You are on page 1of 10

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Penatalaksanaan kasus DBD secara terintegrasi program di Puskesmas Silungkang
Penanganan kasus DBD di puskesmas Silungkang di awali dengan ditemukan suspek
DBD. Pada pasien akan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, dan hematokrit). Dari hasil
pemeriksaan tersebut, pasien akan di diagnosis dengan demam dengue atau demam berdarah
dengue.
Kriteria demam dengue atau demam berdarah dengue menurut puskesmas silungkang
adalah :
1. Demam dengue :
1) Demam tinggi mendadak (biasanya 39 C)
2) Ditambah 2 atau lebih gejala/tanda penyerta
- Nyeri kepala
- Nyeri belakang bola mata
- Nyeri otot dan tulang
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan
- Leukopenia (leukosit 5.000/mm3)
- Trombositopenia (trombosit < 150.000/mm3)
- Peningkatan hematokrit 5-10%
2. Demam Berdarah Dengue
1) Demam tinggi mendadak 2-7 hari
2) Terdapat manifestasi atau tanda-tanda perdarahan ditandai dengan :
- Uji bendung (tourniquet test) positif
- Ptekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dan atau melena
3) Pembesaran hati
4) Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (20 mmHg),
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah
5) Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
6) Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permebialitas kapiler yang ditandai
adanya: hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit 20% atau adanya efusi
pleura, asites, atau hipoproteinemia (hipoalbuminemia)

Setelah ditegakkan diagnosis demam dengue atau demam berdarah dengue,


selanjutnya pasien akan ditatalaksana sesuai dengan grade dan protap yang ada di puskesmas
Silungkang. `
Selanjutnya semua pasien dengan diagnosis suspek DD/DBD, DD, DBD, akan
dilakukan penyelidikan epidemiologi baik ke rumah maupun tempat kerja atau sekolah pasien
(lingkungan sehari-hari pasien). Penyelidikan dimulai dengan pemeriksaan jentik nyamuk di
rumah pasien hingga 100 meter disekitarnya. Tindakan yang dilakukan adalah :
- Memeriksa tempat penampungan air dan kontainer yang dapat menjadi habitat
perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. di dalam dan di luar rumah untuk mengetahui
-

ada tidaknya jentik


Jika pada penglihatan pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira setengah

sampai satu menit untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada jentik
Gunakan senter untuk memeriksa jentik di tempat gelap atau air keruh

Setelah dilakukan survei, petugas mengisi formulir penyelidikan epidemiologi (PE)


tersangka DBD dan formulir survei pemantauan kepadatan vektor DBD. Kemudian laporan
tersebut dilaporkan ke perangkat desa dan dinas kesehatan kota Sawahlunto. Apabila hasil PE
positif maka dilakukan fogging oleh petugas Dinkes Kota Sawahlunto. Namun, terkadang
ada beberapa desa yang tanpa melihat hasil penyelidikan epidemiologi positif ataupun
negatif, masyarakat melalui kepala desa akan meminta untuk dilakukan tindakan fogging.
Selain itu, pemberian abatisasi dilakukan pada saat penyelidikan epidemiologi. Dimana
pemberian bubuk abate diberikan pada tempat penampungan dengan ukuran kecil sedang
yang positif terdapat jentik dan juga tempat-tempat penampungan dengan ukuran besar baik
terdapat jentik ataupun tidak terdapat jentik di dalamnya. Selain itu pemantauan jentik
berkala (PJB) juga dilakukan oleh kader Jumantik desa, Jumantik Sekolah, dan PWS. Untuk
pelaksanaan Jumantik desa, untuk sekarang ini tidak berlangsung dengan baik dikarenakan
tidak adanya dana, sedangkan untuk jumantik sekolah juga hampir sama. Untuk kegiatan PJB
oleh PWS dilakukan biasanya 1 tahun sekali bersamaan dengan survei program lain seperti
survei mawas diri. Lalu, dengan adanya kejadian DBD maka akan dilakukan penyuluhan
dengan tujuan untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara khusus di luar dari jadwal
penyuluhan mengenai DBD yang sudah dijadwalkan. Bersamaan dengan dilakukannya PE,
maka akan dilakukan konseling terhadap penderita penyakit DBD dalam bentuk pertanyaan
untuk mengklarifikasikan masalah dan tindakan/saran yang diberikan.
Kegitan penyuluhan dilakukan setelah mengetahui adanya kasus DBD yang dilaporkan,
petugas puskesmas selanjutnya melakukan kerjasama lintas sektor dengan perangkat desa

guna melaporkan kasus DBD yang terjadi dan melakukan puskesmas keliling (PUSKEL)
dengan sistem Halo-halo. Materi yang disampaikan terkait DBD dan pentingnya kegiatan 4
M, selain itu juga dilakukan penyuluhan di posyandu-posyandu, UKS, dan penyuluhan dalam
gedung seperti kegiatan pelayanan poli umum puskesmas serta pemutaran video terkait DBD.
Sebelum dilakukannya kegiatan foging akan dilakukan gotong royong yang
diberitahukan melalui puskel. Petugas puskesmas akan meminta bantuan petugas kepolisian
dalam pelaksanaan fogging.

4.2 Evaluasi Penatalaksanaan kasus DBD secara terintegrasi program di Puskesmas


Silungkang
Untuk mempermudah pembandingan penatalaksanaan kasus DBD berdasarkan standar
dengan yang telah dilaksanakan di puskesmas Silungkang maka kami akan menjabarkan
dalam bentuk tabel tolak ukur keberhasilan sebagai berikut :
Tabel 3.2. Tolak Ukur pada Komponen Masukan
No

Variabel

Tolak Ukur

Pencapaian

Masalah

Tenaga

Dokter : 1 orang

Dokter : 1 orang

Perawat : 1 orang

Perawat : 1 orang

Kader : 1 orang

Kader : 1 orang

Analis : 1 orang

Analis : 1 orang

PWS :1 orang

PWS : 1 orang

Jumantik : 1 orang

Jumantik : 1 orang

Dana

Adanya dana yang diperlukan untuk


mendukung program yang berasal
dari :
a.

APBD Menyediakan anggaran


dan pelatihan, supervisi dan
monitoring, jaminan mutu
laboratorium,
kegiatan
pemecahan
masalah
serta
pengembangan SDM, Swadana
puskesmas
Menyediakan
anggaran operasional, reagen,
pemeliharaan,
Pelaksanaan
pencegahan
dan

a.

APBD
Menyediakan
anggaran dan pelatihan,
supervisi
dan
monitoring,
jaminan
mutu
laboratorium,
kegiatan
pemecahan
masalah
serta
pengembangan
SDM,
Swadana
puskesmas
Menyediakan anggaran
operasional,
reagen,
pemeliharaan,
Pelaksanaan pencegahan
dan
penanggulangan

penanggulangan DBD
b.
b.
3

Sarana

Swadaya masyarakat

DBD : tersedia
Swadaya masyarakat :
tersedia

Tersedianya sarana:
1.

B
ubuk Abate

2.
ormulir
berkala

pemeriksaan

3.
ormulir
epidemiologi

1.
Bubuk Abate

F 2. Formulir pemeriksaan jentik


jentik
berkala

F
penyelidikan

3. Formulir
epidemiologi

penyelidikan

4. Tersedianya bahan penyuluhan


(Leaflet, poster, dll)

4.

T
ersedianya bahan penyuluhan 5. Daftar Kepala keluarga per RT
dan RW
(Leaflet, buku, dll)

5.

alat
semprot
D 6. Tersedianya
minimal
4
buah
aftar Kepala keluarga per RT
dan RW
7. Tersedianya insektisida sesuai
kebutuhan
T

6.

ersedianya
alat
minimal 4 buah
7.

8.

semprot

8.
Tersedianya
alat
komunikasi
minimal
1
buah
faksimili
dan
T
telepon/PKC
ersedianya insektisida sesuai
kebutuhan
9.
set
:
stetoskop,
T Poliklinik
timbangan
bb,
termometer,
ersedianya alat komunikasi
tensimeter, senter
minimal 1 buah faksimili dan
telepon/PKC

10.
Alat pemeriksaan hematokrit

9.

P
oliklinik set : stetoskop,
11.
timbangan bb, termometer,
Formulir
laporan
standar
tensimeter, senter
operasional dan KDRS (kasus
DBD di Rumah Sakit)
10.
A
lat pemeriksaan hematokrit
12.
simptomatis
DBD
11.
F Obat-obat
(analgetik dan antipiretik)
ormulir
laporan
standar
operasional dan KDRS (kasus
13.
DBD di Rumah Sakit)
Buku petunjuk program DBD
12.

13.

O
14.
bat-obat simptomatis DBD
Bagan penatalaksanaan
(analgetik dan antipiretik)
DBD
B

kasus

+
-

uku petunjuk program DBD


14.
agan penatalaksanaan
DBD
4

Metode

1.

B
kasus

Penemuan
1.
penderita tersangka DBD,
anamnesa, pemeriksaan fisik

2.

Rujukan

2.

penderita DBD
3.
kesehatan
meliputi:

4.
5.
6.

7.

Penyuluhan
perorangan
- Penyuluhan
kelompok
Surveilans kasus DBD dalam
bentuk ABJ
Surveilans vektor dalam bentuk
pemantauan jentik berkala
Pemberantasan vektor :
- Abatisasi
- Kegiatan 4M
- Fogging fokus
Pencatatan dan
pelaporan

Rujukan
penderita DBD

Penyuluhan
3.
pada masyarakat

Penemuan
penderita tersangka DBD,
anamnesa, pemeriksaan fisik

4.

5.

6.
7.

Penyuluhan
kesehatan pada masyarakat
meliputi:
Penyuluhan perorangan
Penyuluhan kelompok
Surveilans
kasus DBD dalam bentuk
ABJ
Surveilans
vektor
dalam
bentuk
pemantauan jentik berkala
Pemberanta
san vektor :
Abatisasi
Kegiatan 4M
Fogging fokus
Pencatatan
dan pelaporan

Tabel 3.3. Tolak ukur pada komponen proses


No
1

Variabel
Perencanaan

Pengorganisasian

Tolak Ukur
Pencapaian
Terdapat rencana kerja yang Terdapat rencana kerja yang tertulis
tertulis dan jadwal sesuai dan jadwal sesuai dengan program
dengan
program
kerja kerja puskesmas.
puskesmas.
1. Adanya tugas dan
1. Adanya tugas dan wewenang.
wewenang.
2. Adanya struktur organisasi dan
2. Adanya struktur organisasi
staffing pelaksana program.
dan staffing pelaksana 3. Adanya pembagian tugas dan
program.
tanggung jawab yang jelas.
3. Adanya pembagian tugas
a. Dokter
umum
sebagai
dan tanggung jawab yang
pemeriksa di puskesmas
jelas.
b. Perawat sebagai perawat
a. Dokter umum sebagai
dalam penanganan kasus
pemeriksa di puskesmas
Demam
Berdarah
di
b. Perawat sebagai perawat
puskesmas
dalam penanganan kasus
c. Kader sebagai panutan dan
Demam Berdarah di
penggerak
masyarakat

Masalah
-

puskesmas
Kader sebagai panutan
dan
penggerak
masyarakat
dalam
pelaksanaan
penanggulangan DBD
4. Analis sebagai pemeriksa
laboratorium
Demam
Berdarah
1. Pemeriksaan Jentik Berkala
(PJB) dilaksanakan dengan
memeriksa seluruh rumah
pada tiap-tiap RW.
2. Penyelidikan
Epidemiologi
segera dilaksanakan setelah
menerima laporan kasus
dalam waktu maksimal 3 x
24 jam.
3. Fogging fokus dilakukan 2
siklus dengan radius 200 m
selang waktu 1 minggu.
4. Fogging masal dilakukan 2
siklus di seluruh wilayah
suspek KLB dengan selang
waktu 1 bulan.
5. Penyuluhan dapat diberikan
oleh dokter, paramedis atau
kader terlatih mengenai
penyakit demam berdarah
dengue.
6. Para pemimpin pemerintah,
tokoh
masyarakat
baik
formal maupun informal
mengkomunikasikan
dan
memotivasi
masyarakat
umum untuk melaksanakan
penanggulangan
demam
berdarah
dengue
dalam
pertemuan
yang
dilaksanakan secara rutin.
7. Gerakan PSN di seluruh RW.
8. Pertemuan lintas sektoral
tingkat kelurahan minimal
per 3 bulan.
a. pelaporan penderita
demam berdarah dengue
menggunakan formulir:
W 1/ laporan KLB
(wabah)
W 2/ laporan mingguan
wabah
SP2TP :
LB 1 /
laporan bulanan data
c.

Pelaksanaan

Pencatatan dan
pelaporan

4.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.
8.

dalam
pelaksanaan
penanggulangan DBD
Analis
sebagai
pemeriksa
laboratorium Demam Berdarah

Pemeriksaan Jentik Berkala


(PJB) dilaksanakan dengan
memeriksa seluruh rumah pada
tiap-tiap RW.
Penyelidikan
Epidemiologi
segera dilaksanakan setelah
menerima laporan kasus dalam
waktu maksimal 3 x 24 jam.
Fogging fokus dilakukan 2
siklus dengan radius 200 m
selang waktu 1 minggu.
Fogging masal dilakukan 2
siklus di seluruh wilayah
suspek KLB dengan selang
waktu 1 bulan.
Penyuluhan dapat diberikan
oleh dokter, paramedis atau
kader
terlatih
mengenai
penyakit
demam
berdarah
dengue.
Para pemimpin pemerintah,
tokoh masyarakat baik formal
maupun
informal
mengkomunikasikan
dan
memotivasi masyarakat umum
untuk
melaksanakan
penanggulangan
demam
berdarah
dengue
dalam
pertemuan yang dilaksanakan
secara rutin.
Gerakan PSN di seluruh RW.
Pertemuan lintas sektoral
tingkat kelurahan minimal per 3
bulan.
a. pelaporan penderita demam
berdarah dengue
menggunakan formulir:
W 1/ laporan KLB (wabah)
W 2/ laporan mingguan
wabah
SP2TP :
LB 1 / laporan
bulanan data kesakitan
LB 2 /laporan

+
-

kesakitan
LB 2 /laporan
bulanan data kematian

bulanan data kematian


Sedangkan untuk pelaporan
kegiatan menggunakan
formulir LB3 / Laporan
bulanan kegiatan Puskesmas
(SP2TP)

Sedangkan untuk
pelaporan kegiatan
menggunakan formulir
LB3 / Laporan bulanan
kegiatan Puskesmas
(SP2TP)
5

Pengawasan

Adanya pengawasan eksternal


maupun internal

Adanya pengawasan
maupun internal

eksternal

Tabel 3.4. Tolak ukur komponen lingkungan dan umpan balik


No
1

Variabel
Lingkungan
Fisik

Tolak Ukur

Masalah

Jarak
pemukiman

dengan
penduduk

(dekat/jauh)
Transportasi
(mudah/sukar)
Jarak dengan

fasilitas

Jarak dengan pemukiman

penduduk (dekat/jauh)
Transportasi

(mudah/sukar)
Jarak dengan

fasilitas

umum

umum
Nonfisik

5.

Umpan balik

Dampak

1.

Mata Pencaharian penduduk

1.

Mata

2.

(terbanyak)
Tingkat pendidikan

2.

penduduk (terbanyak)
Tingkat pendidikan

1.

Pencaharian

Masukan
1.
Masukan
hasil
pencatatan
dan
hasil
pencatatan
dan
pelaporan untuk perbaikan
pelaporan untuk perbaikan
program selanjutnya
program selanjutnya
2.
Rapat kerja
2.
Rapat kerja
Langsung :
Langsung :
1.
Turunnya
1.
Turunnya
angka kesakitan
angka kesakitan
2.
Turunnya 2.
Turunnya
angka kematian demam
angka kematian demam berdarah
berdarah dengue.
dengue.
Tidak langsung :
Tidak langsung :
Meningkatnya derajat kesehatan Meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat
masyarakat

?
-

+
-

Dari identifikasi faktor penyebab masalah diatas, maka penyebab masalah untuk
masalah yang diprioritaskan yaitu :
1. Kader berjumlah 1 orang yang bertugas melakukan penyuluhan mengenai demam
berdarah dengue, tetapi penyuluhan yang dilakukan masih kurang aktif.

2. Jumantik maupun jumantik sekolah berjumlah 1 orang, sudah ditunjuk tetapi tidak aktif
dalam melakukan pemantauan jentik di rumah maupun sekolah.
3. Tersedianya bahan penyuluhan berupa leaflet, poster, dan spanduk sudah dapat dikatakan
cukup, tetapi perlu ditambah dengan stiker yang ditempel di rumah-rumah penduduk
untuk lebih meningkatkan lagi kepedulian masyarakat terhadap bahaya BDB.
4. Tidak tersedianya alat semprot minimal 4 buah di puskesmas karena hal tersebut
merupakan tugas dan wewenang dari dinkes.
5. Alat pemeriksaan hematokrit tersedia, tetapi saat ini tidak dapat digunakan karena
reagennya habis. Hal ini sedikit banyaknya mempengaruhi dalam penegakkan diagnosis
dari DD dan DBD.
6. Bagan penatalaksanaan kasus DBD tidak ada. Diharapkan dengan adanya bagan tersebut
dapat mempermudah penatalaksanaan kasus BDB oleh petugas medis.
7. Penemuan penderita tersangka DBD masih kurang jelas. Sehingga mempersulit surveilans
yang dilakukan. Perlu dijelaskan batasan atau perbedaan dari penegakkan diagnosis DD
maupun DBD untuk mempermudah dalam penemuan tersangka DBD.
8. Surveilans vektor dalam bentuk pemantauan jentik berkala biasanya dilakukan sekali tiga
bulan, tetapi pencapaian yang terlaksana hanya 1x setahun.
9. Pemberantasan vektor dapat berupa abatisasi, kegiatan 4M, dan fogging fokus. tetapi,
pelaksaan fogging fokus di beberapa desa sedikit tidak terlaksana sesuai dengan aturan,
karena adanya permintaan warga desa melalui kepala desa untuk melakukan fogging fokus
meskipun hasil PE negatif.
10. Kader sebagai panutan dan penggerak masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan
DBD masih kurang aktif.
11. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dilaksanakan dengan memeriksa seluruh rumah pada
tiap-tiap RW yang dilakukan sekali setahun, dimana seharusnya dilakukan per tiga bulan.
12. Gerakan PSN di seluruh RW masih belum terlaksana dengan baik. Gerakan PSN
dilakukan bila telah didapatkan tersangka DBD.
13. Tingkat pendidikan penduduk yang masih belum merata dan cukup rendah sehingga
tingkat kesadaran terhadap bahaya DBD masih rendah.
14. Terjadi peningkatan angka kesakitan dari tahun 2014 sebanyak 1 kasus, pada tahun 2015
terjadi peningkatan kasus mencapai 26 kasus, sedangkan pada tahun 2016 dari bulan
Januari sampai April sudah terdapat 29 kasus DBD.

BAB V
PLAN OF ACTION

5.1 Rencana Kegiatan


Tabel Plan of Action evaluasi penatalaksanaan DBD berbasis program Puskesmas
Silungkang
No
.
1.

2.

3.

4.

5.

Kegiatan

Pelaksana

Sasaran

Tempat

Menempelkan
stiker DBD di
rumah-rumah
penduduk
Menyebarkan
leaflet mengenai
DBD + penyuluhan
4M
Penempelan bagan
penatalaksanaan
DBD di Puskesmas
Silungkang
Penempelan bagan
diagnosis DD dan
DBD
Menyebarkan
kuesioner untuk
mengetahui tingkat
pengetahuan
masyarakat
terhadap DBD

Dokter
Internsip dan
Petugas
Puskesmas
Dokter
Internsip dan
Petugas
Puskesmas
Dokter
Internsip

Masyaraka
t

Rumah
warga
Muara
Kalaban
Rumah
warga
Muara
Kalaban
Puskesmas
Silungkan
g

Dokter
Internsip

Petugas
Medis

Dokter
Internsip

Masyaraka
t

Masyaraka
t

Petugas
Medis

5.2 Pelaksanaan Kegiatan

BAB VI

Puskesmas
Silungkan
g
Puskesmas

Waktu
Pelaksanaan

PENUTUP
6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

You might also like