Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tennosinovitis melibatkan peradangan dari kelopak atau fascia
yang melapisi otot atau tendon. ( lapisan itu disebut Synovium).
Sering terjadi tendonitis dan tendosinovitis bersama-sama.
Tendonitis merupakan peradangan dari otot ( sering disebut dengan
Tendinitis). Beberapa (tetapi tidak semua) tendon dilindungi oleh
kelopak yang disebut synovium ini. Synovium membuat jumlah kecil
berminyak merupakan cairan yang terletak antara otot . Cairan itu
membantu otot/ tendon untuk bergerak bebas dan lancar ketika
menarik pada tulang bila bergerak.
Sistem yang terganggu pada Tendosinovitis adalah sistem
muskuloskletal. Sistem muskuloskeletal ini merupakan penunjang
bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan.
Komponen utama sistem muskuloskletal ini adalah jaringan ikat.
Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen,
bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan strukturstruktur ini. Tendosinovitis paling umum terjadi di pergelangan
tangan dan tangan. Diperkirakan 65% - 95% dari pasien dengan
Rheumatoid Arthritis mengalami Tendosynovitis. Dan sepertiganya
lagi terkait dengan kasus Diabetes Mellitus. Gejala utama pada
Tenosinovitis adalah rasa sakit, pembengkakan dan kesakitan yang
terpengaruh bagian dari otot. Kulit mungkin teraba panas karena
proses peradangan pada tendon. Biasanya pada beberapa kasus
peradangan hanya berlangsung beberapa hari dan kemudian tanda
peradangan tersebut menghilang. Dalam beberapa kasus bengkak
dan kesakitan semakin bertambah parah dapat beberapa minggu
atau beberapa bulan terakhir jika tendosynovitis tidak dirawat.
Penyebab Tennosinovitis ini umumnya belum diketahui
etiologi yang jelas. Kebanyakan penyebabnya adalah pemakaian otot
yang berlebihan. Umumnya terjadi di sekitar pergelangan tangan.
Misalnya terlalu banyak menulis, mengetik, pekerjaan merakit, dan
sebagainya dapat memicu peradangan. Arthritis kadang-kadang
dapat merupakan bagian dari tennosinovitis, yang biasanya ada
BAB II
KAJIAN TEORI
A. ANATOMI
1. JARINGAN IKAT/ TENDON
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah
sekitarnya terutama dalah jaringan ikat yang tersusun dari
sel-sel dan substansi dasar. Dua macam sel yang ditemukan
pada jaringan ikat adalah sel-sel yang tetap atau tidak
berkembang pada jaringan ikat,seperti sel mast, sel plasma,
limfosit, monosit, dan leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini
memgang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan
peradangan yang terlihat pada penyakit-penyakit reumatik.
Jenis sel yang kedua dalam jaringan ikat ini adalah sel-sel
yang tetap berada di dalam jaringan, seperti fibroblast,
kondrosit, dan osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai
macam serat dan proteoglikan substansi dasar dan membuat
jenis jaringan ikat memiliki sususunan sel yang tersendiri.
Gambar 1. D. Gambaran Anatomi Jari.
Serat-serat yang didapatkan di dalam substansi dasar
adalah kolagen dan elastin. Setidaknya terdapat 14 bentuk
kolagen yang dapat diklasifikasikan menurut struktur rantai
molekul, lokasi dan fungsinya. Kolagen dapat dipecahkan
oleh kerja kolagenase. Enzim proteolitik ini membuat
molekul stabil berubah menjadi molekul tidak stabil pada
suhu fisiologik, dan selanjutnya dihidrolisis oleh protease
lain. Perubahan sintesis kolagen rawan terjadi pada orangorang yang usianya semakin lanjut. Peningkatan aktivitas
kolagenase terlihat pada bentuk penyakit-penyakit rematik
yang diperantarai oleh imunitas seperti Artritis Reumatoid.
Serat-serat elastin memiliki sifat elastik yang penting.
Serat ini didapat dalam ligament, dinding pembuluh darah
besar dan kulit. Elastin dipecahkan oleh enzim yang disebut
elastae. Elastase dapat menjadi penting pada proses
pembentukan arteriosklerosis dan emfisema. Beberapa bukti
menunjukkan
bahwa
perubahan
dalam
system
kardiovaskular karena penuaan, dapat terjadi oleh karena
peningkatan pemecahan serat elastin.
Selain serat-serat, proteoglikan adalah hasil penting
yang ditemukan dalam substansi dasar. Proteoglikan adalah
molekul besar terbuat dari rantai polisakarida panjang yang
melekat pada pusat polipeptida. Proteoglikan pada rawan
sendi berfungsi sebagai bantalan pada sendi sehingga sendi
dapat menahan beban-beban fisik yang berat. Hubungan
antara proteoglikan dengan proses imunologi dan
peradangan adalah kompleks. Limfokin dapat menginduksi
sel-sel jaringan ikat untuk memproduksi proteoglikan baru,
menghambat produksi, atau meningkatkan pemecahan.
Proteoglikan dapat menjadi fokus autoimun pada gangguan
seperti Artritis Reumatoid. Pertambahan usia mengubah
proteoglikan di dalam tulang rawan, proteoglikan ini akan
kurang melekat satu dengan lain dan berinteraksi dengan
kolagen. Perubahan fungsional dan struktural utama yang
menjadi bagian dari proses penuaan normal menyebabkan
perubahan biokimia dari jaringan ikat dan terjadi terutama
pada serat dan proteoglikan.
2. ANATOMI SENDI
Sendi adalah tenpat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fascia,
atau otot. Terdapat tiga tipe sendi :
Sendi fibrosa (Sinoatrodial), merupakan sendi yang tidak
dapat bergerak.
Sendi Kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang
sedikit dapat bergerak.
Sendi Sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat
digerakkan dengan bebas.
a. Sendi Fibrosa.
B. Definisi
Peradangan pada tendon yang disertai dengan peradangan
pada selubung pelindung disekeliling tendon. Secara umum
tendon merupakan jaringan fibrosa yang kuat, yang
menghubungkan otot dengan tulang, selubung tendon
membungkus beberapa tendon.
Gambaran Tennosinovitis Secara umum Tennosinovitis
dibagi menjadi 4, yaitu :
1. De Quervain tennosynovitis
2. Volar Flexor tennosynovitis
3. Gonococcal tennosynovitis
4. Nongonococcal tennosynovitis
C. Etiologi
Tenosinovitis dapat menyerang siapapun, namun penelitian
menunujukan orang yang lebih aktif dalam berolahraga dan
kegiatan berulang lainnya, seperti mengetik, menulis, atau
mengayunkan tongkat golf, lebih rentan terhadap kondisi tersebut.
D. Manifestasi Klinis
Bagian tubuh yang paling umum menjadi sasaran
tenosynovitis adalah pergelangan tangan, tangan, dan kaki, namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada siku, lutut, atau bahu. Rasa
sakit dan peradangan yang dapat membatasi gerakan penderitanya
merupakan gejala dari penyakit ini yang paling sering terjadi. Pada
beberapa kasus, tendon akan berubah warna menjadi kemerahan
yang dapat dilihat melalui kulit. Penderita tenosinovitis mungkin
mengalami demam jika penyakitnya diakibatkan oleh infeksi.
E. Klasifikasi
Klasifikasi berbagai bentuk tennosynovitis dan diagnosis
yang teliti sangat penting dalam menentukan pemilihan perawatan
yang sesuai.
1. De Quervain Tennosinovitis
Sejarah dari tennosynovitis De Quervain
pertama kali ditemukan oleh seorang ahli bedah
Swiss, Fritz dari Quervain sehingga tennovitis ini
dinamakan sesuai dengan nama penemunya.
Sebagian
besar
tanda-tanda
Flexor
Tennosynovitis awal umumnya ditandai dengan 4
kanavel tanda-tanda infeksi :
Pada lengkungan jari tampak tanda awal
peradangan.
Fusiformis bengkak
Kesakitan pada sepanjang tendon flexor tangan
Sakit secara pasif pada tendon.
Proses kanavel ini memiliki kemampuan untuk
bekerja dengan cepat memusnahkan dari kapasitas
fungsional dan dianggap sebagai suatu pembedahan
tulang darurat. Penanggulangan dengan pembelahan
bagian sarung yang sempit sejajar sumbunya sehingga
tendo dapat bergerak secara bebas biasa dilakukan
bedah drainase pada flexor tennosynovitis yang
fulminant dan dapat dengan pengobatan konservatif
saja
seperti
obat-obatan
pada
tahap
awal
tennosynovitis.
Tahap-tahap kanavel mungkin saja tidak
tampak pada pasien yang memakai antibiotik jangka
panjang, pada kondisi awal, pasien immunokopromis,
pada pasien dengan infeksi kronis. Tidak ada data
mengenai insiden flexor tennosinovitis. Cedera dengan
lantang, sering kemungkinan infeksi sangat tinggi bila
ada inokulasi dari tendon. Flexor tennosinovitis dapat
menular secara hematogen pada beberapa kasus
penelitian, tetapi biasanya di daerah terpencil.
Timbulnya
Flexor
tennosynovitis
yang
didokumentasikan diperkirakanan 64 95% dari
pasien dengan rheumatoid arthritis menderita
tennosinovitis
pada
tangan
dan
pergelangan
tangannya. Selain itu, sepertiga dari tangan dan jari
pada flexor tennosinovitis terkait dengan kasus
diabetes mellitus.
Etiologi dari flexor tennosynovitis umumnya
berasal dari penetrasi trauma. Sebagian besar
disebabkan oleh infeksi kulit flora, termasuk kedua
jenis Staphylococcus dan streptococcus. Yang paling
umum yang menyebabkan komplikasi bernanah di
dalam flexor tennosynovitis adalah Staphylococcus
aureus. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut:
Luka gigitan
Pasteurella multocida tinggi indeks kecurigaaan
jika infeksi berkembang dalam waktu 24 jam
setelah gigitan kucing
Eikenella corrodens tinggi insiden luka gigitan
dengan manusia (spesies Staphylococcus dan
Streptococcus masih menyebabkan paling umum)
Anaerobes (Bactoroides spesies dan Fusobacterium
paling umu)
Haemophillus spesies
Capnoncytophage cainomours jarang dapat
menjadi terisolasi setelah gigitan anjing.
3. Gonococcal Tennosynovitis
Gonococcal Tennosinovitis penyebabnya adalah
Neisseria gonorrhoeae. Pada Gonococcal tennosnovitis
merupakan jenis radang paling sering mempengaruhi
remaja dan dewasa muda. Lebih sering terjadi pada
perempuan, khususnya selama kehamilan atau
sesudah menstruasi, ketika penyebaran gonorhea lebih
cenderung terjadi. Interval dari sexual mulai terkena
gejala diseminasi dapat bervariasi dari 1 hari untuk
beberapa minggu. Biasanya pada tennosinovitis ini
cairan vagina atau penile vaginal biasanya tidak ada,
bisa ada demam, panas dingin, rasa tidak enak, dan
yang polyartalgia umum. Biasa ruang yang terkena
pada tangan adalah dorsum dari pergelangan tangan,
tangan dan kaki.
Pada pemeriksaan fisiknya didapatkan eritema,
nyeri yang hilang timbul pda rabaan, terdapat nyeri
pada gerakan tangan yang melibatkan tendon. Demam
biasa terjadi, infeksi kulit umum (terjadi sekitar dua
pertiga dari infeksi gonococcal) dan dicirikan oleh
makula hemoragik atau papul pada distal kaki.
4. Nongonococcal Tennosynovitis
Penyebab
peradangan
tendon
pada
Nongonococcal tennosynovitis : Staphylococcus aureus
dan Streptococcus spesies yang paling umum terjadi,
tetapi infeksi dapat juga bercampur ( kuman aerobik dan
anaerobik). Pasteurella multocida umumnya dari gigitan
kucing; Eikinea corrodens gigitan terjadi dengan
manusia. Namun manusia dan hewan gigitan tersebut
ada campuran aerobik dan anaerobik. Faktor presdiposisi
termasuk Diabetes Mellitus, dari darah, Penyalahgunaan
narkoba (IV), kesakitan dan arteriosklerosis obliterans.
Mycobacterium spesies juga dapat menyebabkan
tennosynovitis,
terutama
immunocompromised.
pada
pasien
BAB III
PENATALAKSANAAN
A. Anamnesis Umum
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Alamat
: Ny S F
: 35 Tahun
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Jl A.P.Pettarani I No 3
B. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Pasien merasakan nyeri pada pergelangan
tangan yang menjalar hingga ke ibu jari
Letak Keluhan
Lama Keluhan
Sifat Keluhan
RPP
Hasil
3.
4.
5.
6.
7.
D. Vital Sign
Tekanan Darah
Denyut Nadi
Pernafasan
Suhu
: 120/80 mmHg
: 63 x/menit
: 25 x/menit
: 36 C
E. Inspeksi
1. Statis
Keadaan umum pasien nampak baik
Ekspresi wajah pasien nampak menahan rasa sakit
Pasien tidak memakai alat bantu
2. Dinamis
Pasien diminta menggerakkan jari-jari hingga ke lengan
Hasil
: pasien mampu menngerakaan jari-jari hingga
ke lengan namun pada bagian jari gerakannya
tidak sempurna dikarenakan adanya nyeri.
F. Palpasi
Dari palpasi didapatkan adanya spasme, suhu lokal pada jari
telunjuk terasa dingin dan suhu lokal pada ibu jari terasa normal.
Tonus otot dalam keadaan normal, terdapat nyeri tekan pada ibu
jari dan jari telunjuk.
G. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
1. Gerakan Aktif
Fleksi metacarpophalangeal I : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Fleksi metacarpophalangeal II : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Ekstensi metacarpophalangeal I : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Ekstensi metacarpophalangeal II: pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Adduksi metacarpophalangeal I : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
Abduksi metacarpophalangeal II : pasien mampu mengerakan
namun tidak full ROM dan
terasa nyeri
2. Gerakan Pasif
Fleksi metacarpophalangeal I
Fleksi metacarpophalangeal II
3. TIMT
Fleksi metacarpophalangeal I
H. Pengukuran
1. Nyeri
Nyeri tekan
Nyeri diam
phalang I
Nyeri gerak ekstensi
phalang I
Nyeri gerak fleksi
phalang II
Nyeri gerak ekstensi
phalang II
Nyeri gerak ABD
phalang I
Nyeri gerak ADD
phalang I
Nyeri gerak ABD
phalang II
2. ROM
Ibu Jari
S: 0 0 55 Disertai nyeri
Jari Telunjuk S: 0 0 80 disertai nyeri
3. MMT
Sendi
T0
T1
T2
T3
T4
T5
T6
Fleksor phalang I
4-
4-
4+
Ekstensor phalang I
4-
4-
4+
Fleksor phalang II
4-
4-
4+
Ekstensor phalang II 4-
4-
4+
I. Diagnosa
1. Anatomical Impairtment
- Penurunan kekuatan otot pada metacarpophalangeal I & II
- keterbatasan ROM pada metacarpophalangeal I & II
- spasme m. Ekstensor policis longus
2. Aktivity Limitation
- Tidak dapat menggenggam
- ADL terganggu
3. Participation Retriction
Tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik sebagai ibu
rumah tangga
J. Tujuan
Mengurangi nyeri diam, tekan, gerak pada
metacarpophalangeal I & II dextra,
Meningkatkan kekuatan otot pada Metacarpophalangeal I &
II,
meningkatkan ROM metacarpophalangeal I & II dextra,
meningkatkan ADL pasien secara bertahap.
K. Interverensi
IRR
TENS
Massage
Streaching
Terapi Latihan
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, ( 2004 ). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta. Hal 695 724.
Tennosynovity (de Quervains tennosynovity). Available
at :www.wikipedia. Com
Norvell JG. Tennosynovitis. Available at : www.emedicine.com
Steele MD. Plastic Surgery and Classification.
Available at : www.plasticsurgery4u.com