Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang ditandai oleh
proteinuria masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh per hari), hipoalbuminemia
(kurang dari 3 g/dl), edema, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas. Berdasarkan
etiologinya, SN dapat dibagi menjadi SN primer (idiopatik) yang berhubungan dengan
kelainan primer glomerulus dengan sebab tidak diketahui dan SN sekunder yang disebabkan
oleh penyakit tertentu.
Saat ini gangguan imunitas yang diperantarai oleh sel T diduga menjadi penyebab SN.
Hal ini didukung oleh bukti adanya peningkatan konsentrasi neopterin serum dan rasio
neopterin/kreatinin urin serta peningkatan aktivasi sel T dalam darah perifer pasien SN yang
mencerminkan kelainan imunitas yang diperantarai sel T (4). Kelainan histopatologi pada SN
primer meliputi nefropati lesi minimal,nefropati membranosa, glomerulo-sklerosis fokal
segmental, glomerulonefritis membrano-proliferatif.
Penyebab SN sekunder sangat banyak, di antaranya penyakit infeksi, keganasan, obatobatan, penyakit multisistem dan jaringan ikat, reaksi alergi, penyakit metabolik, penyakit
herediter-familial, toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis, stenosis arteri renalis,
obesitas massif. Di klinik (75%-80%) kasus SN merupakan SN primer (idiopatik).
Pada SN primer ada pilihan untuk memberikan terapi empiris atau melakukan biopsi
ginjal untuk mengidentifikasi lesi penyebab sebelum memulai terapi. Selain itu terdapat
perbedaan dalam regimen pengobatan SN dengan respon terapi yang bervariasi dan sering
terjadi kekambuhan setelah terapi dihentikan. Berikut akan dibahas patogenesis/patofisiologi
dan penatalaksanaan SN.
BAB II
STATUS PASIEN
2.1.
Identifikasi
Nama
: Tn. Ismail
Usia
: 19 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum menikah
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
Pekerjaan
: Pelajar
MRS
: 14 Maret 2013
Tanggal Pemeriksaan
: 15 Maret 2013
2.2.
Anamnesis
Keluhan Utama
Bengkak di kantung kemaluan sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 bulan yang lalu penderita mengeluh bengkak pada kelopak mata terutama
saat bangun tidur yang berkurang saat siang dan sore hari. Bengkak kemudian
terjadi pada wajah, perut dan kakinya. Penderita juga mengakui keluhan tersebut
diikuti dengan buang air kecil yang jarang dan sedikit sebanyak seperempat gelas
perhari berwarna kuning tanpa disertai rasa nyeri dan darah. Sesak nafas diakui
tidak ada, demam tidak ada, nyeri dada tidak ada. Penderita tidak pernah berobat
untuk keluhan tersebut
Sejak 1 minggu yang lalu penderita mengaku bengkak diseluruh tubuhnya
menetap yang membuat penderita sulit untuk bergerak, penderita juga mengaku
keluhan bengkak juga terjadi di kantung kemaluannya, yang membuat penderita
berobat ke RSUD Palembang BARI.
2.3.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum
: Tampak sakit
Keadaan sakit
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Gizi
: Cukup
Dehidrasi
: (-)
Tekanan Darah
: 140/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,5o C
Berat Badan
: 55 kg
Tinggi Badan
: 150 cm
KEPALA
Bentuk
Normal, simetris
Rambut
Wajah
Telinga
Hidung
Mulut
Inspeksi
Palpasi
LEHER
THORAX
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas ICS II, kanan linea parasternalis dextra, kiri linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Alat Kelamin
Skrotum kanan dan kiri edema, tepi eritema ditutupi skuama putih
Ekstremitas
EKSTREMITAS
-
Superior
Ankral hangat
Eritema palmaris
Sianosis tida ada
Clubbing finger tidak ada
edema
Inferior
Akral hangat
edema (+/+)
pitting edema pretibial (+)
Tidak ada sianosis
2.4.
Nilai
Normal
Hemoglobin
Leukosit
: 7500
g/dl
103/l
10.000
Trombosit
: 261.000
u/I
400.000
5
14 16
5000150.000-
Hematokrit
DC
: 26
: 0/3/2/72/14/9
80,0 100,0
Kimia Klinik
-
Protein total
: 4,3
Albumin
: 1,8
Globulin
: 2,5
Bilirubin total
: 0,18
SGOT
: 28
SGPT
: 30
Ureum
: 43
Creatinine
: 1,14
Colesterol total
: 269
Na
: 143
K
: 4,63
Tgl 15-3-2013
- Glukosa sewaktu
: 101
g/dl
g/dl
g/dl
mg/dl
U/l
U/l
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mmol/dl
mmol/dl
6,7-8,7
3,8 5,1
1,5 3,0
0,1 1,2
<37
<41
20-40
0,19-1,3
<200
135-155
3,6-6,5
mg/dl
<180
: kuning
pH
Berat jenis
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Urobilinogen
SEDIMEN
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Kristal
Bakteri
Silinder
:5
: negatif
: +1
: negatif
: negatif
: negatif
: +1
: 4-6/LPB
: 3-5/LPB
: positif
: negatif
: negatif
: hyalin +
Pemeriksaan Radiologi
6
: 1025
Hasil: Udara usus merata, tak tampak batu radio opak, tulang-tulang baik.
Pemeriksaan EKG
Resume
Sejak 1 bulan yang lalu penderita mengeluh bengkak pada kelopak mata
terutama saat bangun tidur yang berkurang saat siang dan sore hari. Bengkak
kemudian terjadi pada wajah, perut dan kakinya. Penderita juga mengakui keluhan
tersebut diikuti dengan buang air kecil yang jarang dan sedikit sebanyak
seperempat gelas perhari berwarna kuning tanpa disertai rasa nyeri dan darah.
Sesak nafas diakui tidak ada, demam tidak ada, nyeri dada tidak ada. Penderita
tidak pernah berobat untuk keluhan tersebut
Sejak 1 minggu yang lalu penderita mengaku bengkak diseluruh tubuhnya
menetap yang membuat penderita sulit untuk bergerak, penderita juga mengaku
keluhan bengkak juga terjadi di kantung kemaluannya, yang membuat penderita
berobat ke RSUD Palembang BARI.
Riwayat mengkonsumsi obat dalam waktu lama disangkal, riwayat penyakit
darah tinggi disangkal, riwayat penyakit kencing manis disangkal, riwayat sakit
tenggorokan dan menderita sariawan disangkal.
Pada pemeriksaan didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 140/80mmHg, nadi 86x/m, pernapasan 23x/m, suhu
36,5C. Pada mata didapatkan konjungtiva palpebra pucat, edema periorbital, pada
wajah didapat plak hiperpigmentasi ukuran lentikuler, diskrit sebagian konfluen.
Pada pemeriksaan toraks, paru didapatkan stemfremitus pada basis paru kiri
menurun dan perkusi didapatkan redup pada basis paru kiri dan jantung dalam batas
normal. Pada pemeriksaan abdomen dijumpai perut tegang, shifting dullness (+).
Pada ekstremitas ditemukan edema (+)/(+), pitting edema pretibia dikedua tungkai
(+)/(+).
Pada pemeriksaan laboratorium (14 maret 2013) didapatkan Hb 9,1 g/d,
Leukosit: 7.500/mm3, Trombosit: 261.000/mm3, Hitung jenis: 0/3/2/72/14/9%, BSS:
101 mg/dl, Ureum: 43 mg/dl, Creatinin: 1,14
Albumin: 1,8
Indirek: 2,23 mg/dl, Kolesterol total: 269 mg/Dl. SGOT: 28 U/I, SGPT:
30
U/I,
Natrium: 143 mmol/I, Kalium: 4,63 mmol/I, pada urinalisa didapatkan sel epitel: +,
Erithrocyte: 3-5/lpb, Cylinder: hyalin + ,protein +1, urobilinogen +1
10
2.6.
Diagnosis Sementara
Sindroma nefrotik
2.7.
Diagnosis Banding
Sindroma Nefritik
Nefritis Lupus
2.8.
Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Diet BB
3. Diet rendah garam dan protein 40 gr/hari
4. Diet rendah kolesterol <600 mg/hari
5. Medikamentosa
-
Inj. Radin 2 x 50 mg
Neurodex 1 x 500 mg
Simpastatin 1 x 10 mg
Metil prednisolon 3 x 4 mg
2.10. Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
11
FOLLOW UP
Follow up tanggal 15 Maret 2013
S
O
: 86x/mnt reguler
: 140/80 mmHg
RR
: 23x/mnt
: 36,5 C
Konjunctiva palpebra pucat +/+, sklera ikterik -/-, atropi
Leher:
Paru-paru:
Jantung :
Abdomen:
Extremitas:
A: BU (+) normal
Edema ekstremitas atas
Edema ekstremitas bawah edema(+), pitting edema
Assessment
pretibia (+)/(+)
Sindroma nefrotik
Diagnosis Banding
Sindroma Nefritik
Planning
Nefritis Lupus
o Istirahat
o Diet BB
-
Inj. Radin 2 x 50 mg
Neurodex 1 x 500 mg
Metil prednisolon 3 x 4 mg
Simpastatin 1x 10 mg
12
terdapat nanah
: compos mentis
TD
T
Mata :
: 130/70 mmHg
RR
: 22x/mnt
: 36,6 C
Konjunctiva palpebra pucat +/+, sklera ikterik -/-, atropi
Leher:
Paru-paru:
: 85x/mnt reguler
Jantung :
Abdomen:
Extremitas:
A: BU (+) normal
Edema ekstremitas atas
Edema ekstremitas bawah edema(+), pitting edema
Assessment
pretibia (+)/(+)
Sindroma nefrotik
Diagnosis Banding
Sindroma Nefritik
Planning
Nefritis Lupus
o Istirahat
o Diet BB
-
Inj. Radin 2 x 50 mg
Neurodex 1 x 500 mg
Metil prednisolon 3 x 4 mg
Simpastatin 1x 10 mg
13
Cipro 2 x 1 g
Kedua kaki masih membengkak dan kantung kemaluan serta lipat paha
terdapat nanah
Sense
: compos mentis
TD
T
Mata :
: 86x/mnt reguler
: 140/80 mmHg
RR
: 23x/mnt
: 36,5 C
Konjunctiva palpebra pucat +/+, sklera ikterik -/-, atropi
Leher:
Paru-paru:
Jantung :
Abdomen:
Extremitas:
A: BU (+) normal
Edema ekstremitas atas
Edema ekstremitas bawah edema(+), pitting edema
Assessment
pretibia (+)/(+)
Sindroma nefrotik
Diagnosis Banding
Sindroma Nefritik
Planning
Nefritis Lupus
o Istirahat
o Diet BB
-
Inj. Radin 2 x 50 mg
Neurodex 1 x 500 mg
Metil prednisolon 3 x 4 mg
Simpastatin 1x 10 mg
14
Cipro 2 x 1 g
Konsul dokter kulit kelamin:
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. DEFINISI
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit glomerular yang
ditandai dengan proteinuria masif > 3,5 gram/24 jam disertai hipoalbuminemia <3,5 gr/dl,
edema anasarka, hiperlipidemia, lipiduria, hiperkolesterolemia.
15
Pada proses awal untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala tersebut harus
ditemukan. Protenuria masif merupakan tanda khas SN. Umumnya pada SN fungsi ginjal
normal kecuali sebagian kasus yang berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir
(PGTA).
3.2. ETIOLOGI
Sebab yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai satu penyakit autoimun.
Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi :
I.
Glomerulonefritis membranopliferatif.
Proliferasi sel mesangial dan penempaan fibrin yang menyerupai
Lain-lain.
Misalnya perubahan proliferasi yang tidak khas.
IV.
17
Pada kelainan ini yang menyolok sklerosis glomerulus. Sering disertai dengan
atrofi tubulus. Prognosis buruk.
3.3. PATOFISIOLOGI
menyebabkan
penurunan
tekanan
onkotik
koloid
plasma
permealiblitas
19
volume plasma atau volume sirkulasi efektif merupakan stimulasi timbulnya retensi air
dan natrium renal.
Retensi natrium dan air ini timbul sebagai usaha badan untuk
menjaga volume dan tekanan intravaskular agar tetap normal dan dapat dianggap sebagai
peristiwa kompensasi sekunder.
volume plasma, selanjutnya akan mengencerkan protein plasma dan dengan demikian
menurunkan tekanan onkotik plasma dan akhirnya mempercepat gerak cairan masuk ke
ruang interstisial. Keadaan ini jelas memperberat edema sampai terdapat keseimbangan
hingga edema stabil.
Kelainan glomerulus
Albuminuria
Hipoalbuminemia
20
Volume plasma
Edema
edema palpebra terutama pagi hari yang berkurang pada siang dan sore hari, kadangkadang ditemukan pasien dengan keluhan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan edema anasarka, dan asites. Pada pemeriksaan penunjang akan didapatkan
hasil proteinuria masif >3,5 gram/24jam, hipoalbuminemia <3,5 gram/dl, hiperlipidemia,
lipiduria, hiperkoagulabilitas. Diagnosis pasti penderita SN dengan biopsi ginjal.
3.5. TERAPI
Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan terhadap penyakit
dasar dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria, mengontrol edema dan
mengobati komplikasi. Diuretik disertai diet rendah garam dan tirah baring dapat membantu
mengontrol edema. Furosemid oral dapat diberikan dan bila resisten dapat dikombinasi
dengan tiazid, metalazon dan atau asetazolamid. Kontrol proteinuria dapat memperbaiki
hipoalbuminemia dan mengurangi risiko komplikasi yang ditimbulkan. Pembatasan asupan
protein 0.8-1.0 g/kg BB/hari dapat mengurangi proteinuria. Obat penghambat enzim konversi
angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor angiotensin II
(angiotensin II receptor antagonists) dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi
keduanya mempunyai efek aditif dalam menurunkan proteinuria.
Risiko tromboemboli pada SN meningkat dan perlu mendapat penanganan. Walaupun
pemberian antikoagulan jangka panjang masih kontroversial tetapi pada satu studi terbukti
memberikan keuntungan. Dislipidemia pada SN belum secara meyakinkan meningkatkan
risiko penyakit kardiovaskular, tetapi bukti klinik dalam populasi menyokong pendapat
perlunya mengontrol keadaan ini. Obat penurun lemak golongan statin seperti simvastatin,
pravastatin dan lovastatin dapat menurunkan kolesterol LDL, trigliseride dan meningkatkan
kolesterol HDL.
a. Nonfarmakologis:
- Istirahat dan diet rendah garam. Istirahat di tempat tidur akan sangat bermanfaat
untuk pasien asites karena SN. Konsumsi perlu dikurangi hingga kira-kira 40-60
rnEq/hari. Kira-kira 20 % pasien asites akan mengalami perbaikan diuresisnya hanya
dengan istirahat dan diet rendah garam.
-
Restriksi protein. Pasien diminta untuk diet rendah protein 0,8 gram/kgBB
ideal/hari + ekskresi protein dalam urin/24 jam
Berhenti merokok
22
b. Farmakologis
-
3.6. KOMPLIKASI
1.
2.
infeksi
3.
tromboemboli
4.
malnutrisi
3.7. PROGNOSIS
Prognosis sindroma nefrotik tergantung dari beberapa factor antara lain umur, jenis
kelamin, penyulit pada saat pengobatan dan kelainan histopatologi ginjal. prognosis pada
umur muda lebih baik daripada umur lebih tua, pada wanita lebih baik daripada laki-laki.
Makin dini terdapat penyulitnya, biasanya prognosisnya lebih buruk. Kelainan minimal
mempunyai respons terahdap kortikosteroid lebih baik dibandingkan dengan lesi dan
mempunyai prognosis paling buruk pada glomerulonefritis proliferatif. Sebab kematian
pada sindroma nefrotik berhubungan dengan gagal ginjal kronis disertai sindroma uremia,
infeksi sekunder (misalnya pneumonia).
23
DAFTAR PUSTAKA
No.
150,
2006
53.
Website:
kalbe
farma..
Available:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/18_150_SindromaNefrotikPatogenesis.pdf/18_150_Sin
dromaNefrotikPatogenesis.html
Eric P Cohen.Nephrotic Syndrome. Website: emedicine nephrology. Mar 17, 2010. [cited
Dec 05, 2010]. Available: http://emedicine.medscape.com/article/244631-overview
24
Hull PR. Goldsmith DJ. Nephrotic syndrome in Adult [clinical review]. 2008:
vol.336.Website: BMJ.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan Pelayanan Medik.
Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
Price, Braunwald, Kasper, et all. Nephrotic Syndrome. Harrisons Manual Of Medicine.
17th ed. USA: McGraw Hill. 2008.
Prodjosudjadi W. Sindrom Nefrotik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1.
4th
ed.
25