Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi
nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah dengan
judul leukemia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh
dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusran
Hasymi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang
leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga
kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih,
dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan
penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke
paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah.
Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam jumlah
yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih.
Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak
mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam
menangani pasien dengan diagnosa leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan untuk
memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering
menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan menerangkan asuhan
keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan keperawatan pada kasus
penyakit leukemia tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
1.2.2
a)
b)
c)
d)
Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia
Tujuan khusus
Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia
Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
e) Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit leukemia
f) Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
g)
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan penulis
bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan
dan konsep teori yang sesungguhnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah
(Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang
menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel
hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang
lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang
dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke
pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer.
Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:
a) Sel darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa
dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus
gastrointesinal, ginjal dan kulit.
2.1.2 Jenis-jenis Leukemia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid:
monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang
individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala
lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi.
Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga
mengganggu perkembangan sel normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan
penyakit lain.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
a) Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109
hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-
25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata
8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per
tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak
secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau
mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi
dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang,
eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa
jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu:
1.
Basofil.
2.
Eosinofil.
Neutrofil.
dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
1. Limfosit
3.
2.
Monosit.
(skema pembelahan sel darah putih)
b) Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
1. Leukosit
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata
5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila
kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah
cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai
granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis
leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung
sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil
(eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan
asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan
pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam
sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat
sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi,
2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi,
yakni bergerak ke arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan
melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk
menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara
sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah
intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah
oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu
lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai
jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4
tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan
bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat
bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian
tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap
organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,
serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim
yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan
membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan
sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.
Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut
sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi
dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan
oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemialymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Blooms, trisomi 21 (Sindrom Downs), Trisomi G (Sindrom
Klinefelters), Sindrom fanconis, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia
Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah
atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri
pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati,
maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Penyebab
yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari
sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down
dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
2.1.4 Manisfestasi klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h. Hepatosplenomegaly
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai
penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh
seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral (Iman, 1997).
2.1.5 Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi
akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan
nyeri persendian (Iman, 1997).
Sel mesenkim, stem sel, sel retikular
Sumsum tulang
Jaringan mieloid
Sel blas, mioblast
Poliferasi SDP immatur
Mekanisme imun terganggu
Hematopoesis terganggu
akumulasi imun terganggu
Resiko infeksi
inflamasi
Hati
Tulang
SSP
Limpa
Hepatomegali
Nyeri tulang
Limfatomegali
Sist neorologis trganngu
Nyeri tekan
Gg. nutrisi
Sakit kepala, nausea, penglihatan kabur, diplopea,
Prod. SDM trganggu
trombositopenia
Anemia
Pembekuan trganggu
Suplai o2 menurun
Pucat, lesu, letargi, dispnea
Perdarahan spontan
Resiko syok hipovolemik
Risiko injuri
Gg pola nafas
(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
1.
Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid
(prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang
dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk
mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi
perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm, maka diperlukan transfusi
trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada
kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi selsel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri
lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
2.2 Konsep Dasar Askep
2.2.1 Pengkajian
e) Riwayat psikososial
a. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.
Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar
rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam
keadaan ekonomi yang sederhana.
f)
-
Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
Anemi normokrom normositer
Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11
Hb
: 7,3 mg / dl ( N : 12.0 16.0 g/dL).
Trombosit
: 100.000 (150.000-400.000/mm3)
SDP : 60.000/cm (50.000)
PT/PTT : memanjang
4.
Gunakan
teknik
aseptik
yang
cermat
untuk
semua
prosedur
invasif
ulserasi
mukosa,
dan
Bersihkan
masalah
mulut
dengan
gigi
baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil : - klien tidak pusing
- Klien tidak lemah
- HB 12 gr/%
- Leukosit normal
- Tidak anemis
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas
2.
3.
4.
5.
sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
c) Dx. 3
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil : HB 12gr/%
Tidak anemis
Intervensi :
1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
3.
4.
5.
6.
7.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
e)
1.
2.
3.
4.
5.
Intervensi :
Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
Dx. 5
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik
Intervensi :
Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko
aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f) Dx. 6
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak anemis
- Mukosa bibir lembab
- Nafsu makan meningkat
- Bb meningkat
Intervensi :
1. Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah
serta kemoterapi
2. Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang
dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa
suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein
yang adekuat
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Reg
: 111234
Tanggal masuk
: 10-11-2010
Tanggal Dikaji : 10-11-2010
Ruangan
Diagnosa Medis
: Melati
: Leukemia
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama
: Tn. Z
Umur
: 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Sukamerindu
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Anak ke
:1
Penanggung Jawab
Nama
: Ny.K
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sukamerindu
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hub dengan klien
: Ibu kandung
b.Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun
disertai mual dan muntah.
c.
Riwayat Kesehatan
penyakit yang sedang diderita klien saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadara
: Compos Mentis
TTV
:
TD
: 110/70 mmHg
N
: 108x/menit
S
: 38,50C
RR
: 18x/menit
GCS, : E
=4
M
=6
V
=5
JUMLAH : 15
d) Kepala :
Inspeksi
Palpasi
Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.
g) Mulut :
Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.
h) Telinga :
Inspeksi : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
Palpasi
i)
Leher :
Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
Palpasi
j)
Dada/Thorak :
Inspeksi
: Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.
Palpasi
: Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi
: Bunyi tympani.
Genetalia :
: Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk simetris.
Palpasi
m) Extremitas :
Atas
: Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik.
Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.
n) Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.
e. Riwayat Psikososial
1. Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan klien dengan keluarga baik.
Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di Rumah Sakit.
2. Sosial dan ekonomi
Klien bekerja sebagai wiraswasta, banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.
3. Data Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup, sebelum sakit klien sering beribadah.
f.
Data Penunjang
Hb
Kebiasaan Sehari-hari
No
KEBIASAAN
1. A. Nutrisi
- Makanan
Frekuensi
Jenis
Masalah
- Minum
Frekuensi
Jenis
DIRUMAH
DIRUMAH SAKIT
3X sehari
1 porsi
Nasi + sayur
Tidak ada
3X sehari
1/2 porsi
Nasi + Sayur
ada
Tidak ada
Tidak ada
1x sehari
Lembek
Kuning
Khas
1x sehari
Agak keras
Kuning
Khas
2 x sehari
Kuning
Tidak ada
1500 cc
Khas
1x sehari
Kuning
Tidak ada
1000 cc
Khas
Jarang
6-7 jam / hari
Tidak ada
2x / hari
Ya
Hanya di Lap
Tidak
3x / minggu
Ya
Tidak pernah
Tidak
2x / hari
Ya
Aktivitas klien
dilakukan secara
mandiri
Tidak pernah
Tidak pernah
Aktivitas klien dibantu
oleh keluarga dan perawat
ANALISA DATA
Nama
: Tn. Z
Umur
: 27 Tahun
No.
Data Senjang
DS
1. :
- Klien mengeluh badannya terasa
lemah
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- klien mengatakan mual dan muntah
DO :
Klien tampak gelisah
Klien tampak pucat dan lemah
Turgor kulit jelek
Mukosa bibir kering
BB awal 55kg
Ruangan
: Melati
No. Register : 111234
Interpretasi Data
Masalah
Sel mesenkim
Gangguan nutrisi
Proliferasi SDP
immatur
Akumulasi
Infiltrasi
Hati
Hematomegali
Gg nutrisi
BB sekarang 49kg
TB 160cm
2.
Intoleransi aktivitas
DS :
Kilen mengatakan pusing
Klien mengatakan badannya lemah
Klien mengatakan berkunang saat
berdiri
Klien mengatakan mengalami
tanda-tanda ini sejak 5 bulan
terakhir.
HB 9,3 gr / %
Leukosit 24000/mm3
DO :
Klien tampak lemah
Kegagalan sumsum
tulang belakang
Produksi eritrosit
menurun
Transfor nutrisi
kejaringan menurun
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z
Umur
: 27 Tahun
No Diagnosa keperawatan
1.
Tanggal
ditemukan
Perubahan nutrisi kurang 10-11-10
dari
kebutuhan
yang
tubuh
anoreksia,
malaise,
muntah,
ji
berhubungan
dengan
2.
Ruangan
: Melati
No. Register : 111234
Paraf
Tanggal
Paraf
teratasi
mual
efek
kemoterapi
dan 10-11-10
samping
dan
atau
stomatitis
Intoleransi
berhubungan
aktivitas
dengan
ji
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
dx
1
Nama
Umur
Tgl/jam
10-11-10/
14.00
: Tn. Z
: 27 Tahun
Tujuan dan kriteria
hasil
Setelah dilakukan 1.
Rencana Tindakan
Dorong klien untuk
1.
tindakan keperawatan
tetap
rileks
selama 3 x 24 jam
makan
Jelaskan
saat hilangnya
dan
2.
dengan kriteria hasil :
Izinkan
klien
semua
2.
makanan yang dapat
muntah
ditoleransi,
Untuk
mempertahankan
nutrisi yang optimal
rencanakan
lemah
serta
kemoterapi
memakan
gelisah
nafsu
nutrisi terpenuhi
Klien tidak tampak
bahwa ji
diharapkan kebutuhan
untuk
memperbaiki kualitas
Tidak anoreksia
BB meningkat
Ruangan
: Melati
No. Register : 111234
Rasional
Paraf
3.
klien
3.
meningkat
Berikan
untuk
memaksimalkan
makanan
yang
disertai
kualitas
intake
nutrisi
susu
bubuk
dan
5. Karena jumlah yang
pemilihan makanan
5.
Dorong masukan kecil
biasanya
nutrisi dengan jumlah ditoleransi
6.
dengan
makan
diet
tinggi metabolik
ditingkatkan
begitu
juga
untuk
cairan
menghilangkan
produk
sisa
suplemen
dapat
memainkan peranan
penting
dalam
mempertahankan
masukan kalori dan
7. Timbang BB, ukur TB protein yang adekuat
7.
membantu
dan
mengidentifikasikan
malnutrisi
kalori,
khususnya bila BB
2
11-10-10
15.00
Setelah
dilakukan
1.
Evaluasi
efek
ketidakmampuan
berpartisipasi
aktivitasnya
secara hari
2. Menghemat energi
2. Berikan lingkungan
mandiri.
Dengan
untuk aktifitas dan
tenang dan perlu
Kriteria hasil :
regenerasi
seluler
istirahat
tanpa
Kilen tidak pusing
atau penyambungan
gangguan
Klien tidak lemah
jaringan
Klien tidak
3.
Mengidentifikasi
berkunang saat berdiri
3.
HB 12 gr / %
Leukosit normal
Klien tidak tampak
pucat
kebutuhan individual
Kaji
untuk
pada
kemampuan
berpartisipasi
aktifitas
diinginkan
yang
dan
membantu
pemeliharaan
intervensi
atau
4.
Memaksimalkan
dibutuhkan
4.
Berikan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z
Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun
No. Register : 111234
Tgl/jam No
Tindakan Keperawatan
Respon hasil
Paraf
10-11-10 11. Mendorong klien untuk tetap
Klien makan dengan ji
14.30
rileks saat makan
rileks
2. Mengizinkan klien memakan
semua makanan yang dapat
ditoleransi,
merencanakan
Klien
hanya
klien meningkat
Memberikan makanan yang
disertai suplemen nutrisi gizi,
seperti
susu
bubuk
15.30
nutrient
Menimbang
BB
dan
mengukur TB
1.
Mengevaluasi
laporan
kelemahan,memperhatikan
ketidakmampuan
Lingkungan
tenang,
dan
Klien
tampak
lingkungan bersemangat
memerlukan
Klien
mengikuti
istirahat tanpa gangguan
3. Mengkaji kemampuan untuk instruktur yang diberikan
berpartisipasi pada aktifitas
yang
4.
diinginkan
atau
Hb klien meningkat
dibutuhkan
Memberikan bantuan dalam
aktifitas
sehari-hari
dan
ambulasi
5.
Mengkolaborasikan
pemberian transfusi darah
EVALUASI
Nama
Umur
: Tn. Z
: 27 Tahun
Ruangan
No. Register
: Melati
: 111234
Tgl
13-11-10
No
Perkembangan
dx
1 S = - Klien mengatakan sudah ada nafsu makan tapi
Paraf
ji
sedikit
13-11-10
ji
BAB IV
PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu Leukemia merupakan kanker yang
terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu
sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan kepada pembaca dan
penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data
di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
3.2.Saran.
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang
kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami
ucapkan terima kasih.
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang leukemia.
Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia.
Untuk memahami patofisiologi dari leukemia.
Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Organ
Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan yang terdapat dalam pembuluh
darah, dan termasuk dalam sistem hematologi. Jumlah darah setiap individu berbeda-beda
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Normalnya pada orang
sehat 1/13 dari berat badan atau 4 sampai 5 Liter. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut dan
sebagai pertahanan tubuh serta penyebar panas keseluruh tubuh.
Darah mengandung:
1. Air 91%
2. Protein 8% (Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinogen)
3. Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium dan Asam
Amino)
Darah itu sendiri terbagi atas :
Eritrosit
Merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak berinti.
Normalnya 5.000/mm3 darah. Eritrosit ini mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin (Hb).
Hb normal wanita 11,5 mg% dan Hb normal laki_laki 13 mg%. Eritrosit berfungsi sebagai
pengikat oksigen dari paru-paru lalu diedarkan keseluruh tubuh dan mengikat CO 2 dari jaringan
tubuh lalu dikeluarkan malalui paru-paru.
Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang terbagi atas dua kategori : granolosit sebanyak
60% san sel mononuklear (agranosit) sebanyak 40%. Leukosit memiliki inti dan bentuk yang
berubah-ubah. Leukosit berfungsi sebagai pertahan tubuh terhadap benda asing yang menyerang
tubuh. Contoh infasi bakteri
Normal leukosit : 5.000-10.000 mm3
Trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada bulat dan
lonjong. Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000 450.000/mm 3. Leukosit
berfungsi sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam pembekuan darah
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa leukemia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat cepat (poliferasi) sel darah
putih yang abnormal pada jaringan pembentuk darah.
Klasifikasi Leukemia
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel
limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid
seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.
1. Leukemia Mielogenosa Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.
Semua
kelompok
usia
dapat
terkena;
insidensi
meningkat
sesuai
dalam
sumsum
tulang
dan
jaringan
perifer,
sehingga
B.
Etiologi
Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi & Rita Yuliani, 2001),
yaitu :
a.
b.
Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.
Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi leukemia timbul
c.
d.
e.
f.
diethylstilbestrol
Neoplasma
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang
tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan sum
sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera,
g.
C.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Nyeri abdomen
h.
Lumphedenopathy
i.
Hepatosplenomegaly
j.
Abnormal WBC
Manifestasi klinik lainnya, yaitu:
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum
tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin,
turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami
pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya
tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat
bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti
gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini
dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah,
perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik
D. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum sum tulang yaitu
adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan gambaran darah tepi terdapat sel
blas yang merupakan gejala patonomenik untuk leukemia.
b. Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam urat dapat
meningkat dan hipogamaglobinemia.
c. Sum sum Tulang
Dari pemeriksaan sum sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri dari sel
limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat pula adanya liatus leukemia
yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segment) dan sangat
kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan
sel batang).
2. Biopsi Limpa
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES, Granulosit, pulp cell.
3. Cairan Serebropinalis
Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.
4. Sistogenik
Dari pemeriksaan sistogenik 70 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya kelainan
kromosom yaitu pada kromosom 21.
Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu :
a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm 3
saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm 3
adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya
juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
f. PTT : memanjang
g. LDH : mungkin meningkat
h. Asam urat serum : mungkin meningkat
i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j. Copper serum : meningkat
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi
perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm, maka diperlukan transfusi
trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi selsel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
lagi.
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa, sambiloto, daun
pegagan dan buah mengkudu.
F. Komplikasi
Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan konjungtiva yang
anemis.
Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip. Penderita leukemia
memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa
papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut sudut bibir pecah pecah.
e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan
keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus terlihat
Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : tentukan batas jantung.
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru paru
Inspeksi
: kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya normal.
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi
:
Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat nyeri tekan,
dan hepar akan teraba.
Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya
pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm 3
saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm 3
adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya
juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
No.
1.
Diagnosa (NANDA)
Resiko
infeksi
penurunan
kekebalan tubuh
Intervensi (NIC)
Manajemen lingkungan
Tidak
adanya
infeksi
berulang
aman untuk pasien.
Tidak adanya tumor
Identifikasi
kebutuhan
Status pencernaan dari skala
keamanan pasien, berdasarkan
yang diharapkan
Status pernapasan dari skala tingkat fisik, dan fungsi
normal
Pemasukan nutrisi
pinggir jeruji/pinggir lapisan
Pemasukan makanan dan jeruji, dengan tepat.
cairan
Sediakan
peralatan
yang
dan
susuran
tepat.
Sediakan
tabung
panjang
Tempatkan
digunakan
objek
dalam
yang
batas
jangkauan.
Kurangi
rangsangan
dari
lingkungan.
bila
memungkinkan.
kunjungan
secara
kepada
pasien,
personal
Tanyakan
mempunyai
apakah
alergi
pasien
terhadap
makanan.
besi
makanan,
dengan
tepat.
cemilan
itu
bisa
dan
dengan
buku
sesuai
harian
dengan
2.
Pencegahan perdarahan
trombositopenia
Gumpalan pembentukan
Waktu protrombin
Hb
Perdarahan
Memar
Petechiae
Monitor
terjadinya
kemungkinan
perdarahan
pada
pasien
perdarahan
yang
berkelanjutan
9cek
sekresi
pasien
yang
terlihat
baik
Pantau
termasuk
waktu
factor
koagulasi,
protrombin
paruh
(Pt),
tromboplastin
Pantau
tanda-tanda
vital,
osmotic, termasuk TD
rest
juka
masih
ada
indikasi pendarahan
Atur
produk
kepatenan/
/
alat
kualitas
yang
berhubungan
dengan
perdarahan
Jauhkan
alat-alat
berat
disekitar pasien
aspirin/
perdarahan
tindakan
pertama
dan
untuk
Intoleransi
Terapi aktivitas
untuk menormalkan:
merncanakan
dan
beraktivitas
Denyut
beraktivitas
dalam beraktivitas
Laju pernapasan ketika
Bantu mengekplorasi aktivitas
beraktivitas
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolic
Pemeriksaan EKG
Warna kulit
Kekuatan tubuh atas
Kekuatan tubuh bawah
nadi
Daya tahan
ketika
yang
dimiliki
dalam beraktivitas
Bantu pasien/keluarga dalam
untuk menormalkan:
fisik
Pastikan lingkungan aman
untuk pergerakan otot
Jelaskan aktivitas motorik
Aktivitas
untuk meningkatkan tonus otot
Konsentrasi
Manajemen energy
untuk menormalkan:
Nyeri
Cemas
Mengerang
Stress
Takut
Kegelisahan
Nyeri otot
Meringis
Sesak nafas
Mual
Muntah
fisik pasien
Jelaskan
menyebabkan kelemahan
Jelaskan penyebab kelemahan
Jelaskan apa dan bagaimana
aktivitas
yang
tanda
yang
dibutuhkan
respon
ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM aktif/pasif
Bantu pasien membuat jadwal
istirahat
Monitor efek obat stimulan
dan depresan
Monitor respon oksigenasi
pasien
4.
biologis
fisiologis
leukemia)
Menghindari
Tenangkan
klien
dan
gelisah.
Menghindari serangan panik klien.
Menghindari Rasa cemas
yang berlebihan.
mengenai diagnosis, terapi,
Mengontrol tekanan darah.
dan prognosis.
Mengontrol peningkatan
denyut nadi.
Mengontrol
meminimalisir
verbal.
Tingkatan nyeri
Menajemen nyeri
Ajarkan
klien
relaksasi.
Ajarkan klien bagaimana cara
menghindari
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
(anoreksia)
biologi
Pemasukan nutrisi
Pemasukan makanan
Pemasukan cairan
Energy
Berat badan
Tonus otot
Hidrasi
Menyeimbangkan
rasa
gaya hidup.
Kontrol asupan nutrisi dan
kalori.
Anjurkan kepada klien untuk
mengkonsumsi
nutrisi
yang
cukup.
Pengontrolan nutrisi
dari
Nafsu makan
untuk menormalkan:
diri
cemas.
Mengontrol nafsu makan:
Status Nutrisi
tentang
5.
cemas
untuk:
rasa
nafsu
apakah
alergi
pasien
terhadap
makan
makanan
Menyeimbangkan Pasokan
nutrisi tubuh
jenis
zat
makanan
yang
diperlukan
kehilangan berat badan
Tunjukkan intake kalori yang
Memilih sebuah target sehat
tepat sesuai tipe tubuh dan
berat badan.
6.
Kerusakan
duduk
yang
benar
sebelum makan
Ajarkan pasien dan kelurga
(kemoterapi,
Klien
radioterapi)
menormalkan :
(suhu),
Temperatur
Sensasi
Elastisitas
Pigmentasi
Warna
Ketebalan
Jaringan bebas lesi.
diharapkan
getaran,
tidak
membran mukosa.
Periksa keketatan pakaian.
anggota
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. S datang ke rumah sakit M. Djamil Padang Tanggal 11 januari 2013 dengan keluhan
sesak nafas sejak 4 hari yang lalu dan badan terasa lemas. Klien pingsan setelah beberapa saat ,
sampai ke tempat klien bekerja dan di bawa ke rumah sakit RSUD Payakumbuh. Setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8 gr/dl, trombosit 11.000 /mm 3 , leukosit 8.000 /
mm3. Sehingga mendapatkan transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3 Khloft. Namun hasil lab
tidak menunjukkan perubahan yang membaik, setelah 3 hari dirawat klien dirujuk ke RSUP M.
Djamil untuk dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan rawatan lebih lanjut.
3.1 Data Klinis
Nama
: Ny. S
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: DIII radioteraphy
Pekerjaan
Alamat
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku
: Minang
Penanggung Jawab
: TN. ab (suami)
TB
: 160 cm
BB
: 45kg
Datang ke RS
: 11 januari 2013
Ruang
: UGD
No. Registrasi
: 804548
b. Pemeriksaan Fisik
Vital sign
TB
: 160 cm
BB
: 45 kg
BMI : 17,6
RR
: 26 x/menit
TD
: 90/60 mmHg
HR
: 100 x/menit
Suhu : 36,50 C
Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Bentuk : simetris
Rambut: warna rambut hitam tetapi kasar, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe
Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan
Pemeriksaan mata
Inspeksi
Palpebra: simetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis
Sclera : tidak ikterik.
Pemeriksaan hidung
Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak terdapat kelainan, tidak ada polip maupun peradangan,
tidak ada sekret.
Palpasi :ntidak terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan mulut
Inspeksi : simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah pecah, gusi berdarah.
Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sirumen dalam batas normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Fungsi pendengaran normal.
Pemeriksaan leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening
Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
j. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat
Palpasi : iktus teraba.
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.
Paru paru
Inspeksi
: simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi
: sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.
k. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep dan trisep baik.
Terdapat memar dan bercak bercak hitam kebiruan di tangan kiri
Ekstremitas bawah : pergerakan lemah, reflek patelanya baik.
Nyeri di persendian dan tulang.
c. Pemeriksaan Labor
Hemoglobin : 8 gram / dl (rendah)
Leukosit
: 8.000 / mm3 (normal)
Trombosit
: 11.000 / mm3 (rendah)
2. Pola Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Management Kesehatan
Ny. S datang ke Rsup. M. Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas dan sesak
nafas sejak 4 hari yang lalu. Kilen juga mengaku sering pusing dan sakit kepala. Kilen berharap
agar ia bisa cepat sembuh dengan berbagai pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh
rumah sakit. Klien menduga penyakit yang dideritanya ada hubungan nya dengan anemia yang
dideritanya beberapa tahun lalu. Klien telah mendapat transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3
kholf.
2. Nutrisi-Metabolik
Ny. S mengaku akhir - akhir ini nafsu makannya menurun dan sering mual serta muntah.
Dalam sehari, Ny. S mengaku hanya menghabiskan sepertiga dari porsi makan yang biasanya.
Semenjak sakit, klien mengalami penurunan berat badan 2 kg sejak satu bulan terakhir. Saat ini
klien mendapatkan asupan nutrisi berupa NaCl 0,9%.
3. Eliminasi
Ny. S memiliki kebiasaan buang air besar sehari-hari normal dan tidak merasakan
keluhan nyeri. BAK klien juga normal.
4. Aktivitas dan Latihan
Ny. S dalam kesehariannya merupakan PNS di salah satu institusi kesehatan. Klien
mudah merasa letih dan lemas. Pada saat bekerja klien mengaku kelelahan dan terkadang sesak
nafas, ini terjadi karena Hb klien rendah. Untuk mengurangi hal tersebut Ny. S berbaring dan
beristirahat total. Hal ini menyebabkan tingkat aktivitas klien menurun.
5. Istirahat dan tidur
Ny. S tidur rata-rata 7 jam setiap harinya. Namun semenjak sakit, jam tidur klien
berkurang karena klien sering merasakan sesak nafas disertai dengan mual dan muntah, sehingga
klien mengalami kesulitan untuk tidur.
6. Kognitif dan Persepsi Sensori
Kemampuan Ny. S untuk membaca dan menulis mulai terganggu sehingga klien
menggunakan kacamata (-) sebagai alat bantu, walaupun demikian klien tidak menagalami
gangguan pendengaran. Klien mengeluh mual, muntah dan nyeri pada persendian. Klien juga
sering mengalami pusing. Klien juga mengatakan mudah sekali memar dan berdarah jika
mengalami perdarahan.
7. Persepsi diri-Konsep diri
Ny. S mengaku mengalami penurunan nafsu makan sering mual dan muntah, badan
terasa lemah sehingga membuat klien merasa gelisah, cemas dan takut yang berlebihan, bahwa
penyakitnya tidak akan sembuh. Padahal klien berharap penyakitnya bisa sembuh, karena klien
merupakan seorang istri yang membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan kerluarganya.
8. Peran dan Hubungan dengan Sesama
Ny. S adalah seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak diantaranya 1 orang perempuan
(5th) dan 1 orang anak laki-laki (3th). Klien
kesehatan dibagian radiologi. Klien adalah seorang ibu yang di sayangi oleh keluarganya, hal ini
dibuktikan dengan keluarga yang setia menemaninya selama di rumah sakit.
9. Reproduksi dan Seks
Ny. S mengaku menstruasinya tidak teratur.
10. Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress
Ny. S stress karena harus memikirkan penyakit yang dideritanya dan juga ia juga
memikirkan keadaan kedua anaknya yang masih kecil. Klien hanya bisa bercerita keluhannya
pada suaminya. Suaminya memberikan dukungan dan semangat kepada klien agar bisa
semangat, rajin berobat dan mengontrol makanan.
11. Nilai dan Kepercayaan
Ny. S adalah seorang muslim. Setiap harinya klien sangat rajin shalat, tidak pernah
meninggalkan shalat meskipun klien sedang sakit sekarang. Walupun klien cemas penyakitnya
tidak sembuh, akan tetapi klien yakin bahwa kilen semakin rajin shalat dan memohon
kesembuhan pada Allah SWT.
3.3 Analisis Data Senjang
Dari kasus yang ada tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang diderita pasien.
Analisis Data
No
Data
Diagnosa
.
1.
DS :
umum (anemia)
Klien mengeluh badannya terasa lemah
Klien mengaku nafasnya sesak.
Klien mengaku aktivitasnya menurun
Klien mengaku nyeri di persendiaan dan
abdomen.
beraktivitas
Klien mengaku sering pusing
Klien merasa cemas dengan keadaannya.
DO
2.
Hb : 8 gr/dl
Trombosit : 11.000/mm3
RR : 26 x / menit
TD : 90/60 mmHg
Suhu : 37 0C
Bibir klien tampak pucat
Wajah klien tampak pucat
Konjungtiva anemis
DS :
Resiko
perdarahan
trombositopenia
b.d
DO :
Trombosit : 11.000/mm3
Hb : 8 gr/dl
Gusi tampak berdarah
Terdapat memar dan bercak bercak hitam di
tangan kiri.
DS:
3.
Klien mengaku mengalami penurunan nafsu dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis (anoreksia)
makan
Klien mengaku berat badannya turun 2 kg
abdomen
Klien mengaku hanya menghabiskan sepertiga
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37 0C
RR : 26 x / menit
BB : 45 Kg
TB : 160 cm
BMI : 17,6
Hb : 8 gr/dl
Klien kelihatan kurus
Rambut klien terasa kasar
Konjungtiva anemis
Wajah klien tampak pucat
NANDA
NOC
NIC
.
1.
Terapi aktivitas
b.d kelemahan
Klien
umum (anemia)
mampu
diharapkan
untuk
menormalkan:
Denyut
nadi
dan
memonitor
beraktivitas
Laju pernapasan ketika beraktivitas
Bantu mengekplorasi aktivitas yang
beraktivitas
Daya tahan
Klien
mampu
diharapkan
untuk
menormalkan:
Konsentrasi
pergerakan otot
Jelaskan aktivitas motorik untuk
meningkatkan tonus otot
Berikan reinforcemen positif selama
energy beraktivitas
Manajemen energy
Tingkat kegelisahan
Klien
mampu
diharapkan
untuk
menormalkan:
2.
Nyeri
Cemas
Mengerang
Stress
Takut
Kegelisahan
Nyeri otot
Meringis
Sesak nafas
Mual
Muntah
pasien
Jelaskan tanda yang menyebabkan
kelemahan
Jelaskan penyebab kelemahan
Jelaskan apa dan bagaimana aktivitas
yang dibutuhkan untuk membangun
energi
Monitor intake nutrisi yang adekuat
Monitor respon kardiorespirasi
selama aktivitas
Monitor pola tidur
Monitor
ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM aktif/pasif
Bantu pasien membuat jadwal
istirahat
Monitor efek obat stimulan dan
depresan
Monitor respon oksigenasi pasien
Pencegahan perdarahan
b.d
Klien
trombositopenia
mampu menormalkan :
diharapkan
Gumpalan pembentukan
Waktu protrombin
Hb
Perdarahan
lokasi
Memar
Petechiae
(Pt),
tromboplastin
waktu
(PTT),
paruh
fibrinogen,
yang
berhubungan
dengan
perdarahan
trauma
dan
bias
menimbulkan perdarahan
daerah
yang
mengalami
perdarahan
Instruksikan
pasien
untuk
Instruksikan
menghindar
pasien
aspirin/
untuk
antikoagulan
yang lain
Instruksikan
emngkonsumsi
pasien
untuk
makanan
yang
mengandung vit K
tanda-gejala
terjadinya
Ketidakseimbanga
n
nutrisi
dari
tubuh
Status Nutrisi
biologis
(anoreksia)
Pemasukan nutrisi
Pemasukan makanan
Pemasukan cairan
Energy
Berat badan
Tonus otot
Hidrasi
Nafsu makan
Klien diharapkan
mampu untuk
yang
diperlukan
untuk
menormalkan:
memenuhi
Menyeimbangkan nafsu
makan
Menyeimbangkan
jika diperlukan
Tunjukkan intake kalori yang tepat
Terapi Nutrisi
Klien diharapkan
mampu :
ketika
Mengidentifikasi
penyebab kehilangan
kalori sehari-hari
Bantu pasien membentuk posisi
berat badan
Memilih sebuah target
pemasukan kalori
Memilihara suplai
nutrisi makanan dan
nutrisi,
minuman yg adekuat
Meningkatkan nafsu
makan
memilih makanan
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny. S (35 tahun) masuk RSUP M.Djamil Padang pada tanggal 11 Januari 2013 dengan
keluhan sesak nafas dan badan terasa lemas. Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nafsu
makannya menurun, pernah pingsan. Setelah dilakukan pemeriksaan lab, ternyata Hb klien 8
gr/dl, leukosit 8.000/mm3 dan trombosit 11.000/mm3. Klien telah mendapat transfusi PRC 2
kholf dan trambosit 3 kholt. Dengan Hb yang rendah itu, klien menderita anemia sehingga untuk
mengatasi anemia tersebut, klien diberi transfusi PRC. Trombosit klien juga rendah atau dikenal
dengan trombositopenia, yang mudah menyebabkan terjadinya perdarahan. Untuk meningkatkan
jumlah trambositnya, klien mendapat tranfusi trombosit. Jumlah leukosit klien dalam batas
normal, yaitu 8.000/mm3. Dari ketiga gejala tersebut klien dapat dikatakan menderita leukemia
mieogenus. Secara teori pada penyakit ini, hitungan sel darah menunjukkan penurunan eritrosit
dan trombosit. Meskipun jumlah jumlah leukosit total bisa rendah, normal ataupun tinggi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang
pertama untuk klien adalah intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, karena klien mengalami
anemia. Diagnosa ini didukung oleh data sumjektif dan objektif diantaranya, kionjungtiva klien
anemis, bibir dan wajah pucat, klien pun mengatakan bahwa dia sering merasa lelah, lemas,
pusing dan mual serta muntah.
Diagnosa kedua untuk klien adalah resiko perdarahan b.d trombokinase, kerena jumlah
trombosit klien sangatlah rendah, jauh dari batas norma (150.000 450.000/mm 3). Trombosit
berfungsi sebagai proses pembekuan darah. Jika trombosit rendah, maka darah akan sulit
membeku, sehingga akan mudah mengalami perdarahan.
Adapun diagnosa ketiga untuk klien adalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
faktor biologi (anoreksia). Klien mengalami penurunan nafsu makan, BMI klien juga rendah
yaitu 17,6 dan klien terlihat kurus. Klien juga mengalami penurunan berat badan 2 kg selama 1
bulan. Ini menunjukkan nutrisi klien tidak adekuat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel
hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan disertai infiltrasi ke organ-organ lain.
Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor
predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya
berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab tersering, kemudian karena radiasi, zat
kimia, gangguan imunologik, virus dan factor genetik.
Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang
tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang memperburuk
perjalanan penyakit ini.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada Ny. S adalah:
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
2. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (anoreksia)
5.2 Saran
Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar semangat menjalani
hidup dan memberikan usaha maksimal untuk mempertahankan hidup pasien, dan menganjurkan
pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi,
serta menganjurkan pasien untuk selalu mengikuti terapi yang dianjurkan. Perawat juga harus
memperhatikan personal hygiene pasien untuk mengurangi dampak bertambah parahnya
penyakit leukemia pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom : Markono
Print Media.
http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.
http://detikautik.blogspot.com/2012/11/askep-leukimia-limfosit-kronis.html akses tanggal 20
januari 2013
www.news-medical.net/health/What-is-Leukemia-(Indonesian).aspx akses tanggal 20 Januari
2013
LAMPIRAN
Obat Tradisional Leukimia
Posted by Penyakit Leukemia
Sumber : http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.
Leukimia bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti virus,mutasi gen, radiasi, dan
kemoterapi. Paparan radiasi atau penyinaran dosis tinggi dan pemakaian beberapa jenis obat
kemoterapi antikanker kemungkinan bisa meningkatkan terjadinya leukimia. Karena ini sebelum
mengambil tindakan, tenaga medis biasanya akan melakukan konsultasi yang cemat agar pasien
yang dikemoterapi melakukan konsultasi yang cermat agar pasien yang dikemoterapi menyadari
resikonya.
Ramuan tradisional untuk mengatasi leukimia adalah perpaduan dari buah mahkota
dewa, sambiloto, daun pegagan, temu putih, dan buah mengkudu.
Tanaman perdu yang dulu dianggap buah simalakama ini, kini dimanfaatkan untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Buah mahkota dewa mengandung flavonoid, antihistamin untuk alergi, polifenol, alkaloid, dan
saponin.Oleh sebab itu dampak farmakologi yang timbul adalah rasa pahit, adstringent,
antikanker, antitumor, antiseptik, dan antihipertensi. Jika dikonsumsi sesuai dengan dosis dan
anjuran, buah pusaka para dewa ini selalu berfungsi untuk mengobati kanker, juga bisa
mnegobati sakit rematik, asam urat, diabetes, jantung, ginjal, darah tinggi, flu, alergi, sakit paru-
paru, sirosis hati, aneka penyakit kulit, ketergantungan narkoba, menurunkan kolesterol, dan
menambah stamina.
Siapa sangka tanaman yang dulunya disia-siakan, kini menjadi idola dan banyak di cari
orang. Di Jawa buah ini dikenal dengan nama pace (Morinda citrifolia, L), di tatar Parahyangan
dinamai cangkuang atau cengkudu, di Nias disebut Mangkudu, di Madura disebut kodhuk, dan
orang Dayak menyebutnya rewong. Setelah melalui berbagai penelitian, ternyata buah mengkudu
mengandung zat xeronin yang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh -meningkatkan
aktivitas enzim dan struktur protein, polisakarida (asam glukonat, glikosida) sebagai
imunostimulan, anti kanker, antibakteri, skopoletin berfungsi memperlebar pembuluh darah. Di
dalam akar terkandung antrakuinon yang berfungsi sebagai antiseptik, senyawa morindin dan
morindan
sebagai
antibakteri
dan
zat
pewarna.
Didalam daun terkandung antrakuinon, glikosida sebagai antikanker dan karotin yang merupakan
sumber vitamin A.
askep
Rabu, 28 Januari 2015
ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA SERTA INTERVENSI RASIONAL LENGKAP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat
mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniature orang
dewasa. Demikian juga keluarga, tidak lagi dipandang hanya sebagai pengunjung
bagi anak yang sakit, melainkan sebagai mitra bagi perawat dalam menentukan
kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada
keluarga (family centred care). Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah
anak, apapun bentuknya, harus berlandaskan pada prinsip autraumatic care atau
asuhan yang terpeutik. Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan
anak sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu
berpegang pada prinsip dasar ini. (Supartini, Yupi. 2004)
Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.
Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah
generasi penerus bangsa.
Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjad di ALL
bertanggung Jawab untuk 80% kasus Leukemia pada anak insidens paling tinggi
terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 sampai 5 tahun anak perempuan
menunjukkan prognosis yang lebih baik dari pada anak laki-laki Anak kulit hitam
mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup
(surfifal rate) rata-rata yang lebih rendah.
(Betz, Cecily L, 2002. Hal : 300 ).
Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu
yang unik, yang mempunyai petensi untuk tumbuh dan berkembang.anak bukanlah
meniatur orang dewasa, melainkan individu yang berada pada pada proses tumbuhkembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik. Sepanjang rentang sehat sehat
sakit, anak membutuhkan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung
sihingga tumbuh-kembangnya dapat terus berjalan. .(Supartini Yupi,2004)
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah
memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, Menanggapi hal ini, keperawatan
telah memberikan penekanan lebih pada peran perawat sebagai pendidik.
Pengajaran, sebagai fungsi dari keperawatan, telah dimasukkan dalam undangundang praktek perawat dan dalam American Nurses Association Standards of
Nursing Practice, Dengan demikian, pendidikan kesehatan dianggap sebagai
menjadi fungsi mandiri dari praktik keperawatan dan merupakan tanggung jawab
utama dari proses keperawatan.
(Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol. 1, 2002)
Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita oleh individu adalah
gangguan sistem Hematologi khususnya Leukemia. Beberapa faktor yang ikut
mempengaruhi terjadinya Leukemia yaitu faktor sosial budaya, ekonomi, lingkungan
fisik, dan biologis. Leukemia disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor exogen seperti:
sinar radiasi, bahan kimia (bensol, arsen, preparat sulfat) dan faktor endogen
seperti : ras, kelainan kromoson, dan herediter. (Asuhan keperawatan pada anak
Edisi 2, Suriadi S.Kp MSN 2006)
Menurut H.L. Bloem (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh factor
biologik, faktor prilaku, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor
biologik merupakan faktor yang berasal individu yang bersangkutan dan disebut
faktor keturunan. Faktor keturunan ini misalnya pada penyakit alergi, kelainan jiwa,
dan beberapa jenis penyakit kelainan darah yang termasuk penyakit kanker..
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit
kardiovaskular. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap
tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi
peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah
penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta orang
diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan
intervensi yang memadai
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit
kanker merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit
kardiovaskuler, infeksi, pernafasan dan pencernaan. Menurut data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevelensi tumor di masyarakat sebesar 4,3 per
1000 penduduk. Sedangkan Data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, menunjukkan bahwa kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher rahim
(11,07%), kanker hati dan saluran empedu intrahepatik (8,12%), Limfoma non
Hodgkin (6,77%), dan Leukemia (5,93%). Leukemia merupakan kanker yang sering
terjadi pada anak. (http://www.depkes.go.id)
Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita
kanker di dunia bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka
kejadian kanker pada anak terus meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh
kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan angka kejadiannya mencapai
110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah laporan internasional
bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama
kematian kanker anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan
retinoblastoma (kanker mata). Bahkan ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di
Indonesia mencapai 25-30%.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Menurut data bagian Medical Record RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar didapatkan penderita penyakit leukemia yang dirawat khususnya di ruang
Perawatan Anak Lontara IV Atas, ditemukan insiden pada tahun 2008 jumlah pasien
sebanya 130 orang. Sedangkan pada tahun 2009 jumlah pasien sebanyak 120
orang
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat laporan studi kasus
dengan
judul
Asuhan
Keperawatan
pada AnakAdengan
gangguan
system
B.
1.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak A
dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang perawatan Anak Lontara
C. Manfaat Penelitian
1.
2.
Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan Akper Muhammadiyah Makassar dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan perwatan di masa yang akan datang.
Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat badan Pengelola Rumah Sakit Umum
Pemerintah Makassar untuk mengambil langkah dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan keperwatan pada klien, khususnya bagi penderita Leukemia di Ruang
perwatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod Makassar.
3.
pengetahuan
klien
dan
keluarga
tentang
perawatan,
kualitas
asuhan
keperawatan
secara
komprehensif,
sehingga
2.
a.
Tehnik yang digunakan dalam periksaan fisik ada 4 yaitu : inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi pada seluruh system tubuh.
d. Studi Dokumentasi
Menggunakan catatan-catatan kasus kesehatan atau dokumen dari rumah sakit
yang berhubungan dengan status kesehatan klien.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan
pembentuk darah. (Suriadi,Skp,MSN & Rita Yuliani,SKp.M.Psi 2006 Edisi 2 Hal: 160)
b. Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang
dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia.(A.Aziz Alimul Hidayat 2006
Hal: 44)
c. Leukimia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur dalam
jaringan tubuh yang membentuk darah.
(Wongs Essentials of Pediatrik Nursing.Edisi 6 Hal: 1137)
d. Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang di tandai oleh adanya akumulasi
leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah.
(Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4 2005 Hal: 150)
e.
Leukemia
merupakan
penyakit
akibat
proliferasi(bertambah
banyak
atau
multifikasi)patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal. (Ngastiyah, 2005, Hal. 349)
2.
a.
3) pH
Kisaran pH normal darah adalah 7,35 sampai 7,45, yang cenderung agak
basa Darah vena biasanya memiliki pH yang lebih rendah daripada darah arteri
karena mengandung karbon dioksida dalam jumlah lebih besar.
4) Viskositas
Berarti pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah. Darah lebih kental
sekitar 3-5 kali dibanding air. Viskositas darah meningkat dengan adanya sel-sel
darah dan protein plasma, dan kekentalan ini berpengaruh pada tekanan darah
normal.
b.
Plasma
Plasma adalah
Kemampuan
melarutkan
air
memungkinkan
plasma
rnengangkut
berbagai
bikarbonat (HCO 3). Ketika darah memasuki paru CO2 dibentuk kembali, berdifusi
ke dalam alveoli. dan akan diembus keluar.
c.
Sel Darah
Ada tiga macam sel darah: sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Sel-sel darah diproduksi oleh jaringan hemopoietik, yang ada dua, yaitu: sumsum
tulang merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang tak beraturan, dan
jaringan limfatik, seperti limpa, kelenjar getah bening, dan kelenjar timus.
1) Sel Darah Merah
Disebut juga eritrosit, sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf, yang
berarti bagian tengahnya lebih tipis dari pada bagian tepinya. Nukleus sel darah
merah mengalami disintegrasi selama pematangan sel darah merah dan menjadi
tidak dibutuhkan dalam menjalankan fungsinya.
Jumlah sel darah merah berkisar antara 4,5 sampai 6 juta per mm3 darah
(milimeter kubik sekitar satu tetesan yang sangat kecil). Hitung sel darah merah
pada laki-laki sering kali berada di ujung atas kisaran ini sedangkan pada wanita
sering kali berada di ujung bawah kisaran. Cara lain untuk menentukan jumlah sel
darah merah adalah dengan hematokrit. Pengujian ini dilakukan dengan cara
memasukkan darah ke dalam tabung kapiler kemudian mensentrifugasikannya
sehingga sel darah terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel darah dan
plasma dapat ditentukan. Karena sel darah merah adalah sel darah yang paling
banyak, total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38% sampai 48%. Hitung sel
darah merah dan hematokrit adalah bagian pemeriksaan hitung darah lengkap
.
a). Fungsi
Sel darah merah mengandung protein Hemoglobin (Hb), yang memberi
kemampuan kepada sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah
merah mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, yang masing-masing
dapat mengikat empat molekul oksigen. Pada kapiler di paru-paru sel darah merah
akan rnengikat oksigen dan membentuk oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik,
endoplasma, yang akan terlihat ketika apusan darah diwarnai saat diamati dengan
mikroskop. Sel yang belum matang ini biasanya ditemukan pada sumsum tulang
merah meskipun sejumlah kecil retikulosit pada sirkulasi perifer dianggap normal.
Apabila terdapat retikulosit atau normoblas dalam sirkulasi darah dengan jumlah
besar, itu berarti bahwa jumlah sel darah merah matang yang ada tidak cukup
untuk mengangkut okeigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan seperti ini
meliputi hemoragi, atau ketika sel darah merah matang menjadi rusak, seperti pada
penyakit Rh pada bayi yang baru lahir dan malaria.
Pematangan sel darah merah membutuhkan banyak nutrien. Protein dan besi
dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dan menjadi bagian molekul hemoglobin.
Vitamin asam folat dan B12 dibutuhkan untuk sintesis DNA dalam sel induk sumsum
tulang merah. Selama sel-sel ini mengalami mitosis, sel tersebut secara terusmenerus momproduksi sel-sel kromosom baru. Vitamin B12 juga disebut fakot
ekstrinsik karena sumbernya berasal dari luar tubuh, yaitu makanan. Sel parietal
pada lapisan lambung memproduksi faktor intrinsik, suatu zat kimia yang
bergabung dengan vitamin B12 dan makanan untuk mencegahnya dicerna dan
meningkatkan absorpsinya pada usus halus. Defisiensi vitamin B12 atau faktor
intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa
c). Umur Darah
Umur sel darah merah sekitar 120 hari. Ketika Sel Darah Merah (SDM)
mencapai usia ini, SDM mudah rusak dan dikeluarkan sirkulasi oleh sel dan sistem
makrofag jaringan (biasanya disebut sistem retikuloendotelial atau RES). Organ
yang mengandung makrofag (artinyapemangsa besar) adalah hati, limpa, dan
sumsum tulang merah. Sel darah merah lama akan difagosit dan dicerna oleh
makrofag. dan kandungan besinya akan dikembalikan ke dalam aliran darah untuk
kembali lagi ke dalam sumsum tulang merah yang digunakan untuk sintesis
hemoglobin baru.
d) Golongan Darah
Golongan darah kita diturunkan secara genetik yaitu, kita mewarisi gen-gen
dari orang tua kita yang akan menentukan golongan darah kita. banyak faktor atau
golongan sel darah merah; kita akan membahas dua yang paling penting, yaitu
golongan ABO dan faktor Rh.
(1). Golongan Darah A, B, O
Golongan A, B, O terdiri dari empat golongan darah: A, B, AB, dan 0. Huruf A
dan B mewakili antigen (Protein-oligosakarida) pada membran sel darah merah.
Seseorang yang memiliki golongan.
Golongan darah A, B, O
Golongan
merah
A
Anti-B
Anti-A
AB
A dan B
Tabel.1.1
Seseorang yang memiliki golongan.darah A memiliki antigen A pada sel
darah merahnya, dan seseorang dengan golongan darah B memiliki antigen B.
Golongan darah AB berarti orang tersebut memiliki kedua antigen A dan B, dan
golongan O berarti tidak ada antigen A maupun antigen B.
Pada plasma setiap orang terdapat antibodi alami untuk antigen-antigen
yang tidak ada dalam sel darah merah. Oleh karena itu, seseorang dengan
golongan darah A memiliki antibodi anti-B pada plasmanya; seseorang dengan
golongan darah B memiliki antibodi anti-A, golongan darah AB tidak rnemiliki
antibodi anti-A maupun anti-B, dan golongan darah 0 memiliki antibodi anti-A
maupun anti-B.
Antibodi alamiah ini sangat penting pada transfusi. Jika memungkinkan,
seseorang harus menerima darah dengan golongan darah yang sesuai dengan
golongan darahnya; hanya jika tidak tersedia golongan darah tersebut, baru dapat
diberikan golongan darah lain. Sebagai contoh, seseorang dengan golongan darah A
membutuhkan transfusi darah karena hemoragi. Jika diberikan darah dengan
golongan B, apa yang akan terjadi? Resipien dengan golongan darah A memiliki
antibodi anti-B yang akan berikatan dengan antigen golongan darah B sel darah
merah donor. Sel darah merah golongan darah B pertama-tama akan menggumpal
(aglutinasi) dan kemudian pecah (hemolisis), yang akan menggagalkan tujuan
transfusi. Akibat lain yang lebih serius adalah hemoglobin dan eritrosit yang
mengalami hemolisis akan menyumbat kapiler ginjal, yang dapat menimbulkan
kerusakan ginjal ataupun gagal ginjal. Oleh karena itu, penggolongan darah dan
pencocokan silang darah donor dan darah resipien di laboratorium rumah sakit
menjadi sangat penting sebelum melakukan transfusi. Prosedur ini membantu
menjamin bahwa darah donor tidak akan menyebabkan reaksi transfusi hemolitik
pada resipien.
pembentukan
antibodi
ketika
terdapat
bakteri
ataupun
virus.
Namun, pada transfusi selanjutnya, ketika antibodi anti-Rh sudah ada, akan terjadi
reaksi transfusi, disertai hemolisis dan kernungkinan kerusakan ginjal.
2) Sel Darah Putih
Sel darah putih juga dikenal dengan nama Leukosit. Ada lima macam sel darah
putih; semuanya memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel darah merah dan
memiliki nukleus ketika matang. Nukleus dapat berupa suatu bentuk tunggal
ataupun muncul dalam beberapa lobus. Dengan pewarnaan
khusus untuk
pemeriksaa mikroskopik, akan muncul gambaran khusus untuk setiap sel darah
putih.
Hitung sel darah putih normal (merupakan bagian hitung darah lengkap) adalah
500010.000 per mm3. Perhatikan bahwa jumlah tersebut terbilang kecil bila
dibanding hitung sel darah merah normal. Sebagian besar sel darah putih tidak
terdapat di dalam pembuluh darah, tetapi berfungsi dalam cairan jaringan.
a). Kiasifikasi dan Tempat Produksi
Kelima macam sel darah putih bisa dikiasifikasikan ke dalam dua kelompok:
granular dan tidak bergranula. Leukosit bergranular diproduksi dalam sum- sum
tulang merah; yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil, yang akan terlihat dengan
warna granula yang lebih terang ketika diwarnai. Leukosit tidak bergranula adalah
limfosit dan monosit, yang diproduksi pada jaringan limfatik, limpa, kelenjar getah
bening, dan timus, sebagaimana juga diproduksi pada sumsum tulang merah.
Hitung jenis sel darah putih (bagian hitung darah total) adalah persentase setiap
jenis leukosit. Kisaran normal ditunjukkan pada Tabel dibawah, disertai nilai normal
hitung darah lengkap lain.
b). Hitung Darah Lengkap
Pengukuran
Kisaran normal
4,5-6 juta/mm3
Hemoglobin
12-18 gram/100 ml
Hemaktokrit
38-48%
Retikulosit
0%-1,5%
5000-10.000/mm3
Neutrofil
55-70%
Eosinofil
1-3%
Basofil
0,5-1%
Limfosit
20-35%
Monosit
3-8%
Trombosit
150.000-300.000/mm3
Tabel 1.2
c). Fungsi
Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum yang sama, yaitu melindungi
tubuh dan penyakit infeksi dan membentuk imunitas terhadap penyakit tertentu.
Setiap jenis leukosit memiliki suatu peranan untuk menjaga homeostasis yang
sangat penting ini.
Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit patogen. Neutrofil
adalah yang paling banyak menjalankan fungsi ini, tetapi menjalankan fungsi ini
dengan sangat efisien, monosit berdiferensiasi menjadi makrofag, yang juga
memfagosit jaringan yang sudah rusak amati pada tempat cedera, yang membantu
perbaikan jaringan menjadi mungkin.
Eosinofil dipercaya memiliki fungsi untuk mendetoksifikasi protein asing. Hal
ini penting terutama pada reaksi alergi dan infeksi parasit, seperti kinosis (parasit
cacing). Basofil mengandung gra heparin dan histamin. Heparin adalah suatu anti
Spasme Vascular
Ketika pembuluh darah besar, seperti arteri atau vena cedera berotot polos
dinding pembuluh darah tersi akan berkontraksi sebagai respons terhadap
kerusakan yang terjadi (disebut respons flagenik). Trombosit yang terdapat di dalam
yang mengalami kerusakan akan melepaskan konstriksi pembuluh darah. Diameter
pembuluh darah tersebut akan segera mengecil, dan lubang yang kecil tersebut
akan segera tertutup oleh gumpalan darah. Jika pembuluh darah tidak mengecil
terlebih dahulu, bekuan darah yang terbentuk akan segera tersapu oleh dorongan
akibat tekanan darah.
c). Sumbat Trombosit
Ketika suatu kapiler mengalami ruptur, kerusakan yang terjadi terlalu kecil
untuk memulai pembentukan bekuan darah. namun, permukaan luka yang kasar
akan menyebabkan trombosit Iengket dan melekat pada pinggiran luka dan saling
melekat satu sama lain. Trombosit tersebut akan membentuk suatu sawar rnekar
atau dinding untuk menutup kerusakan yang terjadi pada kapiler. Kerusakan kapiler
cukup sering terjadi dan pembentukan sumbat trombosit sekecil apapun sangat
dibutuhkan untuk menutup kerusakan tersebut.Apakah sumbat trombosit cukup
efek untuk luka yang terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar? Jawabannya
adalah tidak, karena sumbat trombosit tersebut akan tersapu oleh aliran darah
secepat pembentukannya, Apakah spasme vaskular cukup efektif pada kerusakan
kapiler? Sekali lagi, jawabannya adalah tidak, karena kapiler juga tidak memiliki otot
polos sehingga kapiler tidak bisa berkonstriksi sama sekali.
(1)
Pembekuan Kimiawi
Rangsangan untuk pembekuan darah adalah permukaan yang kasar pada
pembuluh darah, atau kerusakan pada pembuluh darah, yang juga menciptakan
permukaan yang kasar. Semakin besar kerusakan yang terjadi, semakin cepat
pembekuan darah yang terjadi, dan biasanya dimulai dalam 15 sampai 20 detik.
Mekanisme pembekuan merupakan suatu rangkaian reaksi yang melibatkan
zat kimia yang dalam keadaan normal beredar dalam darah, dan zat-zat lain
dilepaskan ketika pembuluh darah rusak.
(buku ajar anatomi dan fisiologi, edisi 3, 2007)
3.
Klasifikasi
a. Leukimia akut
1). Leukimia Limfositik Akut (ALL)
Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,
dan puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi
2) Leukimia Mielogeneus Akut (AML)
Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid,
monosit, grnulosit (basofil, neutrofil, eusinofil), eritrosit dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena, insiden meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Merupakan Leukemia Nonlimfositik yang paling sering terjadi
(Muttaqin arif. 2009)
b. Leukimia Kronis
1). Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan limfoproliferatif
yang ditemukan pada orang tua (umur median 60 tahun) dengan perbandingan2:1
untuk laki-laki. LLK dimanifestasikan oleh proliferasi dan akumulasi 30% limfosit
matang abnormal kecil dalam sumsum tulang, darah perifer, dan tempat-tempat
ekstramedular, dengan kadar yang mencapai 100.000+/mm 3 atau lebih. Pada lebih
dan 90% kasus, limfosit abnormal adalah limfosit B. Karena limfosit B berperan
pada sintesis imunoglobulin pasien dengan LLK mengalami insufisiensi sintesis
imunoglobulin dan penekanan respons antibodi. Studi sitogenetik menunjukkan
leblh dari 80% pasien mengalami berbagai perubahan sitogenetik, yang mungkin
menunjukkan prognosis buruk awitannya tersembunyi dan berbahaya dan sering
ditemukan pada pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan
jumlah limfosit absolut atau karena limfadenopati dan splenomegali yang tidak
sakit. waktu penyakitnva berkembang, hati juga membesar. Pasien yang hanya
menderita limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10 tahun atau lebih lama.
Dengan terkenanya organ, terutama lien, prognosis memburuk.Anemia dini dan
trombositopenia (jumlah trombosit rendah) bersama penggandaan waktu SDP pada
kurang dari setahun merefleksikan prognosis sangat buruk dengan harapan hidup
median kurang dari 2 tahun. Sekitar 10% pasien mengalami transformasi agresif
serupa dengan sindrom Richter (limfoma agresif).
Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami anemia hemolitik autoimun atau
trombositopenia atau keduanya, memerlukan intervensi dengan steroid atau agen
kemoterapi atau keduanya.
Pasien dengan penyakit derajat rendah diobservasi bertahun-tahun tanpa
intervensi aktif yang diperlukan selama beberapa tahun. Pengobatan diindikasikan
bila pasien mengalarni pansitopenia yang meningkat dengan infeksi, peningkatan
limfadenopati dan organomegali, anemia dan trombositopenia akibat penggantian
sumsum tulang, dan perubahan kualitas hidup pasien. Pengobatan ditujukan pada
pengurangan
massa
limfositik
sehingga
membalikkan
pansitopenia
dan
rituximab
(anti-CD20)
dan
Campath
IH
(anti-CD52),
keduanya
dengan
heterogenitas
yang
beragam.akibatnya,klasifikasi
leukemia
Morfologi
Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak-anak
adalah:leukemia
limfoid
akut(acute
nonlimfoid(mielogenus)akut(acute
lymphoid
leukemia,ALL)
nonlymphoid
dan
leukemia
[myelogenous]leukemia,
granulositik,
mielositik,
monositik,mielogenus,
monoblastik,dan
monomieloblastik.
2.
Penanda(marker)sitokimia
Beberapa preparat pewarna kimia membantu membedakan ALL dengan
AML.sebagai contoh,ALL akan menunjukkan warna positif setelah diberi terminal
deoxynucleotidyl
transferase(TdT)sementara
AML
memperlihatkan
sifat
Pemeriksaan kromosom
Anlisis kromosom sudah menjadi alat yang penting dalam menegakkan
diagnosis leukemia limfoblastik akut.sebagai contoh,anak-anak dengan trisomi 21
akan meghadapi risiko 20 kali lipat untuk mengalami leukemia limfoid akut
dibandingkan anak-anak lain. Anak-anak yang memiliki lebih dari 50 kromosom
pada sel-sel leukemia(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang paling baik(Margolin
dan Poplack,1997).translokasi kromosom yang juga ditemukan pada sel-sel
leukemia dapat menunjukkan prognosis yang baik seperti pada trisomi 4 dan
10,atau prognosis yang buruk,seperti pada t(9:22)atau kromosom Philadelphia.
4.
4.
Etiologi
Penyebab yang pasti belum di ketahui, akan tetapi terdapat factor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
5.
Insiden
Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita
kanker di dunia bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka
kejadian kanker pada anak terus meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh
kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan angka kejadiannya mencapai
110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah laporan internasional
Manifestasi Klinis
Test Diagnostik
Penatalaksanaan Medik
a. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr % pada trombositopenia yang
berat dan perdarahan masih dapat diberikan transfusi trombosit.
b. Kortikosteroid yaitu prednison, kortison, dexametasone setelah mencapai remisi
dosis dikurangi demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Transpalansi sumsum tulang
d. Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat
menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang
biasanya digunakan meliputi daunorubicin, hydrochloride (cerubidin), cytarabine
(Cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
( Handayani Wiwik, 2008)
j.
Pengobatan
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri, tergantung pada pengalamannya.
Umumnya pengobatan ditunjukkan terhadap pencegahan kambuh dan
mendapatkan masa remisi yang lebih lama.
Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar
pengobatan sebagai berikut :
a. Induksi Remisi
b. Konsolidasi
Yaitu agar sel tersisa tidak cepat memperbanyak diri.
c. Rumatan (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi
yang lama biasanya dilakukan dengan pemberian sistostatika seperti dosis biasa.
Terapi rumatan dimulai sesudah terapi indukisi dan konsolidasi selesai dan
berhasil dengan baik untuk memelihara remisi dan selanjutnya mengurangi jumlah
sel leukemia.
d. Reinduksi
integral
keperawatan
dari
yang
pelayanan
berbentuk
kesehatan
pelayanan
didasarkan
pada ilmu
bio-psiko-sosial,
dan
spiritual
kiat
yang
Pertumbuhan Fisik
- Berat badan
BBL
3 - 12 bulan
: 2500 gr 4000 gr
: umur (bulan) + 9
2
1 - 6 tahun
: umur (tahun) x 2 + 8
6 - 12 tahun
: umur (tahun) x 7 5
2
- Tinggi Badan
Tinggi badan lahir
: 45 - 50 cm
Umur 1 tahun
: 75 cm
2 - 12 tahun
: umur (tahun) x 6 + 7
Atau
1 tahun
: 1,5 x TB lahir
4 tahun
: 2 x TB lahir
6 tahun
: 1,5 x TB setahun
13 tahun
: 3 x TB lahir
Dewasa
b.
- Berguling
: 3-6 bulan
- Duduk
: 6-9 bulan
- Merangkak
: 9-10 bulan
- Berdiri
: 9-12 bulan
- Jalan
: 12-18 bulan
: 2-3 tahun
: 3-4 tahun
b) Tanda-tanda vital
- TD
: Tekanan Darah
- N
: Nadi
- P
: Pernapasan
- S
: Suhu
c) Antropometri
TB
: Tinggi badan
BB
: Berat badan
LLA
: Lingkar lengan atas
LK
: Lingkar kepala
LD
: Lingkar dada
LP
: Lingkar perut
d) Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi tambahan
ronchi dan wheezing.
e) Sistem cardiovaskuler
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan
darah dan capylary reffiling time.
f) Sistem pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen
apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau
tidak.
g) Sistem muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h) Sistem integumen
Rambut : warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak
i)
Kulit
Kuku
Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
j)
Sistem penginderaan
Mata
Sistem neurologis
Fungsi cerebral
Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3)
Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5)
Fungsi kranial :
a) Nervus I (Olfaktorius)
lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk
dan kapas alkohol).
b) Nervus II (Optikus)
dengan
meminta
anak
yang
lebih
besar
untuk
tersenyum,
menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum dan
menangis).
h) Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran anak
i)
j)
Nervus X (vagus) : Kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan menelan,
sentuhkan spatel lidah ke posterior faring untuk menentukan apakah refleks
muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi respon ini), jangan menstimulasi
refleks muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula pada
posisi tengah.
Nervus XII (hipoglosus) : Minta anak untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah
terhadap deviasi garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika anak
menangis dan tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan r.
letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk menjauhkannya, kaji
kekuatannya.
6)
7)
8)
Mungkin
lebih
dari
50.000/cm
dengan
peningkatan
SDP
imatur
Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
(Doen
C.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association NANDA) adalah suatu penilalan klinis tentang respon individu,
keluarga. atau kornunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung gugat
(Wong, 2004)
Menurut Donna L Wong 2004 diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
A.
Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk
perilaku
spesifik
yang
diharapkan dan pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan
sebagai berikut (Wong ,2004: 595-602)
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Intervensi
a)
Rasional
untuk
meminimalkan
rumah
menggunakan
untuk
c)
teknik mencuci
infeksi
sakit
invasive
tempat
seperti
jarum,
munculnya
tempat
e)
ulserasi
membran
mukosa
intervensi
penanganan infeksi
dini
h)
Berikan
diet
lengkap
nutrisi
sesuai usia
i)Berikan
g)
antibiotik
sesuai
organism
menambah
penyembuhan
energi
dan
untuk
regenerasi
seluler
ketentuan
b)
Rasional
ketidakmampuan
berpartisipasi
dalam
aktifitas sehari-hari
Berikan lingkungan tenang dan
perlu istirahat tanpa gangguan
b)
menghemat
energi
untuk
c)
Kaji
kemampuan
berpartisipasi
yang
pada
diinginkan
dibuthkan
trombosit
Gunakan
untuk
semua
mencegah
khususnya
Rasional
tindakana)
perdarahan
pada
karena
memperberat
perdarahan
kondisi
ekimosis
b) Cegah ulserasi oral dan rectal
anak
luka
c)
(tekanan
denyut
dan pucat)
f)
Hindari
g)
darah
nadi
cepat,
obat-obat
yang
perdarahan
mengandung aspirin
fungsi trombosit
Ajarkan orang tua dan anak
g) untuk mencegah perdarahan
yang
lebih
besar
untuk
mengontrol
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah.
Intervensi
a)
b)
Berikan
antiemetik
Rasional
awala)
kemoterapi
untuk mencegah
b)
episode
untuk
mencegah
episode
berulang
berulang
c)
karena
tidak
ada
obat
memberikan
yang
beraroma
menyengat
Anjurkan makan dalam porsi
d) karena jumlah kecil biasanya
kecil tapi sering
e)
e)
hindari
ketentuan
Rasional
a)
lnspeksi
mulut
setiap
Gunakan
lembut,
sikat
gigi
aplikator
berbulu
c) untuk menghindari trauma
berujung
yang dibalut
kasa
d) Berikan pencucian mulut yangd)
sering
dengan
normal
atau
cairan
tanpa
salin
untuk
rneningkatkan
penyembuhan
larutan
bikarbonat
e) Gunakan pelembab bibir
pecah (fisura)
karena bila digunakan pada
faring,
f)
Hindari
penggunaan
larutan
refleks
dapat
muntah
menekan
yang
h)
i)
kemungkinan infeksi
untuk membantu
melewati
jaringan
lunak
yang
luka
dan
membusukkan
memperlambat
h) Inspeksi mulut setiap hari
dapat
gigi,
penyembuhan
Hindari
penggunaa
swab
k)
f.
Rasional
jelaskan
nafsu
bahwa
makan
langsung
hilangnya
adalah
dan
akibat
mual
dan
yang
ditoleransi,
dapat
rencanakan untuk
selera
makan
anak
c) untuk memaksimalkan kualitas
meningkat
intake nutrisi
c) Berikan makanan yang disertai
suplemen
nutrisi
gizi,
Izinkan
anak
untuk
terlibat baik
f) kebutuhan jaringan metabolik
dalam persiapan dan pemilihan
ditingkatkan begitu juga cairan
makanan
untuk menghilangkan produk
sisa
g)
dapat
memainkan
peranan
dalam
mempertahankan
masukan
suplemen
kalori
yang adekuat
membantu
dan
penting
protein
dalam
mengidentifikasi
malnutrisi
dan
pengukuran
antropometri kurang
g)
Timbang
BB,
ukur
TB
dan
Rasional
b)
b) Jika mungkin, gunakan prosedurprosedur
suhu non
vena
c)
(misal
pemantauan
perubahan
dosis.
Waktu
dan sedasi
d)
Lakukan
teknik
pengurangan
d) sebagai analgetik tambahan
e) untuk mencegah kambuhnya
nyeri
e)
Berikan
obat-obat
anti
nyeri
nyeri
secara teratur
Rasional
terutama
di
dalam
b)
kulit
mempertahankan kebersihan
tanpa mengiritasi kulit
b)
dan
pruritus,ulserasi
pada
kemoterapi
beberapa
agen
e)
untuk
keseimbangan
mencegah
nitrogen
yang
negatif
g)
untuk meminimalkan iritasi
tambahan
yang adekuat
g) Pilih pakaian yang longgar dan
lembut
diatas
area
yang
teradiasi
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi
a)
b)
Rasional
untuk
mengembangkan
rambut
terhadap
membaritu
penyesuaian
kerontokan
rambut
c)
d)
yang
tipis
itu
tetap
c)
untuk
menyamarkan
kebotakan parsial
mungkin
warna
atau
d)
yang
kelamin
sesuai
dengan
,misalnya
wig,
e)
untuk
meningkatkan
penampilan
Rasional
untuk
meminimalkan
berkumpul
tanpa
c)
Bantu keluarga merencanakan
untuk
perkembangan
meningkatkan
anak
yang
membantu
d)
anak
menjalani
d)
untuk
optimal
memberikan kesempatan pada
keluarga
mengespresikan
untuk
menghadapi
perasaannya
rasa takut secara realistis
mengenai
kehidupan
anak
untuk
mempertahankan
kemungkinan
f)
terapi
untuk
mencegah
bertambahnya
tambahan
rasa
kekhawatiran keluarga
f) Hindari untuk menjelaskan hal-hal
yang
tidak
sesuai
dengan
anak
Rasional
pengetahuan tentang proses
berduka
memperkuat
lebih
efektif
menghadapi kondisinya
untuk menetapkan hubungan
saling percaya yang mendorong
c)
komunikasi
untuk meyakinkan
harapan
bahwa
mereka
d)
perasaannya
melalui bermain
E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan keperawatan
yang telah dibuat untuk rnencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan hams
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian tujuan dan rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.
2004:33 1).
F. Evaluasi
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
menerapkan metode mi dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
10) Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama
anak.
11) Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontak keperawatan