You are on page 1of 122

Askep Leukemia

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi
nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah dengan
judul leukemia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh
dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusran
Hasymi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.

Bengkulu, 29 November 2011


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang
leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga
kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih,
dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan
penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-

paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke
paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah.
Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam jumlah
yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih.
Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak
mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam
menangani pasien dengan diagnosa leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan untuk
memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering
menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan menerangkan asuhan
keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan keperawatan pada kasus
penyakit leukemia tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
1.2.2
a)
b)
c)
d)

Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia
Tujuan khusus
Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia
Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit

leukemia
e) Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit leukemia
f) Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
g)

keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia


Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit leukemia

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan penulis
bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan
dan konsep teori yang sesungguhnya.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah
(Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang
menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel
hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang
lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang
dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke
pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer.
Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:
a) Sel darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa
dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus
gastrointesinal, ginjal dan kulit.
2.1.2 Jenis-jenis Leukemia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid:
monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang
individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala
lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi.
Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga
mengganggu perkembangan sel normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan
penyakit lain.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
a) Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109
hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-

25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata
8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per
tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak
secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau
mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi
dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang,
eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa
jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu:
1.

Basofil.

2.

Eosinofil.

Neutrofil.
dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
1. Limfosit
3.

2.

Monosit.
(skema pembelahan sel darah putih)

b) Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
1. Leukosit
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata
5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila
kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah
cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai
granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis
leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung
sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil
(eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan
asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan

pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam
sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat
sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi,
2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi,
yakni bergerak ke arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan
melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk
menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara
sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah
intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah
oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu
lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai
jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4
tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan
bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat
bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian
tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap
organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,
serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim
yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan
membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan
sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.

Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut
sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi
dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan
oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemialymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Blooms, trisomi 21 (Sindrom Downs), Trisomi G (Sindrom
Klinefelters), Sindrom fanconis, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia
Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah
atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri
pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati,
maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Penyebab
yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari
sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down
dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
2.1.4 Manisfestasi klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pilek tidak sembuh-sembuh


Pucat, lesu, mudah terstimulasi
Demam dan anorexia
Berat badan menurun
Ptechiae, memar tanpa sebab
Nyeri abdomen
Lumphedenopathy

h. Hepatosplenomegaly
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai
penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh
seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral (Iman, 1997).
2.1.5 Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi
akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan
nyeri persendian (Iman, 1997).
Sel mesenkim, stem sel, sel retikular
Sumsum tulang
Jaringan mieloid
Sel blas, mioblast
Poliferasi SDP immatur
Mekanisme imun terganggu
Hematopoesis terganggu
akumulasi imun terganggu
Resiko infeksi
inflamasi
Hati
Tulang
SSP
Limpa
Hepatomegali
Nyeri tulang
Limfatomegali
Sist neorologis trganngu
Nyeri tekan
Gg. nutrisi
Sakit kepala, nausea, penglihatan kabur, diplopea,
Prod. SDM trganggu
trombositopenia
Anemia
Pembekuan trganggu

Suplai o2 menurun
Pucat, lesu, letargi, dispnea
Perdarahan spontan
Resiko syok hipovolemik

Risiko injuri
Gg pola nafas

(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
1.

Pelaksanaan kemoterapi

2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid
(prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang
dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk
mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.

4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi
perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm, maka diperlukan transfusi
trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada
kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi selsel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri
lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
2.2 Konsep Dasar Askep
2.2.1 Pengkajian

a. Data biografi pasien


Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari 20
tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat,
kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya
infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c)Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
d) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.

e) Riwayat psikososial
a. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.
Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar
rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam
keadaan ekonomi yang sederhana.
f)
-

Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
Anemi normokrom normositer
Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11
Hb
: 7,3 mg / dl ( N : 12.0 16.0 g/dL).
Trombosit
: 100.000 (150.000-400.000/mm3)
SDP : 60.000/cm (50.000)
PT/PTT : memanjang

- Copper serum : meningkat


- Zink serum : menurun
g) Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
- Transfusi bila perlu
- Klorambusil
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia
(Simon, 2003).
2.2.3 Intervensi dan Rasional
a) Dx. 1
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negative
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

4.

Gunakan

teknik

aseptik

yang

cermat

untuk

semua

prosedur

invasif

Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi


5. Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum,

ulserasi

mukosa,

Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi


6.
Inspeksi
membran
mukosa
mulut.

dan
Bersihkan

masalah
mulut

dengan

gigi
baik

Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil : - klien tidak pusing
- Klien tidak lemah
- HB 12 gr/%
- Leukosit normal
- Tidak anemis
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas

2.
3.
4.
5.

sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
c) Dx. 3
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil : HB 12gr/%
Tidak anemis
Intervensi :

1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal

3.
4.
5.
6.
7.

Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah


Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab, tidak sianosis

1.
2.
3.
4.
5.
6.
e)

1.
2.
3.
4.
5.

Intervensi :
Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
Dx. 5
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik
Intervensi :
Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
Gunakan pelembab bibir

Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko
aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f) Dx. 6
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak anemis
- Mukosa bibir lembab
- Nafsu makan meningkat
- Bb meningkat
Intervensi :
1. Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah
serta kemoterapi
2. Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang
dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa
suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein
yang adekuat

7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep


Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari
normal
g) Dx. 7
Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima klien
Kriteria hasil : - skala nyeri 3
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4.
Lakukan
teknik
pengurangan
nyeri
non
farmakologis
yang
tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h) Dx. 8
Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil : - klien bersih
- Klien merasa nyaman
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada
beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
7. Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i) Dx. 9
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas
- Klien memahami instruksi dari perawat
Intervensi :
1. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus

Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial


3. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata

rias, dan pakaian yang menarik


Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j) Dx. 10
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
a hasil : - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
- Klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klien menjalani
kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan klien sebelum
diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999).
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat
tercapai.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.

c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.


d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan
klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal,
pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).

BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Reg
: 111234
Tanggal masuk
: 10-11-2010
Tanggal Dikaji : 10-11-2010

Ruangan
Diagnosa Medis

: Melati
: Leukemia

3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama
: Tn. Z
Umur
: 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Sukamerindu
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Anak ke
:1
Penanggung Jawab
Nama
: Ny.K
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sukamerindu
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hub dengan klien
: Ibu kandung
b.Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun
disertai mual dan muntah.
c.

Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan sekarang


Klien Tn. Z masuk IGD Rumah sakit M. Yunus Bengkulu pada tanggal 10 Desember 2010
diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam, lemah disertai dengan nafsu
makan menurun dan rasa mual muntah. Keluhan tersebut dirasakan sejak 5 bulan terakhir, dan
akhir-akhir ini sering disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat melakukan pengkajian
tanggal 10 Desember 2010 pukul 13.30 Wib di ruangan Melati didapatkan bahwa klien tampak
pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri dan nafsu makan menurun, klien tampak gelisah.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien saat
ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek klien pernah menderita penyakit yang sama dengan
d.
a)
b)
c)

penyakit yang sedang diderita klien saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadara
: Compos Mentis
TTV
:
TD
: 110/70 mmHg

N
: 108x/menit
S
: 38,50C
RR
: 18x/menit
GCS, : E
=4
M
=6
V
=5
JUMLAH : 15
d) Kepala :
Inspeksi

: Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.

Palpasi

: Tidak terdapat benjolan.


e) Mata :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.
f)

Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.

g) Mulut :
Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.
h) Telinga :
Inspeksi : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
Palpasi
i)

: Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.

Leher :
Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
Palpasi

j)

: tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher

Dada/Thorak :

Inspeksi

: Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.

Palpasi

: Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.

Perkusi

: Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.

Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.


k) Abdomen :
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.
Palpasi

: terdapat hepatomegali dan splenomegali.

Auskultasi : Bising usus 20x/menit.


Perkusi
l)
Inspeksi

: Bunyi tympani.
Genetalia :
: Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk simetris.
Palpasi

: Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.

m) Extremitas :
Atas

: Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik.

Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.
n) Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.

e. Riwayat Psikososial
1. Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan klien dengan keluarga baik.
Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di Rumah Sakit.
2. Sosial dan ekonomi
Klien bekerja sebagai wiraswasta, banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.
3. Data Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup, sebelum sakit klien sering beribadah.
f.

Data Penunjang
Hb

: 9,3 mg / dl ( N : 12.0 16.0 g/dL).


Leukosit
Trombosit
SDP
PT/PTT

: 24000 / mm3 (5000-10000/ mm3)


: 100.000 (150.000-400.000/mm3)
: 60.000/cm (50.000)
: memanjang

Copper serum : meningkat


Zink serum : menurun

Kebiasaan Sehari-hari
No
KEBIASAAN
1. A. Nutrisi
- Makanan
Frekuensi
Jenis
Masalah
- Minum
Frekuensi
Jenis

DIRUMAH

DIRUMAH SAKIT

3X sehari
1 porsi
Nasi + sayur
Tidak ada

3X sehari
1/2 porsi
Nasi + Sayur
ada

6-7 gelas / hari


Air putih

2-3 gelas / hari


Air putih

Kebiasaan minum kopi


2. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Bau
BAK
Frekuensi
Warna
Gangguan BAK
Jumlah
Bau
3. Istirahat dan tidur
Tidur siang
Tidur malam
Gangguan tidur
4.
Personal Hygiene
Mandi
Frekuensi
Pakai Sabun
- Cuci Rambut
Frekuensi
Pakai shampo
- Sikat gigi
Frekuensi
Pakai pasta
Kebersihan
5.
Aktivitas sehari-hari

Tidak ada

Tidak ada

1x sehari
Lembek
Kuning
Khas

1x sehari
Agak keras
Kuning
Khas

2 x sehari
Kuning
Tidak ada
1500 cc
Khas

1x sehari
Kuning
Tidak ada
1000 cc
Khas

Jarang
6-7 jam / hari
Tidak ada

4-5 jam / hari


5-6 jam / hari
Tidak ada

2x / hari
Ya

Hanya di Lap
Tidak

3x / minggu
Ya

Tidak pernah
Tidak

2x / hari
Ya
Aktivitas klien
dilakukan secara
mandiri

Tidak pernah
Tidak pernah
Aktivitas klien dibantu
oleh keluarga dan perawat

ANALISA DATA

Nama
: Tn. Z
Umur
: 27 Tahun
No.
Data Senjang
DS
1. :
- Klien mengeluh badannya terasa
lemah
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- klien mengatakan mual dan muntah
DO :
Klien tampak gelisah
Klien tampak pucat dan lemah
Turgor kulit jelek
Mukosa bibir kering
BB awal 55kg

Ruangan
: Melati
No. Register : 111234
Interpretasi Data
Masalah
Sel mesenkim
Gangguan nutrisi

Sel blast, mioblast

Proliferasi SDP
immatur

Akumulasi

Infiltrasi

Hati

Hematomegali

Gg nutrisi

BB sekarang 49kg
TB 160cm
2.

Intoleransi aktivitas

DS :
Kilen mengatakan pusing
Klien mengatakan badannya lemah
Klien mengatakan berkunang saat
berdiri
Klien mengatakan mengalami
tanda-tanda ini sejak 5 bulan
terakhir.
HB 9,3 gr / %
Leukosit 24000/mm3
DO :
Klien tampak lemah

Kegagalan sumsum
tulang belakang

Produksi eritrosit
menurun

Transfor nutrisi
kejaringan menurun

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Klien tampak pucat


Klien tampak anemis
Aktivitas klien tampak dibantu

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z
Umur
: 27 Tahun
No Diagnosa keperawatan
1.

Tanggal
ditemukan
Perubahan nutrisi kurang 10-11-10
dari

kebutuhan

yang

tubuh

anoreksia,

malaise,
muntah,

ji

berhubungan

dengan
2.

Ruangan
: Melati
No. Register : 111234
Paraf
Tanggal
Paraf
teratasi

mual
efek

kemoterapi

dan 10-11-10

samping

dan

atau

stomatitis
Intoleransi
berhubungan

aktivitas
dengan

kelemahan akibat anemia

ji

INTERVENSI KEPERAWATAN

No
dx
1

Nama
Umur
Tgl/jam
10-11-10/
14.00

: Tn. Z
: 27 Tahun
Tujuan dan kriteria
hasil
Setelah dilakukan 1.

Rencana Tindakan
Dorong klien untuk
1.

tindakan keperawatan

tetap

rileks

selama 3 x 24 jam

makan

Jelaskan

saat hilangnya

dan

2.
dengan kriteria hasil :

Izinkan

klien

semua
2.
makanan yang dapat

muntah

Klien tidak pucat dan

ditoleransi,

Untuk
mempertahankan
nutrisi yang optimal

rencanakan

lemah

serta

kemoterapi

memakan

gelisah

nafsu

langsung dari mual

nutrisi terpenuhi
Klien tidak tampak

bahwa ji

makan adalah akibat

diharapkan kebutuhan

untuk

memperbaiki kualitas

Turgor kulit baik


Mukosa bibir lembab

gizi pada saat selera


makan

Tidak anoreksia
BB meningkat

Ruangan
: Melati
No. Register : 111234
Rasional
Paraf

3.

klien
3.

meningkat
Berikan

untuk
memaksimalkan

makanan

yang

disertai

kualitas

intake

nutrisi

suplemen nutrisi gizi,


seperti

susu

bubuk

atau suplemen yang


4. Untuk mendorong
dijual
agar
klien
mau
4. Izinkan klien untuk
makan
terlibat
dalam
persiapan

dan
5. Karena jumlah yang
pemilihan makanan
5.
Dorong masukan kecil
biasanya
nutrisi dengan jumlah ditoleransi
6.

dengan

sedikit tapi sering


baik
Dorong klien untuk
6. kebutuhan jaringan

makan

diet

tinggi metabolik

kalori kaya nutrient

ditingkatkan

begitu

juga

untuk

cairan

menghilangkan
produk

sisa

suplemen

dapat

memainkan peranan
penting

dalam

mempertahankan
masukan kalori dan
7. Timbang BB, ukur TB protein yang adekuat
7.
membantu
dan
mengidentifikasikan
malnutrisi

kalori,

khususnya bila BB
2

11-10-10
15.00

Setelah

dilakukan
1.

Evaluasi

kurang dari normal


laporan
1. Menentukan derajat ji

tindakan keperawatan kelemahan, perhatikan dan


selama 3 x 24 jam ketidakmampuan
diharapkan klien dapat untuk
melakukan

efek

ketidakmampuan

berpartisipasi

dalam aktifitas sehari-

aktivitasnya

secara hari
2. Menghemat energi
2. Berikan lingkungan
mandiri.
Dengan
untuk aktifitas dan
tenang dan perlu
Kriteria hasil :
regenerasi
seluler
istirahat
tanpa
Kilen tidak pusing
atau penyambungan
gangguan
Klien tidak lemah
jaringan
Klien tidak
3.
Mengidentifikasi
berkunang saat berdiri
3.
HB 12 gr / %
Leukosit normal
Klien tidak tampak
pucat

kebutuhan individual
Kaji
untuk
pada

kemampuan
berpartisipasi
aktifitas

diinginkan

yang

dan

membantu

pemeliharaan

intervensi
atau
4.
Memaksimalkan

Klien tidak tampak


anemis

dibutuhkan
4.
Berikan

sediaan energi untuk


bantuan

tugas perawatan diri

dalam aktifitas sehariPemberian transfusi


hari dan ambulasi
5. Kolaborasikan dengan darah
akan
pemberian
darah

transfusi meningkatkan kadar


hemoglobin di dalam
darah

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama
: Tn. Z
Ruangan
: Melati
Umur
: 27 Tahun
No. Register : 111234
Tgl/jam No
Tindakan Keperawatan
Respon hasil
Paraf
10-11-10 11. Mendorong klien untuk tetap
Klien makan dengan ji
14.30
rileks saat makan
rileks
2. Mengizinkan klien memakan
semua makanan yang dapat
ditoleransi,

merencanakan

untuk memperbaiki kualitas

Klien

hanya

menghabiskan 3/4 porsi


makanannya

gizi pada saat selera makan


3.

klien meningkat
Memberikan makanan yang
disertai suplemen nutrisi gizi,

Nutrisi klien tercukupi


Klien memilih sendiri
makanan yang ia inginkan

seperti

susu

bubuk

atau sesuai dengan diit yang

suplemen yang dijual


telah disarankan
Mengizinkan klien untuk
Klien ingin memakan
terlibat dalam persiapan dan
makanannya
ji
pemilihan makanan
Nutrisi klien tercukupi
5. Mendorong masukan nutrisi
BB klien 52kg dan TB
dengan jumlah sedikit tapi
2
160cm
sering
6.
Mendorong klien untuk
4.

15.30

makan diet tinggi kalori kaya


7.

nutrient
Menimbang

BB

dan

mengukur TB
1.

Klien tampak masih


berbaring di tempat tidur

Mengevaluasi

laporan

kelemahan,memperhatikan
ketidakmampuan

Lingkungan

tenang,

untuk klien merasa nyaman

berpartisipasi dalam aktifitas


sehari-hari
2.
Memberikan
tenang

dan

Klien

tampak

lingkungan bersemangat
memerlukan

Klien
mengikuti
istirahat tanpa gangguan
3. Mengkaji kemampuan untuk instruktur yang diberikan
berpartisipasi pada aktifitas
yang
4.

diinginkan

atau

Hb klien meningkat

dibutuhkan
Memberikan bantuan dalam
aktifitas

sehari-hari

dan

ambulasi
5.

Mengkolaborasikan
pemberian transfusi darah

EVALUASI
Nama
Umur

: Tn. Z
: 27 Tahun

Ruangan
No. Register

: Melati
: 111234

Tgl
13-11-10

No
Perkembangan
dx
1 S = - Klien mengatakan sudah ada nafsu makan tapi

Paraf

ji

sedikit

13-11-10

- klien mengatakan tidak mual dan muntah


O =- Klien masih tampak pucat dan lemah
Turgor kulit baik
Mukosa bibir lembab
BB awal 55kg
BB sekarang 52kg
TB 160cm
A = Masalah teratasi sebagian
2
P = Intervensi dilanjutkan
S = - Kilen mengatakan pusing
HB 10 gr / %
Leukosit 12.000/mm3
TD
: 120/70 mmHg
N
: 95x/menit
S
: 37,50C
RR
: 18x/menit
O =- Klien tampak lemah
Klien tampak pucat
Konjungtiva tampak anemis
Aktivitas klien tampak dibantu
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan

ji

BAB IV
PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu Leukemia merupakan kanker yang
terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu
sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan kepada pembaca dan
penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data
di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
3.2.Saran.
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang
kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami
ucapkan terima kasih.

asuhan keperawatan pada pasien leukemia


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Penyakit ini merupakan penyakit darah dan organ-organ yang disebabkan karna pertumbuhan
yang subur atau proliferasi sel-sel darah putih yang imatur sehingga mempengaruhi produksi selsel darah merah lainnya.
Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah yaitu pada
sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam memproduksi sel-sel darah tapi sel
darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah
normal terhambat.
Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan kesehatan yang
optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya, memantau kondisi
pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang dapat membuat penyakit leukemia yang
pasien derita bertambah parah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan leukemia?
2. Apa saja manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia?

3. Apa patofisiologi dari leukemia?


4. Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi pasien leukemia?
1.3
1.
2.
3.
4.

Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang leukemia.
Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia.
Untuk memahami patofisiologi dari leukemia.
Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Organ
Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan yang terdapat dalam pembuluh
darah, dan termasuk dalam sistem hematologi. Jumlah darah setiap individu berbeda-beda
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Normalnya pada orang
sehat 1/13 dari berat badan atau 4 sampai 5 Liter. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut dan
sebagai pertahanan tubuh serta penyebar panas keseluruh tubuh.
Darah mengandung:
1. Air 91%
2. Protein 8% (Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinogen)
3. Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium dan Asam
Amino)
Darah itu sendiri terbagi atas :

Eritrosit
Merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak berinti.
Normalnya 5.000/mm3 darah. Eritrosit ini mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin (Hb).
Hb normal wanita 11,5 mg% dan Hb normal laki_laki 13 mg%. Eritrosit berfungsi sebagai
pengikat oksigen dari paru-paru lalu diedarkan keseluruh tubuh dan mengikat CO 2 dari jaringan
tubuh lalu dikeluarkan malalui paru-paru.

Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang terbagi atas dua kategori : granolosit sebanyak
60% san sel mononuklear (agranosit) sebanyak 40%. Leukosit memiliki inti dan bentuk yang
berubah-ubah. Leukosit berfungsi sebagai pertahan tubuh terhadap benda asing yang menyerang
tubuh. Contoh infasi bakteri
Normal leukosit : 5.000-10.000 mm3

Trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada bulat dan
lonjong. Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000 450.000/mm 3. Leukosit
berfungsi sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam pembekuan darah

2.2 Landasan Teoritis Penyakit


A. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer,
dkk, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel sel pembentuk darah dalam sum
sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum tulang
yang ditandai oleh proliferasi sel sel darah putih dengan manifestasi adanya sel sel abnormal
dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam
darah berfloreferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal.
Oleh karena proses tersebut fungsi fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga
menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa leukemia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat cepat (poliferasi) sel darah
putih yang abnormal pada jaringan pembentuk darah.
Klasifikasi Leukemia
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel
limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid
seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.
1. Leukemia Mielogenosa Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.
Semua

kelompok

usia

dapat

terkena;

insidensi

meningkat

sesuai

bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering


terjadi.
2. Leukemia MielogenosaKronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid.
Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan.CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi
mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia
4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur
berproliferasi

dalam

sumsum

tulang

dan

jaringan

perifer,

sehingga

mengganggu perkembangan sel normal.


4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa
saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

B.

Etiologi
Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi & Rita Yuliani, 2001),
yaitu :

a.
b.

Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.
Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi leukemia timbul

c.
d.
e.

bertahun tahun kemudian.


Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti neoplastik.
Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.
Obat obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat obatan kardiogenik seperti

f.

diethylstilbestrol
Neoplasma
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang
tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan sum
sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera,

g.

mielosklerosis atau anemia plastik.


Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.

C.

Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia menurut Suriadi & Rita
Yuliani (2001) adalah sebagai berikut :

a.

Pilek tidak sembuh sembuh

b.

Demam dan anorexia

c.

Pucat, lesu, mudah terstimulasi

d.

Berat badan menurun

e.

Ptechiae, memar tanpa sebab

f.

Nyeri pada tulang dan persendian

g.

Nyeri abdomen

h.

Lumphedenopathy

i.

Hepatosplenomegaly

j.

Abnormal WBC
Manifestasi klinik lainnya, yaitu:
1. Anemia

Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum
tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin,
turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami
pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya
tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat
bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti
gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini
dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah,
perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik
D. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi

Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum sum tulang yaitu
adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan gambaran darah tepi terdapat sel
blas yang merupakan gejala patonomenik untuk leukemia.
b. Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam urat dapat
meningkat dan hipogamaglobinemia.
c. Sum sum Tulang
Dari pemeriksaan sum sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri dari sel
limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat pula adanya liatus leukemia
yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segment) dan sangat
kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan
sel batang).
2. Biopsi Limpa
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES, Granulosit, pulp cell.
3. Cairan Serebropinalis
Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.
4. Sistogenik
Dari pemeriksaan sistogenik 70 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya kelainan
kromosom yaitu pada kromosom 21.
Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu :
a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm 3
saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm 3
adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya
juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
f. PTT : memanjang
g. LDH : mungkin meningkat
h. Asam urat serum : mungkin meningkat
i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j. Copper serum : meningkat

k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.

Zink serum : menurun


Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika
tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel
muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya
pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau
bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau
dosis obat dikurangi.
4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a)

Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:

Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi
perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm, maka diperlukan transfusi

trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:

Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi selsel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi

gejala-gajala yang tampak.


Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri

lagi.
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa, sambiloto, daun
pegagan dan buah mengkudu.
F. Komplikasi

Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:


1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia
dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi Leukemia
juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada
keadaan Leukemia dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat

menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan


hematom.
3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan
ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang
berkembang pesat.
4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan
leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar,
bahkan beresiko untuk pecah.
5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus
leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar
trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang
abnormal dan mengakibatkan stroke.
6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih
rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga dapat menurunkan kadar
leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
7. Kematian.
G. WOC (terlampir)
2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih
dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam
dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan
membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi,
gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat kesehatan keluarga,

adanya keluarga yang mengalami gangguan

hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.


c. Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat composmentis
selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada penderita leukemia
betuk kepala simetris.
Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak ada nyeri tekan.
b. Pemeriksaan mata
Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan

Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan konjungtiva yang
anemis.
Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip. Penderita leukemia
memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa
papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut sudut bibir pecah pecah.
e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan
keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus terlihat
Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : tentukan batas jantung.
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru paru
Inspeksi
: kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya normal.
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi
:
Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat nyeri tekan,
dan hepar akan teraba.
Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya
pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm 3
saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm 3
adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya
juga menunjukkan normositik, anemia normositik.

2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml


3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
e. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
- Mengkaji kesehatan klien secara umum.
- Menanyakan alasan klien datang ke RS dan harapannya.
- Mengkaji gambaran/pandangan klien terhadap sakit dan cara penangannya.
- Kepatuhan terhadap obat.
- Mengkaji riwayat kesehatan keluarga klien.
- Mengkaji tindakan dalam menjaga kesehatan.
2. Nutrisi dan Metabolik
- Mengkaji intake makanan dan cairan klien.
- Mengkaji gambaran komposisi makan.
- Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan.
- Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.
- Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.
- Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.
- Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.
Biasanya klien dengan leukemia mengalami penurunan nafsu makan, sehingga berat badannya
juga menurun.
3. Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
Mengkaji pola defekasi yang meliputi : frekuensi, warna,dan karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .
4. Aktivitas dan Latihan
- Mengkaji gambaran aktivitas sehari-hari klien sebelum dan sesudah merasakan sakit.
- Pola olahraga yang biasa dilakukan.
- Mengkaji aktivitas yang dilakukan waktu senggang.
Biasanya klien mengalami kelelahan, dan tidak dapat beraktivitas dengan baik.
5. Tidur dan Istirahat
- Mengkaji pola tidur klien yang meliputi lama waktu tidur, dan keefektifan.

Mengkaji apakah mempunyai kebiasaan sebelum tidur.


Menanyakan apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
Mengkaji kebiasaan jam berapa tidur dan bangun klien.
Biasanya tidur klien terganggu karena penyakit yang dideritanya.
6. Kognitif dan Persepsi
- Mengkaji kemampuan membaca, menulis dan mendengar klien.
- Menanyakan pada klien atau keluarga apakah mengalami kesulitan dalam mendengar.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu lihat atau dengar.
- Mengkaji apakah ada keluhan pusing atau sebagainya.
Biasanya klien sering mengalami pusing.
7. Persepsi Diri- Konsep Diri
- Mengkaji bagaimana gambaran diri klien.
- Mengkaji apakah sakit yang ia alami mengubah gambaran diri klien.
- Hal-hal apa saja yang membebani pikiran klien.
- Mengkaji apakah klien sering merasa cemas, depresi, dan takut.
Biasanya klien merasa cemas dan takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan.
8. Peran Hubungan
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan lingkungan sekitar
-

berjalan dengan baik.


Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.

9. Seksualitas dan Reproduksi


- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat melakukan hubungan
seks.
- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena terjadinya perdarahan.
10. Koping Toleransi Stress
- Mengkaji apa yang menjadi visi klien kedepan.
- Mengkaji apakah klien biasa mendapatkan apa yang diinginkannya.
- Mengkaji sejauh mana klien harus berusaha untuk mendaptkan apa yang diinginkan.
- Mengkaji bagaimana penanganan klien tentang stress yang mungkin ia hadapi.
11. Nilai- Kepercayaan
- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi kehidupannya.
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang penting dalam kehidupan
klien.
Perumusan NANDA, NOC, NIC

No.
1.

Diagnosa (NANDA)
Resiko

infeksi

penurunan
kekebalan tubuh

Kriteria Hasil (NOC)

Intervensi (NIC)

b.d Status imun

Manajemen lingkungan

sistem Klien diharapkan mampu:

Tidak

adanya

Intervensi yang dilakukan :

infeksi

Ciptakan lingkungan yang

berulang
aman untuk pasien.
Tidak adanya tumor

Identifikasi
kebutuhan
Status pencernaan dari skala
keamanan pasien, berdasarkan
yang diharapkan
Status pernapasan dari skala tingkat fisik, dan fungsi

kognitif dan pengalaman masa


yang diharapkan
Berat badan dalam batas lalu.

normal

Hindari lingkungan yang


Suhu tubuh normal
berbahaya (ex : permadani
Tidak adanya kelelahan
lepas dan kecil, perabotan
secara terus menerus
Jumlah sel darah putih rumah yang dapat dipindahpindahkan).

dalam batas normal


Status nitrusi

Klien diharapkan mampu


menormalkan:

Hindari objek yang berbahaya


dari lingkungan.
Usaha perlindungan dengan

Pemasukan nutrisi
pinggir jeruji/pinggir lapisan
Pemasukan makanan dan jeruji, dengan tepat.
cairan

Dampingi pasien selama


Energi
aktivitas di luar bangsal.
Masa tubuh
Berat badan
Atur tinggi rendahnya tempat
tidur.

Sediakan

peralatan

yang

adaptif (ex : tangga yang dapat


disandarkan

dan

susuran

tangan), dengan tepat.

Tempatkan furniture dalam


ruangan dengan susunan yang

tepat.

Sediakan

tabung

panjang

untuk membuat gerakan lebih


leluasa.

Tempatkan
digunakan

objek
dalam

yang
batas

jangkauan.

Sediakan kamar untuk 1


orang.

Sediakan tempat tidur yang


bersih dan nyaman.

Sediakan tempat tidur yang


kokoh/kuat.

Tempatkan perubahan posisi


tempat tidur dalam kondisi
yang mudah dijangkau.

Kurangi

rangsangan

dari

lingkungan.

Hindari pencahayaan yang


tidak penting, sirkulasi udara,
keadaan yang terlalu panas,
ataupun dingin.

Atur suhu lingkungan sesuai


kebutuhan pasien, jika suhu
tubuhnya berubah.

Kontrol/cegah bising yang


berlebihan,

bila

memungkinkan.

Kontrol pencahayaan untuk


manfaat terapeutik.

Batasi jumlah pengunjung.


Batasi

kunjungan

secara

kepada

pasien,

personal

keluarga, kebutuhan penting


lainnya.

Lakukan rutinitas sehari-hari


sesuai kebutuhan pasien.
Manajemen nutrisi
Intervensi yang dilakukan :

Tanyakan
mempunyai

apakah
alergi

pasien
terhadap

makanan.

Pastikan makanan kesukaan


pasien.

Dorong kenaikan pemasukan


zat

besi

makanan,

dengan

tepat.

Dorong kenaikan pemasukan


protein, zat besi, vitamin C,
dengan tepat.

Berikan pasien dengan protein


tinggi, kalori tinggi, nutrisi
makanan
minuman

cemilan
itu

bisa

dan
dengan

mudah mengonsumsi denagn


tepat.

Ajarkan pasien bagaimana


menafkahkan
makanan,
kebutuhan.

buku
sesuai

harian
dengan

Kontrol catatan pemasukan


untuk kandungan nutrisi dan
kalori.

2.

Resiko perdarahan b.d Pembekuan darah

Pencegahan perdarahan

trombositopenia

Intervensi yang dilakukan :

Klien diharapkan mampu


menormalkan :

Gumpalan pembentukan
Waktu protrombin
Hb
Perdarahan
Memar
Petechiae

Monitor
terjadinya

kemungkinan

perdarahan

pada

pasien

Catat kadar HB dan Ht setelah


pasien mengalami kehilangan
banyak darah

Pantau gejala dan tanda


timbulnya

perdarahan

yang

berkelanjutan

9cek

sekresi

pasien

yang

terlihat

baik

maupun yang tidak disadari


perawat)

Pantau
termasuk
waktu

factor

koagulasi,

protrombin

paruh

(Pt),

tromboplastin

(PTT), fibrinogen, degradasi


fibrin, dan kadar platelet dalam
darah)

Pantau

tanda-tanda

vital,

osmotic, termasuk TD

Atur pasien agar pasien tetap


bed

rest

juka

masih

ada

indikasi pendarahan

Atur
produk

kepatenan/
/

alat

kualitas
yang

berhubungan

dengan

perdarahan

Lindungai pasien dari hal-hal


yang menimbulkan trauma dan
bias menimbulkan perdarahan

Jangan lakukan injeksi


Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral
pasien

Gunakan alat ukur elektrik


yang memiliki pinggiran tepi
saat pasien mencukur

Hindari tindakan invasive


Cegah memasukkan sesuatu
kedalam lubang daerah yang
mengalami perdarahan

Hindari pengukuran suhu


secar rectal

Jauhkan

alat-alat

berat

disekitar pasien

Instruksikan pasien untuk


menghindari/ menjauhi aspirasi
atau anti koagulan yang lain

Instruksikan pasien untuk


menghindar

aspirin/

antikoagulan yang lain

Instruksikan pasien untuk


emngkonsumsi makanan yang
mengandung vit K

Cegah terjadi konstipasi

Ajarkan pasien dan keluarga


untuk mengenali tanda-gejala
terjadinya

perdarahan

tindakan

pertama

dan
untuk

penanganan selama perdarahan


berlangsung
3.

Intoleransi

aktivitas Toleransi aktivitas

Terapi aktivitas

b.d kelemahan umum Klien diharapkan mampu


(anemia)

untuk menormalkan:

Intervensi yang dilakukan:


Kolaborasi dengan terapis

Saturasi oksigen ketika dalam

merncanakan

dan

beraktivitas
Denyut

beraktivitas
dalam beraktivitas
Laju pernapasan ketika
Bantu mengekplorasi aktivitas

beraktivitas
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolic
Pemeriksaan EKG
Warna kulit
Kekuatan tubuh atas
Kekuatan tubuh bawah

nadi

Daya tahan

ketika

yang bemanfaat bagi pasien


Bantu
mengidentifikasi
sumberdaya

yang

dimiliki

dalam beraktivitas
Bantu pasien/keluarga dalam

beradaptasi dengan lingkungan


Bantu menyusun aktivitas

Klien diharapkan mampu

untuk menormalkan:

memonitor program aktivitas


Tingkatkan komitmen pasien

fisik
Pastikan lingkungan aman
untuk pergerakan otot
Jelaskan aktivitas motorik

Kinerja dari rutinitas

Aktivitas
untuk meningkatkan tonus otot
Konsentrasi

Berikan reinforcemen positif


Kepulihan energy setelah
selama beraktivitas
beraktivitas

Monitor respon emosional,


Tingkat oksigen darah
fisik, sosial dan spiritual
Tingkat kegelisahan

Manajemen energy

Klien diharapkan mampu

Intervensi yang dilakukan

untuk menormalkan:

Nyeri
Cemas
Mengerang
Stress
Takut
Kegelisahan
Nyeri otot
Meringis
Sesak nafas
Mual
Muntah

Tentukan pembatasan aktivitas

fisik pasien
Jelaskan

menyebabkan kelemahan
Jelaskan penyebab kelemahan
Jelaskan apa dan bagaimana
aktivitas

yang

tanda

yang

dibutuhkan

untuk membangun energi


Monitor intake nutrisi yang
adekuat
Monitor

respon

kardiorespirasi selama aktivitas


Monitor pola tidur
Monitor
lokasi

ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM aktif/pasif
Bantu pasien membuat jadwal

istirahat
Monitor efek obat stimulan

dan depresan
Monitor respon oksigenasi
pasien

4.

Nyeri b.d agen cedera Tingkat Kecemasan :

Mengurangi rasa cemas:

biologis

Intervensi yang dilakukan:

fisiologis
leukemia)

(efek Klien diharapkan mampu


dari untuk :

Menghindari

Tenangkan

klien

dan

perasaan melakukan pendekatan.

Kaji perspektif situasi stress

gelisah.
Menghindari serangan panik klien.
Menghindari Rasa cemas

Berikan informasi faktual

yang berlebihan.
mengenai diagnosis, terapi,
Mengontrol tekanan darah.
dan prognosis.
Mengontrol peningkatan

Bantu pasien untuk untuk

denyut nadi.
Mengontrol

meminimalisir

bisa mengganggu tidur.

verbal.

Tingkatan nyeri

Menajemen nyeri

Klien diharapkan mampu

Intervensi yang dilakukan:

Ajarkan

klien

relaksasi.
Ajarkan klien bagaimana cara
menghindari

Ketidakseimbangan
nutrisi

kurang

dari Klien diharapkan mampu

(anoreksia)

biologi

Pemasukan nutrisi
Pemasukan makanan
Pemasukan cairan
Energy
Berat badan
Tonus otot
Hidrasi

Menyeimbangkan

rasa

Intervensi yang dilakukuan:


Anjurkan asupan kalori yang

gaya hidup.
Kontrol asupan nutrisi dan

kalori.
Anjurkan kepada klien untuk
mengkonsumsi

nutrisi

yang

cukup.
Pengontrolan nutrisi

Klien diharapkan mampu

dari

sesuai dengan kebutuhan dan

Nafsu makan
untuk menormalkan:

diri

cemas.
Mengontrol nafsu makan:

Status Nutrisi

kebutuhan tubuh b.d untuk menormalkan:


faktor

tentang

Mengendalikan rasa nyeri.


bagaimana cara mengontrol
Mengontrol diri dari
rasa nyeri.
kehilangan nafsu makan.
Ajarkan klien teknik-teknik

5.

cemas

peningkatan yang timbul.

Kaji tanda-tanda kecemasan


jumlah pernafasan.
Menghindari hal-hal yang baik secara verbal maupun non

untuk:

rasa

nafsu

Intervensi yang dilakukuan:


Tanyakan
mempunyai

apakah
alergi

pasien
terhadap

makan
makanan
Menyeimbangkan Pasokan

Tentukan makanan pilihan


cairan tubuh
pasien
Menyeimbangkan Pasokan

Tentukan jumlah kalori dan

nutrisi tubuh

jenis

zat

makanan

yang

Weight gain behavior :

diperlukan untuk memenuhi

Klien diharapkan mampu :

nutrisi, ketika berkolaborasi

Mengidentifikasi penyebab dengan ahli makanan, jika

diperlukan
kehilangan berat badan
Tunjukkan intake kalori yang
Memilih sebuah target sehat
tepat sesuai tipe tubuh dan

berat badan.

Mengidentifikasi gaya hidup

Timbang berat badan pasien


pemasukan kalori
Memilihara suplai nutrisi pad jarak waktu yang tepat
makanan dan minuman yg Terapi Nutrisi
adekuat
Intervensi yang dilakukan :
Meningkatkan nafsu makan

Monitor pemasukan cairan


dan makanan dan menghitung

pemasukan kalori sehari-hari


Bantu pasien membentuk
posisi

6.

Kerusakan

duduk

yang

benar

sebelum makan
Ajarkan pasien dan kelurga

tentang memilih makanan


integritas Intregitas jaringan : kulit dan Pengawasan kulit

kulit b.d zat kimia membran mukosa


mampu

(kemoterapi,

Klien

radioterapi)

menormalkan :

(suhu),

Temperatur
Sensasi
Elastisitas
Pigmentasi
Warna
Ketebalan
Jaringan bebas lesi.

tekstur kulit, udem.


Pantau area yang

diharapkan

Intervensi yang dilakukan:

Amati warna kulit, kehangatan


bengkak,

getaran,
tidak

berwarna dan memar kulit

serta membran mukosa.


Pantau kelainan kekeringan

dan kelembaban kulit.


Catat perubahan kulit atau

membran mukosa.
Periksa keketatan pakaian.

Pantau warna kulit.


Pantau suhu kulit.
Instruksikan

anggota

keluarga / pemberi perawatan


tentang tanda tanda dari
kerusakan kulit.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. S datang ke rumah sakit M. Djamil Padang Tanggal 11 januari 2013 dengan keluhan
sesak nafas sejak 4 hari yang lalu dan badan terasa lemas. Klien pingsan setelah beberapa saat ,
sampai ke tempat klien bekerja dan di bawa ke rumah sakit RSUD Payakumbuh. Setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8 gr/dl, trombosit 11.000 /mm 3 , leukosit 8.000 /
mm3. Sehingga mendapatkan transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3 Khloft. Namun hasil lab
tidak menunjukkan perubahan yang membaik, setelah 3 hari dirawat klien dirujuk ke RSUP M.
Djamil untuk dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan rawatan lebih lanjut.
3.1 Data Klinis
Nama

: Ny. S

Umur

: 35 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pendidikan

: DIII radioteraphy

Pekerjaan

: PNS diinstitusi kesehatan bagian radiologi

Alamat

: Jln. Gajah V, No. 16 A, Padang

Status perkawinan

: Menikah

Agama

: Islam

Suku

: Minang

Penanggung Jawab

: TN. ab (suami)

TB

: 160 cm

BB

: 45kg

Datang ke RS

: 11 januari 2013

Ruang

: UGD

No. Registrasi

: 804548

Alasan masuk rumah sakit :


Ny. S masuk rumah sakit M. Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu
dan badan terasa lemah, sebelumnya klien pingsan di temapt kerja.

3.2 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Ny. S ( 25th ) datang ke UGD RS M Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas, sering
pingsan dan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu. Tanda tanda vital Ny. S, RR= 26 x/menit, HR =
100 x/menit, suhu = 370 C, TD = 90/60 mmHg. Saat pengkajian klien mengaku, nafsu makannya
menurun, terkadang mual dan muntah. Selain itu klien juga mengaku ada merasakan nyeri
tulang. Klien tampak pucat.

Riwayat kesehatan dahulu


Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa anemia. Klien sering merasa lemas dan lesu
disaat bekerja dan serta pernah pingsan saat bekerja. Klien juga mengatakan sebelumnya tidak

pernah menderita penyakit ginjal, DM, dan hipertensi.


Riwayat kesehatan keluarga
Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. S tidak ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien, namun klien memiliki kembaran dan sudah meninggal 5 tahun yang lalu
akibat kecelakaan.

b. Pemeriksaan Fisik
Vital sign
TB
: 160 cm
BB
: 45 kg
BMI : 17,6
RR
: 26 x/menit
TD
: 90/60 mmHg
HR
: 100 x/menit
Suhu : 36,50 C

Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Bentuk : simetris
Rambut: warna rambut hitam tetapi kasar, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe
Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan
Pemeriksaan mata
Inspeksi
Palpebra: simetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis
Sclera : tidak ikterik.
Pemeriksaan hidung

Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak terdapat kelainan, tidak ada polip maupun peradangan,
tidak ada sekret.
Palpasi :ntidak terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan mulut
Inspeksi : simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah pecah, gusi berdarah.
Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sirumen dalam batas normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Fungsi pendengaran normal.
Pemeriksaan leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening
Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
j. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat
Palpasi : iktus teraba.
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.
Paru paru
Inspeksi
: simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi
: sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.
k. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep dan trisep baik.
Terdapat memar dan bercak bercak hitam kebiruan di tangan kiri
Ekstremitas bawah : pergerakan lemah, reflek patelanya baik.
Nyeri di persendian dan tulang.
c. Pemeriksaan Labor
Hemoglobin : 8 gram / dl (rendah)
Leukosit
: 8.000 / mm3 (normal)
Trombosit
: 11.000 / mm3 (rendah)
2. Pola Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Management Kesehatan
Ny. S datang ke Rsup. M. Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas dan sesak
nafas sejak 4 hari yang lalu. Kilen juga mengaku sering pusing dan sakit kepala. Kilen berharap

agar ia bisa cepat sembuh dengan berbagai pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh
rumah sakit. Klien menduga penyakit yang dideritanya ada hubungan nya dengan anemia yang
dideritanya beberapa tahun lalu. Klien telah mendapat transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3
kholf.
2. Nutrisi-Metabolik
Ny. S mengaku akhir - akhir ini nafsu makannya menurun dan sering mual serta muntah.
Dalam sehari, Ny. S mengaku hanya menghabiskan sepertiga dari porsi makan yang biasanya.
Semenjak sakit, klien mengalami penurunan berat badan 2 kg sejak satu bulan terakhir. Saat ini
klien mendapatkan asupan nutrisi berupa NaCl 0,9%.
3. Eliminasi
Ny. S memiliki kebiasaan buang air besar sehari-hari normal dan tidak merasakan
keluhan nyeri. BAK klien juga normal.
4. Aktivitas dan Latihan
Ny. S dalam kesehariannya merupakan PNS di salah satu institusi kesehatan. Klien
mudah merasa letih dan lemas. Pada saat bekerja klien mengaku kelelahan dan terkadang sesak
nafas, ini terjadi karena Hb klien rendah. Untuk mengurangi hal tersebut Ny. S berbaring dan
beristirahat total. Hal ini menyebabkan tingkat aktivitas klien menurun.
5. Istirahat dan tidur
Ny. S tidur rata-rata 7 jam setiap harinya. Namun semenjak sakit, jam tidur klien
berkurang karena klien sering merasakan sesak nafas disertai dengan mual dan muntah, sehingga
klien mengalami kesulitan untuk tidur.
6. Kognitif dan Persepsi Sensori
Kemampuan Ny. S untuk membaca dan menulis mulai terganggu sehingga klien
menggunakan kacamata (-) sebagai alat bantu, walaupun demikian klien tidak menagalami
gangguan pendengaran. Klien mengeluh mual, muntah dan nyeri pada persendian. Klien juga
sering mengalami pusing. Klien juga mengatakan mudah sekali memar dan berdarah jika
mengalami perdarahan.
7. Persepsi diri-Konsep diri
Ny. S mengaku mengalami penurunan nafsu makan sering mual dan muntah, badan
terasa lemah sehingga membuat klien merasa gelisah, cemas dan takut yang berlebihan, bahwa

penyakitnya tidak akan sembuh. Padahal klien berharap penyakitnya bisa sembuh, karena klien
merupakan seorang istri yang membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan kerluarganya.
8. Peran dan Hubungan dengan Sesama
Ny. S adalah seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak diantaranya 1 orang perempuan
(5th) dan 1 orang anak laki-laki (3th). Klien

bekerja sebagai PNS di salah satu institusi

kesehatan dibagian radiologi. Klien adalah seorang ibu yang di sayangi oleh keluarganya, hal ini
dibuktikan dengan keluarga yang setia menemaninya selama di rumah sakit.
9. Reproduksi dan Seks
Ny. S mengaku menstruasinya tidak teratur.
10. Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress
Ny. S stress karena harus memikirkan penyakit yang dideritanya dan juga ia juga
memikirkan keadaan kedua anaknya yang masih kecil. Klien hanya bisa bercerita keluhannya
pada suaminya. Suaminya memberikan dukungan dan semangat kepada klien agar bisa
semangat, rajin berobat dan mengontrol makanan.
11. Nilai dan Kepercayaan
Ny. S adalah seorang muslim. Setiap harinya klien sangat rajin shalat, tidak pernah
meninggalkan shalat meskipun klien sedang sakit sekarang. Walupun klien cemas penyakitnya
tidak sembuh, akan tetapi klien yakin bahwa kilen semakin rajin shalat dan memohon
kesembuhan pada Allah SWT.
3.3 Analisis Data Senjang
Dari kasus yang ada tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang diderita pasien.
Analisis Data
No

Data

Diagnosa

.
1.

DS :

Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

umum (anemia)
Klien mengeluh badannya terasa lemah
Klien mengaku nafasnya sesak.
Klien mengaku aktivitasnya menurun
Klien mengaku nyeri di persendiaan dan
abdomen.

Klien mengaku tidak nyam saat beraktivitas


Klien mengeluh cepat merasa lelah saat

beraktivitas
Klien mengaku sering pusing
Klien merasa cemas dengan keadaannya.
DO

2.

Hb : 8 gr/dl
Trombosit : 11.000/mm3
RR : 26 x / menit
TD : 90/60 mmHg
Suhu : 37 0C
Bibir klien tampak pucat
Wajah klien tampak pucat
Konjungtiva anemis
DS :

Resiko

perdarahan

Klien mengatakan menstruasinya tidak teratur


Klien mengaku mudah memar saat trauma

trombositopenia

b.d

DO :

Trombosit : 11.000/mm3
Hb : 8 gr/dl
Gusi tampak berdarah
Terdapat memar dan bercak bercak hitam di
tangan kiri.
DS:

3.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

Klien mengaku mengalami penurunan nafsu dari kebutuhan tubuh b.d faktor

biologis (anoreksia)
makan
Klien mengaku berat badannya turun 2 kg

semenjak sejak 1 bulan yang lalu.


Klien mengaku adanya nyeri tekan di daerah

abdomen
Klien mengaku hanya menghabiskan sepertiga

dari porsi makanan yabg tersedia.


Klien mengaku sering mual dan muntah.
Klien mengaku sering pusing.
DO :

TD : 90/60 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37 0C
RR : 26 x / menit
BB : 45 Kg
TB : 160 cm
BMI : 17,6
Hb : 8 gr/dl
Klien kelihatan kurus
Rambut klien terasa kasar
Konjungtiva anemis
Wajah klien tampak pucat

Perumusan NANDA,NOC,NIC sesuai kasus


No

NANDA

NOC

NIC

.
1.

Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas

Terapi aktivitas

b.d kelemahan

Klien

Intervensi yang dilakukan:

umum (anemia)

mampu

diharapkan
untuk

menormalkan:

Denyut

nadi

Kolaborasi dengan terapis dalam


merncanakan

dan

memonitor

ketika program aktivitas


Tingkatkan komitmen pasien dalam

beraktivitas
Laju pernapasan ketika beraktivitas
Bantu mengekplorasi aktivitas yang
beraktivitas

Tekanan darah sistolik


Tekanan darah diastolic
Kekuatan tubuh atas
Kekuatan tubuh bawah

bemanfaat bagi pasien


Bantu mengidentifikasi sumberdaya

Daya tahan

beradaptasi dengan lingkungan


Bantu menyusun aktivitas fisik
Pastikan lingkungan aman untuk

Klien
mampu

diharapkan

untuk

menormalkan:

Kinerja dari rutinitas


Aktivitas

Konsentrasi

yang dimiliki dalam beraktivitas


Bantu pasien/keluarga dalam

pergerakan otot
Jelaskan aktivitas motorik untuk
meningkatkan tonus otot
Berikan reinforcemen positif selama

energy beraktivitas

Monitor respon emosional, fisik,


setelah beraktivitas
sosial dan spiritual
Tingkat oksigen darah
Kepulihan

Manajemen energy

Tingkat kegelisahan
Klien
mampu

diharapkan

untuk

menormalkan:

2.

Nyeri
Cemas
Mengerang
Stress
Takut
Kegelisahan
Nyeri otot
Meringis
Sesak nafas
Mual
Muntah

Intervensi yang dilakukan


Tentukan pembatasan aktivitas fisik

pasien
Jelaskan tanda yang menyebabkan

kelemahan
Jelaskan penyebab kelemahan
Jelaskan apa dan bagaimana aktivitas
yang dibutuhkan untuk membangun

energi
Monitor intake nutrisi yang adekuat
Monitor respon kardiorespirasi

selama aktivitas
Monitor pola tidur
Monitor

ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM aktif/pasif
Bantu pasien membuat jadwal

istirahat
Monitor efek obat stimulan dan

depresan
Monitor respon oksigenasi pasien

Resiko perdarahan Pembekuan darah

Pencegahan perdarahan

b.d

Klien

Intervensi yang dilakukan :

trombositopenia

mampu menormalkan :

diharapkan

Gumpalan pembentukan
Waktu protrombin

Hb
Perdarahan

lokasi

Monitor kemungkinan terjadinya


perdarahan pada pasien
Catat kadar HB dan Ht setelah pasien
mengalami kehilangan banyak darah

Memar
Petechiae

Pantau gejala dan tanda timbulnya


perdarahan yang berkelanjutan 9cek
sekresi pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari perawat)

Pantau factor koagulasi, termasuk


protrombin

(Pt),

tromboplastin

waktu

(PTT),

paruh

fibrinogen,

degradasi fibrin, dan kadar platelet


dalam darah)

Pantau tanda-tanda vital, osmotic,


termasuk TD

Atur pasien agar pasien tetap bed rest


juka masih ada indikasi pendarahan

Atur kepatenan/ kualitas produk /


alat

yang

berhubungan

dengan

perdarahan

Lindungai pasien dari hal-hal yang


menimbulkan

trauma

dan

bias

menimbulkan perdarahan

Jangan lakukan injeksi


Gunakan sikat gigi yang lembut
untuk perawatan oral pasien

Gunakan alat ukur elektrik yang


memiliki pinggiran tepi saat pasien
mencukur

Hindari tindakan invasive

Cegah memasukkan sesuatu kedalam


lubang

daerah

yang

mengalami

perdarahan

Hindari pengukuran suhu secar rectal

Jauhkan alat-alat berat disekitar


pasien

Instruksikan

pasien

untuk

menghindari/ menjauhi aspirasi atau


anti koagulan yang lain

Instruksikan
menghindar

pasien

aspirin/

untuk

antikoagulan

yang lain

Instruksikan
emngkonsumsi

pasien

untuk

makanan

yang

mengandung vit K

Cegah terjadi konstipasi

Ajarkan pasien dan keluarga untuk


mengenali

tanda-gejala

terjadinya

perdarahan dan tindakan pertama


untuk penanganan selama perdarahan
berlangsung
3.

Ketidakseimbanga
n

nutrisi

dari
tubuh

Status Nutrisi

Mengontrol nafsu makan:

kurang Klien diharapkan

kebutuhan mampu untuk

Intervensi yang dilakukuan:

b.d faktor menormalkan:

biologis
(anoreksia)

Pemasukan nutrisi
Pemasukan makanan
Pemasukan cairan
Energy
Berat badan
Tonus otot

Hidrasi
Nafsu makan
Klien diharapkan
mampu untuk

Anjurkan asupan kalori yang sesuai


dengan kebutuhan dan gaya hidup.
Kontrol asupan nutrisi dan kalori.
Anjurkan kepada klien untuk
mengkonsumsi nutrisi yang cukup.
Pengontrolan nutrisi
Intervensi yang dilakukuan:
Tanyakan apakah pasien mempunyai
alergi terhadap makanan
Tentukan makanan pilihan pasien
Tentukan jumlah kalori dan jenis zat
makanan

yang

diperlukan

untuk

menormalkan:

memenuhi

Menyeimbangkan nafsu

berkolaborasi dengan ahli makanan,

makan
Menyeimbangkan

jika diperlukan
Tunjukkan intake kalori yang tepat

Pasokan cairan tubuh


Menyeimbangkan

sesuai tipe tubuh dan gaya hidup


Timbang berat badan pasien pad

Pasokan nutrisi tubuh

jarak waktu yang tepat

Weight gain behavior :

Terapi Nutrisi

Klien diharapkan

Intervensi yang dilakukan :

mampu :

ketika

Monitor pemasukan cairan dan

Mengidentifikasi

makanan dan menghitung pemasukan

penyebab kehilangan

kalori sehari-hari
Bantu pasien membentuk posisi

duduk yang benar sebelum makan.


Ajarkan pasien dan kelurga tentang

berat badan
Memilih sebuah target

sehat berat badan.


Mengidentifikasi

pemasukan kalori
Memilihara suplai
nutrisi makanan dan

nutrisi,

minuman yg adekuat
Meningkatkan nafsu
makan

memilih makanan

BAB IV
PEMBAHASAN
Ny. S (35 tahun) masuk RSUP M.Djamil Padang pada tanggal 11 Januari 2013 dengan
keluhan sesak nafas dan badan terasa lemas. Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nafsu
makannya menurun, pernah pingsan. Setelah dilakukan pemeriksaan lab, ternyata Hb klien 8
gr/dl, leukosit 8.000/mm3 dan trombosit 11.000/mm3. Klien telah mendapat transfusi PRC 2
kholf dan trambosit 3 kholt. Dengan Hb yang rendah itu, klien menderita anemia sehingga untuk
mengatasi anemia tersebut, klien diberi transfusi PRC. Trombosit klien juga rendah atau dikenal
dengan trombositopenia, yang mudah menyebabkan terjadinya perdarahan. Untuk meningkatkan
jumlah trambositnya, klien mendapat tranfusi trombosit. Jumlah leukosit klien dalam batas
normal, yaitu 8.000/mm3. Dari ketiga gejala tersebut klien dapat dikatakan menderita leukemia
mieogenus. Secara teori pada penyakit ini, hitungan sel darah menunjukkan penurunan eritrosit
dan trombosit. Meskipun jumlah jumlah leukosit total bisa rendah, normal ataupun tinggi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang
pertama untuk klien adalah intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, karena klien mengalami
anemia. Diagnosa ini didukung oleh data sumjektif dan objektif diantaranya, kionjungtiva klien
anemis, bibir dan wajah pucat, klien pun mengatakan bahwa dia sering merasa lelah, lemas,
pusing dan mual serta muntah.
Diagnosa kedua untuk klien adalah resiko perdarahan b.d trombokinase, kerena jumlah
trombosit klien sangatlah rendah, jauh dari batas norma (150.000 450.000/mm 3). Trombosit
berfungsi sebagai proses pembekuan darah. Jika trombosit rendah, maka darah akan sulit
membeku, sehingga akan mudah mengalami perdarahan.
Adapun diagnosa ketiga untuk klien adalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
faktor biologi (anoreksia). Klien mengalami penurunan nafsu makan, BMI klien juga rendah
yaitu 17,6 dan klien terlihat kurus. Klien juga mengalami penurunan berat badan 2 kg selama 1
bulan. Ini menunjukkan nutrisi klien tidak adekuat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel
hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan disertai infiltrasi ke organ-organ lain.
Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor
predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya

: sel darah putih yang kemungkinan

berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab tersering, kemudian karena radiasi, zat
kimia, gangguan imunologik, virus dan factor genetik.
Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang
tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang memperburuk
perjalanan penyakit ini.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada Ny. S adalah:
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
2. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (anoreksia)
5.2 Saran
Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar semangat menjalani
hidup dan memberikan usaha maksimal untuk mempertahankan hidup pasien, dan menganjurkan
pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi,
serta menganjurkan pasien untuk selalu mengikuti terapi yang dianjurkan. Perawat juga harus
memperhatikan personal hygiene pasien untuk mengurangi dampak bertambah parahnya
penyakit leukemia pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom : Markono
Print Media.
http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.
http://detikautik.blogspot.com/2012/11/askep-leukimia-limfosit-kronis.html akses tanggal 20
januari 2013
www.news-medical.net/health/What-is-Leukemia-(Indonesian).aspx akses tanggal 20 Januari
2013

LAMPIRAN
Obat Tradisional Leukimia
Posted by Penyakit Leukemia
Sumber : http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.
Leukimia bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti virus,mutasi gen, radiasi, dan
kemoterapi. Paparan radiasi atau penyinaran dosis tinggi dan pemakaian beberapa jenis obat
kemoterapi antikanker kemungkinan bisa meningkatkan terjadinya leukimia. Karena ini sebelum
mengambil tindakan, tenaga medis biasanya akan melakukan konsultasi yang cemat agar pasien
yang dikemoterapi melakukan konsultasi yang cermat agar pasien yang dikemoterapi menyadari
resikonya.

Ramuan tradisional untuk mengatasi leukimia adalah perpaduan dari buah mahkota
dewa, sambiloto, daun pegagan, temu putih, dan buah mengkudu.
Tanaman perdu yang dulu dianggap buah simalakama ini, kini dimanfaatkan untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Buah mahkota dewa mengandung flavonoid, antihistamin untuk alergi, polifenol, alkaloid, dan
saponin.Oleh sebab itu dampak farmakologi yang timbul adalah rasa pahit, adstringent,
antikanker, antitumor, antiseptik, dan antihipertensi. Jika dikonsumsi sesuai dengan dosis dan
anjuran, buah pusaka para dewa ini selalu berfungsi untuk mengobati kanker, juga bisa
mnegobati sakit rematik, asam urat, diabetes, jantung, ginjal, darah tinggi, flu, alergi, sakit paru-

paru, sirosis hati, aneka penyakit kulit, ketergantungan narkoba, menurunkan kolesterol, dan
menambah stamina.
Siapa sangka tanaman yang dulunya disia-siakan, kini menjadi idola dan banyak di cari
orang. Di Jawa buah ini dikenal dengan nama pace (Morinda citrifolia, L), di tatar Parahyangan
dinamai cangkuang atau cengkudu, di Nias disebut Mangkudu, di Madura disebut kodhuk, dan
orang Dayak menyebutnya rewong. Setelah melalui berbagai penelitian, ternyata buah mengkudu
mengandung zat xeronin yang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh -meningkatkan
aktivitas enzim dan struktur protein, polisakarida (asam glukonat, glikosida) sebagai
imunostimulan, anti kanker, antibakteri, skopoletin berfungsi memperlebar pembuluh darah. Di
dalam akar terkandung antrakuinon yang berfungsi sebagai antiseptik, senyawa morindin dan
morindan

sebagai

antibakteri

dan

zat

pewarna.

Didalam daun terkandung antrakuinon, glikosida sebagai antikanker dan karotin yang merupakan
sumber vitamin A.

askep
Rabu, 28 Januari 2015
ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA SERTA INTERVENSI RASIONAL LENGKAP

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat
mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniature orang
dewasa. Demikian juga keluarga, tidak lagi dipandang hanya sebagai pengunjung
bagi anak yang sakit, melainkan sebagai mitra bagi perawat dalam menentukan
kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada
keluarga (family centred care). Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah
anak, apapun bentuknya, harus berlandaskan pada prinsip autraumatic care atau
asuhan yang terpeutik. Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan
anak sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu
berpegang pada prinsip dasar ini. (Supartini, Yupi. 2004)
Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.
Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah
generasi penerus bangsa.
Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjad di ALL
bertanggung Jawab untuk 80% kasus Leukemia pada anak insidens paling tinggi
terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 sampai 5 tahun anak perempuan

menunjukkan prognosis yang lebih baik dari pada anak laki-laki Anak kulit hitam
mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup
(surfifal rate) rata-rata yang lebih rendah.
(Betz, Cecily L, 2002. Hal : 300 ).
Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu
yang unik, yang mempunyai petensi untuk tumbuh dan berkembang.anak bukanlah
meniatur orang dewasa, melainkan individu yang berada pada pada proses tumbuhkembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik. Sepanjang rentang sehat sehat
sakit, anak membutuhkan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung
sihingga tumbuh-kembangnya dapat terus berjalan. .(Supartini Yupi,2004)
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah
memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, Menanggapi hal ini, keperawatan
telah memberikan penekanan lebih pada peran perawat sebagai pendidik.
Pengajaran, sebagai fungsi dari keperawatan, telah dimasukkan dalam undangundang praktek perawat dan dalam American Nurses Association Standards of
Nursing Practice, Dengan demikian, pendidikan kesehatan dianggap sebagai
menjadi fungsi mandiri dari praktik keperawatan dan merupakan tanggung jawab
utama dari proses keperawatan.
(Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol. 1, 2002)
Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita oleh individu adalah
gangguan sistem Hematologi khususnya Leukemia. Beberapa faktor yang ikut
mempengaruhi terjadinya Leukemia yaitu faktor sosial budaya, ekonomi, lingkungan
fisik, dan biologis. Leukemia disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor exogen seperti:

sinar radiasi, bahan kimia (bensol, arsen, preparat sulfat) dan faktor endogen
seperti : ras, kelainan kromoson, dan herediter. (Asuhan keperawatan pada anak
Edisi 2, Suriadi S.Kp MSN 2006)
Menurut H.L. Bloem (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh factor
biologik, faktor prilaku, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor
biologik merupakan faktor yang berasal individu yang bersangkutan dan disebut
faktor keturunan. Faktor keturunan ini misalnya pada penyakit alergi, kelainan jiwa,
dan beberapa jenis penyakit kelainan darah yang termasuk penyakit kanker..
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit
kardiovaskular. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap
tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi
peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah
penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta orang
diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan
intervensi yang memadai
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit
kanker merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit
kardiovaskuler, infeksi, pernafasan dan pencernaan. Menurut data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevelensi tumor di masyarakat sebesar 4,3 per
1000 penduduk. Sedangkan Data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, menunjukkan bahwa kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher rahim
(11,07%), kanker hati dan saluran empedu intrahepatik (8,12%), Limfoma non

Hodgkin (6,77%), dan Leukemia (5,93%). Leukemia merupakan kanker yang sering
terjadi pada anak. (http://www.depkes.go.id)
Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita
kanker di dunia bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka
kejadian kanker pada anak terus meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh
kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan angka kejadiannya mencapai
110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah laporan internasional
bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama
kematian kanker anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan
retinoblastoma (kanker mata). Bahkan ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di
Indonesia mencapai 25-30%.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Menurut data bagian Medical Record RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar didapatkan penderita penyakit leukemia yang dirawat khususnya di ruang
Perawatan Anak Lontara IV Atas, ditemukan insiden pada tahun 2008 jumlah pasien
sebanya 130 orang. Sedangkan pada tahun 2009 jumlah pasien sebanyak 120
orang
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat laporan studi kasus
dengan

judul

Asuhan

Keperawatan

pada AnakAdengan

gangguan

system

hematologi Leukemia di ruang perawatan anak Lontara IV atas RSUP DR.Wahidin


Sudirohusodo Makassar

B.
1.

Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak A
dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang perawatan Anak Lontara

IV Atas RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar


2. Tujuan Khusus
2.1. Memperoleh pengalaman dalam pengkajian, analisa data, dan merumuskan
diagnosa keperawatan yang terjadi pada klien anak A dengan gangguan sistem
hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
2.2. Memperoleh pengalaman dalam merumuskan rencana asuhan keperwatan pada
klien anak A dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan
Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2.3. Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
anak A dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak
2.4.

Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.


Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan evaluasi pada klien anak A
dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara

IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.


2.5. Memperoleh pengalaman dalam mendokumentasikan pada klien anak A dengan
gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod Makassar.
2.6. Menganalisa perbedaan yang terjadi antara teori dan kenyataan pada klien anak
A dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang Perawatan Anak
Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod Makassar.

C. Manfaat Penelitian

1.

2.

Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan Akper Muhammadiyah Makassar dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan perwatan di masa yang akan datang.
Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat badan Pengelola Rumah Sakit Umum
Pemerintah Makassar untuk mengambil langkah dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan keperwatan pada klien, khususnya bagi penderita Leukemia di Ruang
perwatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusod Makassar.

3.

Klien dan Keluarga


Dapat meningkatkan

pengetahuan

klien

dan

keluarga

tentang

perawatan,

pencegahan dan penaganan penyakit Leukimia.


4. Manfaat Untuk Tenaga Keperawatan
Sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga keperawatan untuk
meningkatkan

kualitas

asuhan

keperawatan

secara

komprehensif,

sehingga

berimplikasi pada peningkan kualitas kesehatan klien.


D. Metodologi
1.

Tempat, waktu pelaksaan pengambilan kasus


Di ruang perawatan Anak Lontara IV Atas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
tanggal 17 22 Agustus 2009.

2.
a.

Tehnik pengumpulan data


Observasi
Melakukan pengamtan langsung kepada klien dengan cara melakukan pemeriksaan

yang terkait dengan perkembangan keadaan klien.


b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu tehnik pengumpulan data dengan melakukan interview atau
c.

Tanya jawab secara langsung pada penderita dan keluarga.


Pemeriksaan Fisik

Tehnik yang digunakan dalam periksaan fisik ada 4 yaitu : inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi pada seluruh system tubuh.
d. Studi Dokumentasi
Menggunakan catatan-catatan kasus kesehatan atau dokumen dari rumah sakit
yang berhubungan dengan status kesehatan klien.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam

jaringan

pembentuk darah. (Suriadi,Skp,MSN & Rita Yuliani,SKp.M.Psi 2006 Edisi 2 Hal: 160)
b. Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang
dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia.(A.Aziz Alimul Hidayat 2006
Hal: 44)
c. Leukimia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur dalam
jaringan tubuh yang membentuk darah.
(Wongs Essentials of Pediatrik Nursing.Edisi 6 Hal: 1137)
d. Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang di tandai oleh adanya akumulasi
leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah.
(Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4 2005 Hal: 150)

e.

Leukemia

merupakan

penyakit

akibat

proliferasi(bertambah

banyak

atau

multifikasi)patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal. (Ngastiyah, 2005, Hal. 349)
2.
a.

Anatomi dan Fisiologi


Kakakteristik Darah
Darah memiliki karakteristik khusus:
1) Jumlah
Seseorang memiliki empat sampai enam liter darah dalam tubuhnya, yang
bergantung pada ukuran tubuhnya. Sekitar 38% sampai 48%, total volume darah
dalam tubuh manusia tersusun berbagai sel darah, yang juga disebut elemen
penyusun. Sisanya, yaitu sekitar 52% sampai 62% merupakan plasma, bagian cair
darah.
2) Warna
Anda mungkin berkata pada diri Anda, tentu, warnanya merah! Warna
merah disinggung di sini meskipun sebenarnya warna merahnya bervariasi. Darah
arteri tampak merah terang karena mengandung kadar oksigen tinggi. vena telah
memindahkan kandungan oksigennya ke jaringan sehingga memiliki warna yang
lebih gelap. Hal ini bisa sangat penting dalam pengkajian sumber perdarahan. Jika
warna darah merah terang, kemungkinan darah berasal dari arteri yang terobek,
dan jika warna darah merah gelap, kemungkinan darah tersebut merupakan darah
vena.

3) pH
Kisaran pH normal darah adalah 7,35 sampai 7,45, yang cenderung agak
basa Darah vena biasanya memiliki pH yang lebih rendah daripada darah arteri
karena mengandung karbon dioksida dalam jumlah lebih besar.
4) Viskositas
Berarti pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah. Darah lebih kental
sekitar 3-5 kali dibanding air. Viskositas darah meningkat dengan adanya sel-sel
darah dan protein plasma, dan kekentalan ini berpengaruh pada tekanan darah
normal.
b.

Plasma
Plasma adalah
Kemampuan

bagian cair darah, dan sekitar 91% merupakan air.

melarutkan

air

memungkinkan

plasma

rnengangkut

berbagai

substansi. Nutrien yang diserap dari saluran pencernaan disirkulasi ke berbagai


jaringan tubuh. Dan produk sisa dari jaringan diangkut ke ginjal dan diekskresikan
melalui urine. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin diangkut oleh plasma
menuju organ sasarannya, dan antibodi juga diangkut oleh plasma. Sebagian besar
karbon dioksida yang dihasilkan sel

diangkut oleh plasma dalam bentuk ion

bikarbonat (HCO 3). Ketika darah memasuki paru CO2 dibentuk kembali, berdifusi
ke dalam alveoli. dan akan diembus keluar.
c.

Sel Darah
Ada tiga macam sel darah: sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Sel-sel darah diproduksi oleh jaringan hemopoietik, yang ada dua, yaitu: sumsum

tulang merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang tak beraturan, dan
jaringan limfatik, seperti limpa, kelenjar getah bening, dan kelenjar timus.
1) Sel Darah Merah
Disebut juga eritrosit, sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf, yang
berarti bagian tengahnya lebih tipis dari pada bagian tepinya. Nukleus sel darah
merah mengalami disintegrasi selama pematangan sel darah merah dan menjadi
tidak dibutuhkan dalam menjalankan fungsinya.
Jumlah sel darah merah berkisar antara 4,5 sampai 6 juta per mm3 darah
(milimeter kubik sekitar satu tetesan yang sangat kecil). Hitung sel darah merah
pada laki-laki sering kali berada di ujung atas kisaran ini sedangkan pada wanita
sering kali berada di ujung bawah kisaran. Cara lain untuk menentukan jumlah sel
darah merah adalah dengan hematokrit. Pengujian ini dilakukan dengan cara
memasukkan darah ke dalam tabung kapiler kemudian mensentrifugasikannya
sehingga sel darah terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel darah dan
plasma dapat ditentukan. Karena sel darah merah adalah sel darah yang paling
banyak, total sel darah pada hematokrit normal sekitar 38% sampai 48%. Hitung sel
darah merah dan hematokrit adalah bagian pemeriksaan hitung darah lengkap
.

a). Fungsi
Sel darah merah mengandung protein Hemoglobin (Hb), yang memberi

kemampuan kepada sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah
merah mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, yang masing-masing
dapat mengikat empat molekul oksigen. Pada kapiler di paru-paru sel darah merah
akan rnengikat oksigen dan membentuk oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik,

hemoglobin akan memberikan sebagian besar oksigennya dan hemoglobin menjadi


berkurang. Penentuan kadar hemoglobin juga termasuk bagian pemeriksaan hitung
darah total; kisaran normalnya sekitar 12-18 gram per 100 ml darah. Sangat
diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah mineral besi; terdapat empat
atom besi pada setiap molekul hemoglobin. Sebenarya atom besilah yang mengikat
oksigen dan membuat sel darah merah berwana merah.
b). Produksi dan Pematangan
Sel darah merah dibuat di sumsum tulang merah pada tulang pipih dan tak
beraturan. Pada sumsum, tulang merah terdapat sel prekusor yang disebut Sel
induk, yang secara terus-menerus mengalami mitosis untuk memproduksi semua
jenis sel darah, yang kebanyakan adalah sel darah merah. Kecepatan produksinya
sangat cepat (diperkirakan beberapa juta sel darah merah baru setiap detik) dan
faktor pengatur utamanya adalah oksigen. Jika tubuh dalam keadaan hipoksia, atau
kekurangan oksigen, ginjal akan memproduksi hormon eritropoietin, yang akan
menstimulasi sumsum tulang merah untuk meningkatkan kecepatan produksi sel
darah merah. Keadaan ini akan muncul setelah hemoragi atau jika seseorang
tinggal untuk suatu waktu pada daerah dataran tinggi. Sebagai hasil aksi
eritropoietin, akan semakin banyak sel darah merah yang tersedia untuk
mengangkut oksigen dan memperbaiki keadaan hipoksia.
Sel induk yang akan menjadi sel darah merah mengalami beberapa tahap
perkembangan; hanya dua tahap perkembangan yang terakhir yang akan kita
bicarakan. Normoblas adalah tahap terakhir yang masih memiliki nukleus, yang
kemudian akan mengalami disintegrasi. Retikulosit

memiliki bagian retikulum

endoplasma, yang akan terlihat ketika apusan darah diwarnai saat diamati dengan

mikroskop. Sel yang belum matang ini biasanya ditemukan pada sumsum tulang
merah meskipun sejumlah kecil retikulosit pada sirkulasi perifer dianggap normal.
Apabila terdapat retikulosit atau normoblas dalam sirkulasi darah dengan jumlah
besar, itu berarti bahwa jumlah sel darah merah matang yang ada tidak cukup
untuk mengangkut okeigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan seperti ini
meliputi hemoragi, atau ketika sel darah merah matang menjadi rusak, seperti pada
penyakit Rh pada bayi yang baru lahir dan malaria.
Pematangan sel darah merah membutuhkan banyak nutrien. Protein dan besi
dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dan menjadi bagian molekul hemoglobin.
Vitamin asam folat dan B12 dibutuhkan untuk sintesis DNA dalam sel induk sumsum
tulang merah. Selama sel-sel ini mengalami mitosis, sel tersebut secara terusmenerus momproduksi sel-sel kromosom baru. Vitamin B12 juga disebut fakot
ekstrinsik karena sumbernya berasal dari luar tubuh, yaitu makanan. Sel parietal
pada lapisan lambung memproduksi faktor intrinsik, suatu zat kimia yang
bergabung dengan vitamin B12 dan makanan untuk mencegahnya dicerna dan
meningkatkan absorpsinya pada usus halus. Defisiensi vitamin B12 atau faktor
intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa
c). Umur Darah
Umur sel darah merah sekitar 120 hari. Ketika Sel Darah Merah (SDM)
mencapai usia ini, SDM mudah rusak dan dikeluarkan sirkulasi oleh sel dan sistem
makrofag jaringan (biasanya disebut sistem retikuloendotelial atau RES). Organ
yang mengandung makrofag (artinyapemangsa besar) adalah hati, limpa, dan
sumsum tulang merah. Sel darah merah lama akan difagosit dan dicerna oleh
makrofag. dan kandungan besinya akan dikembalikan ke dalam aliran darah untuk

kembali lagi ke dalam sumsum tulang merah yang digunakan untuk sintesis
hemoglobin baru.
d) Golongan Darah
Golongan darah kita diturunkan secara genetik yaitu, kita mewarisi gen-gen
dari orang tua kita yang akan menentukan golongan darah kita. banyak faktor atau
golongan sel darah merah; kita akan membahas dua yang paling penting, yaitu
golongan ABO dan faktor Rh.
(1). Golongan Darah A, B, O
Golongan A, B, O terdiri dari empat golongan darah: A, B, AB, dan 0. Huruf A
dan B mewakili antigen (Protein-oligosakarida) pada membran sel darah merah.
Seseorang yang memiliki golongan.
Golongan darah A, B, O
Golongan

Antigen pada sel darah

Antibody pada plasma

merah
A

Anti-B

Anti-A

AB

A dan B

Tidak ada antibody

Tidak ada antigen

Anti-A dan anti-B

Tabel.1.1
Seseorang yang memiliki golongan.darah A memiliki antigen A pada sel
darah merahnya, dan seseorang dengan golongan darah B memiliki antigen B.

Golongan darah AB berarti orang tersebut memiliki kedua antigen A dan B, dan
golongan O berarti tidak ada antigen A maupun antigen B.
Pada plasma setiap orang terdapat antibodi alami untuk antigen-antigen
yang tidak ada dalam sel darah merah. Oleh karena itu, seseorang dengan
golongan darah A memiliki antibodi anti-B pada plasmanya; seseorang dengan
golongan darah B memiliki antibodi anti-A, golongan darah AB tidak rnemiliki
antibodi anti-A maupun anti-B, dan golongan darah 0 memiliki antibodi anti-A
maupun anti-B.
Antibodi alamiah ini sangat penting pada transfusi. Jika memungkinkan,
seseorang harus menerima darah dengan golongan darah yang sesuai dengan
golongan darahnya; hanya jika tidak tersedia golongan darah tersebut, baru dapat
diberikan golongan darah lain. Sebagai contoh, seseorang dengan golongan darah A
membutuhkan transfusi darah karena hemoragi. Jika diberikan darah dengan
golongan B, apa yang akan terjadi? Resipien dengan golongan darah A memiliki
antibodi anti-B yang akan berikatan dengan antigen golongan darah B sel darah
merah donor. Sel darah merah golongan darah B pertama-tama akan menggumpal
(aglutinasi) dan kemudian pecah (hemolisis), yang akan menggagalkan tujuan
transfusi. Akibat lain yang lebih serius adalah hemoglobin dan eritrosit yang
mengalami hemolisis akan menyumbat kapiler ginjal, yang dapat menimbulkan
kerusakan ginjal ataupun gagal ginjal. Oleh karena itu, penggolongan darah dan
pencocokan silang darah donor dan darah resipien di laboratorium rumah sakit
menjadi sangat penting sebelum melakukan transfusi. Prosedur ini membantu
menjamin bahwa darah donor tidak akan menyebabkan reaksi transfusi hemolitik
pada resipien.

Anda mungkin pernah mendengar konsep yang menyatakan bahwa golongan


darah 0 adalah donor universal. Biasanya golongan darah 0 negatif bisa diberikan
kepada orang dengan golongan darah lain. Hal ini karena golongan darah 0 tidak
memiliki antigen A maupun antigen B pada sel darah merahnya, sehingga tidak
akan terjadi reaksi terhadap antibodi apapun yang dimiliki resipien. Istilah negatif
digunakan untuk menunjukkan faktor Rh, yang akan kita bahas kemudian.
(2). Faktor Rh
Adalah tipe antigen lain (sering disebut D) yang mungkin terdapat pada sel
darah merah. Seseorang yang sel darah merahnya memiliki antigen Rh disebut Rh
positif, sedangkan yang tidak memiliki antigen Rh disebut Rh negatif. Seseorang
dengan Rh negatif tidak memiliki antibodi alami terhadap antigen Rh, oleh karena
itu antigen ini dianggap asing. Jika seseorang dengan Rh negatif menerima darah
dengan Rh positif karena suatu kesalahan, maka akan terbentuk antibodi
sebagaimana

pembentukan

antibodi

ketika

terdapat

bakteri

ataupun

virus.

Kesalahan transfusi yang pertama sering tidak menyebabkan rnasalah, karena


produksi atibodi berlangsung perlahan-lahan

selama perjalanan yang pertama.

Namun, pada transfusi selanjutnya, ketika antibodi anti-Rh sudah ada, akan terjadi
reaksi transfusi, disertai hemolisis dan kernungkinan kerusakan ginjal.
2) Sel Darah Putih
Sel darah putih juga dikenal dengan nama Leukosit. Ada lima macam sel darah
putih; semuanya memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel darah merah dan
memiliki nukleus ketika matang. Nukleus dapat berupa suatu bentuk tunggal
ataupun muncul dalam beberapa lobus. Dengan pewarnaan

khusus untuk

pemeriksaa mikroskopik, akan muncul gambaran khusus untuk setiap sel darah
putih.
Hitung sel darah putih normal (merupakan bagian hitung darah lengkap) adalah
500010.000 per mm3. Perhatikan bahwa jumlah tersebut terbilang kecil bila
dibanding hitung sel darah merah normal. Sebagian besar sel darah putih tidak
terdapat di dalam pembuluh darah, tetapi berfungsi dalam cairan jaringan.
a). Kiasifikasi dan Tempat Produksi
Kelima macam sel darah putih bisa dikiasifikasikan ke dalam dua kelompok:
granular dan tidak bergranula. Leukosit bergranular diproduksi dalam sum- sum
tulang merah; yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil, yang akan terlihat dengan
warna granula yang lebih terang ketika diwarnai. Leukosit tidak bergranula adalah
limfosit dan monosit, yang diproduksi pada jaringan limfatik, limpa, kelenjar getah
bening, dan timus, sebagaimana juga diproduksi pada sumsum tulang merah.
Hitung jenis sel darah putih (bagian hitung darah total) adalah persentase setiap
jenis leukosit. Kisaran normal ditunjukkan pada Tabel dibawah, disertai nilai normal
hitung darah lengkap lain.
b). Hitung Darah Lengkap
Pengukuran

Kisaran normal

Sel darah merah

4,5-6 juta/mm3

Hemoglobin

12-18 gram/100 ml

Hemaktokrit

38-48%

Retikulosit

0%-1,5%

Sel darah putih (total)

5000-10.000/mm3

Neutrofil

55-70%

Eosinofil

1-3%

Basofil

0,5-1%

Limfosit

20-35%

Monosit

3-8%

Trombosit

150.000-300.000/mm3

Tabel 1.2
c). Fungsi
Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum yang sama, yaitu melindungi
tubuh dan penyakit infeksi dan membentuk imunitas terhadap penyakit tertentu.
Setiap jenis leukosit memiliki suatu peranan untuk menjaga homeostasis yang
sangat penting ini.
Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit patogen. Neutrofil
adalah yang paling banyak menjalankan fungsi ini, tetapi menjalankan fungsi ini
dengan sangat efisien, monosit berdiferensiasi menjadi makrofag, yang juga
memfagosit jaringan yang sudah rusak amati pada tempat cedera, yang membantu
perbaikan jaringan menjadi mungkin.
Eosinofil dipercaya memiliki fungsi untuk mendetoksifikasi protein asing. Hal
ini penting terutama pada reaksi alergi dan infeksi parasit, seperti kinosis (parasit
cacing). Basofil mengandung gra heparin dan histamin. Heparin adalah suatu anti

koagulan yang membantu mencegah pembekan yang tidak normal dalam


pembuluh darah. F mm, seperti yang Anda ingat, dilepaskan sel bagian proses
inflamasi, dan efeknya memiliki kapiler lebih permeabel, yang memungkinkan
jaringan, protein, dan sel darah putih berkumpul di daerah yang mengalami
kerusakan
3) Trombosit
Nama yang umum untuk platelet adalah trombosit, yang bukan merupakan
sat lengkap, melainkan fragmen atau pecahan sel. Hitung normal trombosit bagian
dalam hitung darah lengkap) adalah 150.000-300.000 / mm 3 (batas atasnya bisa
meningkat menjadi 500.000). Trombositopenia adalah istilah untuk hitung trombosit
yang rendah.
a). Tempat Produksi
Sebagian sel induk pada sumsum tulang merah berdiferensiasi menjadi sel
besar yang dinamakan megakariosit, yang akan pecah menjadi bagian-bagian kecil
yang memasuki sirkulasi. Bagian yang terdapat di dalam sirkulasi mi adalah
trombosit, yang bisa hidup sekitar lima sampai 9 hari, jika tidak digunakan sebelum
hari tersebut.
b). Fungsi Trombosit
Trombosit dibutuhkan untuk memelihara hemostasis, yang berarti mencegh
kehilangan darah. Ada tiga mekanisme yang terjadi, dan trombosit terkait dalam
setiap mekanismenya.
(1)

Spasme Vascular

Ketika pembuluh darah besar, seperti arteri atau vena cedera berotot polos
dinding pembuluh darah tersi akan berkontraksi sebagai respons terhadap
kerusakan yang terjadi (disebut respons flagenik). Trombosit yang terdapat di dalam
yang mengalami kerusakan akan melepaskan konstriksi pembuluh darah. Diameter
pembuluh darah tersebut akan segera mengecil, dan lubang yang kecil tersebut
akan segera tertutup oleh gumpalan darah. Jika pembuluh darah tidak mengecil
terlebih dahulu, bekuan darah yang terbentuk akan segera tersapu oleh dorongan
akibat tekanan darah.
c). Sumbat Trombosit
Ketika suatu kapiler mengalami ruptur, kerusakan yang terjadi terlalu kecil
untuk memulai pembentukan bekuan darah. namun, permukaan luka yang kasar
akan menyebabkan trombosit Iengket dan melekat pada pinggiran luka dan saling
melekat satu sama lain. Trombosit tersebut akan membentuk suatu sawar rnekar
atau dinding untuk menutup kerusakan yang terjadi pada kapiler. Kerusakan kapiler
cukup sering terjadi dan pembentukan sumbat trombosit sekecil apapun sangat
dibutuhkan untuk menutup kerusakan tersebut.Apakah sumbat trombosit cukup
efek untuk luka yang terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar? Jawabannya
adalah tidak, karena sumbat trombosit tersebut akan tersapu oleh aliran darah
secepat pembentukannya, Apakah spasme vaskular cukup efektif pada kerusakan
kapiler? Sekali lagi, jawabannya adalah tidak, karena kapiler juga tidak memiliki otot
polos sehingga kapiler tidak bisa berkonstriksi sama sekali.
(1)

Pembekuan Kimiawi
Rangsangan untuk pembekuan darah adalah permukaan yang kasar pada
pembuluh darah, atau kerusakan pada pembuluh darah, yang juga menciptakan

permukaan yang kasar. Semakin besar kerusakan yang terjadi, semakin cepat
pembekuan darah yang terjadi, dan biasanya dimulai dalam 15 sampai 20 detik.
Mekanisme pembekuan merupakan suatu rangkaian reaksi yang melibatkan
zat kimia yang dalam keadaan normal beredar dalam darah, dan zat-zat lain
dilepaskan ketika pembuluh darah rusak.
(buku ajar anatomi dan fisiologi, edisi 3, 2007)

3.

Klasifikasi
a. Leukimia akut
1). Leukimia Limfositik Akut (ALL)
Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,
dan puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi
2) Leukimia Mielogeneus Akut (AML)
Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid,
monosit, grnulosit (basofil, neutrofil, eusinofil), eritrosit dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena, insiden meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Merupakan Leukemia Nonlimfositik yang paling sering terjadi
(Muttaqin arif. 2009)
b. Leukimia Kronis
1). Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan limfoproliferatif
yang ditemukan pada orang tua (umur median 60 tahun) dengan perbandingan2:1
untuk laki-laki. LLK dimanifestasikan oleh proliferasi dan akumulasi 30% limfosit
matang abnormal kecil dalam sumsum tulang, darah perifer, dan tempat-tempat

ekstramedular, dengan kadar yang mencapai 100.000+/mm 3 atau lebih. Pada lebih
dan 90% kasus, limfosit abnormal adalah limfosit B. Karena limfosit B berperan
pada sintesis imunoglobulin pasien dengan LLK mengalami insufisiensi sintesis
imunoglobulin dan penekanan respons antibodi. Studi sitogenetik menunjukkan
leblh dari 80% pasien mengalami berbagai perubahan sitogenetik, yang mungkin
menunjukkan prognosis buruk awitannya tersembunyi dan berbahaya dan sering
ditemukan pada pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan
jumlah limfosit absolut atau karena limfadenopati dan splenomegali yang tidak
sakit. waktu penyakitnva berkembang, hati juga membesar. Pasien yang hanya
menderita limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10 tahun atau lebih lama.
Dengan terkenanya organ, terutama lien, prognosis memburuk.Anemia dini dan
trombositopenia (jumlah trombosit rendah) bersama penggandaan waktu SDP pada
kurang dari setahun merefleksikan prognosis sangat buruk dengan harapan hidup
median kurang dari 2 tahun. Sekitar 10% pasien mengalami transformasi agresif
serupa dengan sindrom Richter (limfoma agresif).
Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami anemia hemolitik autoimun atau
trombositopenia atau keduanya, memerlukan intervensi dengan steroid atau agen
kemoterapi atau keduanya.
Pasien dengan penyakit derajat rendah diobservasi bertahun-tahun tanpa
intervensi aktif yang diperlukan selama beberapa tahun. Pengobatan diindikasikan
bila pasien mengalarni pansitopenia yang meningkat dengan infeksi, peningkatan
limfadenopati dan organomegali, anemia dan trombositopenia akibat penggantian
sumsum tulang, dan perubahan kualitas hidup pasien. Pengobatan ditujukan pada
pengurangan

massa

limfositik

sehingga

membalikkan

pansitopenia

dan

menghiiangkan rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh pembesaran organ.


Beberapa pasien dengan anemia hemolitik autoimun yang secara medis tidak

memberikan respons atau trombositopenia mungkin memerlukan splenektomi.


Agen pengakil, seperti kiorambusil dan sikiofosfarnid, aktif pada pengobatan LLK.
Fludarabin antimetabolit purin, diberikan 3-5 hari sebagai agen tunggal .juga efektif
dan dapat digabung dengan agen aktif

lain seperti sikiofosfamid jika pasien

menjadi refrakter. Pendekatan baru terhadap pengobatan keganasan sel B seperti


LLK adalah pemakaian terapi biologi, menggunakan antibodi monoklonal ini
mencakup

rituximab

(anti-CD20)

dan

Campath

IH

(anti-CD52),

keduanya

memperoleh persetujuan FDA.


(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)
2). Leukemia Sel Berambut
Leukemia Sel Berambut relatif jarang terjadi, leukemia limfositik sel B
indolen. Nama mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti gelondong pada limfosit
pada apusan darah dan sumsum tulang yang diwarnai.
(Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)
3). Leukimia Mielogeneus Kronis (LMK)
Juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun, lebih banyak
terdapat sel normal dibanding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada 90%
sampai 95% klien dengan LMK. LMK jarang menyerang individu berusia dibawah 20
tahun, namun insidennya meningkat sesuai pertambahan usia.
(Muttaqin arif. 2009)
Riset terbaru telah mengungkapkan bahwa leukemia merupakan penyakit
kompleks

dengan

heterogenitas

yang

beragam.akibatnya,klasifikasi

leukemia

menjadi semakin kompleks,rumit,dan sangat pentin,karena identifikasi subtipe

leukemia memiliki implikasi terapeutik dan prognostik.Berikut ini merupakan uraian


ringkas mengenai sistem klasifikasi yang baru-baru ini dipakai:
1.

Morfologi
Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak-anak
adalah:leukemia

limfoid

akut(acute

nonlimfoid(mielogenus)akut(acute

lymphoid

leukemia,ALL)

nonlymphoid

dan

leukemia

[myelogenous]leukemia,

ANLL/AML.).sinonim untuk ALL0 meliputi leukemia limfatik, limfositik, limpoblastik,


dan limfoblastoid. Biasanya istilah istilah leukemia sel tunas (stem cell) atau sel
blast juga mengacu pada leukemia tipe limfoid.sinonim untuk tipe AML meliputi
leukemia

granulositik,

mielositik,

monositik,mielogenus,

monoblastik,dan

monomieloblastik.
2.

Penanda(marker)sitokimia
Beberapa preparat pewarna kimia membantu membedakan ALL dengan
AML.sebagai contoh,ALL akan menunjukkan warna positif setelah diberi terminal
deoxynucleotidyl

transferase(TdT)sementara

AML

memperlihatkan

sifat

nonreaktif(Margolin dan Poplack,1997)


3.

Pemeriksaan kromosom
Anlisis kromosom sudah menjadi alat yang penting dalam menegakkan
diagnosis leukemia limfoblastik akut.sebagai contoh,anak-anak dengan trisomi 21
akan meghadapi risiko 20 kali lipat untuk mengalami leukemia limfoid akut
dibandingkan anak-anak lain. Anak-anak yang memiliki lebih dari 50 kromosom
pada sel-sel leukemia(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang paling baik(Margolin
dan Poplack,1997).translokasi kromosom yang juga ditemukan pada sel-sel

leukemia dapat menunjukkan prognosis yang baik seperti pada trisomi 4 dan
10,atau prognosis yang buruk,seperti pada t(9:22)atau kromosom Philadelphia.
4.

Penanda imunologik permukaan-sel


Antigen permukaan-sel telah memungkinkan diferensiasi ALL menjadi tiga
kelas yang besar:ALL non-T, non-B memiliki prognosis yang paling baik,terutama jika
mereka mempunyai antigen leukemia limfosit akut yang umum, yang dikenal
sebagai CALLA-positif,terdapat pada permukaan selnya(Margolin dan Poplack,1997)

4.

Etiologi
Penyebab yang pasti belum di ketahui, akan tetapi terdapat factor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu :

a.
b.
c.
d.
e.

Faktor genetic: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T


cell Leukmia lymphoma virus/HTLV)
Radiasi : sinar X
Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti diethylstilbestor
Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome
(Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2,Suriadi,S.Kp,MSN 2006)

5.

Insiden
Menurut data badan kesehatan dunia(WHO), setiap tahun jumlah penderita
kanker di dunia bertambah sekitar 6,25 juta orang. Tahun demi tahun, angka
kejadian kanker pada anak terus meningkat, jumlahnya mencapai 2-4% dan seluruh
kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan angka kejadiannya mencapai
110 hingga 130 kasus persejuta anak pertahun. Sebuah laporan internasional

bahkan menyatakan 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.


(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua penyebab utama
kematian kanker anak di Indonesia adalah karena leukemia (kanker darah) dan
retinoblastoma (kanker mata). Bahkan ditengarai jumlah anak pengidap leukemia di
Indonesia mencapai 25-30%.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Menurut data bagian Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat. Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar didapatkan penderita penyakit leukemia yang dirawat
khususnya di ruang Perawatan Anak Lontara IV Atas, ditemukan insiden pada tahun
2008 jumlah penderita leukemia sebanyak 130 orang. Sedangkan pada tahun 2009
dengan jumlah pasien sebanyak 120 orang.
f. Patofisiologi
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligna, imaturnya sel
blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga
akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow daninfiltran organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum
tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan
dan peningkatan tekanan jaringan.
d.
Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendihan.
(Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 160)
g.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah


sebagai berikut:
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Petekie, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Limphadenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC

di & Rita Yuliani, 2006: 162)


h.

Test Diagnostik

1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur.


2. Aspirasi sum-sum tulang (BMP):hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
3. Biopsi sum-sum tulang.
4. Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi.
5. Rontgen dada dan biopsi kelenjar limfa:menunjukkan tingkat kesulitan tertentu.

(Arif Muttaqin, 2009:419 & Suriadi, Rita Yuliani, 2006:162)


i.

Penatalaksanaan Medik

a. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr % pada trombositopenia yang
berat dan perdarahan masih dapat diberikan transfusi trombosit.
b. Kortikosteroid yaitu prednison, kortison, dexametasone setelah mencapai remisi
dosis dikurangi demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Transpalansi sumsum tulang
d. Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat
menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang
biasanya digunakan meliputi daunorubicin, hydrochloride (cerubidin), cytarabine
(Cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
( Handayani Wiwik, 2008)
j.

Pengobatan
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri, tergantung pada pengalamannya.
Umumnya pengobatan ditunjukkan terhadap pencegahan kambuh dan
mendapatkan masa remisi yang lebih lama.
Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar
pengobatan sebagai berikut :
a. Induksi Remisi

Dimaksudkan untuk mencapai remisi yaitu dengan pemberian berbagai obat


di atas, baik secara sistematik maupun intratekal sampai sel blas dalam sum-sum
tulang kurang dari 5 %.hampir segera setelah diagnosis di tegakkan, terapi induksi
dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat-obatan utama yang
dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid (terutama prednison),
vinkristin dan L-asparraginase, dengan atau tanpa doksorubiisinn (daonomisin) dan
sitosin.
Karena banyak di antara obat ini juga menyebabkan mielosupresi unsur-unsur
darah yang normal, periode waktu yang terjadi segera sesudah remisi merupakan
periode yang sangat menentukan. Tubuh pasien tidak lagi memiliki pertahanan dan
sangat rentan terhadap infeksi dan perdarahan spontan.

b. Konsolidasi
Yaitu agar sel tersisa tidak cepat memperbanyak diri.
c. Rumatan (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi
yang lama biasanya dilakukan dengan pemberian sistostatika seperti dosis biasa.
Terapi rumatan dimulai sesudah terapi indukisi dan konsolidasi selesai dan
berhasil dengan baik untuk memelihara remisi dan selanjutnya mengurangi jumlah
sel leukemia.
d. Reinduksi

Dimaksudkan untuk merubah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3


6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10 14 hari
Adanya sel-sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau testis menunjukkan
terjadinya relaps/kekambuhan penyakit. Terapi pada anak-anak yang mengalami
relaps meliputi terapi reinduksi dengan prednisone dan vinkristin, di sertai
pemberian kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi preventif SSP dan
terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya
dan dilaksanakan setelah remisi.

e. Transpalansi sumsum tulang.


Transpalansi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anakanak yang menderita ALL danAML dengan hasil yang baik. Transpalansi ini tidak
dikomendasikan untuk anak-anak yang menderita ALL selama remisi yang pertama
karena kemoterapi masih mungkin memberikan hasil yang menakjubkan. Mengingat
prognosis anak-anak yang menderita AML lebih buruk, transpalansi sumsum tulang
alogenik biasa dipertimbangkan selama masa remisi pertama.
(Wongs essentials of pediatric nursing. 2009 Hal: 1139)
B.

Konsep Dasar Keperawatan


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian

integral

keperawatan

dari

yang

pelayanan
berbentuk

kesehatan
pelayanan

didasarkan

pada ilmu

bio-psiko-sosial,

dan

spiritual

kiat
yang

komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik


yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya


kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemajuan
menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
secara mandiri.
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau
langkah-langkah proses keperawatan yaitu :
A. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama
yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti
perasaan letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera
makan, sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk
pertama leukimia
(Wongs pediatric nursing 2009. Hal:1140)
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia)
meliputi
1. Biodata
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.

b) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.

3. Riwayat kesehatan sebelumnya


a) Riwayat kehamilan/persalinan.
b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c) Riwayat pemberian imunisasi.
d) Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e) Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II
,III), Campak, Hepatitis, dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
seperti malnutrisi.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
a.

Pertumbuhan Fisik

- Berat badan
BBL
3 - 12 bulan

: 2500 gr 4000 gr
: umur (bulan) + 9
2

1 - 6 tahun

: umur (tahun) x 2 + 8

6 - 12 tahun

: umur (tahun) x 7 5
2

- Tinggi Badan
Tinggi badan lahir

: 45 - 50 cm

Umur 1 tahun

: 75 cm

2 - 12 tahun

: umur (tahun) x 6 + 7

Atau
1 tahun

: 1,5 x TB lahir

4 tahun

: 2 x TB lahir

6 tahun

: 1,5 x TB setahun

13 tahun

: 3 x TB lahir

Dewasa

: 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)

b.

Perkembangan tiap tahap usia

- Berguling

: 3-6 bulan

- Duduk

: 6-9 bulan

- Merangkak

: 9-10 bulan

- Berdiri

: 9-12 bulan

- Jalan

: 12-18 bulan

- Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan


- Bicara

: 2-3 tahun

- Berpakaian tanpa dibantu

: 3-4 tahun

(Aziz Alimul Hidayat, Hal : 27).


6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Meliputi : Baik, Jelek, Sedang

b) Tanda-tanda vital
- TD
: Tekanan Darah
- N
: Nadi
- P
: Pernapasan
- S
: Suhu
c) Antropometri
TB
: Tinggi badan
BB
: Berat badan
LLA
: Lingkar lengan atas
LK
: Lingkar kepala
LD
: Lingkar dada
LP
: Lingkar perut
d) Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi tambahan
ronchi dan wheezing.
e) Sistem cardiovaskuler
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan
darah dan capylary reffiling time.
f) Sistem pencernaan

Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen
apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau
tidak.
g) Sistem muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h) Sistem integumen
Rambut : warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak

i)

Kulit

: warna, temperatur, turgor dan kelembaban

Kuku

: warna, permukaan kuku, dan kebersihannya

Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

j)

Sistem penginderaan
Mata

: Lapang pandang dan visus.

Hidung : Kemampuan penciuman.


Telingan : Keadaan daun telinga dan kemampuan pendengaran.
k) Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l)
1)
2)

Sistem neurologis
Fungsi cerebral
Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.

3)

Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma

Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.

5)

Fungsi kranial :

a) Nervus I (Olfaktorius)

: Suruh anak menutup mata dan menutup salah satu

lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk
dan kapas alkohol).
b) Nervus II (Optikus)

: Periksa ketajaman penglihatan anak, Persepsi terhadap

cahaya dan warna, periksa diskus optikus, penglihatan perifer.


c) Nervus III (Okulomotorius) : Periksa ukuran dan reaksi pupil, periksa kelopak mata
terhadap posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.
d) Nervus IV (Troklearis) : Suruh anak menggerakkan mata kearah bawah dan kearah
dalam.
e) Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika anak
merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan,
tentukan apakah anak dapat merasakan sentuhan di ats pipi (bayi muda menoleh
bila area dekat pipi disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian mata yang
berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip
dan refleks kornea.
f)

Nervus VI (Abdusen) : kaji kemampuan anak untuk menggerakkan mata secara


lateral.

g) Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasiLarutan manis


(gula), Asam (jus lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi
motorik

dengan

meminta

anak

yang

lebih

besar

untuk

tersenyum,

menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum dan
menangis).
h) Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran anak
i)

Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasi rasa


larutan pada lidah posterior.

j)

Nervus X (vagus) : Kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan menelan,
sentuhkan spatel lidah ke posterior faring untuk menentukan apakah refleks
muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi respon ini), jangan menstimulasi
refleks muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula pada
posisi tengah.

k) Nervus XI (aksesorius) : Suruh anak memutar kepala kesamping dengan melawan


tahanan, minta anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.
l)

Nervus XII (hipoglosus) : Minta anak untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah
terhadap deviasi garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika anak
menangis dan tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan r.
letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk menjauhkannya, kaji
kekuatannya.

6)
7)
8)

Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot


Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran
Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan
7. Pemeriksaan diagnostic

a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik.


Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml
Retikulosit : Jumlah biasanya rendah
Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
SDP

Mungkin

lebih

dari

50.000/cm

dengan

peningkatan

SDP

imatur

(menyimpang ke kiri).mungkin ada sel blast Leukimia


b) PT/PTT : memanjang
c) LDH : Mungkin meningkat
d) Asam urat serum/urine : Mungkin meningkat
e) Muramidase serum (lisozim) : Peningkatan pada Leukimia monositik Akut dan
mielomositik.
f) Copper serum : Meningkat
g) Zink serum : Menurun
h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau Lebih dari sel
blast, dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.
i)

Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
(Doen

C.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association NANDA) adalah suatu penilalan klinis tentang respon individu,

keluarga. atau kornunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung gugat
(Wong, 2004)
Menurut Donna L Wong 2004 diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

A.

Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk

perilaku

spesifik

yang

diharapkan dan pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan
sebagai berikut (Wong ,2004: 595-602)
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi
a)

Rasional

Pantau suhu dengan teliti

a) untuk mendeteksi kemungkinan


infeksi

b) Ternpatkan anak dalam ruangan


b)
khusus

untuk

meminimalkan

terpaparnya anak dan sumber


c) Anjurkan semua pengunjung dan
staf

rumah

menggunakan

untuk
c)
teknik mencuci

infeksi

sakit

untuk meminimalkan pajanan


pada organism infektif

tangan dengan baik


d) Gunakan teknik aseptik yang
cermat

untuk semua prosedur

invasive

d) untuk mencegah kontaminasi

e) Evaluasi keadaan anak terhadap


tempat
infeksi
penusukan

tempat
seperti
jarum,

munculnya
tempat
e)
ulserasi

mukosa, dan masalah gigi


f).Inspeksi

membran

mukosa

mulut. Bersihkan mulut dengan


baik

silang atau menurunkan resiko


infeksi
untuk

intervensi

penanganan infeksi

dini

g) Berikan periode istirahat tanpa


gangguan

f) rongga mulut adalah medium


yang baik untuk pertumbuhan

h)

Berikan

diet

lengkap

nutrisi

sesuai usia
i)Berikan

g)
antibiotik

sesuai

organism
menambah
penyembuhan

energi
dan

untuk

regenerasi

seluler

ketentuan

h) untuk mendukung pertahanan


alami tubuh
i) diberikan sebagai profilaktik atau
mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemi


Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi
a)

Evaluasi laporan kelemahan,a)


perhatikan
untuk

b)

Rasional

ketidakmampuan

berpartisipasi

menentukan derajat dan efek


ketidakmampuan

dalam

aktifitas sehari-hari
Berikan lingkungan tenang dan
perlu istirahat tanpa gangguan
b)

menghemat

energi

untuk

aktifitas dan regenerasi seluler

c)

Kaji

kemampuan

berpartisipasi
yang

untuk atau penyambungan jaringan


c)
mengidentifikasi kebutuhan
aktifitas
individual
dan
membantu
atau
pemilihan intervensi

pada

diinginkan

dibuthkan

c. Resiko terhadap cedera, perdarahan yang berhubungan dengan penurunan


jumlah

trombosit

Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan


Intervensi
a)

Gunakan
untuk

semua

mencegah

khususnya

Rasional
tindakana)

perdarahan

pada

karena
memperberat

perdarahan
kondisi

daerah dengan adanya anemia


b)
karena kulit yang

ekimosis
b) Cegah ulserasi oral dan rectal

anak
luka

cenderung untuk berdarah


c) untuk mencegah perdarahan

c)

Gunakan jarum yang kecil pada


d) untuk mencegah perdarahan
saat melakukan injeksi
e) untuk memberikan intervensi
d) untuk mencegah perdarahan
e)
Laporkan setiap tanda-tanda dm1
dalam
mengatasi
perdarahan
menurun,

(tekanan
denyut

dan pucat)
f)
Hindari
g)

darah

nadi

cepat,

obat-obat

yang

perdarahan

f) karena aspirin mempengaruhi

mengandung aspirin
fungsi trombosit
Ajarkan orang tua dan anak
g) untuk mencegah perdarahan
yang

lebih

besar

untuk

mengontrol
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah.
Intervensi
a)
b)

Berikan

antiemetik

Rasional
awala)

sebelum dimulainya kemoterapi


Berikan antiemetik secara

untuk mencegah mual dan


muntah

teratur pada waktu dan program


c)

kemoterapi
untuk mencegah

b)
episode

untuk

mencegah

episode

berulang

berulang
c)

karena

tidak

ada

obat

antiemetik yang secara umum


berhasil
makanan
d)

memberikan

yang

beraroma

menyengat
Anjurkan makan dalam porsi
d) karena jumlah kecil biasanya
kecil tapi sering
e)

e)

hindari

Berikan cairan intravena sesuai

ditoleransi dengan baik


untuk
mempertahankan
hidrasi

ketentuan

e. Perubahan membran mukosa mulut stomatitis yang berhubungan dengan efek


samping agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi

Rasional

a)

lnspeksi

mulut

setiap

haria) untuk mendapatkan tindakan

untuk adanya ulkus oral


yang segera
b)
Untuk mendapatkan tindakanb) untuk mencegah trauma
yang segera
c)

Gunakan
lembut,

sikat

gigi

aplikator

kapas, atau jan

berbulu
c) untuk menghindari trauma
berujung

yang dibalut

kasa
d) Berikan pencucian mulut yangd)
sering

dengan

normal

atau

cairan
tanpa

salin

untuk

rneningkatkan

penyembuhan

larutan

bikarbonat
e) Gunakan pelembab bibir

e) untuk menjaga agar bibir tetap


lembab dan mencegah pecah
f)

pecah (fisura)
karena bila digunakan pada
faring,

f)

Hindari

penggunaan

larutan

refleks

dapat
muntah

menekan
yang

mengakibatkan resiko aspirasi

lidokain pada anak kecil


g)

dan dapat menyebabkan kejang


agar makanan yang masuk

h)

dapat ditoleransi anak


untuk
mendeteksi

i)

kemungkinan infeksi
untuk membantu

g) Berikan diet cair, lembut dan area nyeri


j)
dapat mengiritasi

melewati
jaringan

lunak

yang

luka

dan

membusukkan
memperlambat
h) Inspeksi mulut setiap hari

dapat
gigi,

penyembuhan

dengan rnemecah protein dan


k)

dapat mengeringkan mukosa


untuk
mencegah
atau

i) Dorong masukan cairan dengan mengatasi mukositis


l) untuk mengendalikan nyeri
menggunakan sedotan
j)

Hindari

penggunaa

swab

gliserin, hidrogen peroksida dan


susu magnesia

k)

Berikan obat-obat anti infeksi


sesuai ketentuan
l) Berikan analgetik

f.

Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kernoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi

Rasional

a) Dorong orang tua untuk tetapa)


rileks pada saat anak makan

jelaskan
nafsu

bahwa

makan

langsung

hilangnya

adalah

dan

akibat

mual

dan

muntah serta kemoterapi


b) untuk mempertahankan nutrisi
yang optimal
b) Izinkan anak memakan semua
makanan

yang

ditoleransi,

dapat

rencanakan untuk

memperbaiki kualitas gizi pada


saat

selera

makan

anak
c) untuk memaksimalkan kualitas

meningkat

intake nutrisi
c) Berikan makanan yang disertai
suplemen

nutrisi

gizi,

sepertid) untuk mendorong agar anak

susu bubuk atau suplemen yang mau makan


e)
karna jumlah yang kecil
dijual bebas
biasanya ditoleransi dengan
d)

Izinkan

anak

untuk

terlibat baik
f) kebutuhan jaringan metabolik
dalam persiapan dan pemilihan
ditingkatkan begitu juga cairan
makanan
untuk menghilangkan produk

e) Dorong masukan nutrisi dengan


jumlah sedikit tapi sering
f) Dorong pasien untuk makan diet

sisa

g)

dapat

memainkan

peranan

dalam

mempertahankan

masukan

tinggi kalori kaya nutrient

suplemen

kalori

yang adekuat
membantu

dan

penting

protein
dalam

mengidentifikasi

malnutrisi

protein kalori, khususnya bila


BB

dan

pengukuran

antropometri kurang

g)

Timbang

BB,

ukur

TB

dan

ketebalan lipatan kulit trisep

g. Nycri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia


Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterirna anak
Intervensi
a)

Rasional

Mengkaji tingkat nyeri dengana)


skala 0 sampai 5

dasar untuk mengevaluasi

b)
b) Jika mungkin, gunakan prosedurprosedur
suhu non
vena
c)

(misal

informasi memberikan data

pemantauan

kebutuhan atau keefekti fan


untuk meminimalkan rasa
tidak aman

invasif, alat akses


c) untuk menentukan kebutuhan

Evaluasi efektifitas penghilang


nyeri dengan derajat kesadaran

perubahan

dosis.

Waktu

dan sedasi

d)

Lakukan

pemberian atau obat

teknik

pengurangan
d) sebagai analgetik tambahan
e) untuk mencegah kambuhnya

nyeri
e)

Berikan

obat-obat

anti

nyeri

nyeri

secara teratur

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,


radioterapi, imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi

Rasional

a) Berikan perawatan kulit yang


a)
cermat,

terutama

di

dalam

mulut dan daerah perianal

b)

karena area ini cenderung


mengalami ulserasi
untuk merangsang sirkulasi
dan mencegah tekanan pada

b) Ubah posisi dengan sering


c)

kulit
mempertahankan kebersihan
tanpa mengiritasi kulit

b)

Mandikan dengan air hangat


d)
dan sabun ringan

efek kemerahan atau kulit


kering

dan

pruritus,ulserasi

dapat terjadi dalam area radiasi


d) Kaji kulit yang kering terhadap
efek samping terapi kanker

pada
kemoterapi

beberapa

agen

e)

membantu mencegah friksi


atau trauma kulit

e) Anjurkan pasien untuk tidak


f)
menggaruk dan menepuk kulit
yang kering

untuk
keseimbangan

mencegah
nitrogen

yang

negatif
g)
untuk meminimalkan iritasi

f) Dorong masukan kalori protein

tambahan

yang adekuat
g) Pilih pakaian yang longgar dan
lembut

diatas

area

yang

teradiasi

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi
a)

b)

Rasional

Dorong anak untuk memilih wig


a)

untuk

(anak perempuan) yang serupa

mengembangkan

gaya dan warna rambut anak

rambut

terhadap

membaritu
penyesuaian
kerontokan

sebelum rambut mulai rontol


rambut
Berikan penutup kepala yang
b) karena hilangnya perlindungan
adekuat selama pemajanan pada
sinar matahari, angin atau dingin

rambut

c)

Anjurkan untuk menjaga agar


rambut

d)

yang

tipis

itu

tetap
c)

bersih, pendek dan halus


Jelaskan bahwa rambut mulai

untuk

menyamarkan

kebotakan parsial

tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan


dan

mungkin

warna

atau
d)

teksturnya agak berbeda

untuk menyiapkan anak dan


keluarga terhadap perubahan

e) Dorong hygiene, berdandan, dan


alat-alat
jenis

yang

kelamin

sesuai

dengan

,misalnya

skarf, topi, tata rias.

penampilan rambut baru

wig,
e)

untuk

meningkatkan

penampilan

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita


leukemia
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik atau terapi
Intervensi
a)
b)

Rasional

Jelaskan alasan setiap prosedur


a)

untuk

meminimalkan

yang akan dilakukan pda anak


kekhawatiran yang tidak perlu
Jadwalkan waktu agar keluarga
b) untuk mendorong komunikasi
dapat

berkumpul

tanpa

dan ekspresi perasaan

gangguan dan staf


c)

c)
Bantu keluarga merencanakan

untuk
perkembangan

masa depan, khususnya dalam

meningkatkan
anak

yang

membantu
d)

anak

menjalani

kehidupan yang normal


Dorong
keluarga

d)
untuk

optimal
memberikan kesempatan pada
keluarga

mengespresikan

untuk

menghadapi

perasaannya
rasa takut secara realistis

mengenai

kehidupan

anak

sebelum diagnosa dan prospek


e)
anak untuk bertahan hidup
e)
Diskusikan bersama keluarga

untuk

mempertahankan

komunikasi yang terbuka dan


jujur

bagaimana mereka memberitahu


anak tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan
dan

kemungkinan

f)
terapi

untuk

mencegah

bertambahnya

tambahan

rasa

kekhawatiran keluarga
f) Hindari untuk menjelaskan hal-hal
yang

tidak

sesuai

dengan

kenyataan yang ada

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak


Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian
Intervensi
a) Kaji tahapan berduka terhadap
a)
anak dan keluarga

anak

Rasional
pengetahuan tentang proses
berduka

memperkuat

normalitas perasaan atau reaksi


terhadap apa yang dialarni dan
dapat membantu pasien dan
keluarga
b)

lebih

efektif

menghadapi kondisinya
untuk menetapkan hubungan
saling percaya yang mendorong

c)

Berikan kontak yarg konsistenc)


pada keluarga

komunikasi
untuk meyakinkan
harapan

bahwa
mereka

d)

Bantu keluarga merencanakan diimplementasikan


d)
memperkuat
normalitas
perawatan anak, terutama pada
perasaan atau reaksi terhadap
tahap terminal
e)
Fasilitasi
anak
untuk apa yang dialami
mengespresikan

perasaannya

melalui bermain
E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan keperawatan
yang telah dibuat untuk rnencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan hams
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian tujuan dan rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.
2004:33 1).
F. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan


untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Donna L Wong (2004:596610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah:
1)
2)

Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi


Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya

3)
4)
5)
6)
7)

laporan peningkatan toleransi aktifitas.


Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
Masukan nutrisi adekuat
Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunj ukkan bukti-

8)
9)

bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.


Kulit tetap bersih dan utuh
Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan

menerapkan metode mi dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
10) Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama
anak.
11) Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontak keperawatan

Diposkan oleh irfan afandy di 15.34


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

You might also like