Professional Documents
Culture Documents
2.1
apa yang aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas
karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua
permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus
dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara
kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan
Menetapkan kriteria
2.
3.
3.
37
4.
5.
6.
9.
A. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya.
Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih
38
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi
diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok.
Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas
masalah.
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
1.
Prevalence
Besarnya masalah yang dihadapi
2.
Seriousness
Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan
dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah
kesehatan tersebut.
3.
Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya
4.
Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah Kesehatan tersebut
39
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil
yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan
prioritas masalah yang akan diambil.
C. METODE MCUA
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah adalah :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini
adalah CFR (Case Fatality Rate),
maka digunakan
40
parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
2.
Greetest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena
masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka
parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain,
maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian
suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
3.
Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain
diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas
wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut,
serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan
masalah tersebut.
4.
Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
5.
Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah
dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan
41
penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode
ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang
lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai
nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai
yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
EMERGENCY
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini
adalah CFR (Case Fatality Rate),
Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan
oleh permasalahan tersebut. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi,
argumentasi, serta justifikasi.
Nilai CFR dan Angka kematian:
1.
CFR TB
: 39%
2.
CFR ISPA
: 22,3%
3.
CFR Diare
: 8,2%
4.
CFR Kusta
: 0%
42
Tabel 2.1
Skala Score Emergency
Range (%)
Score
Range (%)
Score
0 4.99
50 54.99
11
5 9.99
55 59.99
12
10 14.99
60 64.99
13
15 19.99
65 69.99
14
20 24.99
70 74.99
15
25 29.99
75 79.99
16
30 34.99
80 84.99
17
35 39.99
85 89.99
18
40 44.99
90 94.99
19
45 49,99
10
95 99.99
20
43
Tabel 2.2
Penentuan Score Emergency Terhadap Masalah Pengendalian Penyakit
Menular Langsung (P2ML) yang Terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas seKecamatan Kelapa Gading Periode Januari - Desember 2014
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Daftar Masalah
Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan Kelapa Gading
periode Januari Desember 2014 sebesar 14,58%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading periode Januari Desember 2014 sebesar 52,63%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Gading Timur periode Januari Desember 2014 sebesar 77,7%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Gading Barat periode Januari Desember 2014 sebesar 28,57%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan 2A periode Januari Desember 2014 sebesar 50%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan 2B periode Januari
Desember 2014 sebesar 76,92%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading periode
Januari - Desember 2014 sebesar 33,33%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Gading Timur periode
Januari - Desember 2014 sebesar 55,5%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Gading Barat periode Januari
- Desember 2014 sebesar 9,52%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan 2A periode
Januari - Desember 2014 sebesar 35,71%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Pegangsaan 2B periode
Januari - Desember 2014 sebesar 53,84%.
Angka Incidence Rate Kasus Diare di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Kelapa Gading
periode Januari - Desember 2014 sebesar 80,1%.
Jumlah Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Kelurahan Penjagalan Periode JanuariDesember 2014 sebesar 0,002%.
44
Score
3
11
16
6
11
16
7
12
2
8
11
17
1
GREETEST MEMBER
Greetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin besar
selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.
Score
Range (%)
Score
Range (%)
0-2,99
13
36-38,99
25
72-74,99
3-5,99
14
39-41,99
26
75-77,99
6-8,99
15
42-44,99
27
78-80,99
9-11,99
16
45-47,99
28
81-83,99
12-14,99
17
48-50,99
29
84-86,99
15-17,99
18
51-53,99
30
87-89,99
18-20,99
19
54-56,99
31
90-92,99
21-23,99
20
57-59,99
32
93-95,99
24-26,99
21
60-62,99
33
96-98,99
10
27-29,99
22
63-65,99
48
99-101,99
11
30-32,99
23
66-68,99
12
33-35,99
24
69-71,99
Keterangan:
Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range
didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan score
dari satu sampai 48 dengan jarak tiap range sebesar dua koma sembilan puluh
sembilan agar mendapatkan nilai greetest member yang bervariasi.
45
2.
Cakupan
Target
Selisih
Score
14,58 %
> 70 %
55,42
19
52,63 %
> 80 %
27,37
10
3.
77,7%
>80 %
2,3
4.
28,57%
>80 %
51,43
18
50%
>80%
30
11
76,92%
>80%
3,08
33,33 %
>85%
51,67
18
55,5%
>85%
29,5
10
9,52%
>85%
75,48
26
35,71%
>85%
49,29
17
53,84%
>85%
31,16
11
80,1%
<5%
75,1
26
0,002%
0%
0,002
8.
9.
10.
11.
12.
13.
46
3. EXPANDING SCOPE
Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sektor lain diluar kesehatan, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut.
Untuk Jumlah penduduk diurut berdasarkan kelurahan yang memiliki
penduduk terbanyak sampai yang terkecil.
Tabel 2.5
Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk
Nilai
= 135.415
25
30
20
= 27.746
15
40
Tabel 2.6
Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah
Luas Wilayah
Nilai
= 16 (km2)
25
30
20
= 6.2845 (km )
15
2
40
Tabel 2.7
Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral
Nilai
Lintas Sektor
10
47
Tabel 2.8
Penentuan Score Expanding Scope Program P2ML di Wilayah Puskesmas
se-Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari Desember 2014
NO
DAFTAR MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jumlah
Penduduk
Luas
Wilayah
Lintas
Sektoral
Jumlah
57
30
10
97
30
16
10
56
10
20
10
21
10
23
10
10
26
19
16
10
45
10
18
10
17
10
21
10
23
2320
30
10
2360
16
10
29
Kecamatan Penjaringan dan Angka Incidence Rate Kasus Diare pada di Wilayah
Puskesmas se-Kecamatan kelapa Gading 2360.
4. FEASIBILITY
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa
mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah kriteria
kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian
terhadap kriteria ini menjadi obyektif.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah
dapat diselesaikan meliputi:
1.
49
Tabel 2.9
10
21648
1 : 2164
34984
1 : 8746
21235
1 : 7078
6396
1 : 913
No
Gading
2.
50
Tabel 2.10
Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari Desember 2014
Kategori
Tempat
Alat/ Obat
3.
Ketersediaan
Score
Tidak ada
Tidak ada
Tabel 2.11
Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas seKecamatan Kelapa Gading Periode Januari Desember 2014
Dana
Score
Tidak ada
51
Tabel 2.12
Penentuan Score Feasibility Program P2ML Terhadap Kegiatan di Wilayah
Puskesmas se-Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari Desember 2014
NO
DAFTAR MASALAH
SDM
1.
2.
3.
4.
5.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
FASILITAS
DANA
JUMLAH
10
10
Alat/Obat
Tempat
52
5.POLICY
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu
masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah
tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah
adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling
mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak
memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor
untuk penyuluhan diberikan 5, sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai
10. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih luas
dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah kesehatan
tersebut di media elektronik diberikan nilai 15.
Tabel 2.13
Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program P2ML di Wilayah
Puskesmas se-Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari Desember 2014
Parameter
Score
Ada kebijakan
Tabel 2.14
Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan Puskesmas se-Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari Desember 2014
Parameter
Score
Penyuluhan
10
53
15
Tabel 2.15
Penentuan Score Policy Program P2ML pada Puskesmas se-Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari Desember 2014
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
13.
Masalah
Angka penemuan kasus baru (CDR) TB
Paru di Puskesmas se-Kecamatan Kelapa
Gading periode Januari Desember 2014
sebesar 14,58%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas
Kecamatan Kelapa Gading periode Januari
- Desember 2014 sebesar 52,63%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas
Kelurahan Gading Timur periode Januari Desember 2014 sebesar 77,7%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas
Kelurahan Gading Barat periode Januari Desember 2014 sebesar 28,57%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2A periode Januari Desember 2014 sebesar 50%.
Angka konversi TB Paru di Puskesmas
Kelurahan Pegangsaan 2B periode Januari
Desember 2014 sebesar 76,92%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
periode Januari - Desember 2014 sebesar
33,33%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di
Puskesmas Kelurahan Gading Timur
periode Januari - Desember 2014 sebesar
55,5%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di
Puskesmas Kelurahan Gading Barat periode
Januari - Desember 2014 sebesar 9,52%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di
Puskesmas Kelurahan Pegangsaan 2A
periode Januari - Desember 2014 sebesar
35,71%.
Angka kesembuhan (CR) TB Paru di
Puskesmas Kelurahan Pegangsaan 2B
periode Januari - Desember 2014 sebesar
53,84%.
Angka Incidence Rate Kasus Diare di
Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Kelapa
Gading Periode Januari - Desember 2014
sebesar 80,1 %
Jumlah Penderita Kusta di wilayah
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari- Desember 2014 sebesar
0,002%.
Kebijakan
Pemerintah
Penyuluhan
Media
Cetak
Media
Elektronik
Jumlah
10
20
10
20
10
20
10
20
10
20
10
20
10
20
10
20
10
15
35
10
20
10
20
10
20
10
20
54
Skor policy terbesar adalah untuk masalah angka kesembuhan (CR) TB paru
di Puskesmas Kelurahan Gading Barat periode Januari Desember 2014 dengan
hasil sebesar 35.
Tabel 2.16
Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA
MS 1-MS 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari - Desember 2014
MS1
No
Kriteria
MS2
MS3
Bobot
N
BN
BN
BN
Emergency
15
35
14
70
Greetest member
20
80
16
64
20
Expanding Scope
90
270
65
195
65
195
Feasibility
16
10
10
20
Policy
20
20
20
20
20
20
Jumlah
401
324
325
55
Tabel 2.17
Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA
MS 4-MS 6 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari-Desember 2014
MS4
No
Kriteria
Emergency
Greetest member
Expanding Scope
Feasibility
Policy
Jumlah
MS5
MS6
Bobot
N
BN
BN
BN
14
60
16
80
45
20
14
56
35
105
30
90
55
165
18
14
20
20
20
20
20
20
223
206
300
56
Kriteria
Emergency
Greetest member
Expanding Scope
Feasibility
Policy
Jumlah
MS8
MS9
Bobot
N
BN
BN
BN
11
55
16
80
16
80
12
48
16
16
65
195
150
65
195
10
12
10
20
20
20
20
20
35
35
328
50
278
346
57
Tabel 2.19
Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA
MS 10-MS 12 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari-Desember 2014
MS10
No
Kriteria
Emergency
Greetest member
Expanding Scope
Feasibility
Policy
MS12
BN
BN
14
70
11
55
28
12
48
16
64
35
105
90
55
165
2
1
Jumlah
MS11
Bobot
9
20
241
30
BN
35
18
14
20
20
20
20
20
221
298
58
MS 12
Tabel 2.20
Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA
MS 13-MS 15 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari-Desember 2014
MS13
No
Kriteria
Emergency
Greetest member
Expanding Scope
Feasibility
Policy
MS14
MS15
Bobot
N
BN
BN
BN
15
15
75
12
10
12
90
270
30
90
50
150
16
12
20
20
20
20
20
20
Jumlah
333
205
191
59
a.
Planning (perencanaan)
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai
dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
b.
Organizing (pengorganisasian)
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya
(potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c.
Actuating (pelaksanaan)
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal
menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah
dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
d.
Controlling (monitoring)
60
Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab masalahnya
dengan menggunakan diagram fishbone:
1. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan
Penjaringan periode Januari Desember 2012 sebesar 13% kurang dari
target > 70 %.
2. Angka kesembuhan TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I periode
Januari - Desember 2012 sebesar 75% kurang dari target > 85%.
2.3
Dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa
atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi
dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari
akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling
dominan. Penyebab masalah yang paling dominan adalah penyebab masalah yang
apabila diselesaikan dapat menyelesaikan sebagian besar permasalahan yang ada.
Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan adalah dengan cara diskusi,
argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah
penyebab masalah yang dominan dalam program di wilayah kerja Puskesmas
Penjaringan:
61
Man
Kepala program hanya berfokus pada pengobatan TB paru bukan
pendeteksian kasus baru TB paru.
2.
Money
Pembagian dana tidak sesuai dan tidak transparan.
3.
Material
Tidak adanya dana untuk pemeliharaan alat dan bahan laboratorium.
4. Method
Kurangnya petugas kesehatan untuk membina kader mengenai materi
penyuluhan untuk mendeteksi program TB paru
b.
Planning
Perencanaan program pengobatan lebih diutamakan dari pada
program deteksi.
2.
Organizing
Adanya ketetapan yang menentukan bahwa tiap puskesmas hanya
memiliki satu petugas untuk program TB paru
3.
Actuating
Tidak adanya pelatihan khusus bagi petugas dalam penyampaian
materi edukasi bagi warga.
4.
Controlling
Tidak adanya format yang tepat untuk menjadi acuan bagi
penyusunan laporan evaluasi program TB paru.
c.
62
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Ketiga akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut adalah :
1.
2.
3.
Man
Jumlah petugas kesehatan yang kurang
2.
Money
Pendistribusian dana yang tidak tepat waktu
3.
Material
Kurangnya edukasi mengenai prinsip dan tatacara pengobatan TB
paru
4.
Method
Jadwal program penyuluhan kurang terkoordinasi dengan baik
b.
Planning
Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan yang terkait
2.
Organizing
Pimpinan program TB paru sibuk dengan tugas lain
3.
Actuating
63
Controlling
Petugas
c.
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut adalah :
1. Jumlah petugas kesehatan yang kurang
2. Pendistribusian dana yang tidak tepat waktu
3. Kurangnya edukasi mengenai prinsip dan tatacara pengobatan TB paru
64