You are on page 1of 27

PENDAHULUAN

Sebelum melakukan praktikum sebaiknya mahasiswa sudah mempersiapkan


diri sebaik mungkin. Persiapan yang diperlukan di antaranya adalah meliputi
kesehatan fisik dan psikis di samping itu perlu dipertimbangkan kelengkapan
peralatan dan sarana praktikum yang disediakan oleh Prodi Pendidikan Biologi
UHAMKA
Kegiatan praktikum Ekologi dilakukan di laboratorium dan lapangan. Lokasi
yang biasa dan pernah dipakai adalah Kepulauan Seribu di Pulau Pramuka dan Pulau
Kotok, serta Suaka Marga Satwa Muara Angke, Jakarta. Oleh karena ini harus
disediakan waktu khusus dan dana yang cukup.
Beberapa hal yang perlu diketahui mahasiswa dalam melakukan kegiatan
praktikum Ekologi adalah
A. Kewajiban peserta kuliah lapangan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Harus hadir tepat waktu dalam semua kegiatan


Melaksanakan tugas yang telah menjadi tanggungjawabnya
Membuat laporan sementara dan laporan akhir kegiatan praktek lapangan
Jika ada masalah yang menggangu kegiatan diharapkan memberi informasi
yang benar
Memelihara hubungan silaturahmi yang harmonis di antara peserta dan
panitia
Tidak merusak kondisi alam tempat penelitian dilakukan
Menjaga kebersihan diri, lingkungan tenda dan sekitar base camp dengan
tidak membuang sampah sembarangan
Hemat air dan tepat waktu dalam menggunakan fasilitas MCK di base camp
Menjaga nama baik keluarga dan almamater perguruan tinggi

B. Hak peserta kuliah lapangan adalah :


1. Mendapatkan semua fasilitas seoptimal mungkin selama kegiatan lapangan
2. Memperoleh informasi tentang teknik-teknik pengamatan lapangan yang
berhubungan dengan ekologi atau yang berhubungan dengan bidang kajian
tersebut
3. Menikmati makanan dan minuman yang disediakan oleh panitia sesuai
dengana kondisi lapangan
4. Memperoleh nilai akademik sesuai dengan kapasitas kerjanya baik secara
individu maupun kelompok
C. Bagi peserta yang melanggar tata tertib ini akan dikenakan sangsi
sebagai berikut :
1. Ditegur secara lisan dengan baik
2. Jika pelanggaran agak berat maka nilai akademiknya dikurangi

3. Jika tidak mengikuti kegiatan lapangan dianggap mengundurkan diri dari


kuliah ekologi
Dalam pelaksanaan praktikum lapangan, lembaran pengamatan harus diisi
lengkap, sesuai dengan kenyataan di daerah tersebut, jika perlu dibuatkan tambahan
format data yang lebih baik sesuai dengan fakta yang ada. Semua data lapangan
harus dibuat dalam rangkap dua, satu untuk diserahkan kepada asisten praktikum dan
satu lagi untuk praktikan.
Pembuatan laporan harus dalam bentuk jurnal ilmiah dan dikonsultasikan
sesering mungkin dengan dosen pembimbing. Hasil pengamatan lapangan akan
diseminarkan di kampus dan dibuatkan prosedingnya dalam bentuk hard dan soft
copy.

PENULISAN LAPORAN
Pembuatan laporan praktikum Ekologi ada tiga bentuk :
1. Laporan yang langsung dikerjakan pada Lembar Hasil Pengamatan yang
ditulis tangan dengan rapih
2. Untuk penulisan laporan hasil melihat tayangan VCD dibuat pada kertas
double folio bergaris dua halaman, ditulis dengan tangan dan jika ada
tambahan gambar maka tata letak gambar harus sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu teks dan keindahan bentuk laporan.
3. Laporan hasil kegiatan praktek lapangan dibuat oleh anggota kelompok.
Aturan yang dipakai adalah : menggunakan kertas A4 80 gram, ditulis satu
spasi dengan huruf arial. Dengan ukuran 11 point, margin atas 3 cm, kiri 3,5
cm, kanan 3 cm dan bawah 3 cm. Penomoran halaman di bawah tengah.
Semua naskah laporan harus diperiksa dengan teliti baik oleh anggota tim dan
dosen pembimbing. Gambar dan tabel perlu dibuat sedemian rupa sehingga enak
dilihat dan dibaca serta tidak mengganggu pandangan atau tata letak pada halaman
kertas. Keseluruhan bentuk laporan merupakan suatu bentuk jurnal hasil penelitian.
Karena hasil praktek lapangan ekologi perlu dilaporkan kepada pemberi ijin
yaitu Lembaga tertentu maka laporan praktek perlu cover khusus yang standar.
Contoh halaman depan laporan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

J U DU L
Tim Penulis
Abstrak
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kata kunci : . .
PENDAHULUAN
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tujuan -------------------------------------------------------------------------------BAHAN DAN CARA KERJA
Lokasi dan Waktu Penelitian
------------------------------------------ -------------------------------------Alat dan Bahan
------------------------------------------ --------------------------------------Prosedur/Cara Kerja
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------HASIL DAN PEMBAHASAN
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------KEISIMPULAN (Jika ada)
-------------------------------------------------------------------------------------------DAFTAR PUSTAKA (lihat contoh penulisannya)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

MENGUKUR POPULASI
Ketika kita mempelajari lingkungan ternyata sering diperlukan untuk menghitung
populasi. Adalah sangat sukar untuk menghitung populasi secara keseluruhan oleh karena itu
diperlukan kemampuan untuk menaksir jumlah organisme. Di sini akan diberikan dua cara
yaitu metode Pencuplikan secara Acak dan metode Tangkap-Tandai-Lepas dan Tangkap
Kembali.
METODE PENCUPLIKAN SECARA ACAK
1. Hitunglah luas daerah yang akan dijadikan objek kajian.
2. Pilihlah secara acak sampai sepuluh daerah yang kecil (masing-masing 1 (satu) meter
persegi) dan hitung berapa banyak organisme pada tiap daerah itu.
Anda dapat memilih plot cuplikan anda dengan melemparkan kuadrat secara acak atau
membagi daerah itu dalam beberapa kuadrat, beri nomor dan pilihlah nomor-nomor ini
secara acak.
1
6
11
16
21

2
7
12
17
22

3
8
13
18
23

4
9
14
19
24

5
10
15
20
25

Dalam contoh ini lima daerah diambil (7, 9, 11, 20, dan 23), pencuplikan secara acak.
3. Populasi taksiran dihitung dengan rumus berikut :
AT

PT
PC
AT
AC

PT = PC X
AC

=
=
=
=

Populasi total taksiran


Jumlah cuplikan
Total area
Area dari cuplikan

Contoh perhitungan
Berapakah populasi total taksiran jika jumlah semut dalam cuplikan di atas adalah :
Cuplikan 7
Cuplikan 9
Cuplikan 11
Cuplikan 20
Cuplikan 23

=
=
=
=
=

11 semut
27 semut
4 semut
0 semut
19 semut

PC = 11 + 27 + 4 + 0 + 19 = 61
AT = 25 m2
AC = 5 m2
AT
25
PT = PC x = 61 x = 305
AC
5

PT = Populasi total taksiran = 305 ekor semut

METODE TANGKAP-TANDAI-LEPAS DAN TANGKAP KEMBALI


1.
2.
3.
4.

Tangkap dan hitung beberapa anggota populasi.


Tandai dan lepaskan mereka kembali ke alam.
Pada hari berikutnya tangkap lagi dari mereka.
Hitung tangkapan total pada saat yang kedua kalinya dan jumlah tangkapan yang
tertangkap dua kali (bertanda).

5. Populasi total taksiran dihitung dengan rumus berikut :


T2
PT = T1 X
T1,2

PT
T1
T2

= Populasi total taksiran


= Jumlah tangkapan pertama kali
= Jumlah tangkapan yang kedua

T1,2

= Jumlah yang tertangkap dua kali

kali

Contoh perhitungan
Dua puluh kupu-kupu ditangkap dan diberi tanda. Hari berikutnya ditangkap lima belas
ekor di antaranya ada tiga ekor yang bertanda. Tentukan berapa populasi total kupukupu?
T1 = 20 ekor kupu-kupu
T2 = 15 ekor kupu-kupu
T1,2 = 3 ekor kupu-kupu
T2
PT = T1 x

15
= 20 x

T1,2

= 100
3

PT = Populasi total taksiran = 100 ekor kupu-kupu

PRAKTIKUM I

MENGUKUR POPULASI
PENDAHULUAN
Menurut Soetjipta (1993) dan Odum (1973) secara umum penyebaran tumbuhan
dan hewan di alam dapat dibagi menjadi tiga kelompok mereka itu adalah :
a. Menyebar secara acak
b. Menyebar secara teratur atau seragam
c. Berkelompok ( tidak teratur dan tidak teracak )
Untuk mengetahui pola-pola sebaran populasi tumbuhan dan hewan perlu diadakan
peng-ukuran. Pengukuran populasi organisme di alam secara total adalah sukar. Untuk
mengatasi hal itu diadakan suatu pencuplikan dengan metode-metode tertentu. Salah satu
cara pengukuran itu adalah dengan memakai kuadrat ( Chandran et al , 1998 ).
Tujuan pengamatan adalah untuk menentukan besarnya populasi gajah yang ada
dalam foto
BAHAN DAN CARA KERJA
Peralatan yang dibutuhkan adalah :
1. Sebuah kuadrat plastik berukuran 15 X 15 cm
2. Kalkulator
Waktu : 20 menit
Prosedur :
1. Tempelkan kuadrat plastik pada foto gajah dari atas yang ada di meja Anda
2. Tentukan lokasi pengambilan sampel dalam kuadrat dengan menggunakan bilangan
random yang ada di bawah ini :
Tabel bilangan random
1 75523 70787 04873 98093 57054 26622 88599 26925 19605 11720
2 23399 42116 44736 21504 92732 96640 56980 59465 54342 02903
3 34142 65196 53174 75802 01310 56580 16431 79507 44423 05190
3. Setelah Anda pilih salah satu baris bilangan random tadi pisahkan angka yang Anda
peroleh menjadi dua angka misal no 2 ( 23399 42116 44736 menjadi : 23 39 94
21 16 44 73 dan seterusnya)
4. Angka yang terpilih di bawah 26 masuk dalam sampel (contoh di atas adalah 23, 21
dan 16)
5. Masukkan angka-angka ini ke dalam kuadrat plastik. (Anda pilih lima pasangan
angka saja)
6. Hitung populasi gajah yang tercuplik dalam lima kuadrat tadi
7. Olah data ini dengan rumus metode pencuplikan secara acak
8. Jika panjang rata-rata seekor gajah adalah tiga meter. Hitunglah luas area per satuan
kuadrat dan total area semua kuadrat
9. Dari perolehan data dan perhitungan, bagaimanakah pola sebaran gajah pada gambar
itu
DAFTAR PUSTAKA
Chandran , S. et al. 1988. Ecology and Biological Field Studies. Bookland Pty. Ltd. Perth.
Odum , E.P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Depdikbud. Dirjen Dikti. Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM

Hari : Tanggal :

Jam :

Tempat : Nama pengamat : .........................................No. Reg. ............


Bilangan random yang dipakai no : ...........................................................................
Lima kuadrat yang terpilih adalah no. : ........, ..........., .........., ............, dan ...........
Tabel 1. Hasil penghitungan populasi gajah pada lima kuadrat

Jumlah gajah

Cacahan ke :
3

Total jumlah

............

............

............

............

............

gajah
............

Luas area satu cuplikan/kuadrat adalah : ................................ m 2


Luas area semua cuplikan/kuadrat adalah : ........................ m 2 Luas total area ..................m2
Rumus yang dipakai :
AT

PT = PC X
= .. X
=
AC
.

PT
PC
AT
AC

=
=
=
=

Populasi total taksiran


Jumlah cuplikan
Total area
Area dari cuplikan

Pembahasan
..............................................................................................
..............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
Gb. 1. Jumlah dan sebaran
...............................................................................................
Gajah dalam lima kuadrat
...............................................................................................
...............................................................................................
...................................................................................................................................................

Kesimpulan

PRAKTIKUM 2

METODE TANGKAP-TANDAI-LEPAS DAN TANGKAP


KEMBALI
(Suatu Simulasi di kelas)
Tujuan :
Menghitung populasi capung Pantala flavescens (khayalan) dengan menggunakan model biji
mute putih kecil.
Alat dan bahan yang diperlukan
1. Gelas plastik kecil (mewakili area lokasi pengamatan)
2. Sejumlah biji mute (mewakili capung khayalan)
3. Spidol warna permanen
4. Kalkulator
Cara Kerja :
1. Ambil sebagian biji mute yang terdapat dalam gelas plastik dengan menggunakan
jari tangan
2. Semua biji mute yang tertangkap diberi tanda khusus dengan spidol. Hitunglah
berapa jumlahnya
3. Mute yang telah bertanda dimasukkan kembali ke dalam gelas plastik
4. Gelas plastik berisi mute ini dikocok sebentar, kemudian ambil kembali biji mute
dengan jari tangan
5. Hitung berapa mute yang tertangkap. Hitung juga berapa mute yang sudah bertanda
6. Hitunglah total taksiran populasi capung khayalan tersebut (Gunakan rumus
TTLTK)
7. Untuk menguji apakah taksiran yang dibuat sesuai dengan kenyataan atau tidak,
maka dilakukan penghitungan total jumlah mute yang ada dalam gelas plastik
tersebut. Data ini dibandingkan dengan hasil total taksiran dengan menggunakan
rumus X2 pada level alpha 5 % .
8. Nilai tabel X2 adalah 3,84. Buatlah kesimpulannya
Rumus yang dipakai menaksir populasi capung adalah :
PT

T2
= T1 X
T1,2

PT
T1
T2
T1,2

=
=
=
=

Populasi total taksiran


Jumlah tangkapan pertama kali
Jumlah tangkapan yang kedua kali
Jumlah yang tertangkap dua kali

Rumus yang dipakai untuk menguji populasi capung taksiran (hasil pengamatan) dengan
populasi capung sebenarnya adalah :

( amati harapan)2
X2hitung =

harapan
H0 : tidak ada perbedaan antara populasi capung taksiran dengan populasi capung
sebenarnya
H1 : ada perbedaan antara populasi capung taksiran dengan populasi capung
sebenarnya
Kriteria : jika X2hitung < X2tabel non signifikan maka terima H0 dan tolak H1
jika X2hitung > X2tabel signifikan maka tolak H0 dan terima H1

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari : Tanggal :

Jam :

Tempat : Nama pengamat : ....................................... No. ...........


Hasil pengamatan :
Populasi capung yang tertangkap pada periode pertama kali ... ekor (T1).
Populasi capung yang tertangkap pada periode yang kedua ..... ekor (T2 ).
Populasi capung yang telah bertanda ada sebanyak ........ ekor ( T1,2)
Jumlah total capung yang sebenarnya adalah . (F): Faktual
Rumus yang dipakai menaksir populasi capung adalah :
T2
.......
PT = T1 X = .......... X
= ............
T1,2
........

PT
T1
T2
T1,2

=
=
=
=

Populasi total taksiran


Jumlah tangkapan pertama kali
Jumlah tangkapan yang kedua kali
Jumlah yang tertangkap dua kali

Jumlah total taksiran capung adalah . (PT) : Teoritik


F + PT
Nilai harapan adalah : =
2

= ..

Rumus yang dipakai untuk menguji populasi capung taksiran (hasil pengamatan) dengan populasi
capung sebenarnya adalah :
( amati harapan)2 ..........................
............................
X2hitung = = + = .
harapan
..............
............
Kriteria :

jika X2hitung < X2tabel non signifikan maka terima H0 dan tolak H1
jika X2hitung > X2tabel signifikan maka tolak H0 dan terima H1

Karena X2hitung maka

Pembahasan

Kesimpulan

LAPORAN PRAKTIKUM 2
8

METODE TANGKAP-TANDAI-LEPAS DAN


TANGKAP KEMBALI
(Suatu Simulasi di kelas)
Nama : .

No. Reg. :

Data pengamatan :
Populasi teritip yang tertangkap pada periode pertama kali . biji (T 1).
Populasi teritip yang tertangkap pada periode yang kedua .. biji (T 2 ).
Populasi teritip yang telah bertanda ada sebanyak biji ( T 1,2)
Populasi total teritip yang sebenarnya .
Rumus yang dipakai adalah :
T2
PT = T1 X
T1,2

...........
PT = Populasi total taksiran
= ........ X
= T1 = Jumlah tangkapan pertama kali
............
T2 = Jumlah tangkapan yang kedua kali
T1,2 = Jumlah yang tertangkap dua kali

Hasil pengujian dengan X2 pada level alpha 5 % = 3,83

Pembahasan

Kesimpulan

PRAKTIKUM 3
9

ASOSIASI INTERSPESIFIK
PENDAHULUAN
Di alam kita sering melihat adanya tumbuhan satu dekat dengan hewan tertentu, juga
dapat ditemukan adanya kedekatan antara hewan yang satu dengan hewan yang lain atau
adanya keterikatan antara tumbuhan satu dengan tumbuhan yang lain.
Untuk melihat tingkat kedekatan antar organisme itu diperlukan suatu pengukuran.
Pengukuran yang dipakai adalah dengan derajat asosiasi interspesifik ( Cox,1967 ).
Pengukuran-pengukuran tersebut berharga dalam estimasi, rentangan hubungan antar
spesies rentangan interspesifik antar parasit dan hospes, mangsa dan pemangsa, kompetisi
antar spesies dan mutualisme.
Pengukuran-pengukuran asosiasi asosiasi interspesifik karenanya melengkapi suatu
metode untuk mengenal pengelompokkan spesies alami. asosiasi negatif, atau keberadaan
bersama dari individu dari spesies yang berbeda kurang banyak daripada yang diharapkan
oleh suatu peluang, mungkin menunjukkan interaksi negatif yang merugikan terhadap satu
atau kedua spesies, gangguan atau hubungan rantai makanan diantara karnivor dan
mangsanya. Pada suatu lingkungan yang heterogen, asosiasi negatif dapat merefleksikan
adaptasi atau tanggapan individu-individu dari spesies berbeda terhadap susunan yang
berbeda dari kondisi lingkungan.
Teknik ini menggunakan satuan luas (kuadrat) atau
satuan volume data dari cuplikan dan melibatkan perhitungan-perhitungan suatu koefisien
asosiasi untuk data yang disusun dalam suatu tabel kontingensi 2 x 2 . Dalam penyusunan
tabel ini (lihat di bawah), data cuplikan diuji untuk keberadaannya atau ketiadaannya dari
kedua spesies, dan jumlah cuplikan terdiri dari keduanya (a), hanya spesies A (b), hanya
spesies B (c), dan tiada keduanya (d) dicatat dalam tabel.
Spesies B
Spesies A
Ada
Tidak ada

Ada
Tipe a
Tipe c

Tidak ada
Tipe b
Tipe d

Tabel kontingensi menunjukkan 4 kemungkinan pengamatan, jika terjadi asosiasi


positif (lebih unggul) antar spesies maka observasi tipe a dan tipe d akan dominan. Jika
asosiasi negatif maka kebanyakan sampel akan masuk dalam kategori tipe b dan c . Jika
tidak ada asosiasi antar spesies tersebut, keempat tipe tersebut akan teramati sama..
Menghitung X2 dengan rumus :
( ad - bc )2 x T
X =
(a+b) (c+d) (a+c) (b+d)
2

X2 adalah pernyataan untuk probabilitas


T atau n adalah jumlah titik sampel = a + b + c + d
Dan a, b, c, d adalah tipe pengamatan dalam tabel kontingensi sesuai dengan tabel X 2
(lihat tabel dalam buku Statistik) dengan derajat kebebasan ( n -1 ).
Pengamatan ini bertujuan untuk mengukur besar asosiasi antara tumbuhan alga
dengan lichenes yang terdapat pada salah satu batang pohon palem di Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta Selatan

10

BAHAN DAN CARA KERJA :


Peralatan yang diperlukan :
1. Sebuah kuadrat plastik 10 cm x 10 cm
2. Buku kunci identifikasi tumbuhan
3. Kalkulator
Prosedur :
1. Tentukan luas daerah/lokasi yang akan diamati .
2. Dengan menggunakan kuadrat buatlah 64 cuplikan pada suatu area pada batang
pohon tertentu
3. Catat 2 spesies tumbuhan yang akan dipelajari (mis. alga dengan lichens)
4. Gunakan Tabel Kontingensi 2 x 2 . Jika keduanya ada (a), jika hanya lichens (b),
jika hanya alga (c), dan jika keduanya tiada (d).
5. Uji data yang diperoleh dengan X2 pada taraf uji 5% (df=1) : 3,83
5. Buat kesimpulannya .
DAFTAR PUSTAKA
Cox, George W . 1967 . Laboratory Manual of General Ecology. M . W . C . Brown
Company Publishers . Dubuque . Iowa .
Gilbertson, D. D., M. Kent and F.B. Pyatt . 1985 .Practical Ecology for Geography and
Biology Hutchinson. London .
Hardjosuwarno , S . 1991 . Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan . Fakultas Biology
Universitas Gadjah Mada . Yogyakarta .
Michael, P . 1984 . Ecological Methods for Fields and Laboratory Investigation . Tata
McGraw- Hill . New Delhi .
Mueller-Dumbois , Dieter and Heinz Ellenberg . 1974 . Aims and Methods of Vegetation
Ecology Willey International Edition . New York .

11

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

Gambar 1. Lichenes dan alga yang terdapat pada batang pohon palem
ada lichens dan alga (a)

hanya ada lichens saja (b)

hanya ada alga saja (c)

tidak ada lichens dan alga

(d)

LEMBAR PENGAMATAN
Hari : Tanggal : Jam : .

12

Lokasi : Luas kuadrat :


Jenis tumbuhan yang diamati :

Dan

Cuaca :
Pengamat : 1. 2. 3. ...
4. 5. 6. ...
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

No

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
a = .

No

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

b =

No

49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64

c = ...

d :

Catatan :
Frekuensi harapan untuk sel a dapat diperoleh dengan cara :
(a+b) x (a+c)
Fha =

(a+b+c+d)
Tabel 1 . Tabel kontingensi 2 x 2 untuk menentukan derajat Asosiasi Interspesifik
antara. dengan
.
Ada
Amati

Ada
Tiada
Total

Tiada
Harapan

5
26
31

Amati

Harapan

22
11
33

Rumus yang dipakai :


( ad - bc )2 x T
2

=
( a+b ) ( c+d ) ( a+c) ( b+d)

( amati - harapan )2
atau X =
harapan
2

PEMBAHASAN

13

Total
27
37
64

.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
KESIMPULAN
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................

PRAKTIKUM 4
REOTAKSIS PADA IKAN CERE
PENDAHULUAN
Taksis merupakan bentuk adaptasi perilaku yang paling sederhana. Tidak semua
orientasi dapat disebut taksis, ia harus secara terus menerus diorientasi berhubungan dengan
rangsangan-rangsangan khusus. Taksis dapat dikatakan sebagai arah orientasi-orientasi dan
gerakan (positif atau negatif) sesuai dengan rangsangan alam. Taksis dapat beranah dari

14

pola-pola reaksi otomatis sederhana dan halus sampai dengan perilaku yang rumit mencakup
dua atau lebih taksis (Michael, 1984).
Selanjutnya menurut Soetjipta (1993) istilah taksis sekarang umumnya dipergunakan
terhadap gerakan stimulus respons yang mudah diamati oleh hewan rendah. Antara taksis
dan refleks tidak ada garis tegas untuk membedakannya, tetapi refleks pada umumnya
dianggap sebagai tanggapan terhadap stimulus oleh suatu alat atau bagian tubuh spesifik.
Baik taksis atau refleks dapat dimodifikasi oleh pengalaman.
Ikan cere atau ikan seribu dapat ditemukan dengan mudah di selokan atau kali kecil
yang airnya mengalir dengan perlahan-lahan sampai agak deras.
Menurut Adisoemarto (1978) ikan seribu Poecila (Lebistes) reticulata bukan asli
Indonesia, tetapi di negara ini tersebar ke berbagai penjuru, merupakan ikan liar yang hidup
di sungai-sungai kecil, parit, selokan comberan, sawah dan genangan air lainnya. Ikan seribu
di Indonesia merupakan ikan yang sangat tahan terhadap berbagai pencemaran. Di selokan
yang sangat tercemar pun ikan ini masih dapat hidup dan berbiak dengan cepat. Ikan ini
mendapatkan namanya karena sifatnya yang menggerombol sampai beribu-ribu sepanjang
selokan ataupun parit.
Percobaan ini bertujuan untuk melihat gerak reotaksis pada ikan cere.
BAHAN DAN METODE KERJA
Peralatan dan bahan yang diperlukan :
1. Alat untuk percobaan reotaksis dengan standarnya
2. Jerigen sumber air
3. Bak/ember plastik untuk menampung air.
4. Dua puluh satu ekor ikan cere
5. Air secukupnya
Prosedur:
1. Isikan air secukupnya pada jerigen plastik.
2. Susunlah alat reotaksis sedemikian rupa sehingga ada di antara jerigen plastik dan
bak/ember plastik.
3. Isilah pralon aliran air buatan ini dengan air secukupnya
4. Masukkan ke dalamnya 9 ekor ikan cere pada masing-masing kolom pralon
5. Buka keran yang terdapat pada jerigen sehingga air mengalir ke bawah, masuk ke dalam
saluran air buatan yang berisi ikan cere.
6. Perhatikan dan catat arah gerakan ikan cere tersebut, berapa yang mendekati dan berapa
yang menjauhi arus
7. Buka keran jerigen lebih besar lagi
8. Amati apa yang terjadi pada ikan cere tadi
9. Uji data yang Anda peroleh dengan X 2 pada level 5 % df 1 = 3,83. Buatlah
kesimpulan percobaan

DAFTAR PUSTAKA
Adisoemarto, S. 1978. "Dapatkah Nyamuk Diberantas?" Kompas 10 Juni.
Michael, P. 1984, Ecological Methods for Fields and Laboratory Investigations. Tata Mc
Graw Hill.
New Delhi.
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Depdikbud. Dirjen Dikti. Proyek
Pembinaan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Jakarta.

15

LEMBAR PENGAMATAN
Hari : . ..
Tanggal :.Jam :
Percobaan di : .. Suhu udara : Lengas :
Pengamat : 1. 2. . 3.
4. 5. . 6.
Jerigen
Air

Pralon ' Arus buatan ' yang berisi ikan seribu/cere

Ember/penampung air

Gambar 1 : Susunan alat untuk mempelajari reotaksis pada ikan cere (Lebistes reticulata).
Perhatikan dan catat gerakkan ikan pada air yang menggenang

Perhatikan dan catat gerak ikan pada air yang mengalir pelan

Perhatikan dan catat gerak ikan pada air yang mengalir cepat.

Beri contoh lima jenis ikan yang dipelihara dalam perairan mengalir atau dalam keramba.

Tabel 1. Jumlah ikan cere yang mendekati dan menjauhi sumber arus

air yang mengalir perlahan pada masing-masing kolom pralon


Menjauhi arus
Amati
Harapan

Ulangan
1
2
3
Total

Mendekati arus
Amati
Harapan

Total

Rumus yang dipakai :

( amati harapan)2

..........................

............................

X hitung = = + =

harapan

..............

16

............

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

17

PRAKTIKUM 5
FOTOTAKSIS PADA CACING TANAH
PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup suatu makhluk hidup tergantung pada kemampuannya untuk
mera-sakan rangsangan luar dan bereaksi dengan sesuai. Bermacam-macam mekanisme
panca indera dan reaksi-reaksi dari pola yang paling sederhana sampai dengan yang paling
rumit. Reaksi-reaksi terhadap lingkungan semacam itu dapat secara fisiologis, kebutuhan
untuk menyesuaikan diri dalam kecepatan suatu proses metabolisme, atau secara perilaku,
mencakup perubahan-perubahan dalam orientasi tubuh atau pola-pola gerakan yang
sederhana, Michael (1995).
Taksis merupakan bentuk adaptasi perilaku yang paling sederhana. Taksis adalah
gerakan hewan menuju, menjauhi atau pada sudut tertentu langsung ke arah rangsang.
Cacing tanah atau Lumbricus terrestris adalah cacing yang tergolong ke dalam phylum
Annelida. Selanjutnya cacing ini menururut Radioputro (?) hidup di dalam liang di dalam
tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Cacing ini keluar tanah pada
saat-saat tertentu saja. Pada siang hari mereka tidak pernah keluar permukaan tanah. Dalam
keadaan normal mereka akan pergi ke permukaan tanah pada malam hari. Dalam keadaan
sangat dingin atau sangat kering mereka masuk ke dalam liang.
Percobaan ini bertujuan untuk melihat reaksi dari cacing tanah terhadap cahaya
terang dan serentak melihat pergerakan otot-otot cacing tanah yang sedang bergerak maju.
BAHAN DAN METODE KERJA
Alat dan bahan yang diperlukan :
1. Sebuah semprong lampu tempel berukuran sedang
2. Sebuah lampu senter kecil (jika ada)
3. Selembar kertas karbon hitam
4. Beberapa ekor cacing tanah yang masih segar dan gemuk.
5. Selembar kertas putih kecil/kertas HVS
Prosedur
1. Tutuplah sebagian semprong lampu bagian luarnya dengan kertas karbon hitam
2. Masukkan cacing tanah pada bagian semprong lampu yang agak besar yang tidak
tertutupi kertas karbon.
3. Sinari cacing ini dengan lampu senter kecil.
Dibungkus kertas karbon

Cacing
Tanah

18

Senter

Gambar 1. Cacing tanah dalam semprong/corong lampu yang sebagian ditutupi dengan
Kertas karbon hitam.
4. Perhatikan dan catat apa yang terjadi? Kemana arah jalannya cacing tanah tersebut ?
5. Perhatikan dan bandingkan gerakan cacing tanah dalam semprong lampu dengan gambar
gerakan otot cacing tanah pada gambar 2.
6. Ambil cacing tanah masukkan ke dalam gulungan kertas putih yang kecil dan tipis.
Dekatkan dengan telinga anda apakah ada terdengar suara pergeseran dari cacing tanah
dengan kertas?
Gambar 2. Otot-otot pada pergerakan
cacing tanah. A Suatu irisan
melintang tubuh cacing tanah :
a. lapisan luar otot sirkuler,
yang kontraksinya mengecilkan
hewan; lapisan dalam otot
longitudinal. b. yang kontraksinya memperbesar hewan
itu; c. empat pasang setae
yang berfungsi untuk
menahan tubuh waktu bergerak
dalam liangnya B. Bentuk dan
gerak maju dari cacing tanah
dalam waktu 10 detik
(Sumber Simpson and Beck
1965).

DAFTAR PUSTAKA
Michael, P. 1984, Ecological Methods for Fields and Laboratory Investigations. Tata Mc
Graw Hill. New Delhi.
Radiopoetro. (?). Zoologi. Erlangga. Jakarta.
Simpson, G.G. and W. S. Beck. 1965. Life an introduction to Biology. 2nd Ed. Harcourt,
Brace and World. Inc. New York.
LEMBAR PENGAMATAN

19

Hari : . Tanggal :..

Jam :

Tempat Pengamatan : Suhu udara: Lengas : .


Pengamat : 1. 2. 3.
4. .. 5. . 6.
Catatan :

Apakah cacing langsung menuju ke tempat yang gelap ?

Sewaktu cacing bergerak maju, bagian mana yang bergerak lebih dahulu ? Bagaimana
prosesnya?

Apakah terdengar bunyi cacing yang bergerak dalam kertas ?

Dimana tempat hidup cacing tanah, bagaimana kondisinya ?

Nama ilmiah cacing tanah adalah ... termasuk familia ..


Peran cacing tanah di alam adalah sebagai.

PEMBAHASAN

20

KESIMPULAN

21

PRAKTIKUM 6
MENGUKUR TINGGI POHON
PENDAHULUAN
Pernah di tulis oleh Syam (1986) dan Sukirno (1988) yang mengamati kera di
Ciborok Pangandaran bahwa tempat tidur kera pada Pohon Kiara yang tingginya antara 2530 meter .
Bagaimana cara kerja kedua peneliti itu mengukur tinggi pohon kiara tidak
dijelaskan dengan rinci. Ternyata dari kajian pustaka ada banyak cara yang dipakai untuk
mengukur tinggi pohon di antaranya adalah dengan menggunakan segitiga, pensil atau
tongkat pendek dapat juga menggunakan (in)clinometer.
Di bawah ini diuraikan beberapa cara mengukur tinggi pohon. Pengukuran hanya
berlaku pada tempat yang datar dan rata. Untuk tempat yang berbukit/bergelombang agak
sulit. Kondisi jarak antar pohon harus tidak begitu rapat.
BAHAN DAN METODE KERJA
Cara 1 :
Pada cara pertama diperlukan sebuah penggaris berukuran 2 meter dan sebuah
pensil. Dibutuhkan dua orang pengamat.
Prosedurnya adalah sebagai berikut : Berdirilah tepat di kaki pohon. Kemudian
berjalanlah 27 langkah lurus ke depan. Jarak setiap langkah tidak ditentukan, yang penting
harus rata. Berhenti. Mintalah teman Anda untuk memegang penggaris tegak lurus pada
tanah tepat di titik ini. Kemudian berjalan lagi 3 langkah menurut arah semula. Tandai
tempat ini, lalu berbaringlah di tanah. Tempelkan mata kanan anda pada tempat tersebut dan
arahkan pandangan ke puncak pohon.
Suruhlah teman anda menaik turunkan telunjuknya pada bilah penggaris sehingga
terdapat titik temu antara telunjuk dan puncak pohon. Berilah tanda pada penggaris.Dari
tempat Anda, jarak pohon adalah 10 kali lebih jauh daripada jarak penggaris (30 berbanding
3).
Kesimpulan Tinggi pohon adalah juga 10 kali tinggi tanda pada penggaris.
Cara II :
Pada cara kedua diperlukan sebuah kompas, pita ukur dan sebuah pinsil. Dibutuhkan
juga 2 orang pengamat .

22

Prosedurnya adalah sebagai berikut. Berdirilah dan luruskan lengan anda ke depan.
Pegang pensil tegak lurus di depan mata Anda. Carilah posisi sedemikian rupa hingga
pangkal pensil tepat bertemu dengan kaki pohon, sedangkan ujungnya menyentuh puncak
pohon.
Kemudian peganglah pinsil mendatar. Pangkalnya harus tetap bertemu dengan kaki
pohon. Mintalah teman Anda berjalan menjauhi pohon arahnya harus sedemikian rupa
hingga antara ia dan Anda terbentuk sudut 45 0 pada kaki pohon. Suruh Dia berhenti tepat
pada saat Dia berada di titik temu dengan ujung pinsil.
Dengan pita ukur, ukurlah jarak antara kaki pohon dengan tempat teman Anda
berdiri. Itulah tinggi pohon.

Gambar 1. Mengukur tinggi pohon dengan penggaris dan pinsil (Sumber : Suara Alam )
Cara III :
Pada cara ketiga diperlukan sebuah inclinometer dan pita ukur. Dibutuhkan juga 2
orang pengamat.
Prosedurnya adalah sebagai berikut. Berdirilah dan luruskan lengan Anda ke depan.
Pegang inclinometer di depan mata Anda. Carilah posisi sedemikian rupa hingga dengan
melihat melalui lubang pada tabung clinometer tersebut dapat terlihat puncak pohon. Catat
besarnya sudut yang terbentuk dari tali bandul dengan garis yang tegak lurus dengan
tabung clinometer pada busur derajat.

23

Tinggi pohon (T) adalah tangen (tan) kali jarak ke pohon (j) ditambah tinggi dari
permukaan tanah ke mata pengamat (t). Dengan simbol matematik adalah : T = tan X j + t
Gambar 2. Mengukur tinggi pohon dengan inclinometer . (Sumber : Urban Ecology)

TUGAS PENGAMATAN
Dengan menggunakan inclinometer ukurlah 10 buah pohon yang masing-masing
biasa dipakai untuk aktivitas harian oleh burung gereja. Pohon apa yang paling banyak
digunakan dan pada ketinggian berapa burung gereja senang untuk bermain dan bertengger.
Alat dan bahan :
1. Inklinometer
2. Meteran
3. Kalkulator
Prosedur :
1. Lihat cara ketiga pada halaman di depan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim . 1982 . Buku Pintar Mari Bermain Dengan Pohon dalam Suara Alam
No .
15/Tahun V. pp : 24-26 .
Michael , P. 1994 . Metode Ekologi untuk Penyelidikan dan Laboratorium. Penerbit UIPress. Jakarta .

LEMBAR PENGAMATAN

24

Hari : Tanggal :

Jam :

Lokasi : ... Cuaca : ..


Pengamat : 1.

2. .

3. .

4.

5. ..

6. .

Tabel 1. Jenis-jenis pohon yang dipakai bertengger/bermain oleh burung gereja.


No.

Nama Pohon

Sudut

Jarak Pohon ke
Pengamat

Tinggi Si
Pengamat

Keterangan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Catatan :

PEMBAHASAN

25

KESIMPULAN

26

You might also like