Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
darah.
Pemberian
komponen-komponen
darah
yang
darah,
uji
kompatibilitas,
persiapan
komponen,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Darah
Darah adalah komponen essensial kehidupan yang berfungsi sebagai
pembawa oksigen dari Paru-Paru kejaringan dan Karbon dioksida
dari jaringan ke Paru-Paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien
dari
untuk
mempertahankan
tubuh
terhadap
mikroorganisme.
2.
sedang sisanya 1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan
Trombosit. Sel Leukosit terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil,
Limfosit, dan Monosit
.4
4,5
Umur
2
3
4
5
Kadar Hb
Bayi 6 bulans/d 6 th
Wanita hamil
Wanita dewasa
Laki-laki dewasa
11
gr/dl
11gr/
dl
12
gr/dl
13
gr/dl
S
2
umber WHO
2.1.2 Sel Darah Putih/Leukosit
S
el leukosit atau sel darah putih adalah sel yang membentuk
komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari
sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki
inti,
dapat
bergerak
secara amoebeid,
dan
dapat menembus
12
sel neutrofil
atau limfosit
akan
sebagai
faktor
pembeku
darah
dan
hemostasis
Ukuran
Satuan
g/dL
Hematokrit
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Batang1
Segmen1
Limfosit
Monosit
%
%
%
%
%
%
Nilai Rujukan
4,0 5,0 (P)
4,5 5,5 (L)
12,0 14,0 (P)
13,0 16,0 (L)
40 50 (P)
45 55 (L)
0,0 1,0
1,0 3,0
2,0 6,0
50,0 70,0
20,0 40,0
2,0 8,0
5,0 10,0
150 400
2.2
Transfusi darah
2.2.1 Definisi
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang
yang sehat (donor) ke orang sakit (resipien) yang diberikan secara
intravena melalui pembuluh darah4. Darah yang dipindahkan dapat
berupa darah lengkap dan komponen darah. Transfusi darah dapat
dikelompokkan
menjadi
golongan
utama
berdasarkan
dengan
golongan
darah
O-negatif
dapat
mendonorkan
Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang
tidak disertai penurunan volume darah, misalnya pasien dengan
anemia
hemolitik,
anemia
hipoplastik
kronik,
leukemia
akut,
Ket :
bila
ada
indikasi
tertentu,
misalnya
penyakit
yang
10
3. Sel darah merah Pekat Dengan Sedikit Leukosit (Packed Red Blood
Cell Leukocytes Reduced)
Setiap unit sel darah merah pekat mengandung 1-3 x 10 9 leukosit.
American Association of Blood bank Standard for Transfusion
Services menetapkan bahwa sel darah merah yang disebut dengan
sedikit leukosit jika kandungan leukositnya kurang dari 5x10 6
leukosit/unit. Sel darah ini dapat diperoleh dengan cara pemutaran,
pencucian sel darah merah dengan garam fisiologis, dengan filtrasi
atau degliserolisasi sel darah merah yang disimpan beku. Karena
pada pembuatannya ada sel darah merah yang hilang, maka
11
salin
membuang
hamper
seluruh
plasma
(98%),
C.6
12
5. Sel Darah Merah Pekat Beku Yang Dicuci (Packed Red Blood Cell
Frozen, Packed Red Blood Cell Deglycerolized)
Sel darah merah beku ini dibuat dengan penambahan gliserol suatu
sediaan krioprotektif terhadap darah yang usianya kurang dari 6
hari. Darah ini kemudian dibekukan pada suhu -65 0C atau -2000C
(tergantung sediaan gliserol) dan dapat disimpan selama 10 tahun.
Karena
pada
proses
penyimpanan
beku,
pencairan
dan
pencuciannya ada sel darah merah yang hilang maka kandungan sel
darah merah minimal 80% dari jumlah sel darah merah pekat asal,
demikian pula hematokrit kurang lebih 70-80%. Proses pencucian
dapat menggunakan larutan glukosa dan salin. Suhu simpan 1-6 0C
dan tidak boleh digunakan lebih dari 24 jam karena proses
pencucian biasanya memakai system terbuka.6
6. Granulosit konsentrat
Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat,
infeksi yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan
pemberian antibiotik, kualitas leukosit menurun. Komponen ini
dibuat dari seorang donor dengan metode pemutaran melalui
hemonetic 30. Dengan alat ini darah dari donor dilakukan
pemutaran terus-menerus, memisahkan dan mengumpulkan buffy
coat yang banyak mengandung granulosit limfosit dan platelet
kemudian dicampur dengan larutan sitrat sebagai antikoagulan yang
akhirnya dilarutkan dalam plasma.8
Indikasi :
a. Penderita neutropenia dengan febris yang tinggi yang gagal
dengan antibiotik
b. Anemia aplastik dengan lekosit kurang dari 2000/ml
c. Penyakit-penyakit keganasan lainnya.
13
d.
Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit, masih
belum pasti. Umumnya para klinisi menganjurkan pemberian
transfusi granulosit pada penderita neutropenia dengan panas yang
tinggi dan gagal diobati dengan antibiotik yang adekuat lebih dari
48 jam. Efek pemberian transfusi granulosit tampak dari penurunan
suhu badan penderita terjadi pada 1-2 jam setelah transfusi.
7. Trombosit Pekat
Trombosit pekat berisi beberapa leukosit dan sel darah merah serta
plasma. Satu kantong trombosit pekat yang berasala dari 450ml
darah lengkap seseorang donor berisi kira-kira 5,5 x 10 10 trombosit
dengan volume sekitar 50ml. Trombosit pekat ini dapat disimpan
pada suhu 20o-24o dan trombosit dapat disimpan selama 3 hari.
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan
yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit
yang
berulang-ulang
dapat
menyebabkan
pembentukan
trombositnya
kurang
dari
50.000/mm3.
Misalnya
14
berulang
dari
trombosit
dapat
menyebabkan
untuk
mengatasi
gangguan
koagulasi
yang
tidak
imunoglobulin
dan
overdosis
obat
antikoagulans
bahwa
trombositopenia
penyebab perdarahan).
ASA merekomendasikan pemberian
FFP
bukan
dengan
(untuk
merupakan
mengikuti
petunjuk berikut :8
a. Segera setelah terapi warfarin
b. Untuk koreksi defisiensi faktor koagulasi yang mana untuk
faktor yang spesifik tidak tersedia.
c. Untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler
sewaktu
terjadi
yang
dari
dari
darah
lengkap
yang
telah
mengalami
16
keadaan
klinis.
Umumnya
diberikan
10-15
Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII,
faktor
pembekuan
XIII,
faktor
Von
Willbrand,
fibrinogen.
17
dalam
proses
fraksinasi.
Fraksi
protein
plasma
ini
albumin x BB x
0.4
dan penerima donor darah harus diperiksa adanya antibodi yang tidak
baik.6
Uji ini dilakukan untuk melihat reaksi antigen-antibodi yang berbahaya
in vitro sehingga dapat mencegah terjadinya reaksi antigen-antibodi in
vivo. Golongan darah donor harus diuji untuk mengetahui golongan
darah ABO dan Rh yang benar dan disaring untuk mengetahui antibodi
yang tidak diharapkan. Darah resipien juga harus melalui uji yang
sama. Setelah lengkap dilakukan uji kompatibilitas antara darah donor
dan darah resipien yang dikenal dengan uji silang.6,7
2.3.2 Tes ABO-Rh
Reaksi transfusi yang paling berat adalah yang berhubungan dengan
inkompatibilitas ABO. Antibodi yang didapat secara alami
bereaksi
melawan
antigen
dari
transfusi
(asing),
dapat
mengaktifkan
golongan darah lain, dan (3) mendeteksi antibodi dengan titer rendah
atau tidak terjadi aglutinasi. Yang dua terakhir memerlukan sedikitnya
45 menit.1
19
ml/kgBB
95
20
Cukup bulan
Anak kecil
Anak besar
Dewasa :Pria
Wanita
85
80
75-80
75
65
2.6
21
palpitasi,
dispnea
ringan
dan
nyeri
kepala.
Pada
sistolik),
takikardia
(naik
20%),
hemoglobinuria
dan
22
hemolisis
intravaskular
akut
adalah
reaksi
yang
pasien
akan
melisiskan
sel
darah
merah
yang
terbanyak
adalah
inkompatibilitas
ABO.
Hal
ini
tidak
sadar
atau
dalam anestesia,
hipotensi
atau
perdarahan yang tidak terkontrol mungkin merupakan satusatunya tanda inkompatibilitas transfusi. Pengawasan pasien
dilakukan sejak awal transfusi dari setiap unit darah.3
b. Kelebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru.
Hal
ini
dapat
terjadi
bila
terlalu
banyak
cairan
yang
23
c. Reaksi anafilaksis
Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin
dalam plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi
dan vasokonstriksi pada resipien tertentu. Selain itu, defisiensi
IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat. Hal itu
dapat disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA.
Reaksi ini terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan
ditandai
dengan
syok
(kolaps
kardiovaskular),
distress
paru
akut
disebabkan
oleh
plasma
donor
yang
gejala
hemoglobinuria.
dan
tanda
Reaksi
demam,
hemolitik
anemia,
lambat
yang
ikterik
dan
berat
dan
24
trombosit
yang
kompatibel
dengan
antibodi
pasien.3,11
c. Penyakit graft-versus-host
Komplikasi ini jarang terjadi namun potensial membahayakan.
Biasanya terjadi pada pasien imunodefisiensi, terutama pasien
dengan
transplantasi
sumsum
tulang;
dan
pasien
untuk
meminimalkan
akumulasi
besi
dan
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi Kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
2. Gary, R Strange, William R, Steven L, 2002, Pediatric Emergency
Medicine, 2nd edition. Boston: Mc Graw Hill, halaman: 527-529.
27
3. WHO. The clinical use of blood: handbook. Geneva, 2002. Didapat dari
URL:http://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/
English/Handbook.pdf. Nhlbi.nih.gov. What is a blood transfusion. July
1st,2009.
Available:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-
What
is
blood
transfusion.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bt/.
July
1st,2009.
Accessed
Available:
on:September
20th,2011.
5. Boediwarsono, Soebiandiri, Sugianto et al. 2007. Transfusi Darah dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Dr. Soetomo
Surabaya. Surabaya: Airlangga University Press. pp:187-92
6. Djoerban, Zubairi. 2009. Dasar-dasar transfuse darah, dalam Buku ajar Ilmu Penyakit
dalam FK UI. Ed IV. Jakarta; Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
7. Hewitt PE, Wagstaff W. 1995. Donor darah dan Uji Donor darah. Dalam : Contreras
M,Ed. Petunjuk Penting Transfusi (ABC of Transfusion), edisi ke-2; alih bahasa Oswari
J. Jakarta : EGC;1-4
8. Contreras M, Mollison PI. Uji Sebelum Transfusi dan Kebijakan Pemesanan darah.
Dalam : Contreras M,Ed. Petunjuk Penting transfusi (ABC of Transfusion) Edisi ke-2,
alih bahasa Oswari J, Jakarta : EGC, 5-8.
9. Davies SC, brozovic M. Transfusi Sel darah Merah. Dalam Contreras M, Ed. Petunjuk
Penting transfusi (ABS of Transfusion) Edisi ke-2. Alih Bahasa Oswari. Jakarta: EGC, 914
10. Blumberg N, Heal J, Chuang C, Murphy P, Agarwal M. Further evidence supporting a
cause and effect relationship between blood transfusion and earlier cancer recurrence.
Ann Surg 1988;207:410-5.
11. National Blood Users Group. A guideline for transfusion of red blood cells in surgical
patients. Irlandia, Januari 2001. Didapat dari
URL: http://www.doh.ie/pdfdocs/blood.pdf.
12. Panitia Medik Transfusi RSUP Dr. Soetomo. Pedoman pelaksanaan transfusi darah dan
komponen darah. Edisi 3. Surabaya: RSUP Dr. Soetomo-Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; 2001. h. 18-31.
13. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Perioperative blood transfusion for elective
surgery: a national clinical guideline. Skotlandia, Oktober 2001. Didapat dari URL:
http://www.sign.ac.uk
28