Professional Documents
Culture Documents
Resusitasi Neonatus
Disusun Oleh:
Mariane Devi 11 2014 078
Pembimbing:
dr. Dewi I, Sp A
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan referat berjudul Resusitasi
Neonatus sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik ilmu kesehatan anak di RSUD
Koja Jakarta. Selain itu saya ucapkan terima kasih kepada dr. Dewi I., Sp.A selaku konsulen
yang telah membimbing dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna maka dari itu penulis
mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan referat ini. Penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan dari referat ini di
kemudian hari.
Akhir kata semoga referat ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian yang
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
Bayi baru lahir mengalami perubahan fisiologis yang dramatis dalam menit pertama
sampai beberapa jam setelah dilahirkan. Perubahan fisiologis pada bayi ini diakibatkan oleh
transisi dari lingkungan intrauterine menjadi lingkungan ekstrauterine. Pada saat bayi di
lingkungan intrauterine, pertukaran gas dan sirkulasi dibantu oleh plasenta. Sedangkan di luar
uterus, bayi memiliki sistem cardiopulmonary yang independen.1
Setiap bayi baru lahir, dapat dilakukan APGAR scoring dan scoring yang lain untuk
menilai vitalitas dari bayi. Kurang lebih 5-10% dari bayi yang lahir setiap tahunnya
memerlukan rangsangan sederhana untuk membantu mereka bernafas, 3-5% membutuhkan
resusitasi dasar, dan <1% memerlukan resusitasi lanjutan berupa kompresi dada atau obatobatan. Diperkirakan pula 814.000 bayi baru lahir meninggal setiap tahunya di seluruh dunia,
dan salah satu penyebab kematian bayi tersebut adalah kegagalan respirasi dan kegagalan
sirkulasi pada saat bayi baru lahir.1,2
Kegagalan respirasi biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya pernafasan untuk
mendorong cairan untuk keluar dari alveoli. Adanya benda asing yang menghalangi jalan
nafas. Kehilangann darah yang berlebihan atau kontraktilitas jantung yang tidak baik atau
bradikardi sehingga menyebabkan hipoksia dan iskemia lalu menyebabkan hipotensi
sistemik. Berkurangnya ventilasi dari paru sehingga paru mengalami konstriksi arteriole paru,
lalu menghambat oksigenasi darah di arteri sistemik. Perfusi dan oksigenasi ke organ bayi
yang tidak adekuat dan terjadi terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan
organ lainnya dan kemudian menyebabkan kematian.2
Perfusi dan oksigenasi ke organ-organ tubuh bayi sangatlah penting untuk mencegah
kematian bayi baru lahir, oleh karena itu resusitasi neonatus yang bertujuan untuk
mendukung dan memelihara pernafasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir sangatlah
diperlukan pada bayi yang mengalami masalah adaptasi terhadap lingkungan ekstrauterine.2
Penilaian awal saat lahir harus dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal itu ialah:
apakah bayi cukup bulan, apakah bayi menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot bayi
baik. Jika bayi lahir cukup bulan, menangis, dan tonus ototnya baik, bayi dikeringkan dan
dipertahankan tetap hangat. Hal ini dilakukan dengan bayi berbaring di dada ibunya dan tidak
3
dipisahkan dari ibunya. Bayi yang tidak memenuhi kriteria tersebut, dinilai untuk dilakukan
satu atau lebih tindakan secara berurutan di bawah ini:
A. Langkah awal stabilisasi (memberikan kehangatan, membersihkan jalan napas jika
diperlukan,mengeringkan, merangsang)
B. Ventilasi
C. Kompresi dada
D. Pemberian epinefrin dan/atau cairan penambah volume
Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi langkah
awal, menilai kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan ke langkah berikut
didasarkan pada penilaian simultan dua tanda vital yaitu pernapasan dan frekuensi denyut
jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP) atau setelah pemberian oksigen tambahan,
penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan status
oksigenasi.3,4
BAB II
Pembahasan
A. Gangguan Napas Neonatus
Di Indonesia angka kematian bayi sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup dimana penyebab
terbanyak kematian adalah komplikasi perinatal, infeksi pernapasan akut (pneumonia), dan
diare. Pada suatu studi kematian neonatal di daerah Cirebon tahun 2006 disebutkan pola
penyakit kematian neonatal 50% disebabkan gangguan pernapasan meliputi asfiksia bayi baru
lahir (38%), respiratory distress 4%, dan aspirasi 8%.
Gangguan napas yang paling sering ialah transient tachpnea of the newborn (TTN),
respiratory distress syndrome (RDS) atau penyakit membran hialin (PMH), dan displasia
bronkopulmonar.
Takipnea
Retraksi
Napas cuping hidung
Merintih atau grunting
Sianosis
Apneu atau henti napas
Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan grunting menetap pada beberapa jam
setelah lahir ini merupakan indikasi adanya gangguan napas atau distres respirasi
yang harus dilakukan tindakan segera. 5
Patofisiologi
-
menstabilkan saluran
napas
yang
memungkinkan stabilisasi dan pemeliharaan sisa volume paru. Terjadi proses :re5
uptake and recycling secara aktif dari fosfolipid surfaktan (baik endogenus maupun
-
Klasifikasi gawat nafas dapat menggunakan down score. Apabila skor <4 neonatus
mengalami distress pernapasan ringan sehingga membutuhkan O2 nasal atau head box,
apabila skor 4-5 maka neonatus mengalami distress pernapasan moderate sehingga
diperlukan CPAP nasal, dan apabila skor 6 maka diperlukan analisa gas darah dan
dipertimbangkan intubasi apabila perlu.
Faktor Janin
Kehamilan multiple
(terutama
Faktor Intrapartum
Pola denyut jantung janin
yang meragukan pada CTG
usia Presentasi abnormal
Hipertensi kronik
penghambat
adrenergic, terutama
narkotika)
Diabetes mellitus
Penyakit
kronik
jika
plasenta,
PJB, sianotik)
solusio
dan Ketuban
mekonium
berkurang Pemberian
sebelum persalinan
bercampur
obat
narkotika
Demam
Kelainan
congenital
memengaruhi
persalinan
yang Kelahiran dengan forceps
pernapasan,
Sedasi berat
Presentasi bokong
pada ibu
Bedah saesar yang bersifat
darurat.
Apneu dan bradipneu terjadi pada keadaan asidosis berat, asfiksia, infeksi (meningitis,
septikemia, pneumonia) dan kerusakan CNS. Takipneu (>60 kali/menit) terjadi pada
hipoksemia, hipovolemia, asidosis (metabolik dan respiratorik), perdarahan CNS, kebocoran
gas paru, kelainan paru (hyalin membrane disease, sindrom aspirasi, infeksi), udem paru, dan
penggunaan obat-obatan oleh ibu (narkotik, alkohol, magnesium, barbiturat).7,8
c. Tonus Otot
Sebagian besar neonatus, termasuk yang preterm akan aktif saat lahir dan
menggerakan semua ekstremitas sebagai respon terhadap rangsangan. Asfiksia, penggunaan
obat pada ibu, kerusakan CNS, amiotonia kongenital, dan miastenia grafis akan menurunkan
tonus otot. Fleksi kontraktur serta tidak adanya lipatan sendi merupakan tanda kerusakan
CNS yang terjadi di dalam rahim. 7,8
d. Reflek
Neonatus normal bergerak ketika salah satu ekstremitas digerakkan dan meringis atau
menangis ketika selang dimasukkan ke dalam hidungnya. Tidak adanya respon terjadi pada
bayi hipoksia, asidosis, penggunaan obat sedatif pada ibu, trauma CNS dan penyakit otot
kongenital.7,8
e. Warna Kulit
Pada umumnya semua kulit neonatus berwarna biru keunguan sesaat setelah lahir. Sekitar
60 detik, seluruh tubuhnya menjadi merah muda kecuali tangan dan kaki yang tetap biru
(sianosis sentral). Sianosis sentral diketahui dengan memeriksa wajah, punggung dan
membran mukosa. Jika sianosis sentral menetap sampai lebih dari 90 detik perlu dipikirkan
aspiksia, cardiac output rendah, udem paru, methemoglobinemia, polisitemia, penyakit
jantung kongenital, aritmia dan kelainan paru (distres pernapasan, obstruksi jalan napas,
hipoplastik paru, hernia diafragmatika), terutama bila bayi tetap sianosis dibawah respirasi
kendali dan oksigen ysng mencukupi. Pucat menandakan penurunan cardiac output, anemia
berat, hipovolemia, hipotermia atau asidosis.7,8
C. Apgar Skor
Apgar skor adalah ekspresi dari kondisi physiologis bayi baru lahir. Dengan apgar skor
(tabel 1) memungkinkan dilakukan evaluasi kondisi bayi yang baru lahir pada menit pertama
dan kelima kehidupannya.Apgar skor pada menit pertama merefleksikan kondisi bayi pada
saat lahir dan berhubungan dengan kemampuannya untuk bertahan hidup, apgar skor yang
tidak banyak meningkat dari menit pertama hingga menit ke 5 dikatakan meningkatkan resiko
kematian pada bayi. Sedangkan apgar skor pada menit ke-5 merefleksikan usaha resusitasi
dan mungkin berhubungan dengan neurological outcome, apgar score yang rendah pada
menit ke 5 (0-3) dikatakan meningkatkan resiko terjadinya serebral palsy.
TANDA
Appearance
0
Biru, pucat
1
Tubuh
(warna kulit)
Pulse/hearth rate
Ekstremitas biru
Tidak ada
ektremitas biru
<100 kali/menit
tubuh
>100 kali/menit
(denyut jantung)
Grimace
Tidak ada
Menyeringai
Batuk,
(reflek)
Activity
Lemas
Fleksi
(tonus otot)
Respiration
Tidak ada
lemah
Tidak
(pernafasan)
2
merah, Merah
seluruh
bersin,
menangis
ekstremitas Gerakan aktif,
dangkal
Tabel 3. Apgar score 9,10
fleksi ekstremitas
teratur, Tangis kuat,
Teratur
Apgar skor 8-10. Apgar skor 8-10 umumnya dapat dicapai pada 90% neonatus. Dalam hal
ini, diperlukan suction oral dan nasal, mengeringkan kulit, dan menjaga temperatur tubuh
tetap normal. Reevaluasi kondisi neonatus dilakukan pada menit ke-5 pertama kehidupan.11
Apgar skor 5-7 (asfiksia ringan). Neonatus ini akan merespon terhadap rangsangan dan
pemberian oksigen. Jika responnya lambat, maka dapat diberikan ventilasi dengan pemberian
oksigen 80-100% melalui bag and mask. Pada menit ke-5 biasanya keadaannya akan
membaik.11
Apgar skor 3-4 (asfiksia sedang). Neonatus biasanya sianotik dan usaha pernafasannya
berat, tetapi biasanya berespon terhadap bag and mask ventilation dan kulitnya menjadi
merah muda. Apabila neonatus ini tidak bernafas spontan, maka ventilasi paru dengan bag
and mask akan menjadi sulit, karena terjadi resistensi jalan nafas pada saat melewati
esofagus. Apabila neonatus tidak bernafas atau pernafasannya tidak efektif, pemasangan pipa
endotrakea diperlukan sebelum dilakukan ventilasi paru. Hasil analisa gas darah seringkali
abnormal (PaO2 < 20 mmHg, PaCO2 > 60 mmHg, pHa 7,15). Apabila pH dan defisit basa
tidak berubah atau memburuk, diperlukan pemasangan kateter arteri umbilikalis dan jika
perlu dapat diberikan natrium bikarbonat.11
Apgar skor 0-2. Neonatus dengan apgar skor 5-7 disebut menderita asfiksia berat dan
memerlukan resusitasi segera 7. Sebaiknya dilakukan intubasi dan kompresi dada dapat
dilakukan segera11.
D. Resusitasi Neonatus
10
Jika semua pertanyaan diatas jawabannya adalah iya, maka bayi tidak memerlukan
resusitasi dan tidak perlu dipisahkan dari ibunya. Bayi harus dikeringkan, diletakkan salling
bersentuhan dengan ibunya, dan ditutupi dengan kain linen untuk menjaga temperatur.
Selanjutnya tetap observasi pernafasan, aktifitas, dan warna kulit bayi.4
Jika ada dari pertanyaan diatas yang jawabannya adalah tidak, maka bayi
memerlukan resusitasi yang dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Langkah dasar, mencakup penilaian secara cepat dan stabilisasi awal
2. Ventilasi, mencakup bag-mask atau bag-tube ventilation
3. Kompresi dada
4. Pemberian cairan atau obat-obatan4
E. Prosedur Resusitasi
11
Setelah diletakkan di bawah radiant warmer, bayi sebaiknya diposisikan terlentang dengan
sedikit ekstensi pada leher pada posisi sniffing position.
dibersihkan. Jika tidak ada mekonium, jalan nafas dapat dibersihkan dengan hanya menyeka
hidung dan mulut dengan handuk, atau dapat dilakukan suction dengan menggunakan bulb
syringe atau suction catheter jika diperlukan. Sebaiknya dilakukan suction terhadap mulut
lebih dahulu sebelum suction pada hidung, untuk memastikan tidak terdapat sesuatu di dalam
rongga mulut yang dapat menyebabkan aspirasi. Selain itu, perlu dihindari tindakan suction
yang terlalu kuat dan dalam karena dapat menyebabkan terjadinya refleks vagal yang
menyebabkan bradikardi dan apneu.
13
bayi untuk menilai ada tidaknya sianosis sentral sedangkan Sianosis perifer
oksigen yang digunakan dalam resusitasi neonatus yaitu oksigen 100%. Namun pada
penelitian menunjukkan resusitasi menggunakan oksigen 21% ( udara ruangan) tampaknya
potensial sebagai strategi untuk menurunkan mortalitas neonatus bahkan pada neonatus
preterm.
F. Ventilasi Tekanan Positif
VTP dilakukan selama 30 detik sebanyak 20-30 kali, dengan fase eskpirasi
lebih lama daripada fase inspirasi. Setelah 30 detik ventilasi, dilakukan
penilaian frekuensi jantung. Apabila denyut jantung >100x per menit dan
target saturasi tercapai tanpa alat, maka lanjutkan ke perawatan obseravasi,
apabila pasien menggunakan alat maka lanjutkan ke perawatan pasca
resusitasi.
pertimbangkan intubasi pada langkah ini apabila VTP tidak efektif atau telah
dilakukan selama 2 menit. Observasi denyut jantung dan pernapasan setiap
30 detik.
Bila dada tidak mengembang adekuat, evaluasi posisi kepala bayi, obstruksi
jalan nafas ada atau tidak, kebocoran sungkup, tekanan puncak inspirasi
cukup atau tidak.
G. Kompresi dada
Indikasi dilakukannya kompresi dada yaitu apabila setelah 15-30 detik, denyut
jantung < 60 kali/menit atau antara 60-80 kali/menit dan tidak meningkat setelah
pemberian positive pressure ventilation dengan FiO2 100%. 20
Kompresi dada dilakukan pada sternum 1/3 bawah. Tedapat 2 tehnik dari
kompresi dada yaitu:
1. Menggunakan 2 ibu jari yang diletakkan pada sternum (sejajar dengan 1 jari
dibawah puting susu) dengan jari-jari tangan lainnya melingkari dada (the two
thumb-encircling hands technique).
2. Tehnik dengan dua jari tangan kanan(the two finger technique) yang diletakkan di
dada dengan tangan lainnya menyokong punggung.
Beberapa data menunjukkan bahwa the two thumb-encircling hands technique
memiliki beberapa keuntungan dalam mencapai puncak tekanan sistolik dan tekanan perfusi
koroner, sehingga lebih dipilih dibandingkan dengan the two finger technique. Dalamnya
kompresi dada kurang lebih sepertiga dari diameter anterior-posterior dada. The pediatric
basic live support guidelines merekomendasikan dalamnya kompresi dada kurang lebih 1/3 -
dari diameter anterior posterior dada. Tidak ada data yang spesifik mengenai dalamnya
kompresi dada yang ideal, namun direkomendasikan untuk melakukan kompresi dada sekitar
sepertiga dari dalamnya dada, tetapi kompresi ini harus dapat untuk membuat denyut nadi
yang teraba secara adekuat. Tehnik kompresi dada ini dapat dilihat pada gambar 2.4.
Perbandingan antara kompresi dada dengan ventilasi adalah 3:1, yaitu dengan melakukan 90
kali kompresi dan 30 kali ventilasi dalam satu menit. Denyut jantung harus dievaluasi secara
periodik yaitu setiap 30 detik. Kompresi dada dihentikan apabila denyut jantung terjadi
secara spontan lebih dari 80 kali/menit.4
16
I. Volume ekspander
Volume ekspander penting untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami
hipovolemia. Kecurigaan terjadinya hipovolemia diketahui dengan kegagalan dalam
merespon resusitasi. Cairan yang dipilih kristaloid isotonik misalnya normal salin atau ringer
laktat. Pemberian sel darah merah O-negatif dapat diindikasikan untuk mengganti kehilangan
darah dalam jumlah yang besar. Solution yang menggandung albumin jarang digunakan
untuk ekspansi volume pada tahap awal karena penggunaannya terbatas, risiko infeksi, dan
pada observasi dihubungkan dengan peningkatan mortalitas.4
Dosis awal dari volume ekspander adalah 10 mL/kg yang diberikan secar perlahan
melalui jalur intravena selama 5-10 menit. Dosis ini dapat diulang setelah ditentukan kondisi
klinis lebih lanjut dan diobservasi respon yang terjadi.pemberian bolus dalam dosis yang
besar dapat dilakukan pada bayi yang lebih besar. Akan tetapi, volume overload atau
komplikasi (misalnya perdarahan intrakranial) dapat terjadi akibat pemberian volume
ekspander intravaskuler yang tidak tepat pada bayi asfiksia dan bayi preterm.4
Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat diberikan pada keadaan asidosis metabolik yang persisten
ataupun hiperkalemia.dosis yang diberikan yaitu 1-2 mEq/kg dari solution 0,5 mEq/mL yang
diberikan melalui jalur intravena secara perlahan (minimal dalm 2 menit) setelah ventilasi
dan perfusi adekuat.4
Nalokson
Nalokson hidroklorida merupakan antagonis narkotik yang tidak mempunyai efek
depresi respirasi. Secara spesifik diindikasikan untuk melawan efek depresi respirasi pada
bayi baru lahir, yang ibunya mendapat narkotik dalam 4 jam sebelum melahirkan. Sebelum
pemberian nalokson selalu dijaga keadekuatan ventilasi. Jangan memberikan nalokson pada
bayi baru lahir yang ibunya dicurigai menggunakan obat-obat narkotik (drug abuse) karena
dapat menyebabkan efek withdrawal.4
Dosis yang direkomendasikan yaitu 0,1 mg/kg dari 0,4 mg/mL atau solution 1 mg/mL
yang diberikan secara intravena, endotrakea, atau apabila perfusinya adekuat dapat diberikan
intramuskular atau subkutan. Karena durasi dari narkotik lebih lama dibandingkan nalokson,
maka monitoring secara kontinyu merupakan hal yang penting, dan pemberian nalokson
dapat diulang untuk mencegah apneu rekuren.4
OBAT
INDIKASI
DOSIS
CARA
PEMBERIAN
18
EFEK
Epinefrin
Asistol
0,01mg/kg
ET, IV
denyut jantung
(0,1 mL/kg)
kontraktilitas
diencerkan
miokard
tekanan arteri
Mengoreksi asodosis
Natrium
Asidosis
1:10000
1-2 meq/kg
bikarbonat
metabolik
diluted 1:2
metabolik
(sangat perlahan)
Nalokson
Ibunya
IV
0,1 mg/kg
perifer
ventilatory rate
10-20 mL/kg
IV secara
tekanan darah
perlahan
perfusi perifer
menggunakan
opiat+bayi
Cairan (PRC,
apneu
Hipovolemia
albumin 5%,
normal salin)
Keterangan : ET: endotrakea; IM: intramuskular; IV: intravena; SC: subkutan; PRC:
Packed Red Cells; COP: cardiac output
Tabel 5 Obat-obatan yang Digunakan selama Resusitasi 21
J. Intubasi Endotrakeal
Intubasi diindikasikan untuk mengisap mekonium dalam trakea bila didapatkan ada
mekonium dalam air ketuban dan bayi tidak bugar. Selain itu diindikasikan untuk
meningkatkan efektivitas ventilasi bila setelah beberapa menit melakukan ventilasi balon dan
sungkup tidak efektif, untuk membantu koordinasi kompresi dada dan ventilasi, serta untuk
memaksimalkan efisiensi pada setiap ventilasi. Diindikasikan juga untuk memberikan obat
epinefrin bila diperlukan untuk merangsang jantung sambil menunggu akses intravena, selain
itu dilakukan pada bayi sangat kurang bulan untuk ventilasi dan atau pemberian surfaktan.22
Berat (gram)
Umur kehamilan
Ukuran pipa
<1000
(minggu)
<28 minggu
(diameter mm)
2,5
bibir atas
6,5-7
28-34
3,0
7-8
1000-2000
2000-3000
>3000
19
34-38
3,0/3,5
8-9
>38
3,5/4,0
Tabel 6 Ukuran dan panjang pipa endotrakea 23
>9
melaksanakan
stabilisasi
pasca
resusitasi
neonatus
dikenal
20
22
Bayi kecil < 35 minggu: bungkus badan dengan kantong plastik, tutup
kepala
Saat resusitasi bayi: meja dan kain hangat
Mengeringkan bayi
Bila sudah hipotermia segera hangatkan kembali
Tersedia inkubator atau alat penghangat
Alternatif: lampu sorot, perawatan metode kanguru
Saat menghangatkan kembali: jangan lupa pemberian oksigen, kenaikan
suhu bertahap (amati takikardi atau hipotensi) dan monitor suhu rektal.
A (AIRWAY)
Masalah pernapasan menjadi morbiditas yang sering dialami bayi yang mendapat
perawatan di NICU. Saat resusitasi dilakukan upaya membuka alveoli paru, pasca resusitasi
alveoli paru belum sepenuhnya terbuka. Beberapa faktor predisposisi :
Prematuritas
Persalinan seksio cesaria
Sindroma aspirasi mekoneum (MAS)
Proses inflamasi
Pneumotoraks: komplikasi, spontan
23
Produksi urin
Tanda-tanda akan terjadi kegagalan pernapasan
Pernapasan megap-megap
Stabilisasi pernapasan :
Segera berikan bantuan ventilasi. Pilih bantuan ventilasi yang dapat memberikan PEEP
(untuk membuka alveoli paru). Misalnya: CPAP, high flow nasal canula
Bila ada tanda akan terjadi kegagalan pernapasan: segera intubasi dan beri napas buatan
(penggunaan sungkup laring bisa merupakan alternatif, bila tidak memungkinkan intubasi).
24
Pasang saturasi O2, target saturasi (post duktal; awal lahir : 90-94% , setelah usia 3 hari :
88-90/92%)
Pasang pipa orogastrik untuk dekompresi lambung.
Pada bayi dengan ventilasi mekanik adekuat, namun tidak menunjukkan perbaikan
bermakna, pertimbangkan kemungkinan :
Hernia diafragmatika
Pneumotoraks
PPHN
Sumbatan jalan napas atas
Anemia
B (BLOOD PRESSURE)
Syok terjadi akibat adanya gangguan perfusi dan oksigenasi organ. Ada 3 jenis syok,
yaitu:
Hipovolemi (tersering pada neonatus)
Kardiogenik
Septik
Penyebab tersering pada neonatus adalah:
1. Kehilangan darah saat intrauterin/persalinan
2. Kehilangan darah setelah lahir
3. Dehidrasi
Neonatus seyogyanya dicegah agar jangan sampai jatuh pada kondisi syok. Gejala dini
gangguan sirkulasi pada neonatus lebih sering berupa gangguan pernapasan.
1. Takipnu
2. Kerja nafas meningkat
25
3. Takikardi
Pada fase lanjut akan terjadi:
1. Megap-megap/apnu
2. Bradikardi
3. Nadi perifer lemah
4. Hipotensi
5. Mottle sign (perfisi perifer buruk)
Hal penting dalam menentukan bayi mulai mengalami hipotensi adalah menilai tekanan
darah. Tekanan darah normal bayi berbeda, tergantung pada usia gestasi. Penghitungan cara
mudah adalah:
1.
2.
3.
Identifikasi syok
Beri bantuan ventilasi
Beri cairan fisiologis 10 cc/kg BB
Sambil cari penyebab
Hindari terapi Biknat secara agresif
Bila perlu berikan Dopamine 5-10 mcg/kg/menit
L (LABORATORY)
26
Pada bayi yang akan dirujuk, wajib dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
kemungkinan infeksi (bila fasilitas memadai). Perlu dilakukan juga pada bayi berisiko
infeksi. Faktor risiko tersering:
Ibu sakit (infeksi) menjelang persalinan, misalnya keputihan, diare, suhu ibu > 38 0C,
E (EMOTIONAL SUPPORT)
Kelahiran anak merupakan saat yang dinantikan dan membahagiakan. Bila kondisi
tidak seperti yang diharapkan akan mengganggu emosi. Orangtua biasanya akan memiliki
perasaan bersalah, menyangkal, marah, tidak percaya, merasa gagal, takut, saling
menyalahkan, depresi. Dukungan emosi terhadap orangtua atau keluarga bayi sangat penting.
27
Petugas kesehatan perlu juga mendapat dukungan emosi, perawat adalah ujung
tombak dalam perawatan bayi. Sebaiknya sebelum bayi dirujuk, bila kondisi ibu
memungkinkan, beri ibu kesempatan untuk melihat bayinya, beri dorongan ibu untuk kontak
dengan bayinya. Beri kesempatan bagi ayah untuk sesering mungkin kontak dengan bayinya,
biarkan ayah mengambil gambar atau video. Beri dorongan dan keyakinan pada ibu untuk
tetap memberikan ASI kepada bayinya, dengan melakukan pompa dan mengirim ASI ke
rumah sakit dimana bayi dirujuk.
Hal lain yang perlu dipersiapkan untuk disampaikan kepada tim transpor adalah:
Informed consent
I.
Penghentian resusitasi
28
BAB III
Kesimpulan
29
Indikasi dilakukannya kompresi dada yaitu apabila setelah 15-30 detik, denyut
jantung < 60 kali/menit atau antara 60-80 kali/menit dan tidak meningkat setelah pemberian
positive pressure ventilation dengan FiO2 100%.
Obat-obatan jarang diindikasikan pada resusitasi bayi baru lahir. Obat-obatan
diberikan apabila denyut jantung < 80 kali/menit, walaupun telah mendapatkan ventilasi yang
adekuat dengan oksigen 100% dan telah dilakukan kompresi dada minimal selama 30 detik.
Obat-obatan yang digunakan yaitu epinefrin, volume expander, natrium bikarbonat, nalokson.
30
Tinjauan Pustaka
1.
15. http://www.cgmh.org.tw/intr/intr5/c6700/N%20teaching/Neonatal%20Resuscitation
%20Supplies%20and%20Equipment.html//
16. http://www.firstaidmonster.com/popup_image.php/pID/7122
17. E 45 : Wu TJ, Carlo W A.. Pulmonary Physiology of Neonatal Resuscitation. Illinois:
American Academy of Pediatrics . 2001.
18. Meconium aspiration : Carbine D N. , Serwint Janet R.. Meconium Aspiration .
Illinois: American Academy of Pediatrics . 2008
19. Darmasetiawati N. Resusitasi neonatus; konsensus 2010. Jakarta: PERINASIA;2012.
20. Rudolph A M, Kamei R K, Overby K J. Rudolphs Fundamentals of Pediatrics. 3 rd ed.
International Edition: McGraw-Hill; 2002
21. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta. P 708-715; 2007
22. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, et al. Buku ajar neonatologi. Edisi ke-1.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;2012.h.103-25.
23. Akinloye O, O'Connell C, Allen AC, El-Naggar W. Post-resuscitation care for
neonates receiving positive pressure ventilation at birth. Pediatrics. 2014 Oct.
134(4):e1057-62.
24. Veronica RM, Gallo LL.Bol Med Hosp Infant Mex,2011;68(1):31-5; Spector JM,
Villanueva HS. J Perinatol, 2009;29(7);512-6 ).
32