You are on page 1of 12

TUGAS BEDAH

PREVENTIF BATU SALURAN KENCING

Oleh:
Nama: frida ramadhani
Npm: 11700383

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2014-2015
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Penyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat BSK adalah
terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam
air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi
daya larut substansi. BSK sudah diderita manusia sejak zaman dahulu, hal ini
dibuktikan dengan diketahui adanya batu saluran kemih pada mummi Mesir yang
berasal dari 4800 tahun sebelum Masehi. Hippocrates yang merupakan bapak ilmu
Kedokteran menulis 4 abad sebelum Masehi tentang penyakit batu ginjal disertai
abses ginjal dan penyakit Gout. ( Lina N, 2008)
Batu saluran kemih (BSK) atau urolithiasis merupakan keadaan patologis
yang sering dipermasalahkan baik dari segi kejadian (insidens), etiologi, patogenesis
maupun dari segi pengobatan. Kejadian

(insidens),

maupun

komposisi

batu

penderita BSK ini tidak sama diberbagai belahan bumi, bervariasi menurut suku
bangsa dan geografi, selain itu setiap peneliti mengemukakan angka yang berbedabeda. Walaupun demikian, untuk komposisi batu diperoleh kesan bahwa batu
kalsium oksalat merupakan jenis batu yang paling banyak dijumpai.(G. Ratu dkk)
Menurut tempatnya, BSK digolongkan menjadi batu ginjal dan batu kandung
kemih, tetapi batu ginjal merupakan penyebab terbanyak. Batu ginjal merupakan
suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvisatau kaliksdari
ginjal.Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi olehfaktor intrinsik dan
ekstrinsik.Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor
ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam
urin, dan sebagainya.(Martha E, 2012)
2

BSK pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita1,2. Hal ini mungkin
karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita
lebih rendah daripada laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat
terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Batu saluran
kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60 tahun dengan rerata
umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun). Umur terbanyak
penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun1dan di Indonesia antara 30-60
tahun. ( Lina N, 2008).
2. Rumusan masalah
Apakah penyakit batu saluran kemih itu?
Bagaimana patogenesis dari penyakit batu saluran kemih?
Apa etiologi dari penyakit batu saluran kemih?
Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit batu saluran kemih?
Bagaimana tindakan preventif dari penyakit batu saluran kemih?
3. Tujuan
3.1 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit batu saluran kemih
3.2 Untuk mengetahui tindakan preventif penyakit batu saluran kemih

4. Manfaat
4.1 Sebagai bahan masukan peningkatan program kesehatan pencegahan penyakit
khususnya batu saluran kemih.
4.2 mendapat infomasi tentang penyakit batu saluran kemih dan faktor risikonya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal
dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa
terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat, atau sistein. (Rahayu H, 2011).
2. Patogenesis pembentukan batu saluran kemih
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam
pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu
4

kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan)
dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu pembentukan batu
kalsium oksalat. Aksi inhibitor dan reaktan belum diketahui sepenuhnya. Ada dugaan
proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau
agregasi kristal. Penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregasi
kristal kalsium oksalat dan mungkin dapat mengurangi risiko agregasi kristal dalam
saluran kemih. ( Lina N, 2008).
3. Etiologi batu saluran kemih
Nurlina (2008) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
saluran kemih, yaitu:
a. Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air
minum.
Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan
saluran kemih antara lain:
a. Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine
menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan akan
mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan
3:1.
d. Ras
Batu saluran kemihlebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e. Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu saluran kemih
memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih dibanding dengan yang
tidak memiliki anggota keluarga dengan batu saluran kemih.
f. Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat dari
minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum
5

menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.


g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan panas
sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh
hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu saluran kemih.
4. Epidemiologi Penyakit saluran kemih
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000, insidens
rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah
pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah
kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis
kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada jenis kelamin
laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan pada perempuan 51 per-100.000
populasi. Insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih bawah adalah pada kelompok umur 75-84 tahun 18 per-100.000 populasi,
tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 11 per-100.000 populasi. Insidens
rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah
jenis kelamin laki-laki 4,6 per-100.000 populasi sedangkan pada perempuan 0,7 per100.000 populasi. (Rahayu H, 2011)
5. Gejala penyakit batu saluran kemih
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi
yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil,
dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara
perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri
yang luar biasa ( kolik). (Rahayu H, 2011)
Gejala-gejala BSK antara lain:
6

a. BSK bagian atas seringkali menyebabkan nyeri karena turunnya BSK ke


ureter yang sempit. Kolik ginjal dan nyeri ginjal adalah dua tipe nyeri yang
berasal dari ginjal. BSK pada kaliks dapat menyebabkan obstruksi, sehingga
memberikan gejala kolik ginjal, sedangkan BSK non obstruktif hanya
memberikan gejala nyeri periodik. Batu pada pelvis renalis dengan diameter
lebih dari 1 cm umumnya menyebabkan obstruksi pada uretropelvic juction
sehingga menyebabkan nyeri pada tulang belakang. Nyeri tersebut akan
dijalarkan sepanjang perjalanan ureter dan testis. Pada BSK ureter bagian
tengah akan dijalarkan di daerah perut bagian bawah, sedangkan pada BSK
distal, nyeri dijalarkan ke suprapubis vulva (pada wanita) dan skrotum pada
(pria).
b. Hematuria
Pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna seperti air
teh) terutama pada obstruksi ureter.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan stasis di proksimal dari sumbatan. Keadaan yang cukup berat terjadi
apabila terjadi pus yang berlanjut menjadi fistula renokutan.
d. Demam
Adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat karena
dapat menyebabkan urosepsis.
e. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan muntah,
dapat juga disebabkan oleh uremia sekunder. (Marshall SR, 2003)
6. Penatalaksanaan penyakit batu saluran kemih
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan
mengurangi

obstruksi

yang

terjadi.

Batu

dapat

dikeluarkan

dengan

cara

medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa


operasi, dan pembedahan terbuka.
a. Medikamentosa
7

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil


yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar
tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan
diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu
( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum
paling sedikit 8 gelas air sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat
yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac
dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin
dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila
terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah
infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah
atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
c. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan

invasif

minimal

untuk

mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian


mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung
kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan). (Rahayu H, 2011)
d. Operasi terbuka
Flagg dan Laura 2007 menyebutkan bahwa beberapa variasi operasi terbuka
untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal tersebut tergantung pada
anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada
flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi terbuka pada batu ureter kurang

lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan


kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.

7. Pencegahan (preventif) penyakit batu saluran kemih


Pencegahan Batu Saluran Kemih Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer
atau pencegahan tingkat pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat
kedua, dan pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan
tersebut antara lain :
a. Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya
penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK.
Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah
menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal
2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan
menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang
cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
(Marshall SR, 2003)
b. Pencegahan Sekunder
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan
penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya
ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang
dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Saluran
Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan
radiologis. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada
daerah organ yang bersangkutan :
9

a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan
demam (tidak selalu).
b. Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul
(flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat
batu melewati ureter menuju kandung kemih. Urinalisis dilakukan untuk
mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan jumlah leukosit dalam
darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine.
Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan asam urat dapat
terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih
mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.
c. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan
perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita
penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang
dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang
tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama
ginjal yang telah rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat
maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat
memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
(Rahayu H, 2011).

BAB III
KESIMPULAN
Faktor risiko yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian Batu saluran kemih adalah:
Kurang minum, kebiasaan menahan buang air kemih, diet tinggi protein, duduk lama dalam

10

bekerja. Faktor risiko yang perlu dipertimbangkan menjadi faktor risiko berpengaruh
terhadap kejadian batu saluran kemih adalah Kebiasaan olahraga, obesitas, diet tinggi serat,
diet tinggi lemak. Dan melakukan Pencegahan dengan cara yaitu : Minum banyak air (8-10
gelas sehari), dengan demikian urine menjadi lebih encer sehingga mengurangi
kemungkinan zat-zat pembentuk batu untuk saling menyatu. Dengan minum banyak, air
seni biasanya berwarna bening, tidak kuning lagi. Minum air putih ketika bangun tidur di
subuh hari. Hal ini akan segera merangsang kita untuk berkemih, sehingga air seni yang
telah mengendap semalam terganti dengan yang baru. Jangan menahan kencing, kecing
yang tertahan dapat menyebabkan urine menjadi lebih pekat, atau terinfeksi saluran kemih.
Urine yang pekat dan infeksi saluran kemih merupakan faktor pendukung pembentukan
batu. Pola makan seimbang, berolahraga, dan menjaga berat badan agar tetap ideal.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ansari,A., Shamsodini,A., Younis,N., et al.2005. Extracorporeal shock wave lithotripsy
monotherapy for treatment of patients with urethral and bladder stone presenting with
acute urinary retention.Journal Urology; 66(6):1169-1171.
Flagg, Laura. 2007. Dietary and Holistic Treatment of Recurrent Calcium Oxalate Kidney
Stones: Review of Literature toGuide Patient Education. Vol 7.(2). Urologic Nursing
Journal.
Lina N, 2008. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada LakiLaki (Studi
Kasus di RS Kariadi. p. Roemani dan RSI Sultam Agung Semarang). Tesis. Semarang:
Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Marshall SR, Rao N,Eftinger B and Tafekli A. 2003, Medical Management of Urolitiasis, in
Stone Disease. Public Health, , p138-142
Muslim, Rifki. 2007. Batu Saluran Kemih Suatu Problem Gaya Hidup dan Pola Makan serta
Analisis Ekonomi pada Pengobatannya. Pidato Pengukuhan. Diucapkan pada Upacara
11

Penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Bedah Fak. Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang, 3 Maret 2007.
Nurlina. 2008. Faktor-faktor risiko kejadian batu saluran kemih pada laki-laki. Studi kasus
di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani, dan RSI Sultan Agung Semarang.Skripsi.
Rahayu H. 2011.Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih Rawat Inap di Rumah Sakit
Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2006-2010,Skripsi. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Ratu G, Badji A, hardjoeno. 2006. Profil Analisis Batu Saluran Kemih, Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, No. 3, Juli 2006: 114-117
Syafrina I. 2008. Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih (BSK) Rawat Inap di Rumah
Sakit Haji Medan Tahun 2005-2007, Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Tondok M, Monoarfa A, 2012. ANGKA KEJADIAN BATU GINJAL DI RSUP PROF. DR. R.
D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012, skripsi,
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

12

You might also like