You are on page 1of 8

MODEL ALIRAN AIR TANAH DAN MEKANISME TRANSPOR

KONTAMINAN DALAM MEDIA TANAH PASIR


Fakhril Hamdi1Ade Prasetio Kuswicaksono 2
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB
Dramaga Bogor, 16680
fakhrilhamdi93@gmail.com1 ade_prasetyo_k@yahoo.com2
Abstrak:
Kata kunci : adveksi,air tanah,daerah imbuhan, dispersi, head.
Abstract:
Keywords :advection, dispersion, head, groundwater, recharge area.

PENDAHULUAN
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia,
karena diperlukan terus-menerus dalam sehari-harinya untuk bertahan hidup. Air bersih
adalah air yang telah memenuhi persyaratan baik persyaratan fisik, kimia, maupun biologis.
Air tanah merupakan air bersih yang paling banyak di konsumsi oleh manusia tak terkecuali
penduduk Indonesia (Arimurti 2010). Perkembangan penduduk indonesia yang pesat akibat
meningkatnya urbanisasi dan industrialisasi memiliki efek mendalam pada sumber daya air
pada umumnya dan air tanah pada khususnya, hal tersebut terkait erat dengan pemakaian air
tanah untuk mencukupi kebutuhan hidup serta untuk proses produksi.
Dewasa ini sebagian besar penduduk yang berada di daerah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi memperoleh air dengan cara mengambil langsung dari dalam tanah
baik menggunakan pompa berkapasitas kecil maupun dengan pompa yang berkapasitas besar.
Dengan demikian sistem air tanah dapat tercemar. Pencemaran air tanah tersebut diakibatkan
bergeraknya air permukaan yang berasal dari TPA ke sistem air tanah tersebut (Putraanto
2008). Pergerakan air dalam tanah merupakan bagian dari siklus hidrologi. Pergerakan air
dalam tanah, pada umumnya bergerak dengan aliran relatif lambat atau dalam kondisi laminer
(Hamzah 2008). Aliran air tanah ini terjadi karena adanya butir-butir dengan ruangan-ruangan
yang disebut pori antara butir-butir tersebut.
Pori-pori ini selalu berhubungan satu dengan yang lain sehingga air yang berasal dari
TPA dapat mengalir melalui ruangan pori tersebut. Proses ini disebut rembesan dan
kemampuan tanah untuk dapat dirembes air disebut daya rembesan. Upaya meminimalisasi
efek dari pencemaran air tanah akibat kontak dengan air dari sumber TPA ini dapat dilakukan
dengan pengendalian terhadap sumber pencemar maupun mekanisai transpornya.
Pengendalian terhadap mekanisme transpor pencemar dapat dilakukan dengan melakukan
tidakan-tindakan rekayasa guna mencegah pencemar menyebar ke wilayah yang lebih luas
(Aji 2012). Mekanisasi transpor ini terdiri dari adveksi dan dispersi yang sudah dipelajari
pada praktikum sebelumnya.
Dalam mekanisasi adveksi, masa pencemar mengalir sesuai arah aliaran air dalam
tanah. Peristiwa dispersi, mengakibatkan konsentrasi pencemar dalam alirannya terpecah ke
arah longitudinal dan transversal aliran. Peristiwa ini dapat menimbulkan perubahan
konsentrasi terhadap ruang dan waktu (Aji 2012). Pemahaman mengenai aliran dan transpor
pencemar dalam air tanah tidak mudah didapatkan. Air tanah memiliki sifat yang kompleks
dan melibatkan banyak variabel (Suhartono 2012), sehingga diperlukan sebuah model
pengukuran dan perhitungan pola pergerakan kontaminan pada air tanah. Manfaat dari
pemodelan ini adalah untuk mengetahui pola pergerakan atau transpor kontaminan dalam air
tanah setelah mengamati aliran air tanah pada praktikum sebelumnya, sehingga pengguna air

dapat memperoleh gambaran bagaimana melakukan konservasi sumber daya air dalam tanah
agar tetap terpelihara. Tujuan utama dari praktikum ini adalah memahami modelminiatur pola
pergerakan kontaminan pada air tanah.

TINJAUAN PUSTAKA
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar
butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang
disebut akuifer (Mutowal 2008). Pergerakan air dalam tanah jenuh akan mempengaruhi
limpasan dan infiltrasi pada suatu daerah, sedangkan proses pergerakan air dalam tanah
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah. Perubahan penggunaan lahan sangat mempengaruhi
sifat-sifat fisik tanah (Rosyidah E 2013).
Akuifer (aquifer) adalah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasisatuan geologi
yang permeabel baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung)maupun yang tidak
terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air danmempunyai suatu besaran konduktivitas
hidrolik (K) yang berfungsi menyimpanair tanah dalam jumlah besar sehingga dapat
membawa air dalam jumlah yang ekonomis (Wahjunie 2009). Konduktivitas Hidrolika (K)
adalah nilai koefisien yang menunjukkan kemampuan batuan meluluskan air sepanjang media
yang permeable melalui rongga pori atau sering disebut permeabilitas yang besarnya
dipengaruhi oleh porositas dan sifat fisik air (Riyadi A 2007). Porositas tanah merupakan
ruang fungsional yang menjadi penghubung antara tubuh tanah dengan lingkungannya
(atmosfer) maupun tempat aktivitas biologi dalam tanah yang mendukung kehidupan dan
proses-proses biokimia dan fisik yang menentukan kualitas lingkungan (Wahjunie 2009).
Dalam aquifer dapat terjadi peristiwa aliaran air dan transpor pencemaran dalam air
tanah. Pergerakan air dalam tanah, pada umumnya air bergerak dengan aliran relatif lambat
atau dalam kondisi laminer ( Hamzah, 2008). Sementara menurut Aji (2012), mekanisme
transpor pencemar yang menjadi perhatian utama pada pembahasan air tanah adalah adveksi,
dispersi, adsorpsi, biodegrdasi dan reaksi kimia.Adveksi adalah bergeraknya pencemar
bersama aliaran air tanah dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan aliaran tersebut.
Difusi adalah transpor massa molekuler yang membuat padatan berpindah dari tempat dengan
konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Dispersi adalah proses gabungan yang
terjadi akibat perbedaan kecepatan rembesan pada media berpori. Pada peristiwa dispersi,
terjadi penyebaran konsentrasi pada tepi pencemar yang bergerak. Jarak antara titik sumber
dispersan yang berjauhan dan mengakibatkan konsentrasi dispersan semakin mengecil
sampai akhirnya seluruh konsentrasi mengandung dispersan disebut sebagai kapasitas
dispersi.Adsorpsi adalah terurainya pencemar dari larutan asal yang kemudian masuk ke
dalam matriks tanah ( Aji 2012).
Dispersi sangat dipengaruhi oleh arah aliran air tanah dan partikel-partikel yang
terkandung di dalam lapisan tanah. Dispersi dapat berbentuk longitudinal atau pararel dengan
arah aliaran air tanah dan transversal yaitu menyimpang dari arah aliaran air tanah. Dua
macam dispersi ini secara bersama-sama membentuk konus terbuka searah aliran air tanah.
Besar kecilnya sudut konus ditentukan oleh ukuran butiran tanah dan partikel yang
mengalami dispersi (Djijono 2002). Koefisien dispersi adalah koefisien yang besarnya
tergantung pada nilai dispersivitas () dan koefisien difusi (D) dan juga dapat diukur di
laboratorium dengan menggunakan kolom tanah atau pasir yang dialiri oleh larutan (Aji
2012). Dispersivitas merupakan angka yang menunjukkan proses penyebaran partikel secara
mekanik, dimana terdapat hubungan antara konsentrasi relatif partikel dengan waktu
penyebarannya (Putranto 2008). Water pore velocity adalah kecepatan aliran yang terjadi
pada aquifer sebagai akibat dari adveksi dan dispersi (Aji 2012).
Air tanah pada dasarnya adalah sebuah sumber daya yang tersembunyi, karena itu
studi tentang air tanah di bawah kedua kondisi batas alami dan buatan memerlukan teknik

pemodelan dalam aplikasinya ( Thomas 2011). Konseptual model merupakan gambaran ideal
dari kondisi daerah yang akan dimodelkan dan memperlihatkan gambaran sistem akuifer dan
sistem aliran air tanah di daerah tersebut. Konseptual disajikan dalam diagram blok atau
penampang hidrogeologi (Putraanto 2008). Tujuan pembuatan konseptual adalah untuk
penyederhanaan permasalah lapangan yang kompleks dan pengorganisasian data lapangan,
sehingga sistem hidrogeologi yang kompleks di daerah model dapat dianalisis. Anderson
(1992) dalam Putraanto (2008) menyatakan bahwa untuk membangun sebuah konseptual
model ada tiga hal yang perlu dilakukan, yaitu: Menentukan unit hidrostratigrafi dan faktor
masukan/input dan keluaran/output aliran air tanah serta menentukan sistem aliran.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Wisma Wageningen, IPB. Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu balok kaca yang telah terisi tanah pasir, air untuk
menjaga gambaran aliran air tanah dan mekanisme transpor kontaminan terlihat,tinta
merah,stopwatch, mistar, sebuah pipa untuk memasukkan tinta merah, dan selang sebanyak
10 buah yang terhubung dengan balok kaca. Tanah yang digunakan adalah tanah pasir dan
tinta merah adalah zat yang berperan sebagai kontaminan dalam tanah. Berikutnya, sebagian
ruang di sisi sebelah kanan dan kiri balok kaca dikosongkan (dipisahkan dengan sekat
berlubang) untuk kemudian diisikan dengan air. Langkah awal yang dilakukan adalah air
dimasukkan ke sisi kiri balok kaca (sebelumnya telah dipastikan bahwa keran air masih
tertutup rapat dan tidak ada kebocoran pada balok kaca tersebut) dan tinta merah dimasukkan
lewat pipa ke dalam tanah (lokasinya tidak bersamaan dengan air). Sisi kiri balok kaca
berperan sebagai daerah resapan air tanah atau imbuhan air tanah.
Setelah itu, keran dibuka dan penghitungan waktu dimulai. Bersamaan dengan hal tersebut,
pembacaan tinggi air pada selang (sebagai head) dan pembacaan jarak yang ditempuh oleh
tinta merah baik ke kiri maupun ke kanan (arah ke kanan hanya sekali dihitung karena
perbedaan yang sangat kecil) dimulai setiap menit selama 15 menit. Air ditambahkan setiap
beberapa menit untuk menjaga agar aliran air tanah tetap terjadi. Sebagai langkah akhir, profil
head aliran dapat digambarkan setelah 15 menit (proses pembacaan selesai).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan
tanah (Dephut, 2008). Air tanah beredar dalam lapisan tanah yang disebut dengan akuifer.
Akuifer adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air
tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis (Dephut, 2008).
Pola aliran air tanah regional dipengaruhi oleh keadaan topografi dan geologi, kondisi
geologi antara lain stratografi, misalnya perbedaan lapisan lensa bawah permukaan, struktur
geologi misalnya rekahan dan perlipatan (Soeparman, 2001). Aliran air tanah dapat
diterapkan dengan Hukum Darcy yang menyatakan bahwa laju aliran melalui media sarang
berbanding lurus dengan head loss, luas penampang, dan berbanding terbalik dengan panjang
akuifer. Air tanah mengalir dari potensial head yang lebih tinggi menuju potensial head yang
lebih rendah. Kecepatan aliran air tanah dipengaruhi oleh kelulusan media (konduktivitas
hidrolik) dan besarnya gradien hidrolik (Lestari, 2011).
Terdapat dua kategori umum konteks gerakan didalam sistem, yaitu adveksi dan difusi.
Mekanisme transpordalam banyak kasus dipertimbangkan sebagai kombinasi dari kedua jenis
gerak tersebut, dengan penegasan bahwapenentuan tersebut bergantung pada skala
permasalahan yang terjadi (Yudhita, 2008).
Adveksi dihasilkan oleh aliran yang bersifat unidirectional dan tidakmengubah identitas
dari substansi yang sedang mengalir atau terpindahkan. Adveksi menggerakkan suatu zatatau
materi dari satu posisi ke posisi lain didalam ruang. Contoh sederhanatransportasi secara

primer dari tipe adveksi adalah aliran air melalui outlet danau dantransportasi hilir
(downstream transport) akibat aliran didalam sebuah sungai (Yudhita, 2008).
Dispersi merupakan salah satu mekanisme yang dapat menyebabkan polutan atau suatu
materi tertentu menyebar didalam air dan tanah. Hanya saja, berbeda dengan difusi yang
merupakan gerak acak molekul air, dispersi merupakan produk dari terbentuknya perbedaan
kecepatan didalam dimensi ruang. Hal ini dapat lebih mudah dimengerti dengan mengambil
contoh tinta yang diteteskan pada aliran air yang mengalir di dalam tanah dalam sebuah balok
kaca. Berdasarkan kasus tersebut, molekul tinta didekat dinding balok kaca akan berjalan
lebih lambat dibandingkan dengan molekul tinta yang berada tepat ditengah pusat aliran,
akibat profil kecepatan aliran yang berbentuk parabolik atau akibat gaya geser pada dinding
balok kaca. Efek dari perbedaan kecepatan aliran terhadap dimensi ruang inilah yang
menyebabkan tinta atau suatu materi terlarut akan tersebar atau tercampur disepanjang sumbu
yang sejajar arah aliran (Yudhita, 2008).
Setelah pengukuran tinggi air (head) pada selang selesai dilakukan oleh kelompok 7 dan
8,hasilnya disajikan pada tabel 1 berikut
Tabel 1.Jarak kontaminan dari titik (0,0) setiap selang 2 menit selama 20 menit

Waktu
(menit)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20

jarakdarititik (0,0)
di sumbu x di sumbu y
0
0
3
13.6
3.2
13.6
3.6
13.6
3.6
13.6
3.6
13.6
3.7
13.6
3.7
13.6
3.8
13.6
3.8
13.6
3.8
13.5

Berdasarkan tabel 1, nilai head yang di tiap menitnya menurun dari selang 1 sampai selang
10 ditunjukkan pada menit ke-3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 13, dan 15. Hal tersebut sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa air tanah mengalir dari potensial head yang lebih tinggi
menuju potensial head yang lebih rendah. Contohnya saat menit ke-3 nilai headsemakin ke
sisi kanan balok kaca mengalami penurunan dari selang ke-1 sebesar 12,3 cm sampai selang
ke-10 sebesar 2,1 cm. Terlihat pada selang ke-10 head aliran justru mengalami peningkatan.
Hal tersebut dapat disebabkan kesalahan dalam pembacaan, balok kaca yang bocor, dan
kondisi selang yang kurang baik.Head di bagian kanan balok kaca lebih rendah karena keran
yang ada di sisi kanan tersebut dibuka sehingga ketinggian air tanah (water table) di sisi
kanan lebih rendah. Penggambaran aliran air tanah disajikan dalam gambar 1 di bawah ini

Penggambaran aliran air tanah yang ditunjukkan pada gambar 1 dan gambar 2 bergerak
menurun ke arah kanan ditunjukkan oleh perbedaan tinggi air dalam selang. Aliran air
bergerak menurun sampai menemui lapisan yang memiliki jarak antar butirannya sangat
sempit yang menyulitkan air untuk melewatinya.Penambahan air secara berkala terbukti tidak
terlalu mempengaruhi nilai head aliran karena tidak menunjukkan fluktuasi yang signifikan
dalam kurva pada gambar 1 tersebut.
Nilai jarak yang ditempuh tinta merah ke kiri nilainya terus bertambah sejak pengukuran
pertama sampai keempat disebabkan pergerakan tinta merah dalam tanah yang mengikuti
aliran air tanah (dari 9 cm sampai 68,3 cm pada pengukuran terakhir). Kemudian, jarak ke
kanan yang ditempuh tinta yaitu -0,3 cm (tanda minus artinya melawan aliran air tanah) yang
selanjutnya menjadi 0 cm kembali disebabkan aliran tinta merah ke arah kanan terbawa aliran
air tanah sehingga terbawa ke arah kiri. Nilai head diasumsikan konstan (sebesar 11,7 cm)
diambil dari selang ke-1 pada menit ke-0.
Berikutnya, penggambaran aliran tinta merah sebagai kontaminan disajikan pada gambar 3
di bawah ini
13.62
Linear (pengukuran menit ke 2) 13.6

pengukuran menit ke 2

13.58
Linear (pengukuran menit ke 2)

pengukuran menit ke 4

pengukuran menit ke 6

pengukuran menit ke 8

pengukuran menit ke 10

pengukuran menit ke 12

13.56
13.54
13.52
13.5
13.48

pengukuran menit ke 14

13.46

pengukuran menit ke 16

13.44
3.9

3.8

3.7
3.6
3.5
pengukuran menit ke 18

3.4

3.3

3.2
3.1
3
pengukuran menit ke 20

2.9

Jarak (cm)

Gambar 3. Kurva aliran tinta merahke arah kiri daripengukuranmenitke 2 hinggamenitke 20

Selanjutnya sketsa aliran kontaminan disajikan dalam gambar 4 di bawah ini

60 cm

100 cm
100cm

Gambar 4.Sketsaaliran tinta merahke arah kiri dan kanan

Berdasarkan gambar 3 dan gambar 4, tampak bahwa aliran tinta merah bergerak mengikuti
aliran air tanah yang diamati pada sisi satunya. Hal tersebut merupakan contoh peristiwa
adveksi yang terjadi pada tanah. Aliran tinta merah bergerak lurus dan semakin menempuh
jarak yang jauh dari titik asal terjadinya kontaminasi (menempuh jarak 9 cm padapengukuran
pertama sampai jarak 68,3 cm pada pengukuran keempat). Selanjutnya, aliran tinta merah
yang bergerak melawan aliran air tanah merupakan salah satu peristiwa dispersi. Oleh karena
melawan aliran air tanah, sehingga saat air mulai dimasukkan ke daerah imbuhan lambat laun
aliran kontaminan ke arah kiri menjadi terbawa aliran air tanah. Aliran tinta merah
menempuh jarak -0,3 cmpadapengukuran pertamakemudian 0 cmpada pengukuran kedua,
ketiga, dan keempat. Contoh lain dari peristiwa dispersi pada penelitian ini yaitu pergerakan
aliran tinta merah yang mengikuti aliran air tanah tampak menyebar (tidak membentuk
seperti garis).

KESIMPULAN
Terdapat dua mekanisme yang mempengaruhi kesetimbangan massa suatu konstituen yang
terkandung dalam aliran air tanah, yaitu mekanisme adveksi dan mekanisme dispersi yang
peristiwanya dalam tanah berlangsung bersamaan.Jarak yang ditempuh aliran kontaminan
yang mengikuti arah aliran terus bertambah (dari 9 cm pada pengukuran pertama sampai 68,3
cm pada pengukuran terakhir) merupakan contoh peristiwa adveksi. Kemudian, baik aliran
kontaminan ke arah kanan dan aliran kontaminan yang mengikuti aliran air tanah (ke arah
kiri) yang tampak tidak membentuk garis lurus (tersebar) merupakan contoh peristiwa
dispersi. Oleh karena melawan aliran air tanah, penambahan jarak tempuh aliran tinta merah
tidak bertambah sejak pengukuran pertama bahkan nilai jarak tempuhnya menjadi 0 cm (pada
pengukuran pertama menempuh jarak -0,3 cm).

DAFTAR PUSTAKA
Transpor Pencegahan Media Berpori Jenuh Menggunakan Seepage Tank. Skripsi.
Depok; Program Studi Teknik Sipil, Kekhususan Manajemen Sumber Daya Air, Universitas
Indonesia.
Arimurti S. 2010.Analisis Penyediaan dan Distribusi Air Bersih untuk Kampus
Dramaga Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Bogor; Departemen Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB.

Hamzah M, Djoko, Wahyudi dan Budi. 2008. Pemodelan Perembasan Air Dalam
Tanah. Jurnal Penelitian. Bandung; ITB.
Mutowal W. 2008. Penentuan Sebaran Akuifer dan Pola Aliran Air Tanah
dengan Metode Tahanan Jenis (Resistivity Method) di Desa Cisalak, Kecematan
Sukmajaya,Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Bogor; Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Suhartono E, Purwanto dan Suripin. 2012. Model Intrusi Air Laut Terhadap Air
Tanah Pada Akuifer di Kota Semarang. Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan. Semarang; Program Studi Ilmu Lingkungan, Undip.
Putraanto, Hebdrayana dan Putra. 2008. Pemodelan Pergerakan Kontaminan dalam
Air Tanah di TPA Jatibarang Kota Semarang. Jurnal Geologi. Semarang; Prodi Teknik
Geologi FT, Universitas Diponegoro dan Jurusan Teknik Geologi FT, Universitas Gadjah
Mada.
Riyadi A dan Wibowo K. 2007.Karakteristik Air Tanah di KecematanTamansari Kota
Tasikmalaya. Jurnal Teknik Lingkungan. Tasikmalaya; Pusat Teknologi Lingkungan, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Rosyidah E dan Wirosoedarmo R. 2013.Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada
Konduktivitas Hidrolik Jenuh di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus di Kelurahan Sumbersari
Malang). Jurnal Teknologi Pertanian. Yogyakarta; Fakultas Teknologi Pertanian, UGM.
Thomas. 2011. Aliran Air Tanah Dalam Konsep Pengololaan Air Tanah Berbasis
Cekungan. Jurnal Geoaplika 2011. Semarang; Prodi Teknik Geologi FT, Universitas
Diponegoro.
Wahjunie. 2009. Pergerakan Air Pada Berbagai Karakteristik Pori Tanah dan
Hubungannya Dengan Kadar Hara N, P, K. Tesis. Bogor; Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.

LAMPIRAN 1 BALOK KACA MODEL ALIRAN AIR TANAH DAN


KONTAMINAN DALAM AKUIFER

LAMPIRAN 2 DENAH LOKASI PENELITIAN


Lokasi penelitian

You might also like