Professional Documents
Culture Documents
(4,5)
Gambar
1.
Oksihemoglobin
dan
Karboksihemoglobin
Sumber dan Distribusi
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi
sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal
dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran
hutan dan badai listrik alam.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang
menggunakan bahan bakar bensin. Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk
dari tungku dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa
penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan
maupun bus.
1
3-7%
20-30%
52%
5-10%
8-40%
Sedang dengan kadar COHb di atas 60% dalam darah cepat menimbulkan kematian
(parameter pencemar udara dan dampaknya terjadap kesehatan). (5,6)
Mekanisme Keracunan Karbon Monoksida
Jumlah CO yang diabsorbsi oleh tubuh tergantung pada ventilasi semenit,
durasi paparan, dan konsentrasi relatif karbon monoksida di lingkungan ikatan CO
dengan haemoglobin menimbulkan terjadinya penurunan kapasitas oksigen
terhadap haemoglobin dan penurunan pengiriman oksigen ke sel berdasarkan tiga
mekanisme.
1.
(9,10)
(8,9)
Gambar
2.
Karbonmonoksida
mengikat Hemoglobi
2.
Berikatan dengan
kompleks
sitokrom oksidase
sehingga terjadi penurunan respirasi efektif intra sel
Saat karbon monoksida berikatan dengan sitokrom oksidasi, terjadi
disfungsi mitokondria sehingga oksidasi mitokondria untuk menghasilkan ATP
berkurang. Terjadi pembebasan nitrit okside dari sel platelet dan endotel
menjadi bentuk radikal bebas peroksinitrit. Lebih lanjut menginaktifkan enzim
mitokondrial dan merusak endotel vaskular di otak. Hasil akhir berupa lipid
peroksidase (degradasi asam lemak tak jenuh) di otak yang dimulai pada fase
reperfusi sehingga terjadi demieliminasi reversible dari lipid sistem saraf
pusat. Intoksida CO juga bisa menyebabkan stress oksidatif pada sel, dengan
menghasilkan oksigen radikal yang mengkonversi xantin dehirogenase menjadi
xanthin oksidasi.
3.
(7,8,10)
(11)
(10,11)
(9)
kesadaran dan sakit dada mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita
nyeri dada. 1,4
Kadar Co antara 30-40%, ada sakit kepala berdenyut, mual, muntah,
pingsan, dan rasa mengantuk pada saat istirahat. Pada saat kadarnya mencapai
40%, pengunaan tenaga sedikit pun menyebabkan pingsan. Denyut nadi dan
pernafasan menjadi cepat, tekanan darah turun. Kadar antara 40-60%, ada suatu
kebingungan mental, kelemahan, dan hilangnya koordinasi. Haldane pada kadar
56% tidak mampu berjalan sendiri tanpa bantuan. Pada kadar CO 60% dan
seterusnya, seseorang akan hilang kesadaran, pernapasan menjadi Cheyne-Stokes,
terdapat kejang intermitten, penekanan kerja jantung dan kegagalan pernafasan,
dan kematian, dapat disertai peningkatan suhu tubuh. 12
Tabel 2.1 Hubungan antara Gejala dengan kadar COHb dalam darah
%COHb
0-10
10-20
20-30
30-40
40-50
50-60
60-70
70-80
80-90
> 90
Tabel 2.2
Gejala-gejala
Tidak ada keluhan maupun gejala
Rasa berat di kepala, sedikit sakit kepala, pelebaran pembuluh
darah kulit
Sakit kepala menusuk-nusuk pada pelipis
Sakit kepala hebat, lemah, dizziness, padangan jadi kabur,
mausea, muntah-muntah
Sinkope, nadi dan pernafasan menjadi cepat
Sinkope, nadi dan pernafasan menjadi cepat, koma, kejang
yang intermetten
Koma, kejang yang intermitten, depresi jantung dan pernafasan
Nadi lemah, pernafasan lambat, kegagalan pernafasan dan
meninggal dalam beberapa jam
Meninggal dalam waktu kurang dari satu jam
Meninggal dalam beberapa menit
Pengaruh konsentrasi karbon monoksida terhadap kesehatan manusia
1
2
3
0-10
10
10-20
Konsentrasi dalam
darah (%COHb)
Lebih kecil
1,0 - 2,0
2,0 5,0
30-50
5,0 10, 0
50-70
10,0 80,0
No
Konsentrasi
agnosia,
gangguan
TIC,
gangguan
pendengaran
dan
di ambil dari vena secepat mungkin karena ikatan CO-Hb cepat terrurai
kembali menjadi CO dan keluar tubuh
Pada
pemeriksaan
laboratorium
mungkin
dijumpai
leukositosis,
Pada pemeriksaan urin didapatkan positif untuk albumin dan glukosa pada
keracunan kronis
B.
Diagnosis
16,17
Pemeriksaan EKG harus dilakukan pada semua paseien baik pada gejala
atau tanpa gejala, dan bila terdapat (umumnya sinus takikardi dan perubahan
segmen ST), maka pemeriksaan serial enzim kreatinin kinase (CK) dan laktat
dehidrase (LDH) sebaiknya dilakukan dan pasien diobservasi secara ketat. Gas
karbon monoksida dengan sequale neuropsikiatri maka CT-Scan kepala atau MRI
kepala dapat menunjukan adanya karakteristik abnormal seperti nekrosis bilateral
dari globus pallidus, korteks serebi dan substansi nigra.
Pemeriksaan TKP
Salah satu kewajiban dokter ahli forensik atau ahli toksologi forensik
adalah melakukan pemeriksaan TKP pada kematian-kematian tidak wajar, karena
pemeriksaan TKP sangat membantu dalam penentuan proses lebih lanjut. Demikian
pula pada peristiwa keracunan gas karbon monoksida, dalam hal ini tugas seorang
dokter ahli adalah:
1. Menentukan korban masih hidup atau sudah meninggal.
2. Apabila didapati korban dalam keadaan masih hidup segera beri pertolongan.
Pertolongan yang dapat diberikan pada korban keracunan CO antara lain:
Segera korban dipindahkan dari sumber keracunan (penolong memakai masker gas
oksigen).
Berikan pernafasan buatan dengan pemberian oksigen atau campuran oksigen
dengan 5 7 % CO2 untuk merangsang pernafasan.
Transfusi darah
Infus glukosa untuk mengatasi koma atau pemberian infus i.v.500 ml mannitol 20
% dalam waktu 15 menit diikuti dengan 500 ml dextrose 5 % selama kurang lebih
Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan luar
Khas warna lebam mayat merah terang (cherry red) baik permukaan
tubuh, membran mukosa, kuku jari, namun warna ini tidak sama di seluruh
tubuh misal tubuh bagian depan, leher dan paha berwarna lebih terang
dibanding dengan yang lain. Warna cherry red ini khususnya terdapat di daerah
hipostasis post mortem dan menunjukkan kejernihan kadar COHb telah
melampaui 30%. Pada pemeriksaan warna cherry red ini dibutuhkan
pencahayaan yang baik karena tidak semua warna cherry red yang ditemukan
dalam pemeriksaan luar jenasah sebagai indikator pasti untuk menentukan
adanya keracunan gas karbon monoksida. Warna cherry red tidak akan
ditemukan pada jenasah yang diawetkan.
Pada keracunan gas karbon monoksida juga ditemukan pe lepuhan kulit
pada area tertentu yang dikenal dengan pelepuhan barbiturat, misal pada betis,
pantat, sekitar pergelangan tangan dan lutut merupakan hasil edema kulit akibat
koma yang lama, dimana terdapat immobilitas total serta tidak adanya darah
vena yang kembali dari gerakan otot. Hal ini merupakan tanda spesifik pada
keracunan gas CO akan tetapi karena sebagian besar kematian karena gas CO
grelatif cepat maka pelepuhan ini jarang terjadi.
Eritema dan vesikel / bula pada kulit dada, perut, luka, atau anggota
gerak badan, baik di tempat yang tertekan maupun yang tidak tertekan.
Kelainan tersebut disebabkan oleh hipoksia pada kapiler-kapiler bawah kulit.
(16,17)
10
16
- Pada korban yang meninggal, dapat diambil setiap saat sebelum terjadi
proses pembusukan sebab:
o Post mortem tidak terbentuk ikatan CO-Hb yang baru.
o Post mortem tidak akan terjadi peruraian terhadap ikatan CO-Hb yang
telah terjadi.
Perubahan yang dapat terjadi antara lain:
1. Warna cherry red seluruh
sumsum tulang
11
2. Bintik bintik perdarahan (tanda asphyxia) pada otot jantung, jaringan otak,
conjunctiva, endocard.
3. Degenerasi anoksida terlokalisir (hepar, jantung, ginjal dan paru)
4. Odema paru dan bronkopneumonia
5. Nekrosis otot
6. Gagal ginjal akut
7. Nekrosis bilateral dari globus pallidus
8. Edema pada globus pallidus dan subthalamicus
9. Ptechie dari substansia alba otak
10. perlunakan korteks dan nucleus sentralis
11. Fatty degrenation dan nekrosis pada ginjal
c. Pemeriksaan Penunjang
Tes kimia terhadap korban keracunan CO
a. Analisa gas darah
-
analisa kualitatif
1. Alkali dilution test
Penentuan kualitatif yang cukup cepat untuk menentukan CO-Hb
dengan kadar lebih 10% dalam darah.
Cara kerja:
-
Penilaian:
-
12
2. Katayama test
-
3. Pemeriksaan spectroscopy
Penentuan dengan melihat spectrum dari COHb
-
Analisa kuantitatif:
1. Gettler Freimuth
Sebenarnya merupakan penentuan dengan cara semikuantitatif.
Prinsip kerja:
Darah + iPottasium ferrisida CO dibebaskan dari Hb
CO + PdCL 2 + H 2O+ Pd+CO+HCL
Ion Palladium (Pd) akan diendapkan pada kertas saring warna
hitam
Dengan membandingkan intentitas warna hitam tersebut dengan
warna standar maka akan didapatkan konsentrasi COHbsecara
semikuantitatif
2. Spectrophotometry
Merupakan cara terbaik untuk melakukan analisa konsentrasi gas
karbon monoksida pada korban yang masih hidup
Dengan mengunakan alat septrofotometer ditentukan perbandingan
(rasio) COHb terhadap oxy-Hb.
13
3. Chromatography
Cara mengukur kadar COHb udara ekspirasi. Walaupun kurang
akurat, akan sangat menolong di lapangan. Sering digunakan untuk
mengukur kadar COHb pada petugas pemadam kebarakan setelah
memadamkan api.
Pengukuran dilakukan dengan cara kromatografi, udara ditampung
dalam kantong dan kadar Co ditentukan dengan detector, perubahan
ionisasi sesudah hidralasi katalik dengan Tometahne.
Teknik yang lebih canggih termasuk radioimmunassay (RIA), thinlayer chromatography (TLC),serapan ultraviolet (UV), penyerapan
inframerah (IR), performance liquid chromatography (HPLC), dan
kromatografi gas (GC).
14
yang
terpenting
dari
dilakukannya
pemeriksaan
tambahan
14
Pada korban hidup sample darah diambil dari vena secepat mungkinkarena
ikatan CO-Hb cepat terurai kembali menjadi CO dan keluar tubuh.
Pada korban yang meninggal, dapat diambil setiap saat sebelum menjadi proses
pembusukan sebab:
post mortem tidak termasuk ikatan CO-Hb yang baru
Post mortem tidak akan terjadi peruraian terhadap ikatan CO-Hb yang telah
terjadi
15
Pemeriksaan
PA menunjukkan
adanya
area
nekrotik
dan
perdarahan
mikrokospis di seluruh tubuh juga terjadi edema dan kongesti hebat pada otak,
hati, ginjal dan limpa.
Penatalaksanaan Keracunan Karbon Monoksida
Pertolongan pertama pada seseorang yang keracunan karbon monoksida
adalah menjauhkan dari sumber karbon monoksida. Korban harus diberikan
oksigen murni. Korban keracunan gas CO ini harus diistirahatkan dan diusahakan
tenang. Meningkatnya gerakan otot menyebabkan meningkatnya kebutuhan
oksigen sehingga persediaan oksigen untuk otak dapat berkurang.
BP atau batas paparan dalam lingkungan industri 35 ppm. Keracunan dapat
terjadi melalui inhalasi gas karbon monoksida atau uap metilen klorida, dan juga
keracunan metilen klorida melalui mulut. Akibat keracunan karbon monoksida
terutama dispnea.
1. Tindakan penanggulangan dan tindakan gawat darurat
a. Untuk menghindari kontak selanjutnya, penderita harus segera dipindahkan.
b. Berikan oksigen 100% dengan masker, sampai kadar karboksihemoglobin
tidak membahayakan. Kadar karboksihemoglobin akan berkurang sampai
50% dalam waktu 1-2 jam. Jika kadar karboksihemoglobin dalam darah
lebih dari 20% perlu terapi oksigen hiperbarik).
c. Jika terjadi depresi pernapasan, berikan pernapasan buatan dengan oksigen
100% sampai pernapasan kembali normal.
2. Antidoum: oksigen yang diberikan pada tindakan gawat darurat merupakan
antidot terhadap keracunan karbon monoksida.
3. Tindakan umum
a. Usahakan suhu badan normal. Turunkan suhu badan, jika terjadi
hiperthermia.
b. Perhatikan tekanan darah penderita.
c. Untuk mengurangi edema serebral, berikan manitol 1 g / kg sebagai larutan
20% secara IV dalam waktu lebih dari 20 menit. Untuk mengatasi edema
serebral, berikan prednisolon 1 mg / kg secara IV atau IM tiap 4 jam, atau
obat golongan kortikosteroid lain yang setara.
16
d. Jika terjadi radang paru karena infeksi bakteri, berikan obat kemoterapi
yang spesifik.
e. Untuk mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi neurologik yang timbul
kemudian, perlu istirahat di tempat tidur selama 2-4 minggu.
f. Atasi konvulsi atau hiperaktivitas yang terjadi dengan diberi diazepam 0,1
mg / kg secara IV perlahan-lahan.
4. Follow up
a. Pasien rawat inap
1) Memerlukan monitoring yang berkala
2) Pada beberapa kasus yang berat perlu dirawat di ICCU
b. Pasien rawat jalan
1) Penderita tanpa gejala dengan tingkat COHb dibawah 10%
2) Bisa dilakukan terapi O 2 hiperbarik untuk membersihkan kadar CO
dalam darah.
Tindakan Pencegahan Keracunan Karbon Monoksida
Di rumah:
Sumber potensial gas karbonmonoksida di rumah antara lain:
-
Pengering pakaian
17
Jangan pernah menggunakan peralatan berbahan bakar minyar dan gas di dalam
ruangan, dan jika memungkinkan gunakan peralatan yang digerakkan oleh
listrik.
Jika mengalami gejala keracunan gas CO segera dapatkan udara segar dan
dapatkan perawatan medis
18
Memasang carbon monoside gas detector atau detektor gas CO, yang dilengkapi
dengan alarm, di ruangan di mana gas CO dihasilkan.
anda
setiap
tahunya,
kebocoran
kecil
bisa
memicu
gas
jangan menjalankan mobil di dalam garasi kendaraan yang sedang tertutup, gas
karbon monoksida bisa dengan cepat memenuhi ruangan
jika beristirahat di dalam mobil, jangan menutup semua kaca dan pintu dengan
penyejuk udara masih menyala. Banyak kasus kematian di dalam mobil karena
keracunan gas karbonmonoksida
periksa sistem AC mobil anda apakah ada kebocoran yang mungkin terjadi
Gambar 13.
Detektor CO
yang dipasang di
mobil
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anonim. Diskotek Redbox Kebakaran, Diduga 4 orang tewas. 25 Juni 2010. Avaible at
http://m.okezone.com/reas/2010/06/25/340/346484
2.
3.
4.
Ernst Armin. Zibrak D Joseph, Carbon Monoxide Poisonin. New England Journal of Medicine
Vol 339:1603-1608 (online) November 26, 1998 (cited March 2008); Available from: URL
http://www.nejm.org
5.
6.
McBeth C. Carbon Monoxide Poisoning. Utox Update Utah Poison Control Center Vol. 6,
2004.
7.
Tomaszewksi Christian. Carbon Monoxide Poisoning, Earl Awareness and Intervention can
save live. Postgraduate Medicine online Vol. 105 No. 1 (online) January 1999 [cited March
2008] available from: URL.
8.
Harper Adam, Baker Croft James, Carbon Monoxide poisoning: Undected by both patients
and their doctors, British Geriatrics Society Vol. 33:105-109 (online) 2004 (Cited March 2008]
available from URL: http://www.nejm.org
9.
dan
Dampaknyya
terhdap
kesehatan;
10. Guy N. Shochat, MD. Toxicity, Carbon Monoxide: Differential Diagnoses and Workup.
http://emedicine.medscape.com/article/819987-Diagnosis, Apr 27, 2010. di akses tanggal 10
Juli 2010.
11. Eckert, William G. FORENSIC SCIENCE second edition. New York. CRS Press. Page 121322. 1997.
12. Guy
N.
Shochat,
MD.
Toxicity,
Carbon
Monoxide:
Follow-Up,
http://emedicine.medscape.com/article/819987-followup. Apr 27, 2010. di akses tanggal 10
Juli 2010.
13. Dharma, Mohan S. Et.all. INVESTIGASI KEMATIAN DENGAN TOKSIKOLOGI FORENSIK.
Faculty Medicine University of RIAU. Pekan Baru, RIAU, 2008.
14. Hariadi A., dkk. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL. Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Airlangga, hal 223-235, Surabaya, 2006.
15. Dix, Jay. COLOR ATLAS of FORENSIC PATHOLOGY. United States of America. CRC Press,
2000.
16. Jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=262541.
17. Wichaksana A., Astono S., Hanum K., Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida bagi
Kesehatan Pekerja. In Cermin Dunia Kedokteran No. 136 2002, p. 24-28.
18. Shochat Guy, Toxicity Carbon Monoxide [online] January 8, 2007 [cited March 2008];
available from: URL http://www.emedicine.com
19. Sugandhi R., KUHP dan Penjelasannya. Usaha Nasional, Surabaya, 1980.
20. http://www.inspectapedia.com/hazmat/CarbonMonoxideDetector10DFs.jpg
20
21. http://www.directindustry.com/prod/kane-international/portable-carbon-monoxide-co-detector16865-236056.html
22. http://www.archiexpo.com/images_ae/photo-g/carbon-monoxide-detector-61652.jpg
23. http://www.bombayharbor.com/productimage/0948968001265270476/Respirator_Ndsr3004.jp
g
24. http://www.bombayharbor.com/productimage/0172960001265270866/Respirator_Ndsr3007.jp
g
25. Carolyn
M
Allen 1
http://www.thoracicmedicine.org/article.asp?issn=18171737;year=2010;volume=5;issue=4;spage=201;epage=216;aulast=Allen, 12 November 2011
10:00.
21