beberapa tendon.
Gambaran Tennosinovitis Secara umum Tennosinovitis
dibagi menjadi 4, yaitu :
1. De Quervain tennosynovitis
2. Volar Flexor tennosynovitis
3. Gonococcal tennosynovitis
4. Nongonococcal tennosynovitis
C. Etiologi
Tenosinovitis dapat menyerang siapapun, namun penelitian
menunujukan orang yang lebih aktif dalam berolahraga dan
kegiatan berulang lainnya, seperti mengetik, menulis, atau
mengayunkan tongkat golf, lebih rentan terhadap kondisi tersebut.

Namun, dalam beberapa kasus, penyebab pasti penyakit ini


masih belum jelas. Meskipun jarang terjadi, radang lapisan tendon
dapat terjadi akibat infeksi yang disebabkan oleh cedera yang
terjadi selama beberapa menit, seperti tusukan kecil pada lapisan
luar kulit yang kemudian terinfeksi. Ditemukan juga kasus
tenosinovitis yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari
bagian tubuh lainnya. Salah satu contoh penyebab penyakit ini
adalah infeksi yang disebarkan oleh penyakit menular
seksual (STD) yang telah menyebar dalam tubuh dan kemudian
menyerang lapisan tendon.

Selain cedera olahraga, gerakan berulang, atau infeksi,


tenosynovitis juga dapat terjadi pada penderita penyakit tertentu,
seperti artritis, asam urat, diabetes, dan skleroderma.

D. Manifestasi Klinis
Bagian tubuh yang paling umum menjadi sasaran
tenosynovitis adalah pergelangan tangan, tangan, dan kaki, namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada siku, lutut, atau bahu. Rasa
sakit dan peradangan yang dapat membatasi gerakan penderitanya
merupakan gejala dari penyakit ini yang paling sering terjadi. Pada
beberapa kasus, tendon akan berubah warna menjadi kemerahan
yang dapat dilihat melalui kulit. Penderita tenosinovitis mungkin
mengalami demam jika penyakitnya diakibatkan oleh infeksi.
E. Klasifikasi
Klasifikasi berbagai bentuk tennosynovitis dan diagnosis
yang teliti sangat penting dalam menentukan pemilihan perawatan
yang sesuai.

1. De Quervain Tennosinovitis
Sejarah dari tennosynovitis De Quervain
pertama kali ditemukan oleh seorang ahli bedah
Swiss, Fritz dari Quervain sehingga tennovitis ini
dinamakan sesuai dengan nama penemunya.

Tennosynovitis De Quervain merupakan


peradangan sarung tendo otot, membran sendi,
ruang tendo dan bursa otot. Nama lainnya adalah
tennosynovitis stenosans. Tennosinovitis stenosans
adalah tendovaginitis kronik yang disertai
penyempitan sarung tendo. Sering ditemukan juga
penebalan tendo. Tennosinovitis De Quervain
adalah tendovaginitis kronik sarung tendo
muskulus abductor polikis longus dan tendo
muskulus ekstensor polikis brevis setinggi radius
distal.
Penggunaan pergelangan tangan yang
berlebihan umumnya terkait dengan tenosynovitis
de Quervain. Ketika kita berpegangan, memegang,
mengepalkan, mencubit atau memeras apa pun di
tangan, kita menggunakan dua tendon besar di
pergelangan tangan dan di bagian bawah ibu jari.

Tendon ini biasanya meluncur tanpa rintangan


melalui terowongan kecil yang menghubungkan
mereka ke pangkal ibu jari. Jika kita melakukan
gerak tertentu setiap hari, mungkin dapat
mengiritasi selubung di sekitar dua tendon, yang
menyebabkan
penebalan
yang
membatasi
pergerakan tendon.
Penyebab lain tenosynovitis de Quervain
meliputi:
Cedera langsung pada pergelangan tangan atau
tendon; jaringan parut dapat membatasi pergerakan
tendon.
Arthritis inflamasi, seperti rheumatoid arthritis
Gejala tenosynovitis de Quervain meliputi:
o Nyeri di sekitar pangkal ibu jari
o Pembengkakan di sekitar pangkal ibu jari
o Kesulitan menggerakkan ibu jari dan
pergelangan
tangan
ketika
sedang
melakukan kegiatan dengan gerakan
memegang atau mencubit.
o Sensasi menempel atau stop-and-go
ketika menggerakkan ibu jari.
Jika kondisi ini berlangsung terlalu lama
tanpa pengobatan, rasa sakit dapat menyebar jauh
hingga ke ibu jari, berbalik ke lengan atau keduanya.
Mencubit, menggenggam dan gerakan lain yang
mengandalkan ibu jari dan pergelangan tangan akan
memperburuk rasa sakit.
Penderita mengalami nyeri, terutama pada
gerakan kedua
otot
tersebut,
yaitu
bila
menggerakkan ibu jari. Kadang dapat diraba atau
dilihat penebalan sarung dan tendo, sedikit
proksimal prosessus stiloideus radius. Gerakan

ekstensi aktif menimbulkan nyeri yang terus


menerus, bengkak, dan dapat diraba krepitasi,
sedangkan gerakan pasif tidak. Selalu ada nyeri
tekan. Tes Finkelstein biasanya positif.
Tes Finkelstein : tangan dikepal dengan ibu jari
di dalam kepalan pada deviasi tangan ke arah ulna
timbul nyeri berarti positif de Quervains
Tennnosynovitis.
Umumnya pasien tennosynovitis De Quervain ini
memiliki sejarah gerakan repetitive jepitan dari ibu
jari dan jari (misalnya pekerjaan merakit barisan,
mengemudikan sekrup, menyiang rumput yang
berlebihan). Sakit di radial aspek pergelangan
tangan menjadi lebih buruk dengan kegiatan dan
istirahat dengan lebih baik. Mulai sakit biasanya
bertahap dan umumnya tanpa sejarah trauma akut.
Pada
pemeriksaan
fisik
didapatkan
:
Rasa nyeri terjadi di sepanjang radial aspek
pergelangan tangan Sakit pasif terjadi dengan
berbagai gerakan yang praktis Sakit terjadi dengan
deviasi ulnar dari pergelangan tangan dengan ibu
jari di setangkup tertutup fist ( yakni Filkenstein
test). Pada bagian belakang kompartemen pertama
melaului styloid thickened menjadi tulang dan tersa
keras, kawasan tersebut menjadi sensitive dan
mudah nyeri. Biasanya tampak seperti ada fusiform
massa.
Penangulangan dengan membuka bagian sarung
tendo yang sempit. Ganglion karpal. Ganglion di
pergelangan tangan biasanya berasal dari sedini
karpal, dan sering dari sendi skafoid lunatum. Kadang
ganglion berakar pada sinovial tendo otot. Ganglion
lebih menonjol pada fleksi tangan dan kadang dapat

ditekan sampai kosong pada sikap ekstensi sendi


pergelangan tangan. Di sebelah volar, ganglion
kebanyakan muncul antara tendo muskulus fleksor
radialis dan muskulus brakioradialis. Jarang dapat
ditemukan fluktasi. Biasanya ganglion tidak diafan
karena isinya agak kental dan keruh, sementara
biasanya ganglion terlalu kecil untuk membuat tes
transiluminasi.
Terapi dengan eksisi. Pembedahan harus
dilakukan denga teliti. Dasar hubungan dengan sendi
harus turut dikeluarkan untuk mencegah kekambuhan.
Pembedahan tangan harus dilakukan pada keadaan
bebas darah.
Pada tennosynovitis De Quervain dapat
dilakukan Foto radiologi , sebenarnya pada
tennosynovitis De Quervain hasil radiologi negatif
karena kelainan yang terjadi adalah pada tendon dan
sarung ototnya. Namun boleh dilakukan radiologi
untuk menyingkirkan kondisi lainnya yang mungkin
tidak bertanggung jawab atas sakit ini dan dapat
membantu dalam mendiferensiasi antara pasien
tennosynovitis
de
Quervains
dengan
pasien
osteoarthritis di jempol carpometacarpal atau yang
menderita kondisi baik.
2. Volar Flexor tennosynovitis
Sejarah dari Volar Flexor Tennosynovitis
pertama kali yang menggambarkan tekhnik untuk
irigasi dan debridement dari flexor otot yang sakit.
Dickson Wright menyarankan postoperative irigasi
tendon pada 1943 ditutup terus debridement dan
irigasi tekhnik yang championed oleh Besser, Carter
dan
Nevaiser
seawal
tahun
1960-an.
Tennosynovectomy
untuk
mengatasi
flexor
tennosinovitis didukung oleh Howard, Straub, dan

Wilson (1956), dan Kuhns Potter (1958), Kessler dan


Vainio (1966), dan Nalebuff dan Potter (1968), dan
kemudian oleh pekerjaan oleh Nalebuff dan Patel,
Millendur dan Naelebuff dan Brown.
Tennosinovitis Volar fleksor (tennovaginitis
stenosans pada jari tangan) juga disebut jari pelatuk
atau jari picu. Bila mengepalkan tangan tidak tampak
kelainan, tetapi pada ekstensi jari, jari picu tetap dalam
keadaan fleksi karena tendo yang menebal tidak dapat
masuk kesarungnya yang keras dan sempit.
Trigger Finger Flexor Tennosinovitis adalah
sebuah keadaan patofisiologi yang menyebabkan
gangguan dari fungsi normal tendo flexor pada tangan.
Berbagai
etiologi
dapat
menyebabkan
flexor
tennosinovitis
ini.
Kebanyakan
kasus
Flexor
Tennosinovitis adalah akibat infeksi. Namun Flexor
Tennosinovitis dapat juga menjadi akut atau
peradangan kronik sebagai akibat diabetes mellitus,
pemakaian tangan yang berlebihan, atau arthritis
rheumatoid. Biasanya Flexor tennosinovitis adalah
hasil dari rheumatoid arthritis ( atau lainnya dapat
menjadi arthropathies ), diabetes mellitus , overuse
atau partikel jaringan penyakit. Dengan diabetes, yang
cepat dari jaringan dalam serabut otot, dapat terjadi
penyempitan tendon. Overuse syndrome menyebabkan
kumulatif mikrotrauma pada tendon dan jaringan
sekitarnya. Contoh overuse cedera adalah stenosing
flexor tenosynovitis (yakni, trigger finger)

Sebagian
besar
tanda-tanda
Flexor
Tennosynovitis awal umumnya ditandai dengan 4
kanavel tanda-tanda infeksi :
Pada lengkungan jari tampak tanda awal
peradangan.
Fusiformis bengkak
Kesakitan pada sepanjang tendon flexor tangan
Sakit secara pasif pada tendon.
Proses kanavel ini memiliki kemampuan untuk
bekerja dengan cepat memusnahkan dari kapasitas
fungsional dan dianggap sebagai suatu pembedahan
tulang darurat. Penanggulangan dengan pembelahan
bagian sarung yang sempit sejajar sumbunya sehingga
tendo dapat bergerak secara bebas biasa dilakukan
bedah drainase pada flexor tennosynovitis yang
fulminant dan dapat dengan pengobatan konservatif

saja
seperti
obat-obatan
pada
tahap
awal
tennosynovitis.
Tahap-tahap kanavel mungkin saja tidak
tampak pada pasien yang memakai antibiotik jangka
panjang, pada kondisi awal, pasien immunokopromis,
pada pasien dengan infeksi kronis. Tidak ada data
mengenai insiden flexor tennosinovitis. Cedera dengan
lantang, sering kemungkinan infeksi sangat tinggi bila
ada inokulasi dari tendon. Flexor tennosinovitis dapat
menular secara hematogen pada beberapa kasus
penelitian, tetapi biasanya di daerah terpencil.
Timbulnya
Flexor
tennosynovitis
yang
didokumentasikan diperkirakanan 64 95% dari
pasien dengan rheumatoid arthritis menderita
tennosinovitis
pada
tangan
dan
pergelangan
tangannya. Selain itu, sepertiga dari tangan dan jari
pada flexor tennosinovitis terkait dengan kasus
diabetes mellitus.
Etiologi dari flexor tennosynovitis umumnya
berasal dari penetrasi trauma. Sebagian besar
disebabkan oleh infeksi kulit flora, termasuk kedua
jenis Staphylococcus dan streptococcus. Yang paling
umum yang menyebabkan komplikasi bernanah di
dalam flexor tennosynovitis adalah Staphylococcus
aureus. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut:
Luka gigitan
Pasteurella multocida tinggi indeks kecurigaaan
jika infeksi berkembang dalam waktu 24 jam
setelah gigitan kucing
Eikenella corrodens tinggi insiden luka gigitan
dengan manusia (spesies Staphylococcus dan
Streptococcus masih menyebabkan paling umum)
Anaerobes (Bactoroides spesies dan Fusobacterium
paling umu)
Haemophillus spesies
Capnoncytophage cainomours jarang dapat
menjadi terisolasi setelah gigitan anjing.

Miscellanous organisme gram-negatif


Hematogeneus menyebar
Mycobacterium tuberculosa
Neisseria gonorrhea
Clostridium bertingkah- kasus ini dilaporkan pada
infeksi telinga anak dalam
Pseudomonas aerugonosa
Listeria monocytogenes
Vibrio Vulnificus (stings dari kehidupan laut)
Mycobacterium spesies.
Laserasi atau luka tusukan, infeksi Mycobacterium
spesies dapat diduga di infeksi kronis lebih lembab.
Terlambat atau tidak terjawab diagnosa dapat
mengakibatkan hasil yang buruk.
Penyebab non infeksi yang lainnya termasuk
penyebab diabetes mellitus, arthritis rheumatid,
endapan kristal, overuse, amyloidosis, ochronosis,
arthritis psoriatic, Lupus Eritomatosus, dan
Sarcoidosis.

Tahap-tahap terjadinya Flexor Tennosynovitis :


Tahap inflamasi. Dimulai segera setelah luka,
dengan rilis kemotatik dan zat vasoaktif. Sel-sel yang
dihasilkan inflamasi menciptakan rasa sakit, bengkak,
eritema, dan panas. Tahap ini dapat terjadi 48 jam dari
2 bulan, kecuali jika terjadi overuse atau kecelakaan
lebih lanjut.
Tahap Proliferatif. Tahap ini berlangsung hingga 2
bulan dan dicirikan oeh produksi kolagen dan zat-zat
lainnya. Tendon sangat rentan terhadap kecelakaan
selama periode ini.
Tahap pematangan. Tahap ini berlangsung hingga 12
minggu, selama waktu tahap penyembuhan ini
sebaiknya hindari kegiatan yang dapat menganggu
proses
penyembuhan.Paling
banyak
penyebab
terjadinya Flexor Tennosynovitis adalah Overuse.

3. Gonococcal Tennosynovitis
Gonococcal Tennosinovitis penyebabnya adalah
Neisseria gonorrhoeae. Pada Gonococcal tennosnovitis
merupakan jenis radang paling sering mempengaruhi
remaja dan dewasa muda. Lebih sering terjadi pada
perempuan, khususnya selama kehamilan atau
sesudah menstruasi, ketika penyebaran gonorhea lebih
cenderung terjadi. Interval dari sexual mulai terkena
gejala diseminasi dapat bervariasi dari 1 hari untuk
beberapa minggu. Biasanya pada tennosinovitis ini
cairan vagina atau penile vaginal biasanya tidak ada,
bisa ada demam, panas dingin, rasa tidak enak, dan
yang polyartalgia umum. Biasa ruang yang terkena
pada tangan adalah dorsum dari pergelangan tangan,
tangan dan kaki.
Pada pemeriksaan fisiknya didapatkan eritema,
nyeri yang hilang timbul pda rabaan, terdapat nyeri
pada gerakan tangan yang melibatkan tendon. Demam
biasa terjadi, infeksi kulit umum (terjadi sekitar dua
pertiga dari infeksi gonococcal) dan dicirikan oleh
makula hemoragik atau papul pada distal kaki.
4. Nongonococcal Tennosynovitis
Penyebab
peradangan
tendon
pada
Nongonococcal tennosynovitis : Staphylococcus aureus
dan Streptococcus spesies yang paling umum terjadi,
tetapi infeksi dapat juga bercampur ( kuman aerobik dan
anaerobik). Pasteurella multocida umumnya dari gigitan
kucing; Eikinea corrodens gigitan terjadi dengan
manusia. Namun manusia dan hewan gigitan tersebut
ada campuran aerobik dan anaerobik. Faktor presdiposisi
termasuk Diabetes Mellitus, dari darah, Penyalahgunaan
narkoba (IV), kesakitan dan arteriosklerosis obliterans.
Mycobacterium spesies juga dapat menyebabkan

tennosynovitis,
terutama
immunocompromised.

pada

pasien

Biasa terjadi pada luka tusukan, luka dari kulit


yang retak, gigitan hewan, atau tekanan tinggi suntikan
cedera (misalnya kucing, serangga, dan sebagainya).
Sering tidak jelas portal dari cedera yang hadir. Rasa sakit
dan terjadi pembengkakkan di sepanjang tendon, flexor
tendon tangan paling sering terlibat. Pemeriksaan
fisiknya : pasien biasa kesakitan, eritema, nyeri dan
berbagai gerakan yang terlibat tendon yang hadir.
Tanda-tanda kanavalnya meliputi : adanya fusiformis
pembengkakan pada jari (pembengkakkan pada seluruh
jemari), posisi jari flexi, sakit sekali pada sekitar jari
jemari, terjadi kesakitan dan bengkak pada flexor tendon.

BAB III

PENATALAKSANAAN
A. Anamnesis Umum
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Alamat

: Ny S F
: 35 Tahun
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Jl A.P.Pettarani I No 3

B. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Pasien merasakan nyeri pada pergelangan
tangan yang menjalar hingga ke ibu jari
Letak Keluhan

: pergelangan tangan dan ibu jari tangan


kanan

Lama Keluhan
Sifat Keluhan
RPP

: sekitar 2 bulan yang lalu


: Menjalar
: Pasien mengeluh sakit pada pergelangan
tangan dan menjalar hingga ke ibu jari
sekitar 2 bulan yang lalu. 3 hari kemudian
pasien merasakan cenat cenut saat
menggerakan jari telunjuk dan ibu jari
secara lambaat. Pasien kemudian berobat
ke poli saraf, oleh dokter pasien didiagnosa
mengalami Trigger Finger.
Riwayat Pribadi : pasien seorang ibu rumah tangga yang
memiliki hobby membuat kue dan
mengetik atau membuat novel dan cerpen.
Sewaktu menjadi mahasiswa pasien
mempunyai hobby menadaki gunung dan
jarang menggunakan sarung tangan.
Riwayat Lain
: Pasien tidak memiliki penyakit lain
C. Anamnesis Sistem
1. Kepala dan Leher
Hasil
: pasien tidak mengeluh pusing dan kaku pada leher
2. Sistem kardiovaskular

Hasil
3.
4.
5.
6.

7.

: pasien tidak mengeluh nyeri dada maupun jantung


berdebar-drbar
Sistem Respirasi
Hasil
: pasien tidak mengeluh adanya sesak dan batuk
Sistem gastrointestinalis
Hasil
: pasien tidak mengeluh mual dan muntah, serta BAB
lancar dan terkontrol
Sistem Urogenitalis
Hasil
: pasien tidak mengeluh adanya gangguan BAK
Sistem Musculoskeletal
Hasil
: terdapat nyeri tekan dan nyeri gerak, terapat nyeri
dram, ROM full namun ada dirasakan nyeri,
kelemahan otot ekstensor dan flexor jari telunjuk dan
ibu jari.
Sistem Nervorum
Hasil
: pasien mengeluh adanya nyeri dari jari telunjuk
menjalar hingga kelengan , pasien tidak mengeluh
kesemutan , pasien tidak mengeluh adanya baal pada
ibu jari dan jari telunjuk.

D. Vital Sign
Tekanan Darah
Denyut Nadi
Pernafasan
Suhu

: 120/80 mmHg
: 63 x/menit
: 25 x/menit
: 36 C

E. Inspeksi
1. Statis
Keadaan umum pasien nampak baik
Ekspresi wajah pasien nampak menahan rasa sakit
Pasien tidak memakai alat bantu
2. Dinamis
Pasien diminta menggerakkan jari-jari hingga ke lengan
Hasil
: pasien mampu menngerakaan jari-jari hingga
ke lengan namun pada bagian jari gerakannya
tidak sempurna dikarenakan adanya nyeri.
F. Palpasi
Dari palpasi didapatkan adanya spasme, suhu lokal pada jari
telunjuk terasa dingin dan suhu lokal pada ibu jari terasa normal.

Tonus otot dalam keadaan normal, terdapat nyeri tekan pada ibu
jari dan jari telunjuk.
G. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
1. Gerakan Aktif
Fleksi metacarpophalangeal I : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Fleksi metacarpophalangeal II : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Ekstensi metacarpophalangeal I : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Ekstensi metacarpophalangeal II: pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Adduksi metacarpophalangeal I : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Abduksi metacarpophalangeal II : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
2. Gerakan Pasif
Fleksi metacarpophalangeal I
Fleksi metacarpophalangeal II

: Full ROM, endfell terasa,


ada nyeri

: Full ROM, endfell terasa,


ada nyeri
Ekstensi metacarpophalangeal I : Full ROM, endfell terasa,
ada nyeri
Ekstensi metacarpophalangeal II: Full ROM, endfell terasa,
ada nyeri
Adduksi metacarpophalangeal I : Full ROM, endfell terasa,
ada nyeri
Abduksi metacarpophalangeal II : Full ROM, endfell terasa,
ada nyeri

3. TIMT
Fleksi metacarpophalangeal I

: pasien mampu melakukan dan


terasa nyeri
Fleksi metacarpophalangeal II : pasien mampu melakukan dan
terasa nyeri
Ekstensi metacarpophalangeal I : pasien mampu melakukan
dan nyeri
Ekstensi metacarpophalangeal II: pasien mampu melakukan
dan terasa nyeri
Adduksi metacarpophalangeal I : pasien mampu melakukan
dan terasa nyeri
Abduksi metacarpophalangeal II : pasien mampu melakukan
dan terasa nyeri

H. Pengukuran
1. Nyeri
Nyeri tekan

Nyeri diam

Nyeri gerak fleksi

phalang I
Nyeri gerak ekstensi
phalang I
Nyeri gerak fleksi
phalang II
Nyeri gerak ekstensi
phalang II
Nyeri gerak ABD
phalang I
Nyeri gerak ADD
phalang I
Nyeri gerak ABD
phalang II

2. ROM
Ibu Jari
S: 0 0 55 Disertai nyeri
Jari Telunjuk S: 0 0 80 disertai nyeri
3. MMT
Sendi

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Fleksor phalang I

4-

4-

4+

Ekstensor phalang I

4-

4-

4+

Fleksor phalang II

4-

4-

4+

Ekstensor phalang II 4-

4-

4+

I. Diagnosa
1. Anatomical Impairtment
- Penurunan kekuatan otot pada metacarpophalangeal I & II
- keterbatasan ROM pada metacarpophalangeal I & II
- spasme m. Ekstensor policis longus
2. Aktivity Limitation
- Tidak dapat menggenggam
- ADL terganggu

3. Participation Retriction
Tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik sebagai ibu
rumah tangga
J. Tujuan
Mengurangi nyeri diam, tekan, gerak pada
metacarpophalangeal I & II dextra,
Meningkatkan kekuatan otot pada Metacarpophalangeal I &
II,
meningkatkan ROM metacarpophalangeal I & II dextra,
meningkatkan ADL pasien secara bertahap.

K. Interverensi
IRR
TENS
Massage
Streaching
Terapi Latihan

DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, ( 2004 ). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta. Hal 695 724.
Tennosynovity (de Quervains tennosynovity). Available
at :www.wikipedia. Com
Norvell JG. Tennosynovitis. Available at : www.emedicine.com
Steele MD. Plastic Surgery and Classification.
Available at : www.plasticsurgery4u.com

Norvell JG. Tennosynovity Differential diagnosa and Workup. Available


at : www.emedicine.com
Steele MD. Drug, medicine, and Treatment. Available
at :www.emedicine.com
Likes LR. Flexor Tennosynovitis and complication, Treatment, Workup.
Available at : www.emedicine.com
Ghidella SD. Therapy medis Tennosynovity. Available
at :www.Handsurgery.ac.id
Makanan JR. De Quervains Tennosynovity. Available
at :www.emedicine.com
Fasella MF. All about Tennosynovity. Available at : www.patient.co.uk
Sullivan JG. Medscape. ( 2005 ). Tennosynovity surgery . Available at :
http://www.surgeryencyclopedia.com
Bax, Tim M.D. et al ( 1999 ). Surgical Options in the Management of
Arthritis Rheumatoid, The American Academy of Family Physicians.
Available at : http://www.aafp.org/afp/990101ap/143.html
Ralp GH. Surgical Arthritis rheumatoid. Available at : www.vianex.com
Xarchas KC. Gallanopoulus NG. Traumatologic Surgical
Tennosynovitis. Available at : www.orthopaedican traumatologica.com
Concanon. De Quervains Tennosynovity. Available
at :www.Americansocietyestheticplasticsurgery.com

You might also like