You are on page 1of 12

ISU TERKINI KESEHATAN

SEARCH:

GO

CATEGORIES

UNCATEGORIZED

ARCHIVES
MAY 2008

LINKS

WORDPRESS.COM

WORDPRESS.ORG

KAMPANYE PENGGUNAAN KONDOM DI INDONESIA


May 26, 2008, 1:10 am
Filed under: Uncategorized

oleh :
Dinda Prita Vaudika 0606099694
Desy Hiryani 0606099605
Fairlyana Melita 0606099870
Putu Mas Dewi Pratiwi 0606100595
Rezki Gihonia 0606100714
Viana Villamanda Jatnika 0606100992
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2008

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perkembangan HIV-AIDS

1.1.1 Pengertian HIV-AIDS


AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalahsindrom kumpulan berbagai
gejala dan infeksi sebagai akibat dari kerusakan spesifik sistem kekebalan tubuh karena
infeksi virus HIV pada manusia (seperti dimuat dalamhttp://www.id.wikipedia.org).
Berdasarkan definisi yang dikutip dari www.organisasi.org, HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun.

1.1.2 Perkembangan HIV-AIDS di Dunia


Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun
1981. Menurut UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) sampai
dengan akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV di dunia telah
mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan
anak-anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar
1000 diantaranya bayi dan anak-anak.
Menurut penjelasan dr. Adi Sasongko dalam artikel yang dimuat di www.petra.ac.id, sejumlah 5,8 juta orang telah
meninggal akibat AIDS, 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. HIV-AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di
Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66
tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 40 tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun
menjadi 31 tahun pada tahun 2010.

1.1.3 Perkembangan HIV-AIDS di Indonesia


Sampai dengan bulan September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang, dengan kelompok
umur terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%) dan kelompok wanita sebanyak 27%. Kelompok usia produktif
(15-49 tahun) mencapai 87%. Dilihat dari lokasi, kasus terbanyak ditemukan di DKI Jakarta, Papua dan Riau.
Jumlah kasus yang tercatat diatas adalah menurut catatan resmi yang jauh lebih rendah dari
kenyataan sesungguhnya akibat keterbatasan dari sistem surveilens perangkat kesehatan kita. Permasalahan
HIV-AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung es, dimana yang tampak memang jauh
lebih kecil dibandingkan jumlah sesungguhnya.
Upaya penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia terfokus pada kelompok pekerja seks komersial dan
waria, meskipun juga sudah digalakkan upaya yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu,
mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan. Yang masih belum digarap secara memadai adalah kelompok pekerja
di perusahaan yang merupakan kelompok usia produktif.
Proyeksi perkembangan kasus HIV-AIDS di Indonesia, dr. Adi Sasongko menambahkan, diperkirakan akan
menembus angka satu juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola epidemiologis yang ada maka jumlah kasus terbanyak
akan ada pada kelompok usia produktif (patut diingat bahwa pada tahun 2003 Indonesia akan memasuki pasar bebas APEC
dan membutuhkan SDM yang tangguh untuk bersaing di pasar global). Pada kenyataannya setelah tahun 2005, kasus HIVAIDS terbanyak ditemukan pada pengguna narkoba suntik.

1.2 Penularan HIV-AIDS


1.2.1 Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV-AIDS
Penularan HIV-AIDS dapat melalui :
1. Kontak darah
Contoh : Tranfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi pada kulit yang terluka, jarum
suntik, dsb.
2. Cairan semen dan sperma pria
Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb.
3. Cairan vagina pada perempuan
Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dll.
4. Air Susu Ibu / ASI
Contoh : Bayi minum asi dari wanita HIV+, laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan lain sebagainya.
Cairan tubuh yang tidak mengandung HIV pada penderita HIV+ :

1. Air liur/ air ludah/ saliva.


2. Feses/ kotoran/ tinja.
3. Air mata.
4. Keringat.
5. Air seni/ urin.

1.3 Pencegahan penularan HIV-AIDS


Penularan HIV-AIDS yang terbanyak adalah melalui hubungan
seksual, maka penularan HIV-AIDS dapat dicegah dengan tidak bergantiganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seks yang aman.
Pencegahan lainnya yaitu melalui pencegahan kontak darah, misalnya
pencegahan penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, serta
pengidap HIV-AIDStidak boleh menjadi pendonor darah.
Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-CD. A adalah abstinence, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum
menikah. B adalah be faithful atau setia artinya jika sudah menikah hanya
berhubungan seks dengan pasangan yang sah saja. C adalah condom,
artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dilakukan, harus digunakan
alat pencegahan yaitu dengan menggunakan kondom. Serta D (dont use
drugs) artinya penggunaan narkoba adalah salah satu pintu menuju
penularan HIV-AIDS. Hal ini dapat terjadi misalnya dengan penggunaan
jarum suntik bersama-sama.
Dalam laporan ini, penyusun hanya akan membahas tentang salah
satu formula pencegahan di atas, yaitu penggunaan kondom. Saat ini, di
Indonesia,
telah
dilaksanakan
berbagai
kampanye
untuk
memasyarakatkan penggunaan kondom. Selain itu, pemerintah
mencanangkan program legalisasi kondom di seluruh Indonesia. Namun,
hal tersebut masih mendapat hambatan dari berbagai pihak.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Sejarah Kondom
2.1.1 Definisi Kondom

Kondom adalah alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah kehamilan,
mengatur jarak lahir dan penularanpenyakit kelamin pada saat bersenggama. Kondom dibagi
2 jenis yaitu untuk pria dan wanita serta biasa terbuat dari karet latex dan dipakaikan
pada alat kelamin dalam keadaan ereksi sebelum bersenggama.
2.1.2 Sejarah Kondom
Sejak masa sebelum masehi, kondom merupakan salah satu alat pengaman yang digunakan dalam berhubungan
seksual. Pada saat itu kondom terbuat dari usus biri-biri yang diolah dengan hati-hati dan dibuat secara manual dan
eksklusif. Alat ini bisa digunakan lagi setelah dicuci dan direndam dalam larutan susu panas. Periode perkembangan kondom
(seperti dimuat dalam http://www.kondomku.com):
1. Tahun 1000 sebelum Masehi, orang mesir kuno menggunakan linen
untuk bahan pembuatan kondom yang digunakan untuk mencegah
penyakit.
2. Tahun 100-200 Masehi, pemakaian kondom diawali melalui lukisan
berupa pemandangan gua di Combrelles, Perancis.

3. Tahun 1500-an, di Italia, awal dari publikasi berupa deskripsi dan


pencobaan kondom yang digunakan untuk mencegah penyakit
dengan pemberian kondom berbahan dasar linen kepada 1100 pria.
Hasil dari pemberian serta pemakaian kondom tersebut banyak dari
mereka yang tidak terjangkit penyakit sifilis. Setelah kejadian itu
kondom digunakan sebagai alat pencegah kehamilan dengan cara
kondom yang terbuat dari linen dibasahi dengan cairan
kimia,direndam, kemudian dikeringkan dan dikenakan pada pria,
fungsinya adalah untuk mematikan sperma.

4. Tahun 1700-an, kondom dibuat menggunakan usus


binatang. Penggunaan usus binatang membuat
harga kondom lebih mahal, dan membuat image
bahwa kondom adalah baju baja melawan
kesenangan dan jaring laba-laba mencegah
infeksi.
5. Tahun 1984, Goodyear dan hancock melakukan
pembuatan kondom secara masal dengan
penggunaan karet yang divulkanisasi untuk
membalikkan karet kasar ke elstisitas yang kuat.
6. Tahun 1861, kondom mulai dipublikasikan di
Amerika Serikat melalui majalah New York
Times.
7. Tahun 1880, kondom dibuat dari bahan lateks dan
baru digunakan secara luas pada tahun 1930-an.
8. Tahun 1935, Amerika Serikat setiap harinya
memproduksi sekitar satu setengah juta kondom.
9. Tahun 1980-1990, pasaran kondom di Amerika
Serikat didominasi oleh pabrik kondom setempat.
Tetapi pada tahun 1987, kondom produksi jepang
KIMONO masuk pasar Amerika dengan bahan
pembentuk kondom yang relatif lembut dan tipis
dengan menekankan image bahwa kesenangan
sama pentingnya dengan pencegahan.
10. Tahun 1990, kondom dibuat dengan bahan polyurethane.
11. Tahun 1993, kondom dengan bahan lateks
diproduksi sejumlah delapan koma lima juta miliar
per tahunnya.
Pada saat ini kesadaran tentang pentingnya penggunaan kondom bagi masyarakat kalangan menengah atas lebih
tinggi dibandingkan masyarakat kalangan menengah bawah. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena keterbatasan jumlah
kondom yang ada yang membuat kondom masih belum terjangkau dengan efektif oleh masyarakat kalangan menengah
bawah. Selain itu juga adanya budaya masyarakat yang masih kental tentang mitos-mitos yang membentuk persepsi yang
buruk terhadap kondom.

2.2 Kebijakan Pemerintah Daerah Terkait dengan Legalisasi Kondom


Dengan bergulirnya fenomena penyebaran HIV hampir di seluruh wilayah Indonesia,
pemerintah daerah di setiap provinsi berusaha untuk mencari jalan keluar guna mencegah
penyebaran virus tersebut lebih lanjut. Jalan keluar yang dimaksud adalah pembuatan
kebijakan-kebijakan maupun program-program pencegahan penyebaran HIV-AIDS. Hal
tersebut sejalan dengan instruksi Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam sambutannya di
acara puncak peringatan Hari AIDS Sedunia di Istana Wapres (1 Desember 2006 lalu). Beliau
secara terbuka memberikan instruksi kepada seluruh pemerintah daerah untuk melakukan
kampanye kondom, misalnya, meskipun cara ini kemungkinan dinilai tidak populis di
masyarakat.
Salah satu provinsi yang menjalankannya adalah Provinsi Kepulauan Riau. Komisi
Penanggulangan AIDS Indonesia Daerah (KPAID) Provinsi KepRi menggelar 100%
pemakaian kondom di lokalisasi. Ketua KPAID KepRi yang juga menjabat sebagai Wakil
Gubernur KepRi, M Sani, mengemukakan bahwa program pencanangan 100% pemakaian
kondom di lokalisasi bertujuan menekan laju penyebaran HIV-AIDS yang mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Menurutnya, program tersebut akan dibuka secara resmi di
lokalisasi Tanjung Pandan, Kabupaten Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepri.
Selain itu, pemerintah daerah Papua telah melaksanakan kampanye kondom sejak
tahun 2003. Kampanye tersebut sering dilakukan oleh para LSM maupun Komisi
Penanggulangan HIV-AIDS (KPAD) Papua. Menurut Wakil Gubernur Provinsi Papua, Drh.
Constant Karma, LSM-LSM melakukan kampanye dengan cara mendistribusikan kondom di
tempat-tempat yang termasuk berisiko tinggi penyebaran HIV-AIDS. Selanjutnya dilakukan
sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih jauh menjelaskan cara penyebaran, pencegahan,
penanggulangan dan akibat apabila terinfeksi HIV dengan tujuan masyarakat menjadi sadar
dan ikut membantu pemerintah mencegah serta memberantas HIV-AIDS di Papua. Di
wilayah lain, Pemerintah daerah Bali melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat
merencanakan proyek percontohan pelaksanaan supervisi ketat lokasi risiko tinggi penularan
HIV di sejumlah kabupaten. Supervisi ketat itu berupa pengawasan kesehatan pekerja seks
dan pelanggannya secara rutin, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, LSM, dan desa
pekraman/adat setempat. Hal ini dilaksanakan karena para pria pelanggan pekerja seks di
lokasi prostitusi kerap melakukan hubungan seks tanpa kondom sehingga berisiko
menularkan HIV-AIDS kepada pasangan seksnya.
Pemerintah pusat, melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), juga berupaya menekan laju penyebaran HIV-AIDS. BKKBN menempatkan
sejumlah vending machine kondom (ATM Kondom) di lokasi-lokasi tertentu. ATM
Kondom hanya ditempatkan di tiga jenis lokasi terpilih, yaitu di Klinik KB, termasuk di
sejumlah perkantoran yang ada Klinik KB, di rumah sakit dan LSM peduli AIDS agar orang
dengan HIV-AIDS dapat mengakses serta di lokalisasi. Menurut Kepala BKKBN dr.
Sumarjati Arjoso, SKM, seperti dimuat dalam situs www.bkkbn.go.id, ketiga tempat itu
sudah sangat spesifik, sehingga tidak mudah dijangkau oleh mereka yang tidak sepatutnya
memanfaatkan alat itu. Untuk memperoleh kondom dengan tiga-empat pilihan rasa, peminat
cukup memasukkan koin sebanyak Rp 1.500. Ketika uang koin dimasukkan, pembeli tinggal
memilih kondom mana yang diinginkannya.
Dari sumber yang penulis dapatkan, ATM Kondom telah didistribusikan ke tujuh
provinsi di Indonesia, antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali,

Sulawesi Selatan (Makassar, Tana Toraja, Luwu Timur), dan Papua. Di Banyuwangi (Jatim),
misalnya, pemda setempat meminta tambahan enam vending machine kondom, dari 10 yang
sudah ada. Sementara itu, Pemda Papua meminta berapapun yang dimiliki BKKBN Pusat.
Sebagai contoh, di DI Yogyakarta, ada tiga ATM yang diberikan pemerintah melalui
BKKBN. ATM itu rencananya ditempatkan di Klinik KB RS Dr Sardjito, Klinik Perusahaan
GE Lighting Sleman, dan untuk keperluan sosialisasi BKKBN. Menurut Dra. Anik Rahmani,
MS, Kepala BKKBN DIY, seperti yang dikutip dari www.mmdnews.wordpress.com,
menjelaskan perihal penempatan ATM Kondom yang tidak sembarangan dan untuk
penggunaannya pun melalui rekomendasi dan di bawah pengawasan dokter. Di Bali, sebagai
pulau yang sering dikunjungi wisatawan asing maupun domestik, telah ditempatkan dua ATM
oleh pemda setempat yang kemungkinan akan ditambah lagi menjadi enam ATM Kondom di
daerah pariwisata.
2.3. Pro Kontra Terhadap Legalisasi Kondom
Legalisasi kondom di Indonesia mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat. Ada
yang menyetujui pelaksanaan legalisasi kondom, namun ada pula masyarakat yang tidak
menyetujui program penanggulangan HIV-AIDS ini.
2.3.1 Pihak yang Menyetujui Legalisasi Kondom dalam Pencegahan HIV-AIDS
Jepang dan Thailand mendukung adanya legalisasi kondom, bahkan Malaysia dan
Iran pun mendukung legalisasi kondom. Mereka termasuk dalam kategori negara dengan
sebaran HIV-AIDS terbanyak. Di Indonesia sendiri, sudah ada keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia melalui Surat keputusan Skep 68/MEN/IV/2004
tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di tempat kerja. Salah satu upaya yang
digunakan dalam menjalankan keputusan tersebut adalah dengan memberikan kondom secara
gratis atau dengan menyediakan ATM kondom di beberapa wilayah di Indonesia. Direktur
Pelayanan Kesehatan Yayasan Kusuma Buana, Adi Sasongko, sangat mendukung adanya
legalisasi kondom tersebut.
Studi meta analisis terhadap 174 studi dengan 116,735 peserta yang hasil
penelitiannya dipublikasikan dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes,
edisi Maret 2006 tentang Kondom dan Pencegahan HIV menyimpulkan bahwa, kampanye
pemakaian kondom sama sekali tidak ada hubungannya dengan analogi mendorong untuk
berhubungan seks dini atau hubungan seks berganti-ganti pasangan.[1] Studi tersebut juga
menyimpulkan bahwa informasi tentang kondom memotivasi perubahan perilaku dan
frekuensi hubungan seks yang dilakukan.
Ada beberapa fakta yang menunjukkan keefektifan kondom dalam mencegah HIVAIDS, diantaranya laporan New England Journal of Medicine, 11 Agustus 1994 yang
melaporkan hasil penelitian selama dua tahun pada 245 pasangan diskordan (dari setiap
pasangan maka salah satunya HIV+). Hasilnya, pada 124 pasangan yang konsisten memakai
kondom dalam setiap hubungan seks tidak ditemukan adanya penularan (transmisi) HIV.
Pada 121 pasangan lainnya yang tidak konsisten menggunakan kondom ditemukan penularan
HIV pada 12 orang.
Fakta lain, di negara Thailand, program penanggulangan HIV melalui penyediaan
kondom dan pengobatan penyakit menular seksual (PMS) yang dimulai pada tahun 1989,

berhasil menurunkan tingkat penularan HIV sebesar 83%. Ada pula riset yang menyatakan
bahwa risiko penularan HIV dengan penggunaan kondom berkurang sampai 10 ribu kali lipat
(Carey et al, 1992; Cavalieri dOro et al, 1994; Weller, 1993). Penelitian di kalangan remaja
New York memperlihatkan penurunan frekuensi hubungan seks dan jumlah pasangan seks
dengan program promosi kondom (Guttmacher S et al dalam American Journal of Public
Health, 1997, 87, 1427-1433).
2.3.2 Pihak yang Tidak Menyetujui Legalisasi
Kondom dalam Pencegahan HIV-AIDS
Program legalisasi kondom mendapat hambatan dari pihak-pihak yang masih konsisten
dalam memperjuangkan terjaganya nilai-nilai moral. Bagi mereka, kampanye kondom tak
lebih dari kampanye untuk melegalkan sex bebas. ATM kondom ini akan membuka peluang
terjadinya legalisasi free sex khususnya di kalangan anak-anak muda, bahkan hingga
legalisasi praktek prostitusi.[2] Hasil jajak pendapat Harian Seputar Indonesia, tanggal 29
Desember 2005 2 januari 2006, dari 600 responden, 24,17% responden (145 orang)
menyatakan menolak ATM kondom dengan alasan legalisasi kondom sama dengan legalisasi
sex bebas sementara 136 responden (22,7%) menyatakan bahwa ATM kondom akan memberi
pengaruh negatif pada generasi muda.[3] Mereka menganggap hal ini dapat memperburuk
citra bangsa Indonesia serta dianggap tidak lagi menjunjung norma ketimuran. Ketakutan ini
dikarenakan betapa mudahnya untuk mengakses ATM kondom termasuk anak di bawah umur
dan penempatannya yang belum begitu jelas.
Menurut Wakil Ketua DPRD Sleman, Ir. Rohman Agus Sukamto, dan anggota Fraksi
PAN, Asyiah Rais, legalisasi kondom akan membawa dampak negatif misalnya semakin
banyaknya penyalahgunaan kondom oleh orang-orang yang tidak seharusnya
menggunakannya. Dengan berbagai kemudahan mendapatkan kondom, anak-anak muda akan
merasa lebih aman melakukan seks bebas. Para remaja putri, yang terjerumus ke dalam
pergaulan bebas, tidak akan lagi merasa khawatir hamil atau tertular HIV/AIDS karena
kondom. Bahkan, anak-anak muda yang tadinya tidak pernah melakukan seks bebas pun akan
tergoda dan mulai melakukan seks bebas dengan berbekal kondom yang sudah bisa
didapatkan secara mudah dan bebas. Selain itu, ATM kondom memudahkannya para hidung
belang melakukan hubungan intim dengan yang bukan pasangannya.
Dari segi teknis dan keilmuan, tingkat keefektifan kondom dipertanyakan. Alasannya,
pori-pori karet lateks yang menjadi bahan pembuatan kondom adalah 1/60 mikron atau 0,003
mm dalam keadaan tidak merenggang, dalam keadaan merenggang, lebar pori-pori kondom
dapat mencapai 10 kali dari 1/60 mikron. Di sisi lain, virus (HIV/AIDS) berdiameter 1/250
mikron atau 0,000001 mm. Dengan demikian, jelas virus dapat leluasa menembus pori-pori
kondom. Hal ini dibuktikan pada negara-negara barat yang penyebaran HIV-AIDS tetap
tinggi dan terus meningkat meski program serupa sudah berlangsung lama. Lapisan kondom
yang terbuat dari getah lateks tidak dipercaya mampu mencegah berpindahnya HIV dari
orang yang melakukan hubungan intim.[4]
Hal ini ditambah dengan penelitian yang dilakukan oleh Carey (1992) dari Division of
Physical Sciences, Rockville, Maryland, USA, yang menemukan kenyataan bahwa HIV dapat
menembus kondom. Dari 89 kondom yang diperiksa, ternyata 29 diantaranya terdapat
kebocoran atau dengan kata lain tingkat kebocoran kondom mencapai 30%. Selain itu, Di
Indonesia, pada tahun 1996 yang lalu kondom yang diimpor dari Hongkong ditarik dari
peredaran karena 50 persen bocor. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat masih

meragukan keampuhan kondom dalam pencegahan HIV/AIDS. J Mann (1995) dari Harvard
AIDS Institute menyatakan bahwa tingkat keamanan kondom hanya 70%.[5] Laporan dari
majalah Customer Reports (1995) menjelaskan bahwa pori-pori kondom 10 kali lebih besar
dari HIV dilihat dengan mikroskop elektron.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV-AIDS dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks sama sekali atau
melakukan hubungan seks yang aman serta tidak menggunakan narkoba (bergantian jarum
suntik). Namun, apabila sudah menjadi penderita HIV-AIDS, virus tersebut dapat dicegah
penularannya dengan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks. Penggunaan
kondom adalah cara terakhir dalam upaya pencegahan penularan HIV melalui hubungan seks.
Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk sosialisasi penggunaan kondom,
masih saja terdapat hambatan-hambatan yang datang dari berbagai pihak.
3.2 Saran
Agar promosi kondom berjalan dengan baik, diperlukan adanya penyesuaian antara
penyampaian promosi kondom dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan penduduk
setempat. Pelegalisasian kondom di Indonesia dapat berjalan baik apabila didukung oleh
pemerintah melalui pembuatan kebijakan hukum yang mengatur legalisasi kondom. Adanya
dukungan dari berbagai pihak untuk dapat menerima legalisasi kondom juga dapat
mempengaruhi keberhasilan promosi penggunakan kondom. Masyarakat harus membuka
mata bahwa kondom dilegalkan bukan untuk mendukung seks bebas di Indonesia tetapi pada
dasarnya untuk mencegah penularan HIV-AIDS.
LAMPIRAN
Pertanyaan yang diajukan usai presentasi :
1. a. Bagaimana dukungan
kampanye kondom?

pemerintah

terhadap

Pemerintah sangat mendukung adanya kampanye kondom dan dilegalkannya kondom di


Indonesia, karena kondom dapat mencegah penularan HIV-AIDS melalui hubungan seksual.
b. Bagaimana cara mengkomunikasikan kampanye
kondom kepada masyarakat?
Mengkomunikasikan kampanye kondom ke masyarakat perlu keahlian dan kreativitas yang
tinggi. Setiap lapisan masyarakat memiliki latar belakang pendidikan dan kebudayaan yang
berbeda sehingga kita harus mampu melakukan kampanye kondom dengan cara yang berbeda
disesuaikan latar belakang masyarakat tersebut. Sebagai contoh, pendidikan seksual dimulai
dari lingkungan keluarga, seorang ibu memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
kepada anaknya.
2. Jenis kondom wanita?

Jenis kondom pada wanita ada dua jenis, yaitu yang berbentuk tampon, sehingga
pemasangannya pun harus hati-hati dan ada yang berbentuk seperti tissue, cara memakainya
cukup diusapkan saja ke bagian dalam vagina.
3. Seberapa efektif
kehamilan?

kondom

untuk

mencegah

Kondom sangat efektif untuk mencegah kehamilan, pori-pori kondom yang sangat kecil
memungkinkannya untuk tidak dapat ditembus oleh air mani dan sperma. Jika dibandingkan
dengan alat kontrasepsi lainnya, kondom sangat mudah digunakan dan tidak ada
kemungkinan efek samping.
4. Sejauh ini, bagaimana keefektifan kebijakan
pemerintah mengenai kampanye kondom?
Kebijakan pemerintah sangat efektif dalam upaya
mensosialisasikan kondom ke tempat-tempat
prostitusi, dengan adanya kebijakan maka
pembagian kondom secara gratis di tempat
prostitusi menjadi lebih mudah. Menurut sumber
yang penyusun dapatkan, BKKBN pusat telah
mendistribusikan sejumlah ATM Kondom ke
beberapa provinsi di Indonesia. Namun, beberapa
pemerintah daerah setempat masih ragu untuk
menempatkannya di tempat-tempat yang telah
ditentukan karena terbentur masalah budaya yang
menganggap kondom sebagai alat pelegalan seks
bebas.
5. Kebijakan seperti apa yang kuat untuk melegalkan
kondom?
Kebijakan mengenai penggunaan kondom yang
dibuat seharusnya tidak hanya dikeluarkan oleh
badan eksekutif, tetapi diperkuat juga dengan
undang-undang yang disahkan oleh badan
legislatif.
6. Bagaimana
pendapat
kelompok
ketersediaan ATM kondom di
Permasyarakatan?

mengenai
Lembaga

Ketersediaan ATM kondom di Lembaga


Pemasyarakatan sangat diperlukan, karena terjadi
penyimpangan seksual yang disebabkan oleh tidak
terpenuhinya
kebutuhan
biologis
narapidana. Sampai saat ini ATM Kondom belum
tersedia di dalam Lembaga Pemasyarakatan, hal
ini disebabkan karena adanya kebijakan dari
otoritas setempat yang menyulitkan tersedianya

ATM kondom. Padahal, dengan adanya ATM


kondom, narapidana dapat dengan mudah
mengakses kondom untuk mencegah risiko
perluasan penyebaran HIV-AIDS di Lembaga
Pemasyarakatan.
7. Malaysia merupakan salah satu negara Islam di
dunia, tetapi mengapa Malaysia melegalkan
kondom?
Malaysia melegalkan kondom karena angka
penyebaran HIV-AIDS dari tahun ke tahun terus
meningkat. Maka dari itu, pemerintah setempat
membuat regulasi mengenai pelegalan kondom
untuk pencegahan penularan HIV-AIDS.
8. a. Apa dasar pemikiran metode A-B-C-D?
Metode A-B-C-D dibuat berdasarkan pengalaman
melalui penelitian empirik yang dilakukan di
masyarakat. Masyarakat yang mampu menahan diri
untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah
akan sangat mudah melakukan abstinensia.
Selanjutnya, bagi seluruh masyarakat harus setia
dengan pasangannya masing-masing. Namun, ada
beberapa golongan masyarakat yang tidak mampu
melakukan kedua hal itu, golongan tersebut harus
menggunakan kondom pada setiap berhubungan
seksual untuk mencegah HIV-AIDS. Penggunaan
kondom merupakan cara akhir untuk pencegahan
penularan HIV-AIDS melalui hubungan seksual.
Selain itu, penggunaan jarum suntik bergantian oleh
pengguna narkoba turut meningkatkan angka
penyebaran penyakit tersebut. Oleh karena itu,
disarankan agar tidak menggunakan narkoba suntik.
b. Jenis masyarakat seperti apa yang dapat
menerima kebijakan mengenai legalisasi kondom?
Masyarakat yang mampu menerima kebijakan
mengenai legalisasi kondom adalah masyarakat
yang memiliki pandangan terbuka akan manfaat dari
kebijakan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
AIDS. http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS (27 Februari 2008)

www.organisasi.org (29 Februari 2008)

Sasongko, Adi. Acquired Immuno Deficiency


Syndrom.www.petra.ac.id (29 Februari
2008)
Info

Dasar Penyakit Menular Seks, HIV dan


AIDS.http://www.kondomku.com (29 Februari
2008)

Sasongko, Adi. Fakta dan Opini Mendukung


Kondom.http://www.bintangmawar.net (29
Februari 2008)
Dito. ATM Kondom, Legalisasi Free Sex atau
Pencegahan
HIV?.http://www.trulyjogja.com (29
Februari 2008)
Kondom untuk Pencegahan AIDS,
Efektifkah?.http://www.jurnalnet.com (29
Februari 2008)
ATM

Kondom=Legalisasi
Seks
Bebas.www.asepfirman1924.blogspot.com (29
Februari 2008)
Hawari, Dadang. Fakta dan Opini Memojokan
Kondom.http://www.bintangmawar.net (29
Februari 2008)
[1] Adi Sasongko / KPA, Fakta dan Opini Mendukung
Kondom, dalamhttp://www.bintangmawar.net/forum, (29 Februari 2008).

[2] Dito, ATM Kondom, Legalisasi Free Sex atau Pencegahan HIV?,http://www.trulyjogja.com, (29
Februari 2008)
[3] Fin/cbn , Kondom untuk Pencegahan AIDS, Efektifkah?,http://www.jurnalnet.com, (29 Februari
2008).

[4] ATM Kondom=Legalisasi Seks Bebas,http://asepfirman1924.blogspot.com, (29 Februari 2008).


[5] Dadang Hawari, Fakta dan Opini Memojokan Kondom,http://www.bintangmawar.net, (29 Februari
2008).
About these ads

2 COMMENTS

2 Comments so far
Leave a comment

artikel bagus dan bermanfaat, cuma ada kekurangan postingnya amburadul, tolong diperbaiki lagi yasukses ya!dan up date
terus blognya

Comment by mirzal tawi June 15, 2008 @ 1:05 pm

km dinda prita vaudika ex sudirman??


Comment by obi July 10, 2008 @ 6:30 am
RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a Reply

Create a free website or blog at WordPress.com. | The Benevolence Theme.

Follow

Follow Isu Terkini Kesehatan


Get every new post delivered to your Inbox.
Sign me up

Build a website with WordPress.com

You might also like