Professional Documents
Culture Documents
oleh:
Desy Dwi Arvanita I.
(2012.01.008)
(2012.01.009)
Eny Lestari
(2012.01.010)
Fauziah Sundari
(2012.01.011)
(2012.01.012)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Keperawatan Anak: Asuhan Keperawatan
Anak dengan Gagal Ginjal Kronis dalam keadaan baik. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak pada semester
lima.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bebagai pihak yang
telah mendukung dan memotivasi penulis sehingga karya tulis ini dapat selesai dengan baik,
yaitu:
1.
2.
Hendro Djoko M.Kep.Ns selaku ketua Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surabaya,
3.
4.
5.
serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
membuat karya tulis dengan lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini dapat \bermanfaat bagi
para mahasiswa pendidikan kesehatan pada umumnya dan mahasiswa keperawatan pada
khususnya.
DAFTAR ISI
JUDUL ...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
2.2
2..3
BAB 3 PENUTUP
3.1
Simpulan ................................................................................................15
3.2
Saran ......................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit yang muncul pada anak bisa disebabkan oleh beberapa penyebab,
baik karena bawaan sejak lahir (kongenital) yang diturunkan dari orangtua secara
genetik dan akibat oleh malabsorbsi nutrisi selama masa kehamilan ibu, maupun
penyakit yang didapatkan anak karena fungsi imunitasnya masih belum terbentuk
sempurna. Salah satu dari penyakit yang dapat diderita oleh anak adalah penyakit gagal
ginjal. Gagal ginjal pada anak bisa terjadi akibat malfungsi organ ginjal; organ ginjal
yang tidak terbentuk dengan sempurna sehingga kehilangan fungsinya, maupun karena
suatu penyakit lain yang diderita anak yang mengakibatkan menurunnya fungsi organ
ginjal anak. Penyebab penyakit gagal ginjal pada anak tersebut dapat menyebabkan
bertambah buruknya kondisi anak dan bisa berlanjut pada gagal ginjal kronis, sehingga
dibutuhkan penanganan khusus pada anak yang menderita gagal ginjal kronis tersebut.
Masih sulit untuk menentukan secara pasti angka kejadian gagal ginjal
kronis pada anak. Epidemiologi gagal ginjal kronis pada anak berdasarkan satu atau
multisenter sangat tidak sesuai untuk keakuratan analisis demografi karena selalu
dipengaruhi oleh bias (sebagai contoh klien dengan gangguan ginjal derajat kurang
berat kadang- kadang dirawat di senter non nefrologi pediatrik; kelainan yang
jarang, berat dan spesifik cenderung terkumpul di senter tertentu; atau beberapa klien
remaja biasa dirujuk ke bagian nefrologi dewasa). Berdasarkan survey the Nephrology
Branch dari Chilean Pediatric Society tahun 1989 dilaporkan bahwa insiden gagal ginjal
kronis sebesar 5,7 per satu juta penduduk dan prevalens nasional sebesar 42,5.
Sebanyak 50,7% gagal ginjal kronis terjadi pada anak laki-laki, 58,6% terjadi pada anak
usia > 10 tahun, dan 15% terjadi pada anak usia < 5 tahun.
Terdapat dua pendekatan teoritis untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal
pada gagal ginjal kronis. Sudut pandang tradisional mengatakan bahwa semua unit
nefron yang telah diserang penyakit namun dalam stadium berbeda-beda, dapat benarbenar rusak atau berubah strukturnya. Misalnya lesi organik pada medula akan
merusak susunan anatomik ansa henle dan vasa recta, atau pompa klorida pada pars
asendens ansa henle akan mengganggu proses aliran balik pemekatan.
Pendekatan kedua, yang diterima sekarang, dikenal dengan nama Hipotesis Bricer
atau hipotesis nefron utuh, yaitu bahwa bila nefron terserang pernyakit, maka
seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja
normal. Hal ini menerangkan pola adaptasi fungsional
ginjal
ber upa
kemampuan mempertahankan homeostasis dengan cara sisa nefron yang ada
mengalami hipertrofi dalam usahanya melaksanakan seluruh beban kerja ginjal.
Lebih kurang 1 juta nefron terdapat pada masing-masing ginjal dan semuanya
berkontribusi terhadap laju filtrasi glomerulus. Tanpa memandang penyebab
kerusakan ginjal, nefron-nefron, ginjal pada awalnya mampu mempertahankan laju
filtrasi glomerulus dengan cara hiperfiltrasi dan hipertrofi kompensatori dari nefronnefron yang masih sehat. Kemampuan adaptasi ini terus berlangsung sampai ginjal
mengalami kelelahan dan akan tampak peningkatan kadar ureum dan kreatinin
dalam plasma. Peningkatan kadar kreatinin plasma dari nilai dasar 0,6 mg/dl
menjadi 1,2 mg/dl, meskipun masih dalam rentang normal, sebetulnya hal ini
merepresentasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50%.
Identifikasi faktor-faktor yang berkorelasi dengan tingkat progresifitas menuju
gagal ginjal kronik serta tindakan asuhan keperawatan yang mendukung dapat bermanfaat
dalam penanganan anak dengan gagal ginjal kronik yang ditujukan untuk mempertahankan
kemampuan fungsional nefron yang tersisa selama mungkin serta memacu
pertumbuhan fisik yang maksimal.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada karya tulis ini
adalah sebagai berikut.
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan gagal ginjal kronis pada anak?
1.2.2
1.2.3
1.2.4
Bagaimana manifestasi klinis yang timbul pada gagal ginjal kronis pada anak?
1.2.5
1.2.6
Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan gagal ginjal
kronis?
1.3
1.4
1.4.3
1.4.4
Untuk mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan gagal
ginjal kronis.
1.4.5
1.4.6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1
b.
Retensi air dan natrium yang berperan pda edema dan kongesti vaskuler
c.
d.
e.
Gangguan
kalium
dan
fosfor
yang
mengakibatkan
perubahan
g.
ginjal mencapai kritis, penjelasan sampai gagal ginjal stadium akhir mencapai
kritis, penjelekan sampai gagal ginjal stadium akhir tidak dapat dihindari.
Mekanisme yang tepat mengakibatkan kemunduran fungsi secara progresif
belum jelas, tetapi faktor yang dapat memainkan peran penting mencakup
cedera imunologi yang terus-menerus; hiperfiltrasi yang ditangani secara
hemodinamik di dalam mempertahankan kehidupan glomerulus; masukan diet
protein dan fosfor; proteinuria yang terus menurus; hipertensi sitemik.
Endapan kompleks imun atau antibodi anti-membran basalis
glomerulus akhir, tidak tergantung mekanisme yang memulai cedera pada
ginjal. Bila nefron hilang karena alasan apaun, nefron sisanya mengalami
hipertrofi struktural dan fungsional yang ditengahi, setidak-tidaknya sebagian,
oleh peningkatan aliran darah glomerulus. Mekanisme yang berpotensi
menimbulkan kerusakan adalah pengaruh langsung peningkatan tekanan
hidrostatik pada intefritas dinding kapiler, hasilnya mengakibatkan keluarnya
protein melewati dinding kapiler atau keduanya.
b.
Poliuria, dehidrasi
c.
Hiperkalemia
d.
Hipernatremia
e.
Anemia
f.
g.
Apatis, letargi
h.
Anoreksia
i.
Asidosis
j.
Gatal-gatal
k.
Kejang, koma
l.
Disfungsi pertumbuhan
Diet pada gagal ginjal kronis. Makanan kalori yang optimal pada
insufiensi gagal ginjal belum diketahui, tetapi upaya yang harus
dilakukan untuk memenuhi atau melampaui kalori harian yang sesuai
umur penderita. Pemberian vitamin, serta pemberian zat besi bila ada
anemia.
b.
c.
d.
e.
Dosis obat pada gagal ginjal kronis: karena banyak obat yang diekresikan
oleh ginjal, pemberiannya pada penderita dengan insufisiensi ginjal harus
diubah untuk memaksimalkan efektifitas dan meminimalkan resiko
toksisitas.
2.2
Endapan kompelks
imun & antibody di
glomerulus
Cedera pada
ginjal
Hiperfiltrasi
Peningkatan
tekanan hidrostatik
pd infiltrasi
Protein dpt
keluar dr filtrasi
Cedera pada
ginjal
Konsumsi Protein
dan Fosfor berlebih
Terjadi timbunan
di glomerulus
Merusak fungsi
glomerulus
Proteinuria
sering terjadi
Hipertensi
sistemik
Dinding kapiler
glomerulus
rusak
Sklerosis glomerulus
dan cedera darah
hiperfiltrasi
Fungsi ginjal
mulai mundur
Fungsi filtrasi
glomerulus turun
5-20 ml/menit
Masalah pengaturan
biokimia dlm ginjal
Ketidakseimbangan
memekatkan urine
Sekresi kalium
turun
Reabsorbsi bikarbonat
& produksi ammonia
terganggu
Hiperkalemia
Asidosis
Metabolik
2.3
Pengkajian awal
1) Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada
pengukuran parameter pertumbuhan.
2) Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi ginjal,
perilaku makan, frekuensi infeksi, tingkat energi.
3) Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik.
b.
c.
Biodata
70 % kasus GGA terjadi pada bayi di bawah 1 tahun pada minggu pertama
kahidupannya.
d.
e.
f.
g.
Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum:
BB meningkat, TD dapat normal, meningkat atau berkurang tergantung
penyebab primer gagal ginjal.
2) Pemeriksaan Fisik:
a) Keadaan Umum: malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk,
koma.
b) Kepala: Edema periorbital
c) Dada: Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas
tambahan.
d) Abdomen: Terdapat distensi abdomen karena asites.
e) Kulit: Pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh,
rambut tipis dan kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu mengkilat,
kulit kering bersisik.
f)
j)
Anemia,
defisiensi
2.3.2
Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
2.3.3
Intervensi Keperawatan
a.
adanya
bukti
produk
sisa
yang
terakumulasi,
b.
terapi
dan
mendeteksi
c.
d.
Intervensi Keperawatan:
1) Berikan pendidikan tentang gagal ginjal kronis. Termasuk
penatalaksanaan, pengobatan, dan hasil jangka panjang.
Rasional: informasi yang akurat dapat menungkatkan pemahaman
pasien tentang penyakit yang diderita
2) Dorong kemandirian anak dalam perawatan dan penatalaksanaan
gagal ginjal kronis
Rasional: kemandirian membantu anak mengembangkan harga diri
positif.
3) Ijinkan anak untuk berpartisipasi dalam prosedur dialisis.
Rasional: anak kooperatif saat dilakukan dialisis
4) Ijinkan anak untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan bila
tepat.
Rasional: anak merasa dihargai
5) Tingkatkan harga diri pada anak gagal ginjal kronis.
Rasional: anak menjadi percaya diri dan tidak minder
6) Atur kelompok pendukung klien atau berikan konseling sesuai
kebutuhan
Rasional: dkungan akan membuat pasien memiliki penguatan yang
positif
7) Berikan penguatan positif selama prosedur dialisis dan kunjungan
tindak lanjut
Rasional: pasien memiliki harapan tinggi untuk sembuh
e.
2) Berikan
bimbingan
antisipasi
yang
berhubungan
dengan
BAB 3
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dari pembahasan yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif yang irreverible.
Penyebab dari gagal ginjal kronis pada anak dubedakan menjadi dua, yaitu terjadi pada
anak dengan usia kurang dari 5 tahun yang disebabkan oleh kelainan anatomis dari
organ ginjal anak, dan pada anak dengan usia lebih dari 5 tahun yang disebabkan oleh
adanya penyakit pada ginjal yang menyebabkan fungsi organ tersebut menurun dan
rusak. Gagal ginjal kronis pada anak terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu
mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam batas normal dibawah kondisi
normal. Manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan gagal ginjal kronis
diantaranya adalah: edema, oliguria, hipertensi, gagal jantung kongesti, poliuria,
dehidrasi, hiperkalemia, hipernatremia, anemia, gangguan fungsi trombosit, apatis,
letargi, anoreksia, asidosis, gatal-gatal, kejang, koma, dan disfungsi pertumbuhan.
Penatalaksanaan dari gagal ginjal kronis pada anak adalah dengan memperhatikan
kalori pada makanan anak dan membatasi asupan cairan dan elektrolit anak.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus gagal ginjal kronis pada anak
adalah: (1) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan akumulasi elektrolit dan produk
sisa, (2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gagalnya mekanisme regulasi
ginjal, (3) Perubahan nutrisi berhubungan dengan pembatasan diet, (4) Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, kerusakan pertumbuhan dan persepsi
tentang menjadi berbeda, dan (5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
anak yang menderita penyakit kronis.
3.2
Saran
Kepada mahasiswa yang menekuni bidang kesehatan terutaa bidang keperawatan, agar
untuk terus menggiatkan semangat belajar diri, agar nantinya dapat menjadi tenaga
kesehatan yang profesional yang memiliki kompetensi yang baik dalam bidangnya,
sehingga nantinya dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
tepat, baik penanganan secara fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Alpers, Ann, alih bahasa: A. Samik Wahab, Sugiarto. 2006. Buku Ajar Pediatri. Jakarta:
EGC.
Behrman, Robert M. Kliegman, dan Ann M. Narvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Volume 3. Jakarta: EGC.
Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi(terjemahan). Cetakan 1. Jakarta: Penerbit
BukuKedokteran EGC
Hanif. 2007. Gagal ginjal Kronis. http://hanif.web.ugm.ac.id/gagal-ginjal-Kronis/. Diunduh
tanggal 10 Oktober 2014.
Hatake, Kapevi. 2013.Askep Gagal Ginjal (GGA/GAGAL GINJAL KRONIS) pada Anak
http://macrofag.blogspot.com/2013/ 02/askep-gagal-ginjal-ggagagal ginjal kronispada-anak.html. Diakses pada 20 Oktober 2014.
Sekarwana, Nanan. 2004. Gagal Ginjal Kronik pada Anak dalam Sari Pediatri Vol. 6, No.1
(Supplement) Juni 2004; 68-84
Stein, J.H. 2001 Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: ECG.
Wong, Donna L, alih bahasa: Monica ester. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.
Jakarta: EGC.
_____________. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik (terjemahan). Edisi 4.
Jakarta: ECG.