You are on page 1of 8

26

BAB IV
KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN

A. Letak, Luas, Batas


Kecamatan Dau merupakan salah satu kecamatan di Wilayah
Kabupaten Malang yang berjarak 9 Km dari Pusat pemerintahan
Kabupaten Malang yang terletak di ketinggian antara 600-2.100 meter dari
permukaan laut. Posisi koordinat DAU terletak antara 112, 3311 Bujur
Timur dan 112, 3563 Bujur Timur dan antara 7,5775 Lintang Selatan dan
7,5494 Lintang Selatan. Batas-batas wilayah yaitu:
a. Utara : Kecamatan Karangploso
b. Timur : Kecamatan Wagir
c. Selatan : Kota Malang
d. Barat : Kota Batu
Sedangkan luas wilayah Kecamatan Dau adalah 5.602,671 H a
dengan distribusi peruntukan tanah:
a. Pemukiman
: 952.000 Ha
b. Sawah
: 745.000 Ha
c. Tanah kering
: 3.146.056 Ha
d. Fasum (lap olah raga) : 17.405 Ha
e. Lain-lain
: 742.210 Ha
Secara administratif wilayah Kecamatan Dau terdiri dari 10 desa yakni,
Mulyoagung, Landungsari, Sumbersekar, Kalisongo, Karangwidoro,
Petungsewu, Tegalwaru, Selorejo, Gadingkulon, dan Kucur, dengan
jumlah dusun sebanyak 39 Dusun, 77 RW, 310 RT.
Desa Selorejo merupakan desa yang berada di Kabupaten Malang
26
tepatnya di kecamatan DAU. Lokasi nya berada pada daerah Kabupaten
Malang bagian utara. Secara astronomis desa Selorejo terletak pada
75619.70 lintang selatan dan 1123246.65 bujur timur. Lokasinya
lebih kurang 17 km dari ibukota kabupaten dan 7 km dengan kota

27

kecamatan terdekat. Adapun batasbatas desa Selorejo adalah sebagai


berikut:
a. Sebelah Barat
: Hutan
b. Sebelah Selatan
: desa Petung Sewu
c. Sebelah Utara
: desa Gading Kulon
d. Sebelah Timur
: desa Tegal Weru
Berdasarkan keadaan di Desa Selorejo kini, luas wilayah untuk
pemukiman terdapat 39,5 Ha, sedangkan untuk area pertanian terdapat
sebesar 410,47 6 Ha yang terdiri dari jenis tanah pertanian, ladang, serta
tanaman ternak. Luas area hutan sendiri 2068,1 Ha yang tersebar
mengelilingi desa tersebut. Perkembangan selanjutnya yakni jumlah area
luas dari bangunan baik perkantoran maupun sarana rekreasi terdapat
sejumlah 26, 6 Ha.
B. Kondisi Geomorfologi

Secara topografi, dikelompokkan dalam 2 bagian wilayah, yaitu:


a. Dau bagian bawah, terdiri dari mulyogung, Landungsari,
Sumbersekar, Karangwidoro, dan Kalisongo. Secara topografi, daerah
ini cocok untuk pengembangan industri dan perdagangan, perumahan
dan pertanian pangan.
b. Dau bagian atas, terdiri dari desa Tegalwaru, Petungsewu, Selorejo,
Gadingkulon, dan Kucur. Secara toografis, wilayah tersebut memiliki
potensi pengembangan usaha pertanian agrobis (sayur dan buah) dan
peternakan.
Dusun yang dikategorikan sebagai dusun terpencil dimana letaknya
jauh dari pemukiman dan masih belum teraliri listrik dari PLN, yakni
dusun Gumuk, Desa Selorejo, dimana dusun dimaksud merupakan salah
satu potensi unggulan wisata kecamatan Dau.

28

Topografi desa Selorejo tergolong daerah dataran tinggi atau


perbukitan dengan luas perbukitan mencapai 333, 76 ha. Diperkirakan
ketinggian desa ini 800 1200 dpl (dari permukaan laut) dikarenakan
daerah ini merupakan pegunungan, sehingga daerah ini memiliki tingkat
curah hujan yakni 2000 mm/tahun dan juga tingkat kesuburan tanah 100
%.

C. Kondisi Tanah
Struktur tanahnya remah, dengan tesktur tanah lempung berpasir
fraksi liat 7-27 %, debu 25-50%, dan pasir <50 %. Jenis tanah inceptisol,
andosol, dan latosol.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,56,5 dengan pH
optimum 6. Dari karakteristik kondisi fisik yang dimiliki Desa Selorejo
memang cocok untuk tumbuh dengan subur pohon jeruk sehingga wajar
jika jeruk sekarang menjadi komoditas utama desa tersebut.
Tekanan yang diberikan pada lahan terutama pada lahan kosong
yang terdapat di daerah tersebut lebih banyak digunakan untuk lahan
pertanian, bahkan lahan pekarangan, atau lahan kosong yang terdapat di
sekitar rumah penduduk digunakan untuk menanami jeruk, alpukat, jambu,
kopi dan tanaman holtikultura lainnya seperti cabe, kol, kangkung,bawang,
dan sebagainya.
Komoditi Unggulan Kecamatan Dau :

Jeruk manis Baby Java di Desa Selorejo, Tegalweru dan Gading


Kulon

29

Bunga Kol di Desa Gading Kulon, Selorejo, Mulyoagung dan


Tegalweru

Cabe Besar di desa Kucur, Tegalweru dan Gading Kulon

Susu sapi di desa Gading Kulon

D. Kondisi Iklim

Berikut ini akan dibahas mengenai tipe iklim di Kecamatan Dau


Kabupaten Malang.
Tabel 4.1 Curah Hujan Kabupaten Malang Tahun 2002-2011
Tahun
Bulan

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Jan
477
Peb
296
Mar
420
Apr
187
Mei
122
Juni
6
Juli
0
Agu
0
Sep
0
Okt
56
Nop
329
Des
520

2413
BBO
5
BKO
5
BLO
2
BBM
7
BKM
5
BLM
0
Keterangan:

270
144
273
144
28
0
0
0
87
31
172
302
1451
3
6
3
6
5
1

294
444
365
120
70
55
28
0
24
13
339
837
2589
5
6
1
6
5
1

180
495
48
85
6
88
94
2
40
96
86
621
1841
2
9
1
3
4
5

310
305
276
167
165
22
1
8
1
15
25
208
1503
4
6
2
6
6
0

129
182
173
235
6
15
7
1
10
61
272
423
1514
3
6
3
6
5
1

206
315
460
66
61
2
0
47
8
92
174
241
1672
4
7
1
5
4
3

258
435
81
67
62
70
39
0
4
35
200
224
1475
4
8
0
4
4
4

644
594
767
739
545
128
355
347
494
390
941
531
6475
11
0
1
12
0
0

140
184
339
160
232
5
2
0
2
62
273
267
1666
4
5
3
7
4
1

2908
3394
3202
1970
1297
391
526
405
670
851
2811
4174
22599
45
58
17
62
42
16

BBO
BKO
BLO

: Bulan Basah menurut Oldeman


: Bulan Kering menurut Oldeman
: Bulan Lembap menurut Oldeman

BBM
BBM
BBM

Ratarata
290.8
339.4
320.2
197
129.7
39.1
52.6
40.5
67
85.1
281.1
417.4
2259.9
4.5
5.8
1.7
6.2
4.2
1.6

: Bulan Basah menurut Mohr


: Bulan Kering menurut Mohr
: Bulan Lembap menurut Mohr

1. Tipe Iklim Oldeman


Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama
dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan.

30

Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah
tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat.
Misal, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup
untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan
palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap
bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk
membudidayakan padi sawah selama satu musim. Akan tetapi di daerah
penelitian mayoritas tanaman yang ditanam oleh masyarakat adalah tanaman
jeruk. Karena daerah ini merupakan wilayah agrowisata petik jeruk.
Dalam metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembab, dan
bulan kering,
1. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm.
2. Bulan lembab, apabila curah hujannya 100-200 mm.
Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm.
Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan
ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut.
Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada
jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub divisinya
dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut.
Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E.
Tipe A : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.
Tipe B : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan.
Tipe C : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan.
Tipe D : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan.
Tipe E : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.
Tabel 4.2 Tipe Utama

31

NO.

TIPE UTAMA

PANJANG BULAN BASAH (BULAN)

1.

>9

2.

7-9

3.

5-6

4.

3-4

5.

<3

Tabel 4.3 Sub Tipe


NO.

SUB TIPE

PANJANG BULAN KERING (BULAN)

1.

2.

2-3

3.

4-6

4.

>6

Berdasarkan kriteria di atas kita dapat membuat klasifikasi tipe iklim


Oldeman untuk Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Rata-rata bulan basah
adalah 4,5 bulan dan rata-rata bulan kering 5,8 bulan. Untuk tipe iklim
utama berada pada tipe D dan untuk subdivisi pada tipe 3, sehingga tipe
iklim Kecamatan Dau berdasarkan kriteria Oldeman termasuk tipe iklim D3.
Zone D ini hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Akan tetapi saat
ini pertanian yang ada di desa Selorejo jarang sekali ditanam tanaman padi
karena sudah beralih ke pertanian jeruk yang menjadi potensi agrowisata.
2. Tipe iklim Mohr
Berdasarkan penelitian tanah Mohr, Mohr membagi tiga derajat
kelembapan dari bulan- bulan sepanjang tahun yaitu:
1) Jika curah hujan dalam satu bulan > 100 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan basah, jumlah hujan ini melampaui penguapan.

32

2) Jika curah hujan dalam satu bulan < 60 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari dalam tanah
daripada jumlah curah hujan.
3) Jika curah hujan dalam satu bulan antara 60- 100 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan lembab, surah ujan dan penguapan kurang lebih
seimbang.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dicari bulan- bulan basah setiap
tahun, sehingga dikemukakan 5 golongan iklim, yaitu:
1) Golongan I

: daerah basah, yaitu daerah yang hampir tidak

terdapat bulan kering


2) Golongan II
: daerah agak basah, yaitu daerah dengan bulan
kering 12 bulan
3) Golongan III
: daerah agak kering, yaitu daerah dengan bulan
kering 34 bulan
4) Golongan IV
: daerah kering, yaitu terdapat 5 6 bulan kering
5) Golongan V
: daerah sangat kering, dengan bulan kering > 6
bulan.
Perhitungan rata-rata bulan basah dan bulan kering Kecamatan Dau
secara berturut-turut adalah 6,2 dan 4,2. Sehingga klasifikasi iklim
menurut kriteria Mohr Kecamatan Dau termasuk pada golongan III yaitu
daerah agak kering dengan bulan kering selama 4 bulan.
E. Keadaan Penduduk
Dampak dari adanya bencana erosi dirasakan oleh penduduk
sebagai objek tidak langsung karena erosi yang tinggi bisa menyebabkan
lahan pertanian yang dikelola penduduk tidak bisa diproduksi lagi.
Perkembangan penduduk kecamatan Dau semakin berkembangnya
layaknya di daerah lain sebagai akibat adanya kelahiran, kematian maupun
migrasi. Jumlah penduduk Kecamatan Dau meningkat dari hasil sensus

33

2000 yang sebesar 53.867 jiwa menjadi 67.491 jiwa dari hasil sensus
penduduk tahun 2010. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki 34.475 jiwa
dan perempuan 31.811 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 104,42.
Jumlah penduduk di lokasi penelitian, Desa Selorejo Kecamatan
Dau yaitu 3.355 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.701 jiwa dan perempuan
1.654 jiwa dengan rasio jenis kelamin 102,84. Dengan jumlah penduduk
3.355 jiwa di luas wilayah 400 hektar atau 4 km2 kepadatan penduduknya
sebesar 838,75 jiwa/km2. Di desa Selorejo wilayahnya terbagi atas 12 RW
dan 40 RT.

You might also like