Professional Documents
Culture Documents
SEARCH:
GO
CATEGORIES
UNCATEGORIZED
ARCHIVES
MAY 2008
LINKS
WORDPRESS.COM
WORDPRESS.ORG
oleh :
Dinda Prita Vaudika 0606099694
Desy Hiryani 0606099605
Fairlyana Melita 0606099870
Putu Mas Dewi Pratiwi 0606100595
Rezki Gihonia 0606100714
Viana Villamanda Jatnika 0606100992
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perkembangan HIV-AIDS
Kondom adalah alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah kehamilan,
mengatur jarak lahir dan penularanpenyakit kelamin pada saat bersenggama. Kondom dibagi
2 jenis yaitu untuk pria dan wanita serta biasa terbuat dari karet latex dan dipakaikan
pada alat kelamin dalam keadaan ereksi sebelum bersenggama.
2.1.2 Sejarah Kondom
Sejak masa sebelum masehi, kondom merupakan salah satu alat pengaman yang digunakan dalam berhubungan
seksual. Pada saat itu kondom terbuat dari usus biri-biri yang diolah dengan hati-hati dan dibuat secara manual dan
eksklusif. Alat ini bisa digunakan lagi setelah dicuci dan direndam dalam larutan susu panas. Periode perkembangan kondom
(seperti dimuat dalam http://www.kondomku.com):
1. Tahun 1000 sebelum Masehi, orang mesir kuno menggunakan linen
untuk bahan pembuatan kondom yang digunakan untuk mencegah
penyakit.
2. Tahun 100-200 Masehi, pemakaian kondom diawali melalui lukisan
berupa pemandangan gua di Combrelles, Perancis.
Sulawesi Selatan (Makassar, Tana Toraja, Luwu Timur), dan Papua. Di Banyuwangi (Jatim),
misalnya, pemda setempat meminta tambahan enam vending machine kondom, dari 10 yang
sudah ada. Sementara itu, Pemda Papua meminta berapapun yang dimiliki BKKBN Pusat.
Sebagai contoh, di DI Yogyakarta, ada tiga ATM yang diberikan pemerintah melalui
BKKBN. ATM itu rencananya ditempatkan di Klinik KB RS Dr Sardjito, Klinik Perusahaan
GE Lighting Sleman, dan untuk keperluan sosialisasi BKKBN. Menurut Dra. Anik Rahmani,
MS, Kepala BKKBN DIY, seperti yang dikutip dari www.mmdnews.wordpress.com,
menjelaskan perihal penempatan ATM Kondom yang tidak sembarangan dan untuk
penggunaannya pun melalui rekomendasi dan di bawah pengawasan dokter. Di Bali, sebagai
pulau yang sering dikunjungi wisatawan asing maupun domestik, telah ditempatkan dua ATM
oleh pemda setempat yang kemungkinan akan ditambah lagi menjadi enam ATM Kondom di
daerah pariwisata.
2.3. Pro Kontra Terhadap Legalisasi Kondom
Legalisasi kondom di Indonesia mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat. Ada
yang menyetujui pelaksanaan legalisasi kondom, namun ada pula masyarakat yang tidak
menyetujui program penanggulangan HIV-AIDS ini.
2.3.1 Pihak yang Menyetujui Legalisasi Kondom dalam Pencegahan HIV-AIDS
Jepang dan Thailand mendukung adanya legalisasi kondom, bahkan Malaysia dan
Iran pun mendukung legalisasi kondom. Mereka termasuk dalam kategori negara dengan
sebaran HIV-AIDS terbanyak. Di Indonesia sendiri, sudah ada keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia melalui Surat keputusan Skep 68/MEN/IV/2004
tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di tempat kerja. Salah satu upaya yang
digunakan dalam menjalankan keputusan tersebut adalah dengan memberikan kondom secara
gratis atau dengan menyediakan ATM kondom di beberapa wilayah di Indonesia. Direktur
Pelayanan Kesehatan Yayasan Kusuma Buana, Adi Sasongko, sangat mendukung adanya
legalisasi kondom tersebut.
Studi meta analisis terhadap 174 studi dengan 116,735 peserta yang hasil
penelitiannya dipublikasikan dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes,
edisi Maret 2006 tentang Kondom dan Pencegahan HIV menyimpulkan bahwa, kampanye
pemakaian kondom sama sekali tidak ada hubungannya dengan analogi mendorong untuk
berhubungan seks dini atau hubungan seks berganti-ganti pasangan.[1] Studi tersebut juga
menyimpulkan bahwa informasi tentang kondom memotivasi perubahan perilaku dan
frekuensi hubungan seks yang dilakukan.
Ada beberapa fakta yang menunjukkan keefektifan kondom dalam mencegah HIVAIDS, diantaranya laporan New England Journal of Medicine, 11 Agustus 1994 yang
melaporkan hasil penelitian selama dua tahun pada 245 pasangan diskordan (dari setiap
pasangan maka salah satunya HIV+). Hasilnya, pada 124 pasangan yang konsisten memakai
kondom dalam setiap hubungan seks tidak ditemukan adanya penularan (transmisi) HIV.
Pada 121 pasangan lainnya yang tidak konsisten menggunakan kondom ditemukan penularan
HIV pada 12 orang.
Fakta lain, di negara Thailand, program penanggulangan HIV melalui penyediaan
kondom dan pengobatan penyakit menular seksual (PMS) yang dimulai pada tahun 1989,
berhasil menurunkan tingkat penularan HIV sebesar 83%. Ada pula riset yang menyatakan
bahwa risiko penularan HIV dengan penggunaan kondom berkurang sampai 10 ribu kali lipat
(Carey et al, 1992; Cavalieri dOro et al, 1994; Weller, 1993). Penelitian di kalangan remaja
New York memperlihatkan penurunan frekuensi hubungan seks dan jumlah pasangan seks
dengan program promosi kondom (Guttmacher S et al dalam American Journal of Public
Health, 1997, 87, 1427-1433).
2.3.2 Pihak yang Tidak Menyetujui Legalisasi
Kondom dalam Pencegahan HIV-AIDS
Program legalisasi kondom mendapat hambatan dari pihak-pihak yang masih konsisten
dalam memperjuangkan terjaganya nilai-nilai moral. Bagi mereka, kampanye kondom tak
lebih dari kampanye untuk melegalkan sex bebas. ATM kondom ini akan membuka peluang
terjadinya legalisasi free sex khususnya di kalangan anak-anak muda, bahkan hingga
legalisasi praktek prostitusi.[2] Hasil jajak pendapat Harian Seputar Indonesia, tanggal 29
Desember 2005 2 januari 2006, dari 600 responden, 24,17% responden (145 orang)
menyatakan menolak ATM kondom dengan alasan legalisasi kondom sama dengan legalisasi
sex bebas sementara 136 responden (22,7%) menyatakan bahwa ATM kondom akan memberi
pengaruh negatif pada generasi muda.[3] Mereka menganggap hal ini dapat memperburuk
citra bangsa Indonesia serta dianggap tidak lagi menjunjung norma ketimuran. Ketakutan ini
dikarenakan betapa mudahnya untuk mengakses ATM kondom termasuk anak di bawah umur
dan penempatannya yang belum begitu jelas.
Menurut Wakil Ketua DPRD Sleman, Ir. Rohman Agus Sukamto, dan anggota Fraksi
PAN, Asyiah Rais, legalisasi kondom akan membawa dampak negatif misalnya semakin
banyaknya penyalahgunaan kondom oleh orang-orang yang tidak seharusnya
menggunakannya. Dengan berbagai kemudahan mendapatkan kondom, anak-anak muda akan
merasa lebih aman melakukan seks bebas. Para remaja putri, yang terjerumus ke dalam
pergaulan bebas, tidak akan lagi merasa khawatir hamil atau tertular HIV/AIDS karena
kondom. Bahkan, anak-anak muda yang tadinya tidak pernah melakukan seks bebas pun akan
tergoda dan mulai melakukan seks bebas dengan berbekal kondom yang sudah bisa
didapatkan secara mudah dan bebas. Selain itu, ATM kondom memudahkannya para hidung
belang melakukan hubungan intim dengan yang bukan pasangannya.
Dari segi teknis dan keilmuan, tingkat keefektifan kondom dipertanyakan. Alasannya,
pori-pori karet lateks yang menjadi bahan pembuatan kondom adalah 1/60 mikron atau 0,003
mm dalam keadaan tidak merenggang, dalam keadaan merenggang, lebar pori-pori kondom
dapat mencapai 10 kali dari 1/60 mikron. Di sisi lain, virus (HIV/AIDS) berdiameter 1/250
mikron atau 0,000001 mm. Dengan demikian, jelas virus dapat leluasa menembus pori-pori
kondom. Hal ini dibuktikan pada negara-negara barat yang penyebaran HIV-AIDS tetap
tinggi dan terus meningkat meski program serupa sudah berlangsung lama. Lapisan kondom
yang terbuat dari getah lateks tidak dipercaya mampu mencegah berpindahnya HIV dari
orang yang melakukan hubungan intim.[4]
Hal ini ditambah dengan penelitian yang dilakukan oleh Carey (1992) dari Division of
Physical Sciences, Rockville, Maryland, USA, yang menemukan kenyataan bahwa HIV dapat
menembus kondom. Dari 89 kondom yang diperiksa, ternyata 29 diantaranya terdapat
kebocoran atau dengan kata lain tingkat kebocoran kondom mencapai 30%. Selain itu, Di
Indonesia, pada tahun 1996 yang lalu kondom yang diimpor dari Hongkong ditarik dari
peredaran karena 50 persen bocor. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat masih
meragukan keampuhan kondom dalam pencegahan HIV/AIDS. J Mann (1995) dari Harvard
AIDS Institute menyatakan bahwa tingkat keamanan kondom hanya 70%.[5] Laporan dari
majalah Customer Reports (1995) menjelaskan bahwa pori-pori kondom 10 kali lebih besar
dari HIV dilihat dengan mikroskop elektron.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV-AIDS dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks sama sekali atau
melakukan hubungan seks yang aman serta tidak menggunakan narkoba (bergantian jarum
suntik). Namun, apabila sudah menjadi penderita HIV-AIDS, virus tersebut dapat dicegah
penularannya dengan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks. Penggunaan
kondom adalah cara terakhir dalam upaya pencegahan penularan HIV melalui hubungan seks.
Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk sosialisasi penggunaan kondom,
masih saja terdapat hambatan-hambatan yang datang dari berbagai pihak.
3.2 Saran
Agar promosi kondom berjalan dengan baik, diperlukan adanya penyesuaian antara
penyampaian promosi kondom dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan penduduk
setempat. Pelegalisasian kondom di Indonesia dapat berjalan baik apabila didukung oleh
pemerintah melalui pembuatan kebijakan hukum yang mengatur legalisasi kondom. Adanya
dukungan dari berbagai pihak untuk dapat menerima legalisasi kondom juga dapat
mempengaruhi keberhasilan promosi penggunakan kondom. Masyarakat harus membuka
mata bahwa kondom dilegalkan bukan untuk mendukung seks bebas di Indonesia tetapi pada
dasarnya untuk mencegah penularan HIV-AIDS.
LAMPIRAN
Pertanyaan yang diajukan usai presentasi :
1. a. Bagaimana dukungan
kampanye kondom?
pemerintah
terhadap
Jenis kondom pada wanita ada dua jenis, yaitu yang berbentuk tampon, sehingga
pemasangannya pun harus hati-hati dan ada yang berbentuk seperti tissue, cara memakainya
cukup diusapkan saja ke bagian dalam vagina.
3. Seberapa efektif
kehamilan?
kondom
untuk
mencegah
Kondom sangat efektif untuk mencegah kehamilan, pori-pori kondom yang sangat kecil
memungkinkannya untuk tidak dapat ditembus oleh air mani dan sperma. Jika dibandingkan
dengan alat kontrasepsi lainnya, kondom sangat mudah digunakan dan tidak ada
kemungkinan efek samping.
4. Sejauh ini, bagaimana keefektifan kebijakan
pemerintah mengenai kampanye kondom?
Kebijakan pemerintah sangat efektif dalam upaya
mensosialisasikan kondom ke tempat-tempat
prostitusi, dengan adanya kebijakan maka
pembagian kondom secara gratis di tempat
prostitusi menjadi lebih mudah. Menurut sumber
yang penyusun dapatkan, BKKBN pusat telah
mendistribusikan sejumlah ATM Kondom ke
beberapa provinsi di Indonesia. Namun, beberapa
pemerintah daerah setempat masih ragu untuk
menempatkannya di tempat-tempat yang telah
ditentukan karena terbentur masalah budaya yang
menganggap kondom sebagai alat pelegalan seks
bebas.
5. Kebijakan seperti apa yang kuat untuk melegalkan
kondom?
Kebijakan mengenai penggunaan kondom yang
dibuat seharusnya tidak hanya dikeluarkan oleh
badan eksekutif, tetapi diperkuat juga dengan
undang-undang yang disahkan oleh badan
legislatif.
6. Bagaimana
pendapat
kelompok
ketersediaan ATM kondom di
Permasyarakatan?
mengenai
Lembaga
DAFTAR PUSTAKA
AIDS. http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS (27 Februari 2008)
Kondom=Legalisasi
Seks
Bebas.www.asepfirman1924.blogspot.com (29
Februari 2008)
Hawari, Dadang. Fakta dan Opini Memojokan
Kondom.http://www.bintangmawar.net (29
Februari 2008)
[1] Adi Sasongko / KPA, Fakta dan Opini Mendukung
Kondom, dalamhttp://www.bintangmawar.net/forum, (29 Februari 2008).
[2] Dito, ATM Kondom, Legalisasi Free Sex atau Pencegahan HIV?,http://www.trulyjogja.com, (29
Februari 2008)
[3] Fin/cbn , Kondom untuk Pencegahan AIDS, Efektifkah?,http://www.jurnalnet.com, (29 Februari
2008).
2 COMMENTS
2 Comments so far
Leave a comment
artikel bagus dan bermanfaat, cuma ada kekurangan postingnya amburadul, tolong diperbaiki lagi yasukses ya!dan up date
terus blognya
Leave a Reply
Follow