You are on page 1of 32

Pendahuluan

Glaukoma adalah suatu neuropati optic kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan diskus
opticus dan pengecilan lapang pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraokuler. Pada
sebagian besar kasus, glaucoma tidak disertai dengan penyakit mata lainnya (glaucoma primer).
Hampir 60 juta orang terkena glukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk amerika Serikat terkena
glukoma, dan diantara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang
mengalami kebutaan akibat glukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika, menjadikan
penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Glukoma
sudut terbuka primer, bentuk tersering pada ras kulit hitam dan putih, menyebabkan penyempitan
lapangan pandang bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan sering tidak
terdeteksi sampai terjadi penyempitan lapangan pandang yang luas. Ras kulit hitam memiliki
risiko yang lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan diagnosis, dan penurunan
penglihatan yang berat dibandingkan ras kulit putih. Glukoma sudut tertutup didapatkan pada 1015% kasus ras kulit putih. Presentase ini jauh lebih tinggi pada orang asia dan suku inuit.
Glukoma sudut tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glukoma
di China. Glukoma terkanan normal merupakan tipe yang paling sering di Jepang.
Anatomi Mata

BAB II
ANATOMI MATA
2.1. Orbita
Rongga orbita secara skematis digambarkan sebagai piramida dengan
empat dinding yang mengerucut ke posterior. Dinding medial orbita kiri dan
kanan terletak paralel dan dipisahkan oleh hidung. Pada setiap orbita,
dinding lateral dan medialnya membentuk 45 derajat, menghasilkan sudut
siku antara kedua dinding lateral. Bentuk orbita dianalogikan sebagai buah
pir, dengan nervus opticus sebagai tangkainya. Diameter lingkar anterior

seidikit lebih kecil daripada diameter region di bagian dalam tepian sehingga
terbentuk pelindung yang kokoh.

Gambar 2.1. Tulag Orbita Kanan (tampak anterior)


(Sumber: finderengine.blogspot.com, diakses pada 19:44, 21 Maret 2016)
Batas anterior rongga orbita adalah septum orbitale, yang berfngsi
sebagai pemisah antara palpebral dan orbita. Orbita berhubungan dengan
sinus frontalis di superior dan sinus maksilaris di inferior, serta sinus
sfenoidalis

di medial. Dasar orbita yang tipis dapat menyebabkan

kerusakan yang sangat mudah yang dapat terjadi pada mata, menimbulkan
terjadinya fraktur Blowout dengan herniasi isi orbita ke dalam antrum
maksilaris. Infeksi pada sinus sfenoidalis dan ethmoidalis dapat mengikis
dinding medialnya yang setipiskertas (lamina papyrecea) dan mengenai isi
orbita. Defek pada atap orbita dapat berakibat terlihatnya pulsasi pada bola
mata yang berasal dari otak.

2.1.1. Dinding Orbita


Atap orbita terytama terdiri dari atas pars orbitalis ossis frontalis.
Glandula lacrimalis terletak di dalam fossa glandula lacrimalis di bagian
anterior lateral atap. Ala minor ossis sphenoidalis yang mengandung
canalis
dipisahan

opticusb
dari

melengkapi bagian atap posterior. Dinding lateral

bagian

memisahkan ala

atap

minor

oleh

ossis

fissure

orbitalis

sphenoidalis

superior,

dan ala

major

yang
ossis

sphenoidalis. Bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies orbitalis


ossis zygomaticus (malar). Inilah bagian terkuat dari tulang-tulang orbita.
Ligamentum

suspensorium,

tendo

palpebralis

lateralis,

dan

ligamentum check memiliki jaringan ikt yang melekat pada tuberculum


orbitalis lateralis.

Gambar 2.2. Tulang dinding Orbita Kiri (tampak medial)


(Sumber: oculis.net, diakses pada 20:47, 21/03/2016)

Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral oleh fissure orbitalis


inferior. Pars orbitalis os maxillae membentuk daerah sentral yang luas
pada bagian dasar orbita dan merupakan tempat tersering terjadinya fraktru
blowout. Processur frontalis os maxillae di bagian medial dan Os.
Zygomaticum di lateral melengkapi tepi inferior orbita.

Processus

orbitalis ossis palatine membentuk daerah segitiga kecul pada dasar


posterior.
Batas batas dinding medial rongga orbita tidak terlalu jelas. Dimana
Os. Ethmoidale setipis kertas pada bagia posterior, namun menebal pada
bagian anterior ketika bertemu dengan Os. Lacrimale. Corpus ossis
sphenoidalis membentuk bagian paling posterior dinding medial, dan
processus

angularis

ossis

frontalis

membentuk

bagian atas

crista

lacrimalis posterior. Bagian bawah crista lacrimalis posterior dibentuk oleh


Os. Lacrimale. Crista lacrimalis anterior teraba dengan mudah melalui
palpebral dan terdiri atas processus frontalis maxillae. Sulcus lacrimalis
terletak di antara kedua crista dan mengandung saccus lacrimalis.
2.1.2. Apeks Orbita
Apeks orbita adalah tempat masuk semua saraf dan pembuluh ke
mata dan tempat asal semua otot extraocular, kecuali musculus obliqus
inferior. Fissura orbitalis superior terletak di antara corpus serta ala
major dan minor ossis sphenoidalis. Vena ophthalmica superior dan
nervus lacrimalis, nervus frontalis, dan nervus trcohlearis berjalan
melalui bagian lateral fissure yang terletak di luar annulus Zinn.

Gambar 2.3. Apeks Orbita Kanan (tampak anterior)


(Sumber: oculist.net, diakses pada 20:53, 21/03/2016

Ramus

superior

dan

inferior

nervus

occulomotorius,

nervus

abducens, dan nervus nasocilliaris berjalan melalui bagian medial fissure


di dalam annulus Zinn. Nervus opticus dan aa. Ophthalmica inferior
dapat melalui bagian manapun dari fissura orbitalis superior, termasuk
bagian yang bersebelahan dengan corpus ossis sphenoidalis yang terletak di
sebelah inferomedial annulus Zinn. Vena ophthalmica inferior sering
bergabung dengan vena ophthalmica superior sebelum keluar orbita.

2.1.3. Vaskularisasi
Pemasok arterir utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari A.
Ophthalmica, yaitu cabang besar pertama dari A. Carotis interna bagian
intracranial. Cabang ini berjalan di bawah Nervus Opticus dan bersamanya
melewati Canalis Opticus menuju ke orbita. Cabang intraorbital pertama
adalah A. Centralis retinae, yang memasuki nervus optcus sekitar 8 15
mm di belakang bola mata. Cabang lainnya adalah A. Lacrimalis, yang
memperdarahi

glandula

lacrimalis,

dna

palpebra

superior,

cabang

muskularis ke otot-otot extraocular, A. Cilliaris posterior longus longus


(memperdarahi

corpus

cilliare,

dan

bersama

A.

Cilliaris

anterior

membentuk circulus arteriosus major iris) dan A. Cilliaris posterior


brevis

(memperdarahi khoroid dan nervus opticus), A.

medialis

ke

kedua

palpebral

(baik

superior

maupun

palpebralis

inferior),

A.

Supraorbitalis dan A. Supratrochlearis. Arteri cilliaris anterior berasal


dari cabang-cabang muskularis dan menuju ke musculi recti. Arteri ini
memasok darah ke sklera, episklera, limbus, dan conjunctiva, serta ikut
membentuk circulus arterialis major iris. Cabang-cabang Arteri Ophthalmica
bagian anterior ikut membentuk aliran arteri berkelok-kelok di kelopak mata,
yang membuat anastomosis dengan sirkulasi karotis eksterna melalui A.
Fascialis.

Gambar 2.4. Vaskularisasi pada Segmen Anterior Mata


(Sumber: oculist.net, diakses pada 21:40, 21/03/2016)
Drainase vena-vena di orbita terutama melalui vena ophthalmica
superior dan vena ophthalmica inferior, yang juga menampung darah
dari venae vorticosae, vena cilliaris anterior, dan vena centralis
retinae. Vena ophtalmica berhubungan dengan sinus cavernosus melalui
fissure orbitalis superior, dan dengan plexus venosus pterigoideus melalui
fissure orbitalis inferior. Vena ophthalmica superior mula-mula terbentuk dari
vena supraorbitalis dan vena supratrochlearis serta satu cabang vena
angularis, mendrainase perdarahan dari kulit di dearah periorbital. Vena ni
membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dan sinus cavernosus
sehingga daoat menimbulkan thrombosis sinus cavernosus yang fatal pada
infeksi superfisial di kulit periorbita.

Gambar 2.5. Vaskularisasi pada Mata


(Sumber: duniamata.blogspot.com, diakses pada 21:36, 21/03/2016)

Gambar 2.6. Drainase vena pada mata


(Sumber, oculist.net, diakses pada 18:00, 22/03/2016)
2.2. Bola Mata
2.2.1. Konjungtiva
Konjungtiva / Conjunctiva adalah membrane mukosa yang transparan
dan

tipis

yang

membungkus

permukaan

posterior

kelopak

mata

(conjunctiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (conjunctiva


bulbaris). Conjunctiva bersambugan dengan kulit pada tepi palpebral
(sambungan barupa sambungan mucocutaneous) dab debfab epitel kornea
di lumbus. Conjunctiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak
mata dan melekat erat ke tarsus. Pada bagian tepi superior dan inferior
tarus, conjunctiva melipat ke posterior (pada fornix superior dan fornix
inferior) dan membungkus jaringan episklera. Conjunctiva bulbaris melekat

longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali kali. Adanya


lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan

conjunctiva

sekretorik.

Ductus-ductus

glandula

lacrimali

bermuara ke fornix temporal superior. Conjucntiva bulbaris melekat longgar


pada capsula tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat
capsula

tenon dan conjunctiva menyatu sepanjang 3 mm). Lipatan

conjunctiva bulbaris yang tebal, lunak, dan mudah bergerak (plica


semilunaris) terletak di cantus internus dan merupakan selaput pembentuk
kelopak mata dalam. Struktur epidermoid (seperti daging, caruncula)
menempel secara superfisial ke bagian dalam plica semilunaris dan
merupaka zona transisi yang emngandung elemen kulit dan membrane
mucosa.
Lapisan epitel conjunctiva terdiri atas 2 hingga 5 lapisan sel epitel
silindris bertingkat, superfisial, dan basal. Lapisan conjunctiva di dekat
limbus, di atas caruncula, dan di dekat persambungan mucocutan pada tepi
kelopak mata terdiri atas sel-sel epitel squamosal bertingkat. Sel-sel epitel
superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi
mucus. Mukus yang terbentuk mendorog inti sel goblet ke tepi dan berfungsi
untuk disperse lapisan mata prakornea secara merata. Sel-sel epitel basal
berwarna lebih pekat dibandingkan dengan sel-sel superfisial dan di dekat
limbus yang mengandung pigmen.
Stroma conjunctiva dibagi menjadi 1 lapisan adenoid (superfisial)
dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan Adenoid mengandung
jaringan limfoid dan dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa
sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah
bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa conjunctivitis
inklusi pada neonates bersifat papilar bukan folikular. Lapisan Fibrosa
tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus.
Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata. Glandula lacirmalis
assessorius (glandula Krause dan Wolfring) yang struktur dan fungsinya

mirip glandula lacrimalis, terletak di stroma. Sebagian besar glandula Krause


berada di fornix superior, sisanya berada di fornix inferior. Glandula Wolfring
terletak di tepi atas tarsus superior.
Arteri-arteri conjunctiva berasal dari A. Cilliaris anterior dan A.
Palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama
dengan banyak vena conjunctiva yang umumnya mengikuti pola arterinya
membentuk jariing-jaring vascular conjunctiva yang sangat banyak. Glandula
limfatik conjunctiva tersusun di dalam lapisan superfisial dan profundus dan
bergabung dengan landula limfatik palpebral membentuk plexus limfatikus.
Conjunctiva menerima persarafan dari percabangan pertama dari NC V
Trigeminus dengan profil serabut nyeri yang relatif sedikit.
2.2.2. Capsula Tenon (Fascia Bulbi)
Capsula tenon adalah suatu membrane fibrosa yang membungkus bola
mata dari limbus sampai nervus opticus. Di dekat limbus, conjunctiva,
capsula Tenon, dan episklera menyatu. Lebih posterior lagi, permukaan
capsula Tenon berhadapan langsung dengan sklera, dan sisi luarnya
berhadapan degan lemak orbita dan struktur lainnya dalam kerucut otot
ekstraokuler. Pada titi tempat capsula tenon ditembus, tendo-tendo otot
pergerakan ocular dalam perjalanannya menuju ke tempat inersinya di bola
mata, capsula ini membentuk lipatan tubular di sekeliling otot-otot tersebut.
Lipatan-lipatan fascia ini akan menyatu dengan fascia ototnya, dimana fascia
yang bersatu ini akan melebar ke struktur di sekelilingnya dank e tulang
orbita. Perluasan fascia ini berstruktur cukup kaku dan membatasi kerja otot
ekstraocular sehingga dikenal dengan ligamentum check. Ligamen ini
mengatur arah gerak otot pergerakan mata dan berfungsi sebagai origo
mereka. Segmen bawah capsula tenon yang tebal menyatu dengan fascia
musculus

rectus

ligamentum

inferior

suspensorium

terletaknya bola mata.

dan

musculus

bulbii

obliqus

(ligamentum

inferior

membentuk

Lockwood),

tempat

2.2.3. Sklera & Epsiklera


Sklera adalah pembujgkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang
hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna
putih serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater
nervus opticus posterior. Pita kolagen dan jaringan elastin membentang di
sepanjang foramen sklera posterior, membentuk lamina cribrosa, yang
diantaranya dilalui oleh berkas akson nervus opticus. Permukaan luar sklera
anterior dibungkus olej sebuah lapisan tipis jaringan elastic halus, episklera,
yang mengandung banyak pembuluh darah yang memperdarahi sklera.
Lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera adalah lamina
fusca, yang membentuk lapisan luar ruang suprakoroid. Pada tempat insersi
musculi recti, tebal sklera sekitar 0.3 mm, di tempat lain tebalnya sekitar 0.6
mm.

Gambar 2.7. Struktur bagian dalam mata manusia


(Sumber: oculist.net, diakses pada 05:06, 23/03/2016)

Gambar 2.8. Mata kiri tampak posterior


(Sumber: oculist.net, diakses pada 05:57, 23/03/2016)
Di sekitar nervus opticus, sklera ditembus oleh A. Cilliaris posterior
longus dan brevis, dan nervus cilliaris longus dan brevis. Arteri cilliaris
posterior longus dan nervus cilliaris longus melintas dari nervus opticus
hingga ke corpus cilliare di sebuah lekukan dangkal pada permukaan dalam
sklera di meridian jam 3 dan jam 9. Sedikit posterior dari equator, empat
vena vorticosa mengalirkan drainase dari koroid melalui sklera, biasanya
satu setiap kuadran. Sekiar 4 mm di sebelah posterior limbus, sedikit
anterior dari insersi tiap musculus rectus, empat arteria dan vena cilliaris
anterior menembus sklera. Inervasi sklera berasal dari saraf-saraf ciliaris.
2.2.4. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisippkan ke
dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut

sulcus sklerakis. Dari anterior ke posterior, kornea memiliki 5 lapisan yang


berbeda:
1. Lapisan Epitel
Lapisan epitel memiliki 5 hingga 6 lapis sel.
2. Lapisan Bowman
Lapisan jernih aselular, yang merupakan bagian stroma yang telah
berubah.
3. Lapisan Stroma
Stroma kornea menyusun hingga sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian
ini tersusun atas jalinan lamella serat-serat kolagen dengan lebar sekitar
10 250 m dan tinggi 1 2 m yang mencakup hampir seluruh diameter
kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea dank arena
ukuran dan kerapatannya menjadi jernih secara optis. Lamella terletak di
dalam suatu zat dasar proteoglikan yang telah terhidrasi bernama
keratosit yang menghasilkan kolagen dan zat-zat dasar.
4. Membrana Descemet
Membrana Descemet merupakan lamina basalis endotel kornea, memiliki
tampilan yang homogeny dengan mikroskop cahaya tetapi tampak
berlapis-apis dengan mikroskop electron akibat perbedaan struktur antara
bagian pra- dan pascanasalnya.
5. Lapisan Endotel
Endotel hanya memiliki satu lapis sel, tetapi lapisan ini berperan besar
dalam mempertahankan deturgesensi stroma kornea. Endotel kornea
cukup rentan terhadap trauma dan kehilangan sel-selnya seiring dengan
penuaan. Reparasi endotel terjadi hanya dalam wujud pembesaran dan

pergeseran sel-sel, dengan seidikit terjadi pembelahan sel. Kegagalan


fungsi endotel akan menimbulkan edema kornea.
Sumber-sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,
humor aqueous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan
sebagian besar oksigen dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat ari
cabang pertama (ophthalmicus) Nervus Cranialis V Trigeminus. Transparansi
kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularisasi, dan
deturgensinya.

Gambar 2.9. Potongan melintang kornea


(Sumber: oculist.net, diakses pada 06:16, 23/03/2016)
2.2.5. Choroid
Choroid adalah bagian posterior dari tractus uvea, diantara retina
dengan sklera. Choroid terdiri dari 3 lapisan vaskular choroidal: besar,
sedang, kecil. Vaskularisasi yang lebih dalam terletak di dalam choroid itu
sendiri, memiliki lumen yang lebih lebar. Bagian dalam dari pembuluh darah
choroid dikenal sebagai choriocapillaris, Darah dari pembuluh darah
choroid didrainase melalui 4 vena vortex, satu di setiap masing masing ke

empat kuadran posterior. Choroid terikat secara internal oleh membrane


Bruch dan bagian luarnya (eksterna) oleh sclera. Ruang suprachoroid berada
di antara choroid dan sclera. Choroid juga menempel pada tepi posterior
nervus Opticus, dan Choroid juga menempel pada sambungan choroid di
corpus cilliare.

Gambar 2.10. Lapisan Choroid


(Sumber: oculist.net, diakses pada 20:11, 03/04/2016)

2.2.6. Lensa
Lensa adalah struktur bikonkaf, avascular, tidak berwarna, dan hampir transparan secara
keseluruhan yang memiliki ketebalan sekitar 4 mm dan berdiamter sekitar 9 mm. Lensa
digantung oleh zonula zinii di belakang Iris yang menghubungkan langsung dengan corpus
cilliare. Bagian anterior lensa terdapat humour aqueous, bagian posterior lensa terdapat corpus
vitreous. Capsul lensa merupakan membrane semipermeable (lebih permeabel dari dinding
kapiler) yang dapat dilewati oleh air dan elektrolit. Epitel subscapula terdapat di daerah anterior
lensa.

Gambar 2.11. Tampak perbesaran lensa menampakkan terminasi epitel subscapula (potongan
vertical)
(Sumber: oculist.net, diakses pada 20:33, 03/04/2016)
Nucleus lens merupakan cortex padat dan keras. Seiring bertambahnya usia manusia,
serat lamella subepitel akan semakin berkurang keelastisitasannya. Nucleus dan korteks terdiri
dari lamella konsentrik yang panjang. Garis sutura terbentuk di akhir perhubungan di setiap serat
lamella dan membentuk bentuk Y apabila dilihat dengan slit lamp. Bentuk Y tegak secara
posterior, dan terinversi pada posterior.

Gambar 2.12. Sutura Y pada Lensa


(Sumber: oculist.net, diakses pada 20:35, 03/04/2016)
2.2.7. Humour Aqueous
Humour aqueous diproduksi oleh corpus cilliare, masuk ke camera
oculi posterior, dan melewati pupil menuju camera oculi anterior dan
menuju sudut bilik mata depan secara perifer.
2.2.8. Camera Oculi Anterior (Bilik Mata Depan)
Sudut bilik mata depan berada di perhubungan kornea perifer dan akar
dari iris. Schwalbes Line, jaring trabecula (yang saling menumpuk canal
Schlemm), dan sulcus sklera (Scleral spur). Garis Schwalbe menandai
akhir dari endotel kornea. Jaring-jaring trabecula (Trabecular Meshwork)
berbentuk segitiga pada sayatan cross-sectional, dengan dasar mengarah ke
corpus cilliare.

Gambar 2.13. Struktur mata bagian depan


(Sumber: bartlebay.com, diakses pada 21:34, 03/04/2016)

Gambar 2.14. Skema Canalis Schlemm pada mata (tampak depan)


(Sumber: eophtha.com, diakses pada 21:43, 03/04.2016)
Jaring trabecula tersusun dari lembaran-lembaran berlubang yang
berbahan dasar kolagen dan jaringan elastis, membentuk saringan yang
ukuran pori-porinya semakin mengecil pada letak jaring trabecula yang
semakin dekat dengan canalis Schlemm. Bagian dalam yang berdekatan
dengan canalis Schlemm disebut dengan jaring corneoscleral (corneoscleral

meshwork).

Jaring-jaring

longitudinal

dari

musculus

cilliare

memasuki trabecular meshwork. Celah efferent dari canalis Schlemm (terdiri


dari 30 gabungan celah dan sekitar 12 vena aqueous) bersatu dengan sistem
vena episclera. Canalis Schlemm adalah tabung dengan konsistensi sedikit
rapuh, dan sangat mudah kolaps pada kondisi TIO tinggi. Canalis Schlemm
dapat terbuka dengan tarikan dari sulcus sclera (dengan menggunakan serat
musculus cilliare). Obat-obatan cholinergic digunakan untuk memudahkan
drainase aqueous dengan membuka dasar canal pada mekanisme kerja
cholinergic.
2.2.9. Retina

Retina adalah lapisan berlapis dengan sifat yang semi transparan, tipis, dan banyak
mengandung jaringan saraf yang melewati bagian dalam posterior dari 2/3 bagian dinding bola
mata. Retina membentang dari dari corpus cilliare, dan berakhir di ora serrata. Pada orang
dewasa ora serrata berukuran lebih kurang 6.5 mm berada di belakang Schwalbes Line pada sisi
temporal dan 5.7 mm di belakang sisi nasal. Sisi terluar dari sensori retina berhadapan langsung
dengan epitel pigmen retina, yang mudah terlepas membentuk ruang subretina pada pelepasan
retina. Retina dan epitel pigmen retina menyatu kembali pada discus opticus dan ora serrata,
yang membatasi sebaran cairan subretina pada pelepasan retina. Pelepasan choroid membentang
di antara ora serrata, dibawah pars plana dan pars plicata. Lapisan epitel pada permukaan bagian
dalam corpus cilliare dan permukaan posterior dari iris merupakan perpanjangan anterior retiona
dan epitel pigmen retina. Permukaan dalam retina berbatasan langsung dengan corpus vitreous.
Lapisan retina yang berlapis-lapis diantaranya adalah (dari permukaan paling
dalam):
1. Membrana Limitans Interna (membrane dasar berisi banyak sel
Muller)
2. Stratum Opticum (Axon-axon sel ganglion yang menuju nervus
opticus)
3. Stratum Ganglia (Nucleus sel ganglion)
4. Stratum Plexiformis Interna (perhubungan antara sel ganglion
dengan sel bipolar dan amacrine) yang terdapat Serat Muller
5. Stratum Nuclearis Interna (lapisan sel bipolar, amacrine, dan badan
sel horizontal)
6. Stratum Plexiformis Externa (perhubungan antara sel bipolar dan
sel horizontal dengan fotoreceptor)
7. Stratum Nuclearis Externa (badan sel batang dan kerucut)
8. Membrana Limitans Externa (lapisan yang memisahkan antara
bagian dalam fotoreseptor dari badan selnya)
9. Stratum Kerucut dan Batang
10.
Epitel Pigmen
dimana Membrana Bruch berada di dasar membrane epitel pigmen retina.

Gambar 2.15. Lapisan-lapisan retina


(Sumber: oculist.net, diakses pada 23:05, 03/04/2016)
Retina memiliki ketebalan lebih kurang 0.1 mm pada bagian ora serrata dan 0.56 mm
pada kutub posterior. Pada bagian tengah posterior dari retina terdapat macula ddengan diameter
3 mm, yang dapat diidentifikasi berupa area dengan pigmen kekuningan. Pigmentasi yang ada
pada daerah tersebut disebabkan oleh warna pigmen luteal (Xanthophyll). Pada bagian ini, sel
ganglion lebih banyak terkonsentrasi dari bagian lainnya. Bagian tengah macula, berjarak sekitar
4 mm bagian lateral discus opticum, terdapat fovea centralis. Fovea centralis dapat diidentifikasi
secara klinis berupa daerah depresi yang membentuk beberapa refleksi ketika dilihat
menggunakan ophthalmoscop. Hal ini disebabkan oleh karena zona avascular dari angiography
fluorescein. Secara histologis, fovea ditandai dengan penipisan lapisan nuclearis externa dan
hilangnya lapisan parenkim yang lain sebagai hasil dari lapang oblique axon sel fotoreseptor
(lapisan serat Henle) dan pergeseran secara sentrifugal lapisan retina yang semakin mendekat ke
permukaan retina. Foveola adalah daerah paling pusat dari fovea, yang hanya terdiri dari

fotoreseptor sel kerucut, dengan ketebalan 0.25 mm (bagian paling tipis dari retina). Pada kondisi
normal, rongga extraseluler retina terkosong berada paling besar kemungkinannya di daerah
macula, dan penyakit yang menyebabkan akumulasi material extraselular dapat menyababkan
penebalan pada daerah in.
Retina

menerima

suplai

perdarahan

dari

sumber,

kapiler

Choriocapillaris yang berada di luar membrana Bruch, yang menyuplai 1/3


retina bagian luar, termasuk stratum nuclearis externa dan stratum
plexiformis externa, fotoreseptor, dan epitel pigmen retina; dan cabang dari
arteri retina sentralis, yang menyuplai 2/3 bagian dalam retina. Fovea
disuplai

penuh

oleh

choriocapillaris

dan

rawan

terhadap

kerusakan

(irreparable). Vaskularisasi retina memilki endotel non fenestrate yang


membntuk barrier retina darah bagian dalam, Endotel pembuluh darah
choroid merupakan endotel fenestrate. Barrier pembuluh darah luar retina
berada di epitel pigmen retina.
2.2.10. Corpus Vitreous
Vitreous adalah badan gelatin yang jernih dan avascular yang mengisi 2/3 volume dan
berat bola mata. Vitreous mengisi ruang dan berbatasan langsung dengan lensa, dan discus
opticus. Permukaan luar dari vitreous (membrane hyaloid) yang secara normal bersentuhan
langsung dengan beberapa struktur sepertiL capsula lensa posterior, serat zonula zinii, epitel pars
plana, retina, dan bagian kepala nervus opticus. Bagian dasar dari vitreous mempertahankan
letak seluruh struktur mata. Vitreous mengandung 99% air, 1% berisi campuran kolagen, asam
hyaluronad, yang memberikan konsistensi kenyal seperti jel pada vitreous.
Fisiologi Aqueous Humor (Voughan)
Sudut bilik mata dibentuk oleh tautan antara kornea dan iris perifer, yang diantaranya terdapat
jaringan trabecular. Jalinan trabecular sendiri terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. jalinan uveal (uveal meshwork)
2. jalinan korenosklera (corneoscleral meshwork)
3. Jalinan endothelial (juxtacanalicular atau endothelial meshwork)

Ketiga bagian ini terlibat dalam proses outflow aquos humor.


Struktur lain yang terlibat adalah canal schlem, kanalis berbentuk sirkumferensial dan
dihubungkan oleh septa-septa. Bagian dalam kanalis dilapisi oleh sel-sel endotel berbentuk
kumparang yang mengandung vakuol-vakuol besar, dan dibagian luar dilapisi oleh sel-sek datar
halus yang mengandung ujung dari kanalis-kanalis kolektor. Bagian selanjutnya yang berperan
adalah kanalis kolektor. Kanalis ini meninggalkan kanalis schlem dan berhubungan dengan vena
episklera. Sekresi aquos humor oleh corpus siliaris pada mata normal bervariasi antara 0,22-0,28
ul/menit/mmHg. Dimana sekresinya menurun seriign dengan pertambahan usia.
Aquos humor setelah disekresikan oleh processus siliaris ke bilik mata belakang lalu mengalir ke
bilik mata depan melalui pupil dan dikeluarkan melalui dua jalur outflow berbeda, yaitu:
1. outflow melalui jalur trabekulum (jalur konvensional). Yang merupakan jalur utama,
dimana sekitar 90% outflow aquos humor melalui jalinan trabecular menuju kanalis
schlem dan berlanjut ke sistem vena kolektor.
2. outflow melalui jalur uveoskleral (jalur unkonvensional). Dimana sekitar 10% outflow
aquos humor melalui jalur ini.
Proses outflow aquos humor dapat juga terjadi melalui iris, tap dalam jumlah yang sangat sedikit.
Glaukoma Akut (mata UI)
Mata merah dengan penglihatan turun mendadak merupakan glaucoma sudut tertutup akut.
Glaucoma sudut tertutup akut ditandai dengan tekanan intraocular yang meningkat secara
mendadak, dan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata
yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong iris ke
depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blockade pupil).
Pada glaucoma primer sudut tertutup akut terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada
mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang selama tidur sebentar.
Melihat pelangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodromal.
Terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah yang kadang-kadang mengaburkan
gejala daripada serangan glaucoma akut. Serangan glaucoma akut yang terjadi secara tiba-tiba
dengan rasa sakit hebat dimata dan dikepala, perasaan mual dengan muntah, bradikardia akibat

reflex okulokardiak, mata menunjukkan tanda-tanda kongestif (peradangan) dengan kelopak


mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata sangat tinggi yang mengakibatkan pupil lebar,
kornea suram dan udem, iris sembab meradang, papil saraf optic hiperemis, edem dan lapang
pandang menciut berat. Iris bengkak dengan atrofi dan sinekia posterior dan lensa menjadi keruh.
Pemeriksaan funduskopi sukar karena kekeruhan media penglihatan. Tajam penglihatan sangat
menurun dan pasien terlihat sakit yang berat.
Gejala spesifik seperti di atas tidak selalu terjadi pada mata dengan glaucoma akut. Kadangkadang riwayat mata sakit disertai penglihatan yang menurun sudah dapat dicurigai telah
terjadinya serangan glaucoma akut glaucoma primer sudut tertutup akut bila tidak diobati dapat
menjadi kornis. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat normal sama sekali. Biasanya
seragan ini diprovokasi oleh lebarnya pupil (tempat gelap).
Pada sudut mata sempit harus waspada terhadap kemungkinan serangan pada pupil yang dapat
ebar, dapat terjadi bilateral. Mata yang lain diserang 2-5 tahun kemudian. Sesudah beberapa kali
serangan atau berlangsung lama maka terjadi perlengketan antara pangkal iris dengan kornea
(goniosinekia).
Pada serangan akut sebaiknya tekanan diturunkan terlebih dahulu dengan pilokarpin 2% setiap
menit selama 5 menit yang disusul setiap 1 jam selama satu hari. Pengobatan glaucoma akut
harus segera berupa pengobatan topical dan sistemik. Tujuan pengobatan ialah merendahkan
tekanan bola mata secepatnya kemudian bila tekanan bola mata normal pilokarpin 2%. Sistemik
diberikan intravena karena sering disertai mual. Diberikan asetazolamid 500 mg IV, yang disusul
dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan enek hilang. Itravena dapat juga diberikan
manitol 1,5-2 mg/kgBB dalam larutan 20% atau urea. Gliserol sering dipakai dokter mata
diberikan peros 1 gr/kgBB dalam larutan 50%.
Anestesi retrobulbar xilokain 2% dapat mengurangkan produksi akuos humor selain
mengurangkan rasa sakit. Rasa sakit yang sangat dapat dikurangi dengan pemberian morfin 50
mg subkutis. Pada pengobatan ini tekanan bola mata turun sesudah 30 menit atau beberapa jam
kemudian.
Hanya pembedahan yang dapat mengobati glukoma akut kongestif. Tindakan pembedahan harus
dilakukan pada mata dengan glukoma sudut sempit karena serangan akan berulang lagi pada

suatu saat. Tindakan pembedahan dilakukan pada saat tekanan bola mata sudah terkontrol, mata
tenang dan persiapan pembedahan sudah cukup.
Tindakan pembedahan pada glukoma sudut sempit adalah iridektomi atau suatu pembedahan
filtrasi. Mata yang tdak dalam serangan juga diberikan miotik untuk mencegah serangan.
Perawatan pada mata yang tidak menunjukkan gejala dilakukan dengan miotik bila mata
sebelahnya masih dalam serangan akut. Iridektomi dipertimbangkan bila mata yang mendapat
serangan sudah tidak terancam lagi.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding adalah Sindrom Posner Schiossman, glaucoma sudut terbuka meradang,
perdarahan retrobulbar, dan glukoma hemolitik. Glukoma akut dibangkitkan lensa merupakan
glukoma akibat katarak intumesen dapat dalam bentuk glukoma akut kongestif. Terjadi akibat
katarak senil, katarak trauma tumpul ataupun trauma perforasi pada lensa. Gejalanya sangat sama
dengan gejala glukoma akut kongestif dengan perbedaan terdapatnya bilik mata yang dangkal
pada kedua mata sedang katarak intumesen kelainan sudut hanya terdapat pada satu mata, pada
glukoma akut kongestif biasanya hipermetropia. Katarak intumesen sumbu anteroposterior lensa
makin panjang sehingga mengakibatkan terdapatnya resistensi pupil pada pengaliran cairan mata
ke depan yang mengakibatkan blockade pupil.
Akibat blockade ini akan terjadi pendorongan iris sehingga pangkal iris akan menutup saluran
trabekulum yang akan mengakibatkan bertambahnya bendungan cairan mata sehingga terjadi
glukoma akut kongestif. Pada keadaan ini pemberian pilokarpin bertujuan membuka sudut bilik
mata selain untuk mencegah kendornya pupil sehingga mengakibatkan iris bombe.
Glukoma fakolitik merupakan glukoma sekunder sudut terbuka dengan tanda-tanda dan gejala
klinik glukoma akut, sudut bilik mata terbuka lebar dan lensa dengan katarak hipermatur disertai
masa seperti susu (lensa yang mencair keluar melalui kapsul utuh mengalami degenerasi) di
dalam bilik mata depan.
Masa lensa yang terdapat di dalam bilik mata depan mengundang serbukan sel radang, dan tidak
terlihat adanya reaksi antigen antibody yang nyata. Di dalam bilik mata depan terdapat efek

Tyndal (fler) sehingga gambaran menyerupai suatu uveitis. Pada glukoma fakolitik jarang
ditemukan keratik presipitat dan sinekia posterior.
Klasifikasi Glukoma
I.

II.

III.

Glukoma Sudut Terbuka


(1) Primer
(2) Normal tensi glukoma
(3) Juvenile glukoma sudut terbuka
(4) Suspek glukoma
(5) sekunder
Glukoma sudut tertutup
(1) Primer dengan pupil blok
(2) Glukoma akut sudut tertutup
(3) Subakut glukoma sudut tertutup
(4) Glukoma kronik sudut tertutup
(5) Sekunder tanpa pupil blok
(6) Syndrome plateau iris.
Glukoma kongenital
(1) Primer
(2) Berhubungan dengan anomali kongenital
(3) Sekunder

Glukoma sudut tertutup akut


Manifestasi
Karakteristik khas yang menggambarkan glukoma akut sudut tertutup adalah pelonjakan yang
terjadi secara tiba-tiba dari tekanan intraokuler yang menyebabkan glukoma sudut tertutup akut.
Gejala yang muncul yaitu penurunan visus yang terjadi secara cepat dan progresif yang disertai
juga dengan nyeri periokuler dan udem. Mual dan muntah mungkin muncul pada kasus berat.
Hanya 50% pasien mempunyai serangan intermiten sebelumnya, dan pada beberapa pasien
gejala udem dan nyeri tidak nampak, hanya penururan visus saja.
Pemeriksaan awal yang dilakukan pada fase akut menunjukan terdesaknya siliar akibat injeksi
dari limbal dan pembuluh darah konjungtiva. Tekanan intraokuler secara drastic meningkat dan
kornea menjadi udem, hingga terlihat epitel pembuluh darah. Bilik mata depan dangkal hingga
bersentuhan dengan iridokornea perifer, dapat terdeteksi dengan pemeriksaan slit lamp yang

menembus hingga ke limbus pada sudut 60 derajat. Pupil nampak oval secara vertical, terfiksasi
pada posisi semidilatasi dan tidak bereaksi apabila terdapat cahaya yang masuk serta reflex
akomodasi.
Pemeriksaan lanjut setelah udem kornea tedeteksi, terlihat juga flare and cells di akuos, dilatasi
dan kongesti pembuluh darah di iris, dan udem serta hiperemis nervus optikus. Pada pemeriksaan
gonioskopi terlihat adanya perlengketan iridokornea. Pada mata yang satunya biasanya juga
nampak pendangkalan dan penyempitan sudut.
Terapi Inisial
Tujuan diberikan terapi inisial adalah untuk menurunkan tekanan intraokuler dengan pengobatan
sistemik. Hal ini dikarenakan ketika tekanan intraokuler mencapai 50 mmHg, spingkter iris
biasanya menjadi iskemik dan paralisis,
3 faktor yang bertanggung jawab terhadap karakteristik khas glukoma adalah:
1. Pertumbuhan aksis lensa, memberikan gambaran permukaan anterior semakin dekat ke
kornea.
Penatalaksanaan Serangan Akut
Serangan akut pada glukoma primer sudut tertutup harus segera diatasi, sebab tekanan
intraokuler yang tinggi secara persisten dapat menyebabkan penutupan sudut yang permanen,
kerusakan trabekulum dan nervus optikum yang irreversible. Jika tekanan intraokuler sudah
dapat diturunkan, maka terapi definitis berupa iridektomi perifer harus segera dikerjakan untuk
menghindari terjadinya serangan akut yang berulang.
Penatalaksanaan serangan akut pada pasien ini awalnya kurang baik karena tidak segera
dilakukan iridektomi perifer setelah tekanan intraokuler dapat diturunkan yaitu pada control hari
ke-4 setelah pengobatan, sehingga terjadi serangan akut yang berulang. Serangan akut ulangan
ini, yang terjadi 10 hari yang lalu, tampaknya tidak dapat diatasi dengan baik, walaupun
diberikan obat-obatan, sehingga tekanan intraokuler tetap tinggi dan visus makin memburuk
sampai 1 hari yang lalu.

Keterlambatan datang dan waktu yang diperlukan untuk menghentikan serangan mempunyai
pengaruh terhadap hasil akhir, sedangkan tingginya tekanan intraokuler pada saat serangan tidak
dapat diprediksikan prognosis jangka panjang. Tekanan intraokuler yang tinggi pada keadaan
akut disebabkan oleh adanya blockade pupil yang menyebabkan aliran aquos dari bilik mata
belakang ke bliki mata depan (iris bombe) sehingga menutup sudut bilik mata depan.
Iridoplasti dapat membuka sudut bilik mata depan yang tertutup secara aposisional oleh jaringan
iris perifer secara mekanik, dengan cara memberi bakaran argon laser pada iris perifer 360
derajat sebanyak 22-24 spot sehingga stroma iris perifer tersebut mengerut dan menarik iris dari
sudut bilik mata. Argon laser yang dipakai adalah energy rendah, spot yang besar dan durasi
yang panjang. Secara histopatologis, pengerutan stroma iris jangka pendek disebabkan
pengerutan kolagen karena panas, sedangkan jangka panjang oleh kontraksi membrane
fibroblast. Iridoplasti efektif dalam menurunkan tekanan intraokuler pada keadaan akut, bahkan
pada keadaan dengan PAS yang luas. Iridoplasti dapat dilakukan pada keadaan kornea yang
udem, bilik mata depan yang dangkal dan pupil middilatasi, karena iridoplasti menggunakan
energy yang rendah, tidak memerlukan derajat ketepatan bakaran yang tinggi dan dapat
dilakukan dengan mudah pada iris yang tebal. Iridoplasti juga didapatkan cukup aman karena
tidak menimbulkan kekeruhan kornea, perdarahan serta efek laser pada jaringan mata yang lain
maupun efek samping sistemik. Iridoplasti 180 derajat digunakan sebagai terapu awal bersamasama dengan obat-obatan anti-glukoma topical pada glukoma primer sudut tertutup primer akut
dengan lama serangan dibawah 48 jam. Tekanan intraokuler dapat diturunkan dengan efektif dan
kornea menjadi jernih dalam 1-2 jam, tanpa komplikasi.
Patofisiologi
Pada glukoma sudut terbuka, kelainan terjadi pada jalinan trabecular, sedangkan sudut
bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intraokuler meningkat karena adanya hambatan outflow
humor aquos akibat kelainan mikroskopis pada jalinan trabecular. Pada glukoma sudut tertutup,
jalinan trabecular normal, sedangkan tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik
akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow humor aquos terhambat saat menjangkau
jalinan trabecular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit (kadangkadang disebut dengan dangerous angle).

Jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut terbuka luas, perifer iris tidak kontak dengan
perifer kornea, sehingga sudut bilik mata tidak tertutup, dan glukoma sudut tertutup tidak akan
terjadi. Hal ini merupakan dasar perbedaan antara glukoma sudut terbuka dengan sudut tertutup.
Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab terttutupnya sudut bilik mata maka keadaan ini
dikenal dengan glukoma sudut tertutup sekunder. Jika glukoma sutu tertutup tidak diketahui
penyebabnya, kondisi ini dikenal dengan glukoma sudut terttutp primer.
Apabila sudut bilik mata tertutup secara cepat dan berat, ini dikenal dengan glukoma akut
yang disertai dengan banyak gejala dan tanda. Apabila penutupan sudut bilik mata tidak
sempurna dan kadang-kadang saja terjadi, ini dikenal dengan glukoma sudut tertutup intermitter
atau glukoma sudut tertutup kronik, dan disertai dengan sedikit gejala, ini dikenal dengan
glukoma sudut tertutup kreeping.
Dibawah ini menunjukkan gambaran struktur segmen anterior yang berhubungan dengan
glukoma akut:
1. Diameter kornea lebih kecil
2. Kurvatura kornea anterior lebih datar
3. Kurvatura kornea posterior lebih datar
4. Sudut bilik mata depan lebih dangkal
5. Lensa lebih tebal
6. Kurvatura lensa anterior lebih pendek
7. Letak lensa lebih ke anterior
8. Sumbu bola mata lebih pendek
Bila sudut bilik mata lebar maka sudut bilik mata tidak akan tertutup, dan hanya pada
mata yang mempunyai sudut bilik mata tidak akan tertutup dan hanya pada mata yang
mempunyai sudut sempit saja dapat terjadi penutupan sudut. Tidak semua sudut bilik mata
sempit akan berkembang menjadi glukoma akut, dapat terjadi hanya pada sebagian kecil saja,
terutama pada mata yang pupilnya berdilatasi sedang yang dapat terjadi blok pupil sehingga
dapat berlanjut menjadi sudut tertutup.
Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan intraokuler lebih tinggi di bilik mata belakang
daripada bilik mata depan. Jika blok pupil semakin berat tekanan intraokuler di bilik mata
belakang semakin bertambah, sehingga konveksitas iris semakin bertambah juga, ini dikenal
dengan iris bombe, yang membuat perifer iris kontak dengan jalinan trabecular, dan
menyebabkan sudut bilik mata tertutup. Jika tekanan intraokuler meningkat secara drastis akibat

sudut tertutup komplit maka akan terjadi glukoma akut. Mekanisme lain yang dapat
menyebabkan glukoma akut adalah plateau iris dan letak lensa lebih ke anterior. Pada keadaan
seperti ini juga sering terjadi blockade pupil.

Terapi medikamentosa
1.1 agen osmotic
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intraokuler, pmber

You might also like