You are on page 1of 9

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat- Nya yang telah

memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada saya sehingga makalah ini dapat saya
selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Berikut ini akan saya persembahkan sebuah makalah yang berjudul Perilaku Sosial
Tawuran antara Kelompok Pelajar .
Saya menyadari sekali bahwa makalah ini jauh dari ketidaksempurnaan baik dari segi
bentuk penyusunannya ataupun secara keseluruhannya. Apabila terdapat salah penulisan dalam
makalah ini saya mohon maaf yang sebesarnya karena saya juga masih dalam tahap belajar.
Dengan demikian, saya ingin mengucapkan terimakasih untuk para pembaca yang
telah ,membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang baik untuk
kita semua.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI
............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................
B. Tujuan ...............................................................................
C. Sasaran ...............................................................................

A.
B.
C.
D.
E.

1
1
2

BAB II
PERMASALAHAN
Pengertian Tawuran ...........................................................
4
Faktor faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran..
4
Contoh Kasus Tawuran Antar Pelajar ...............................
6
Cara Mencegah Tawuran Antar Pelajar .............................
8
Penjelasan Materi Makalah dengan menggunakan Analisis Swot
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Rekomendasi .....................................................................
DAFTAR PUSTAKA

i
ii

11
11

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti dengan
terjadinya peristiwa peristiwa tawuran para pelajar yang saat ini sedang maraknya terjadi.
Tawuran saat ini juga sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.
Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia
merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis berasal
dari banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor internal ataupun eksternal.
Perlikau tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta benda atau korban
cidera tetapi bisa sampai merenggut nyawa orang lain. Di mata mereka nyawa tidak ada
harganya, bahkan mereka merasa bangga jika berhasil membunuh pelajar sekolah lain yang
mereka anggap musuh mereka.
Beberapa minggu yang lalu siswa SMAN 6 Jakarta meninggal dunia karena terbacok oleh
siswa SMAN 70 Jakarta. Apakah ini hasil dari pendidikan untuk bangsa kita?
Oleh karena itu , dalam makalah ini saya akan membahas secara keseluruhan tentang aksi
tawuran pelajar. Karena jika hal ini terus dibiarkan maka bangsa kita akan semakin hancur,
hapuslah kekerasan dalam citra bangsa kita.
B. Tujuan :
Karya tulis ini bertujuan agar para pelajar menyadari bahwa tindakan asusila tawuran
adalah tindakan yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang pelajar.
Memajukan bangsa kita agar lebih baik dari bangsa lain dengan cara mencetak prestasi
prestasi yang membanggakan. Mengahapus tindakan kekerasan pada jiwa seseorang yang
menimbulkan dampak negatif untuk orang lain ataupun dirinya sendiri.
Berharap supaya kita semua saling bekerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan
bangsa Indonesia, merubah sistem pendidikan yang lebih baim agar siswa siswi merasa
nyaman belajar di sekolah.
Sehingga para pelajar setiap harnya selalu bersemangat untuk menimba ilmu pengetahuan
di sekolahnya masing masing.
C. Sasaran :
Pelajar
Para pelajar harus memahami bahwa masa depan yang cerah ada di tangan kita sendiri.
Jika kita ingin menjadi orang yang sukses.
Orang tua
Para pelajar yang sering melakukan tindakan asusila biasanya karena pelajar yang sering
menghadapi konflik di keluarganya. Seperti , kurang perhatian dari kedua orang tuanya, sikap
orang tua yang selalu menyelesaikan masalah dengan tindakan kekerasan menyebabkan pola

pikir anak menjadi tidak baik. Sehingga anak melampiaskannya kepada orang lain dan selalu
menyelesaikan masalah dengan emosi atau tindakan yang kasar.
Pemerintah
Pemerintah seharusnya memberikan ketegasan dalam masalah hukum untuk para pelajar yang
melakukan tindakan tawuran. Memberikan hukuman yang sesuai dengan apa yang sudah mereka
lakukan supaya mereka merasa jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Pihak Kepolisian
Kepolisian harus selalu mengawasi di setiap sekolah yang rawan terjadi tawuran. Jangan sampai
harus terjatuh korban terlebih dahulu, baru polisi muncul dan bertugas menyelesaikan kasus
tersebut.
Guru atau Pihak Sekolah
Pihak sekolah beserta guru guru harus memberikan tekhnik pengajaran yang kreatif, yang
membuat siswa merasa nyaman di lingkungan sekolah. Menghapus tindakan kekerasan guru
terhadap murid yang terjadi di sekolah. Selalu memberikan reward untuk siswa siswi yang
berprestasi. Mengadakan kegiatan yang lebih bermanfaat di waktu senggang setelah sekolah.

BAB II
PERMASALAHAN
A. Pengertian Tawuran
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan
oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.
B. Faktor faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran
1.

Faktor internal
Ketidakmampuan/kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan sosial yang kompleks
menimbulkan tekanan pada setiap orang. Terutama pada remaja yang mentalnya masih labil dan
masih dalam pencarian jati diri dan tujuan hidup. Kekompleksan seperti keberagaman budaya,
kemampuan ekonomi dan pandangan tidak bisa diterima sehingga dilampiaskan lewat kekerasan.
Saat tidak mampu beradaptasi, rasa putus asa, menyalahkan orang lain dan memilih cara
instan untuk memecahkan persoalan membuat rasa frustasi semakin mengendalikan emosi pelajar
yang labil. Ketidakpekaan terhadap perasaan sesamanya mengakibatkan pelajar tega menganiaya
hingga membunuh sesamanya. Sebenarnya, dalam diri mereka butuh pengakuan.

2.

Faktor keluarga
Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga akan berdampak
pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung, remaja akan meniru pola yang ia lihat di dalam
keluarganya. Anak yang terlalu dilindungi orangtuanya (dimanja) juga akan sama saja. Saat
bergabung dalam kelompok sosialnya di sekolah, ia akan menyerahkan diri secara total tanpa
memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat.
Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan kelompok sosial yang tidak
benar semakin memungkinkan terjadinya tawuran antar pelajar.

3.

Faktor sekolah
Kebosanan di dalam ruang belajar mengajar seperti tindak belajar mengajar yang monoton,
tidak mengijinkan siswa untuk bertindak kreatif, terlalu mengekang dan otoriter juga menjadi
pengaruh. Sebagian besar hidup remaja juga dihabiskan di sekolah, tempat ia belajar sekaligus
mengekspresikan dirinya. Tak heran jika sekolah sering disebut sebagai rumah kedua.
Siswa yang bosan akan memilih untuk bersenang-senang di luar sekolah. Guru sekolah
dinilai sebagai pihak otoriter yang gemar menghukum siswanya ketimbang mendidik dalam arti yang
sebenarnya.

4.

Faktor lingkungan
Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja. Lingkungan ini juga berbicara
sekolah, media televisi, media cetak dan ketidakpuasan atas negara atau fasilitas negara. Jika
diruntut dari faktor lingkungan, media-media dan teladan pemerintah juga menjadi sorotan atas
tawuran pelajar.

Masih ingat dengan kasus perkelahian dewan yang terhormat? Media yang menampilkan
dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena memberi teladan yang buruk.
Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang salah. Sebaiknya
perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan rasa solidaritas dengan akal pikiran sehat
dan jiwa toleransi antar manusia yang tinggi. Solidaritas tidak selalu ikut-ikutan dalam hal buruk.

C. Contoh Kasus Tawuran Antar Pelajar :


Kamis, 17 Desember 2009 | 04:40 WIB
Jakarta, Kompas - Aksi kekerasan yang dilakukan pelajar belum berhenti. Bahkan,
kekerasan pelajar yang dilakukan dalam tawuran antarpelajar di kawasan Gunung Sahari,
Kemayoran, Rabu (16/12) pukul 09.30, menyebabkan Ahmad Supratman (15), pelajar SMKN 1
Jakarta, tewas disabet senjata tajam oleh pelaku yang juga berstatus pelajar.
Tawuran terjadi ketika Ahmad dan teman-temannya terlibat saling ejek dengan
rombongan pelajar lain di dalam bus yang melintas di kawasan tersebut. Saling ejek itu berlanjut
dengan saling melempar batu. Pelajar dari dalam bus ada yang membawa senjata tajam. Senjata
tajam inilah yang digunakan melukai punggung dan leher Ahmad.
Sejumlah teman yang melihat Ahmad terkapar penuh darah segera membawa korban ke
rumah sakit. Namun, nyawa warga Jalan Angkasa Kecil 12, Kemayoran, ini tidak tertolong.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kemayoran Ajun Inspektur Satu Iswantoro mengatakan,
pihaknya masih menelusuri pelajar yang terlibat tawuran ini. Penyelidikan masih dilakukan.
Sampai sekarang belum diketahui identitas sekolah pelajar yang tawuran selain SMKN 1, ucap
Iswantoro.
Berdamai
Kasus kekerasan antarsiswa termasuk tawuran antarsekolah dan kekerasan senior
terhadap yuniornya sering terjadi di Jakarta. Kasus yang terakhir terkuak adalah kekerasan di
SMAN 82, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengatakan, meski alot,
akhirnya mediasi antara pelaku, korban, dan keluarga sepakat tidak meneruskan kasus ke
pengadilan.
Awalnya, orangtua Ade Fauzan Mahfuza, Marlin Anggraini, berkeras menuntut pelaku
diproses hukum. Ade yang menjadi korban kekerasan seniornya kemudian pindah sekolah.
Sanksi harus diberikan bagi yang salah. Namun, karena menyangkut masa depan anak
yang masih bisa diperbaiki, keputusan penghentian kasus ini sangat bijaksana, tutur Seto.
Menurut Seto, kasus kekerasan di SMAN 82 sudah berlangsung lama. Kekerasan ini baru
terungkap saat Ade, siswa kelas I dihajar seniornya pada awal November lalu dan harus dirawat
selama sepekan di Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Agar tidak terulang, Seto menegaskan perlunya konsultasi psikologi rutin bagi korban
ataupun pelaku dan bagi siswa sekolah yang memiliki tradisi bullying. Kasus bullying di Jakarta

yang terungkap sejak 2007 memang selalu berakhir damai. Hanya kasus penganiayaan siswa
yunior kelas X SMA 34, yaitu Muhammad Fadhil Harkaputra Sirath (15), tahun 2008, yang
berakhir di persidangan. Lima pelaku siswa kelas XII dihukum penjara 45 hari. (ART/NEL)

Tawuran SMA 6 dan 70, Kepala Dinas Pendidikan DKI Tak Ditegur
Satu pelajar tewas dan dua lainnya terluka akibat tawuran kemarin.
Selasa, 25 September 2012, 11:42
VIVAnews - Tawuran pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta kembali terjadi. Satu
pelajar dari SMAN 6, Alawi Yusianto Putra, tewas. Dua temannya, Dimas dan Faruq, terluka.
Tawuran pelajar dari kedua sekolah ini bukan yang pertama. Sebelumnya, pelajar kedua
sekolah beberapa kali terlibat tawuran.
Meski bentrokan pelajar ini sering terjadi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
merasa tidak perlu menegur Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Kemendikbud juga tak
menegur
kepala
sekolah
kedua
SMA
itu.
"Kami rasa tidak perlu menegur, mereka bukan pelaku tawuran," kata Kepala Pusat Informasi
dan Humas Kemendikbud, Ibnu Hamad saat berbincang dengan VIVAnews, Selasa 25 September
2012.
Menurut Ibnu, saat ini yang paling penting bukan menegur dan saling menyalahkan.
"Yang paling penting bagaimana kepala dinas mengkoordinasikan jangan sampai kejadian serupa
terjadi lagi," katanya.
Ibnu sendiri mengakui bahwa Kemendikbud belum memiliki kajian khusus untuk
mengatasi tawuran antara pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta ini. Meskipun tawuran pelajar
kedua sekolah yang berdekatan ini terjadi beberapa kali.
D. Cara Mencegah Tawuran Antar Pelajar :
1.
Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai
jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
2.
Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk
mengajarkan cinta kasih.
3.
Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan
orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
4.
Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar
khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
5.
Tindakan kekerasan pasti akan menular, Pihak yang berwenang haruslah tegas
memberikan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan.

E. Penjelasan Materi Makalah dengan menggunakan Analisis Swot


Analisis permasalahan perilaku sosial tawuran antara kelompok pelajar dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lingkungan internal maupun eksternal dilihat
dari aspek :
1. Kekuatan ( Strenght )
a. Pelajar ingin membela sekolahnya, agar tidak diserang oleh sekolah lain.
b. Pelajar cenderung menganggap tawuran sebagai cara memperoleh pengakuan dan status tinggi
serta disegani dalam kelompoknya.
c. Para pelajar melakukan tawuran bsa juga karena hal ingin membela teman yang pernah diserang
oleh sekolah lain.
d. Pelajar menganggap kenakalan yang dilakukan hanya manifestasi simbolis aspirasi mereka
karena sering diperlakukan tidak adil.
2. Kelemahan ( Weakness )
a. Sering mengeluarkan kata kata yang mengejek hanya karena hal yang kecil, dapat memicu
terjadinya tawuran. Atau bahkan hanya karena saling menatap secara pandangan yang sinis juga
bisa menyebabkan terjadinya tawuran.
b. Karena masalah rebutan seorang wanita, juga bisa memicu terjadinya perkelahian antar pelajar.
c. Mendapatkan pengaruh yang tidak bak dari seorang profokator, untuk menyerang sekolah lain.
d. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan di pikiran para remaja.
Bercanda yang terlalu berlebihan yang bisa menimbulkan emosi sampai akhirnya terjadi
perkelahian.
3. Peluang ( Opportunity )
a. Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Tidak adanya
kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya
juga bisa mengakibatkan tawuran.
b. Orang tua yang terlalu memberikan kebebasan untuk anaknya, kurang mengawasi anaknya bisa
membuat anak mencari jati dirinya di lingkungan luar dengan cara yang negatif.
c. Sikap polisi yang kurang siaga untuk kasus tawuran antar pelajar. Polisi yang selalu baru
memunculkan dirinya setelah jatuhnya korban tewas karena aksi brutal pelajar.
d. Sekolah yang kurang begitu ketat mengadakan razia atau pemeriksaan terhadap siswa
siswinya.
4. Tantangan / Hambatan ( Threats )
a. Para pelajar yang melakukan tawuran akan mendapatkan hukuman dari pihak kepolisian.
b. Sikap pelajar yang anarkis, membuat para orang tua mereka menjadi geram atas tingkah laku
mereka yang sangat tidak pantas di usia mereka yang masih sangat remaja. Orang tua juga bisa
menjadi stress akibat perbuatan anaknya.
c. Membuat nama dan citra keluarga serta citra sekolah menjadi buruk di mata masyarakat.
d. Sekolah biasanya memberikan sanksi yang berat untuk pelajar yang melakukan tawuran.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tawuran pelajar adalah tindakan kriminal yang biasa terjadi di kota kota besar di Indonesia,
yang biasa terjadi karena di dasari alasan solidaritas sesama teman.
2. Sekolah , lingkungan , orang tua , dan pemerintah merupakan peran yang paling utama dan harus
bertanggung jawab serta bekerjasama dengan baik untuk menanggulangi permasalahan ini.
3. Para pelajar juga harus menyadari bahwa kita sebagai generasi muda diwajibkan untuk saling
bahu membahu mengisi kemerdekaan, memajukan bangsa kita. Membuat prestasi yang bisa
mengharumkan nama bangsa , agar mereka tidak melakukan tindakan asusila seperti tawuran.
4. Kepribadian setiap insan manusia pada dasarnya dalah sosok yang berbudi mulia. Hanya saja
karena adanya faktor faktor internal ataupun eksternal, yang ,membuat pribadi manusia
mengalami proses perubahan. Dan dari proses perubahan tersebut dapat mengarah ke dampak
yang positif atau negatif.
B. Rekomendasi
1. Peningkatan kasus tawuran pelajar membuat KPAI ( Komisi Perlindungan Anak Indonesia )
menyatakan untuk segera mewujudkan Sekolah Ramah Anak , agar tidak semakin merajalela
kasus tawuran pelajar ini.
2. Memberi kesempatan pada para remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat.
3. Memberi kesempatan kepada para pelajar untuk mengembangkan bakatnya masing masing,
sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan hal yang positif setelah kegiatan belajar di
sekolah usai.
4. Memberikan reward ( penghargaan ) terhadap siswa-siswi yang berprestasi. Agar memacu murid
lain untuk mencetak prestasi yang jauh lebih baik lagi.

You might also like