Professional Documents
Culture Documents
DWI ANTARINI
1343050110
Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
teliti atau analisis yang berdasarkan pada reaksi kimia. Reaksi pada penentuan ini harus
berlangsung secara kuantitatif.
Jenis reaksi yang terjadi pada titrimetri ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang tidak
terjadi transfer/perpindahan elektron;
2. Reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang terjadi transfer/
perpindahan elektron.
Pada saat ini yang akan dipelajari adalah reaksi yang tidak mengalami perubahan
bilangan oksidasi, karena dasar yang dipelajari baru sampai tahap ini. Reaksi yang tidak
mengalami perubahan bilangan oksidasi meliputi : reaksi penetralan(asam-basa), reaksi
pembentukan endapan, reaksi pembentukan kompleks. Untuk kegiatan ini reaksi yang dibahas
hanyalah reaksi asam-basa karena dasar-dasar mengenai teori ini sudah diperoleh yaitu teori
asam-basa, sifat-sifat unsur golongan IA(1), IIA(2), IVA(16), IIVA(17), larutan, dan
konsentrasi larutan. Reaksi asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan
larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan, asam, dan
basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan yang direaksikan ini salah satunya
disebut larutan baku
1.2. Tujuan
1. Mengetahui prinsip reaksi nitrimetri
2. Mengetahui indikator nitrimetri
BAB II
TEORI
b) Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropoelin OO
merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna
kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu
menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi (Gandjar dan Rohman,
2007).
Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu
sebagai berikut :
Kelebihannya : Cara kerja cepat dan praktis, dapat dilakukan pada suhu kamar.
Kekurangannya : Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang
diperlukan, sebab kalau tidak tahu perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan, maka akan
sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di
samping itu, kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang
dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir. Sementara itu pada
pemakaian indikator dalam walaupun perlakuannya mudah tetapi sering kali untuk
senyawa yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini,
maka akan digunakan metode pengamatan titik akhir secara potensiometri.
2.B. Isoniazid
Isoniazid
Rumus struktur :
gambar
: Struktur Isoniazid
Nama Kimia
Sinonim
Rumus Molekul
: C6H7N3O
Berat Molekul
: 137,14.
Pemerian
: Hablur putih atau tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, perlahan-lahan dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, sukar larut
dalam kloroform dan dalam eter, praktis tidak larut dalam benzena (Depkes RI, 1995;
Sweetman, 1999).
Isoniazid adalah hidrazid dari asam isokotinat yang merupakan suatu analog sintetik
piridoksin. Isoniazid adalah obat anti-tuberkulosis yang paling paten, tetapi tidak pernah
diberikan sebagai obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis aktif. Isoniazid secara invitro
bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosit dengan konsentrasi hambat minimum (KHM)
sekitar
0,025-0,05
g/ml.
Isoniazid
aktif
terhadap
bakteri intraselular.
Isoniazid
BAB III
Alat-alat :
Erlenmeyer
Buret
Beker gelas
Gelas ukur
Botol Semprot
Batang pengaduk
Baskom
Bahan-bahan :
Aqua dest
NaNO2 0,1M
HCl 2N
Pasta kanji Iodide
HCl pekat
Sulfanilamid
Asam oksalat
NaOH 0,1N
Uraian Bahan :
1. Natrium Nitrit
Nama resmi
: Natrii nitrit
Sinonim
: Natrium nitrit
RM/BM
: NaNO2/69,00
Pemerian
Kelarutan
: Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol 95 % P
Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
RM/BM
Pemerian
: HCl/36,46
: Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan
5. Kanji.
Sinonim
Kelarutan
: amylum manihot
: larut dalam air panas, membentuk atau menghasilkan larutan agak
keruh
Pemerian
: serbuk putih, hablur
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering
Kegunaan
: sebagai indicator
6. Kalium Bromida
Nama resmi : Kalii bromidum
Nama lain : Kalium bromida
Pemerian : Hablur tidak berwarna, teransaran / buram /serbuk butir tidak berbau, rasa
asin, agak pahit
RM/BM : KBr / 109,01
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
Kelarutan : Larut dalam 1,6 bagian air dan dalam 200 bagian etanol
7. Sulfanilamide
Nama Resmi
: Sulfnilamidum
Nama Lain
: Sulfanilamida
Rumus Molekul
Berat Molekul
Pemerian
: C6H8N2O2S
: 172, 21
: Hablur serbuk halus atau putih, tidak berbau, rasa agak pahit
kemudian manis.
Kelarutan
: Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan sangat sukar larut dalam
kloroform P
Penyimpanan
Kegunaan
BAB IV
PROSEDUR KERJA
BAB V
PEMBAHASAN
Titrasi nitrimetri diseebut juga sebagai titrasi diazotasi yaitu metode titrasi yang
berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang
direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan
natrium nitrit dengan suatu asam. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah
isoniazid dalam Saccharum Lactis. Indikator yang digunakan adalah pasta kanji iodide
sebagai indicator luar. Digunakan Pasta kanji iodide, ketika larutan digoreskan pada kertas
yang telah dioleskan pasta kanji iodide, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi
iodide menjadi iod dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru.
Berikut reaksi kimia yang terjadi :
NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl
KI + HCl KCl +HI
2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 + kanji kanji iod (biru)
Sebelum melakukan penitrasian isoniazid, terlebih dahulu isoniazid dicampur dengan
kalium bromide dan asam klorida sampai larut. Penggunaan asam klorida disini berguna
untuk mengasamkan larutan karena titrasi nitrimetri berlangsung pada pH 2 hal ini
dibutuhkan untuk mengubah NaNO2 menjadi HNO2 dan pembentukan garam diazonium.
Karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi nitrimetri
diperlukan sebagai :
Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat mengikat
NO2membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan reaksi tautomerasi dari
bentuk keto dan langsung membentuk enol.
Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau
menguap.
Kemudian campuran larutan tersebut didinginkan hingga suhu lebih kurang 15C.
Titrasi tidak dapat dilakukan pada suhu tinggi karena : HNO 2 yang terbentuk akan menguap
pada suhu tinggi dan garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol. Campuran
larutan tadi dititrasi perlahan-lahan dengan natrium nitrit 0,1M, titik akhir tirasi dicapai jika
larutan titrasi setelah dibiarkan selama 1 menit dan pengaduk kaca dimasukkan kedalamnya
kemudian disentuhkan pada kertas kanji iodide sampai warna biru seketika.
BAB VI
KESIMPULAN
1. Prinsip penetapan kadar INH secara titrasi Nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu
Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida berdasarkan pada pembentukan garam
diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit,
dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu
asam.
2. Indikator yang digunakan dalam titrasi nitrimetri, adalah sebagai berikut :
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Gholib Ibnu, Gandjar., dan R. Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi . edisi I (hal
98-101). Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Tujuan
1. Mengetahui prinsip reaksi alkalimetri
2. Mengetahui indikator alkalimetri
BAB II
TEORI
Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan
basa melalui titrimetri. Metode alkalimetri merupakan reaksi penetralan asam dengan basa.
Titrasi asam-basa menetapkan beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik
organik maupun anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapa diubah secara kimia
menjadi asam atau basa dan kemudian ditetapkan dengan titrasi (Underwood, 2002).
Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH
lingkungannya berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam larutan asam ia berwarna
kuning, tetapi dalam lingkungan berwarna biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna
asam dan indikator (kuning untuk bb) sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa,
setiap indikator asam-basa mempunyai trayeknya sendiri, demikian warna asam dan besarnya
(Vogel, 1994).
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk
digunakan penggunaan dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik
akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penetralan adalah basa atau
asam kuat (Mulyono, 2006).
Salah satu metode titrasi adala alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan basa. Kadar
suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu larutan asam tersebut
dan kemudian titrasi dengan larutan basa yang konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah
penetapan kadar suatu larutan dengan mengambil volume tertentu dengan mengukur volume
suatu pereaksi yang diketahui kadarnya dengan tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu
larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator
tergantung secara tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan
asam basa dengan temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai
suatu batas tertentu, kemudian akan turun kembali pada kenaikan labih lanjut (Rivai, 1995).
Indikator Alkalimetri
Selama titrasi asam basa terjadi perubahan pH yang besar, untuk menentukan titik
akhir diperlukan suatu zat penolong yang disebut indikator. Banyak asam-asam organik lemah
atau basa-basa organik lemah yang berbeda warnanya bila berbentuk molekul atau
terdissosiasi zat semacam ini disebut sebagai indikator visuil. Oleh sebab itu diperlukan cara
pemilihan indikator yang benar, sehingga apabila digunakan dalam titrasi titik akhir dekat
dengan titik ekivalen Contoh indikator asam-basa :
a. Fenolftalein (PP) :
BM : 318,33
Cara pembuatan :
0,1 gram fenolftalein dilarutkan dalam 500 ml alkohol absolut dan tambahkan NaOH
0,1 N tetes demi tetes sampai warna menjadi tepat kuning.
b. Biru Brom Timol (BTB) :
BM : 466,59
Cara pembuatan :
Hangatkan 100 mg Biru Brom Timol P dengan 3,2 ml Natrium Hidroksida 0,05 M dan
5 ml Etanol P 90%. Setelah larut sempurna, tambahkan Etano P 20% secukupnya
hingga 250 ml. lakukan uji kepekaan sebagai berikut : campur 0,3 ml larutan dan 100
ml air bebas karbon dioksida P: larutan berwarna kuning. Untuk mengubah warna
larutan menjadi biru, diperlukan Natrium Hidroksida 0,02 M tidak lebih dari 0,10 ml.
c. Hijau Brom Kresol
BM : 698,01
Cara pembuatan :
Hangatkan 100 mg Hijau Bromkresol P dengan 2,9 ml Natrium Hidroksida 0,05 M
dan 5 ml Etanol P. Setelah larut sempurna, tambahkan Etano 20% secukupnya hingga
250 ml. Lakukan uji kepekaan sebagai berikut : campur 0,2 ml larutan dan 100 ml air
bebas karbon dioksida P: larutan berwarna kuning. Untuk mengubah warna larutan
menjadi biru, diperlukan Asam Klorida 0,02 M tidak lebih dari 0,20 ml.
Monografi
BAB III
Uraian Bahan
1. Aquadest
Sinonim
: aqua destillata
Berat molekul
: 18,02
Rumus molekul : H2O
Pemerian
: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan
Kegunaan
2. Papaverin HCl
Pemerian
dan memutar bidang polarisasi larutannya bereaksi dengan kertas lakmus melebur
pada suhu 220oC
Kelarutan
: larut dalam air dan dalam CHCL3 , sukar laru dalam ethanol
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,3%
alkali jumlah, dihitung sebagai NaOH, mangandung Na2CO3 tidak lebih dari 3%.
Pemerian : Putih atau praktis putih, masa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau
batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan menjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan
diudara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut
dalam air dan dalam etanol (anonim,1995).
Fungsinya dalam percobaan ini yaitu sebagai larutan standar untuk mentritrasi asam
cuka (titran). Sifat fisikanya : memiliki rumus molekul(NaOH), densitas dan fase :
2,100 g/cm dalam bentuk cairan, memiliki titik lebur 318 C dan titik didih 1390 C,
berupa cairan higroskopis tidak berwarna (Mulyono, 2006).
Sifat kimia dari NaOH yaitu : sangat mudah menyerap gas CO2, senyawa ini sangat
mudah larut dalam air. NaOH merupakan larutan basa kuat, bersifat sangat korosif
terhadap jaringan organik, tidak berbau (Mulyono, 2006).
4. Asam Oksalat
Pemerian
Kelarurtan
Kegunaan
Penyimpanan
BAB IV
PROSEDUR KERJA
1.
2.
3.
PEMBUATAN NaOH 1 N
Larutan 40,01 gr NaOH dengan air ad 1000 ml
AIR BEBAS CO2
Air murni didihkan kuat-kuat selama 5 menit atau lebih dan diamkan hingga dingin
dan tidak boleh menyerap karbon dioksida dari udara.
Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat
Timbang seksama kurang lebih 3 gr Asam Oksalat, larutkan dalam 500 ml air bebas
CO2 titrasi dengan NaOH 0.1 N menggunakan indikator PP
1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 6.303 MG C2H2O4.H2O
4.
BAB V
PEMBAHASAN
Metode alkalimetri merupakan reaksi penetralan asam dengan basa. Titrasi asam-basa
menetapkan beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik organik maupun
anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapa diubah secara kimia menjadi asam atau
basa dan kemudian ditetapkan dengan titrasi.
Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH
lingkungannya berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam larutan asam ia berwarna
kuning, tetapi dalam lingkungan berwarna biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna
asam dan indikator (kuning untuk bb) sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa,
setiap indikator asam-basa mempunyai trayeknya sendiri, demikian warna asam dan besarnya.
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk digunakan
penggunaan dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi
akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penetralan adalah basa atau asam kuat
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator
tergantung secara tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan
asam basa dengan temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai
suatu batas tertentu, kemudian akan turun kembali pada kenaikan labih lanjut
BAB VI
KESIMPULAN
1. Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan
basa melalui titrimetri
2. Selama titrasi asam basa terjadi perubahan pH yang besar, untuk menentukan titik
akhir diperlukan suatu zat penolong yang disebut indikator. Indikator asam-basa
adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH lingkungannya berubah. Dalam
percobaan ini digunakan indikator Phenol Phtalen ( PP )
DAFTAR PUSTAKA
Pudjaatmaka, A.H, 2002, Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, terjemahan dari
Vogels text book of Qualitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental
Analysis oleh J.Basset, dkk, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Rivai, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, UI Press, Jakarta.
Sopyan, Lis, 1999, Analisis Kimia Kuantitaif, terjemahan dari Quantitative Analysis oleh R. A Day, Jr
dan A. L Underwood, Erlangga, Jakarta