You are on page 1of 3

Analisis Teluk Benoa Sebagai kawasan Konservasi

Lembaga Konservasi Dunia, International Union for the Conservation in Nature (IUCN)
mendefinisikan kawasan konservasi laut adalah suatu area perairan intertidal atau subtidal yang
berkaitan dengan ekosistem tumbuh-tumbuhan, fauna, corak budaya dan historis, yang dikuatkan
dengan hukum atau peraturan lain yang efektif untuk melindungi sebagian atau seluruh
lingkungan dan sekitarnya (Lunn dan Dearden 2006).
kawasan konservasi perairan ditetapkan dengan mempertimbangkan kriteria yang dinyatakan
dalam Pasal 9 ayat (1) PP No.60 tahun 2007 sebagai berikut:
1. Ekologi, meliputi keanekaragaman hayati, kealamiahan, keterkaitan ekologis,
keterwakilan, keunikan, produktivitas, daerah ruaya, habitat ikan langka, daerah
pemijahan ikan, dan daerah pengasuhan;
2. Sosial dan budaya, meliputi tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan,
potensi ancaman, kearifan lokal serta adat istiadat; dan
3. Ekonomi, meliputi nilai penting perikanan, potensi rekreasi dan pariwisata, estetika, dan
kemudahan mencapai kawasan.
Secara ekologi kriteria kawasan konservasi teluk benoa adalah sebagai berikut:
1. Ekologi,
Kawasan Teluk Benoa dan sekitarnya merupakan pusat keanekaragaman hayati pada
tingkatan ekosistem di wilayah pesisir Bali Selatan. Di kawasan ini terdapat keanekaragaman
habitat (ekosistem) yang relatif tinggi dan lengkap sebagai perwakilan ekosistem pesisir dan
pulau-pulau kecil yaitu ekosistem mangrove, terumbu karang (coral reefs), padang lamun
(segarass beds), dan dataran pasang surut (tidal flats).
Ekosistem Mangrove
Kawasan teluk benoa memiliki substrat berlumpur yang banyak ditumbuhi oleh
mangrove. Jenis mengrove yang sangat mendominasi dikawasan teluk benoa adalah jenis
Sonneratia Alba , jenis ini memungkinkan memberikan perlindungan dari bencana tsunami
dan angina kencang. Ekosistem mangrove secara umum melindungai lamun dan terumbu
karang dari sedimentasi yang berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) atau pun dari Run

Off. Dikawasan teluk benoa terdapat ekosistem lamun dan terumbu karang yang
membentang dari sanur, pulau serangan sampai di Nusa Dua. Sebaran mangrove di teluk
Benoa merupakan ekossistem mangrove paling luas di bali. Hutan mangrove tumbuh
melingkari sisi Teluk Benoa mulai dari Tukad Loloan sampai Tanjung Benoa dan sebagian
terdapat di Pulau Serangan. Luas kawasan hutan mangrove di Teluk Benoa 1.394,5 Ha atau
62,9 % dari 2.215,5 Ha luas keseluruhan hutan mangrove di Bali.
Menurut Kitamura (1997) dalam Dinas Kehutanan Provinsi Bali (2000), jenis-jenis
vegetasi penyusun hutan mangrove Tahura Ngurah Rai terdiri dari jenis-jenis mangrove
mayor antara lain Rhizophora, Sonneratia, dan Avicennia; jenis mangrove minor antara lain
Xylocarpus dan Aegiceras; serta asosiasi mangrove.
Ekosistem Padang Lamun
Ekosistem padang lamun di Teluk Benoa dan perairan sekitarnya yaitu pesisir Sanur,
Pulau Serangan, Tanjung Benoa dan Nusa Dua mempunyai struktur komunitas dengan
keanekaragaman jenis paling kaya di Bali. Sebagai system ekologi ekosistem padang lamun
di teluk benoa berperan penting dalam menahan sedimen dan merupakan tempat yang layak
untuk tempat hidup berbagai jenis flora dan fauna air karena salah satu fungsi dari ekosistem
padang lamun adalah tempat pengasuhan (Nursery Ground) dan tempat tempat bertelur
(Spawning Ground).
Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang tumbuh tersebar di sekeliling Peninsula dan pesisir Sanur, membentuk
formasi terumbu penghalang (barrier reef) dengan lingkungan antaranya berupa ekosistem
padang lamun. Ekosistem terumbu karang dan padang lamun di kawasan ini juga kaya akan
organisme foram (foramenifera), sumber pasir putih dengan butiran bak merica. Oleh karena
itu, ekosistem terumbu karang di kawasan ini merupakan pabrik alam pasir putih yang
mensuplai pasir putih di pantai-pantai wisata yang indah di Pantai Sanur, Tanjung Benoa,
Nusa Dua dan kawasan sekitarnya.

Terbentuknya Tanjung Benoa, Pulau Serangan dan

pantai-pantai sekitarnya juga merupakan hasil kerja terumbu karang bersama-sama prosesproses marine lainnya.

Berdasarkan hasil Bali Marine Rapid Appraisal Program (Bali Marine RAP) tahun 2011
yang dilaksanakan atas kerjasama peneliti-peneliti dari Conservation International,
Universitas Warmadewa, Balai Riset dan Observasi Kelautan Perancak dan Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Bali, ekosistem terumbu karang di kawasan sekitar Teluk Benoa
(Sanur, Terora dan Nusa Dua) merupakan lokasi yang memiliki kekayaan jenis karang yang
relatif tinggi dan pusat keanekaragaman jensi karang di belahan pesisir Bali Selatan. Di
Sanur tercatat 133 karang hermatifik, Terora 126 jenis dan Nusa Dua 121 jenis.
Dengan adanya ekosistem mangrove terluas di Bali, adanya ekosistem Padang Lamun
yang membentang dan tersebar dari sanur sampai nusa dua, dan juga teumbu karang yang
tumbuh dan tersebar dari pantai sanur sampai nusa dua dan membentuk barrier reef maka
kawasan teluk benoa layak dijadikan kawasan konservasi. Berkenaan dengan itu telah banyak
undang-undang yang mengaturnya diantarnya,
1. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita)
2. Perda No. 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali tidak ada mengatur dan/atau
memberi arahan mengenai peruntukan perairan Teluk Benoa.
3. UU No. 27 Tahun 2007
4. UU No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
5. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, PP No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan
6. PermenKP No. 30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
7.

Konservasi Perairan.
PP No. 60 Tahun 2007 dan PermenKP No. 30 Tahun 2010

You might also like