Professional Documents
Culture Documents
BAB I
LAPORAN KASUS
1.
Identitas Pasien
Nama
: Tn M
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Ngisrep 04/04 Jambu
Tanggal Pemeriksaan : 15 Maret 2016
2.
Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pandangan mata kiri kabur
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh pandangan mata kiri kabur sejak 6 bulan terakhir. Pasien
juga mengeluh mata kanan sudah tidak dapat melihat lagi sejak 2 tahun
lebih. Pasien mengatakan keluhan pada mata kiri dirasakan awalnya
seperti melihat adanya bayangan hitam yang secara perlahan semakin
memberat. Keluhan mata merah, mata berair, penglihatan lewat lubang
kunci,
F. Riwayat Pengobatan
Pasien menyatakan tidak teratur minum obat diabetes berupa pil dari
dokter. Obat hipertensinya teratur diminum. Pasien belum pernah berobat
untuk penyakit mata yang dideritanya.
3.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran/GCS
: Compos mentis / E4V5M6
Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah
: 170/100 mmHg
Nadi
: 100 kali/menit
Frekuensi Napas
: 22 kali/menit
Status Lokalis
No
Pemeriksaan
1.
Visus
2.
Lapang pandang
Mata Kanan
Mata Kiri
1/300
LP : baik
PW : meragukan
3.
4.
Palpebra
Superior
5.
Palpebra
Inferior
Edema
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Hiperemi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pseudoptosis
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Entropion
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ektropion
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Edema
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Hiperemi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Entropion
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ektropion
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
6.
Fissura palpebra
7.
Konjungtiva
Palpebra
Superior
Hiperemi
(-)
(-)
Sikatrik
(-)
(-)
Konjungtiva
Palpebra
Inferior
Hiperemi
(-)
(-)
Sikatrik
(-)
(-)
8.
9.
Konjungtiva
Bulbi
Injeksi
Konjungtiva
(-)
(-)
Injeksi Siliar
(-)
(-)
Massa
(-)
(-)
Edema
(-)
(-)
Bentuk
Cembung
Cembung
Kejernihan
Keruh
Keruh
Permukaan
Licin
Licin
Sikatrik
(-)
(-)
Benda Asing
(-)
(-)
Kedalaman
Cukup
Cukup
Hifema
(-)
(-)
12. Iris
Warna
Coklat
Coklat
Bentuk
Bentuk
Anisokor
Anisokor
Refleks cahaya
langsung
(-)
Meragukan
Refleks cahaya
tidak langsung
(-)
Meragukan
Kejernihan
Jernih
Jernih
Iris Shadow
(-)
(-)
10. Kornea
13. Pupil
14. Lensa
15. TIO
Palpasi
Tonometri
16. Funduskopi
Tidak dilakukan
59,1 mmHg
Tidak dilakukan
16,2 mmHg
Refleks Fundus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gambaran fundus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai
oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil, meliputi arteriol prekapiler
retina, kapiler-kapiler dan vena-vena.5
2.2. Epidemiologi
Diabetes telah menjadi penyebab kebutaan utama di Amerika Serikat yaitu
sekitar 5000 orang pertahunnya, biasanya mengenai penderita berusia 20-64
tahun. Sedangkan di Negara berkembang setidaknya 12% kasus kebutaan
disebabkan oleh karena diabetes. Resiko ini jarang ditemukan pada anak dibawah
umur 10 tahun, dan meningkat setelah pubertas. Hal ini terjadi setelah 20 tahun
menderita diabetes. Komplikasi lanjut ini timbul setelah 5-15 tahun menderita
diabetes, dengan angka kejadian 50 % dan akan meningkat menjadi 90% setelah
menderita diabetes selama 17-25 tahun.1,5
Di Inggris retinopati diabetik juga menjadi penyebab kebutaan tersering
pada pasien berumur 30-65 tahun, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 4
dari seluruh penyebab kebutaan.1 Pandangan bahwa hiperglikemia kronik pada
diabetes mellitus merupakan penyebab utama timbulnya retinopati diabetik
didukung oleh hasil pengamatan bahwa tidak terjadi retinopati pada orang muda
dengan diabetes tipe I (dependen insulin) paling sedikit 3-5 tahun setelah
perjalanan penyakit sistemik ini.2
2.3. Etiologi
Retinopati diabetik terjadi karena diabetes melitus yang tak terkontrol dan
diderita lama. Pada makula terjadi hipoksia yang menyebabkan timbulnya
angiopati dan degenerasi retina. Angiopati dapat menyebabkan mikroaneurisma
dan eksudat lunak.6 Faktor-faktor yang mendorong terjadinya retinopati adalah: 7,11
1. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 atau 2
2. Pasien dengan diabetes pada kehamilan
3. Gula darah yang tidak terkontrol
fundus okuli
Derajat II. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercaak dengan
atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli
2.6. Patogenesis
Ada tiga proses biokimiawi yang diduga berkaitan dengan timbulnya retinopati diabetik
yaitu jalur poliol (akumulasi sorbitol), glikasi nonenzimatik dan pembentukan
protein kinase C dan pembentukan reactive oxygen speciasi (ROS)
yang terdapat pada jaringan saraf, retina, lensa, glomerulus, dan dinding
pembuluh darah akibat hiperglikemi kronis. Sorbitol merupakan suatu senyawa
gula dan alkohol yang tidak dapat melewati membrana basalis sehingga akan
tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel. Kerusakan sel terjadi akibat
akumulasi sorbitol yang bersifat hidrofilik sehingga sel menjadi bengkak akibat
proses osmotik.
13
ROS dibentuk dari oksigen dengan katalisator ion metal atau enzim yang
menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2), superokside (O2-). Pembentukan ROS
meningkat melalui autooksidasi glukosa pada jalur poliol dan degradasi AGE.
Akumulasi ROS di jaringan akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang
menambah kerusakan sel.3
Kerusakan sel yang terjadi sebagai hasil proses biokimiawi akibat hiperglikemia
kronis terjadi pada jaringan saraf (saraf optik dan retina), vaskular retina dan
lensa. Gangguan konduksi saraf di retina dan saraf optik akan menyebabkan
hambatan fungsi retina dalam menangkap rangsang cahaya dan menghambat
penyampaian impuls listrik ke otak. Proses ini akan dikeluhkan penderita
retinopati diabetik dengan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur.
Pandangan kabur juga dapat disebabkan oleh edema makula sebagai akibat
ekstravasasi plasma di retina, yang ditandai dengan hilangnya refleks fovea pada
pemeriksaan funduskopi.1,3
Neovaskularisasi yang tampak pada pemeriksaan funduskopi terjadi
karena angiogenesis sebagai akibat peningkatan sintesis growth factor, lebih
tepatnya disebut Vascular Endothelial Growt Factor (VEGF). Sedangkan
kelemahan dinding vaksular terjadi karena kerusakan perisit intramural yang
berfungsi sebagai jaringan penyokong dinding vaskular. Sebagai akibatnya,
matriks ekstrasel dari membran basalis membentuk barrier yang bersifat selektif
terhadap beberapa jenis protein dan molekul kecil.Perubahan histopatologis pada
kapiler retinopati diabetik dimulai dari penebalanmembran basalis, hilangnya
perisit dan proliferasi endotel dimana keadaan lanjut perbandingan antara sel
endotel dengan sel perisit dapat mencapai 10 : 1. Patofisiologi retinopati diabetik
melibatkan lima proses dasar yang terjadi di tingkat kapiler yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Pembentukan mikroaneurisma
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
Penyumbatan pembuluh darah
Proliferasi pembuluh darah baru dan jaringan fibrosa di retina
Kontraksi dari jaringan fibrosis kapiler dan vitreus.
Penyumbatan dan hilangnya perfusi menyebabkan iskemia retina
jaringan
fibrosis
menyebabkan
ablasio
retina
(retinal detachment )
3. Pembuluh darah baru yang terbentuk menimbulkan perdarahan vitreus dan preretina
4. Pembentukan pembuluh darah baru dapat menimbulkan glaukoma.
Edema makula merupakan stadium yang paling berat dari retinopati
diabetik non proliferatif. Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler
mikrovaskuler dan kebocoran plasma yang lanjut disertai iskemik pada dinding
retina (cotton wall spot), infark pada lapisan serabut saraf. Hal ini menimbulkan
area non perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasma melalui endotel yang
rusak. Ciri khas dari edema makula adalah cotton wall spot, intra retina
mikrovaskuler abnormal (IRMA), dan rangkaian vena yang seperti manikmanik.
Bila satu dari keempatnya dijumpai maka ada kecenderungan progresif.
Retinopati diabetik non proliferatif dapat mempengaruhi fungsi
penglihatan melalui dua mekanisme yaitu: 1,6
1. Perubahan sedikit demi sedikit daripada pembentukan kapiler dari intra
retina yang menyebabkan iskemik makular.
2. Peningkatan permeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema
makular.
terjadinya
retina
pada
retinopati diabetik.3
fungsinya.
Oklusi
arteri
retina
sentralis
akan
menyebabkan
pada mata bagian luar. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat seluruh retina
berwarna pucat.3
3. Glaukoma
Mekanisme terjadinya glaukoma pada retinopati diabetik masih belum
jelas. Beberapa literatur menyebutkan bahwa glaukoma dapat terjadi pada
retinopati diabetik sehubungan dengan neovaskularisasi yang terbentuk sehingga
menambah tekanan intraokular.3
2.5. Gambaran Klinis
Adapun gejala subjektif dari retinopati diabetes non proliferatif adalah: 5
Penglihatan kabur
Kesulitan membaca
Penglihatan tiba-tiba kabur pada satu mata
Melihat lingkaran-lingkaran cahaya
Melihat bintik gelap dan cahaya kelap-kelip
Sedangkan gejala objektif dari retinopati diabetes non proliferative
Mikroaneurisma
Mikroaneurisma merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah
vena, dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak di dekat pembuluh
darah terutama polus posterior. Kadang pembuluh darah ini sering tidak terlihat.
Mikroaneurisma merupakan kelainan diabetes mellitus dini pada mata . 6,8,15
kadang
Perdarahan
Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya
Hard eksudat
eksudat berupa
Edema retina
Edema retina ditandai dengan hilangnya gambaran retina terutama di
daerah makula. Edema dapat bersifat fokal atau difus dan secara klinis tampak
sebagai retina yang menebal dan keruh disertai mikroaneurisma
dan
eksudat
intra retina. Dapat berbentuk zona-zona eksudat kuning kaya lemak, berbentuk
bundar disekitar kumpulan mikroaneurisma dan eksudat intra retina.
Edema makular signifikan secara klinis (Clinically significant macular
oedema (CSME)) jika terdapat satu atau lebih dari keadaan dibawah ini:
Edema retina 500 m (1/3 diameter diskus) pada fovea sentralis.
Hard eksudat jaraknya 500 m dari fovea sentralis, yang berhubungan
dengan retina yang menebal.
Edema retina yang berukuran 1 disk (1500 m) atau lebih, dengan jarak
dari fovea sentralis 1 disk.
2.6 Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan dan pengobatan retinopati diabetik merupakan upaya yang
harus dilakukan bersama untuk mencegah atau menunda timbulnya retinopati dan
juga untuk memperlambat perburukan retinopati. Tujuan utama pengobatan
retinopati diabetic ialah untuk mencegah terjadinya kebutaan permanen. Metode
pencegahan dan pengobatan retinopati diabetic saat ini meliputi kontrol glukosa
darah, kontrol tekanan darah dan laser koagulasi. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, pengontrolan kadar glukosa darah dan tekanan darah yang baik
secara signifikan menurunkan resiko perkembangan retinopati diabetic dan juga
progresivitasnya.
juga
untuk
beberapa
tipe
makulopati.
daripada pasien diabetic dengan PDR akan menjadi buta jika diobati dalam masa
5 tahun.
Kontrol optimal terhadap kadar glukosa darah dapat mencegah komplikasi
retinopati yang lebih berbahaya. Pada mata yang mengalami edema makuler dan
iskemik yang bermakna akan memiliki prognosis yang lebih jelek dengan atau
tanpa terapi laser, daripada mata dengan edema dan perfusi yang relative baik.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
2. Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa
Kedokteran, Perdami
3. Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Jakarta;
EGC