You are on page 1of 11

MAKALAH

MIOMA UTERI

DISUSUN OLEH:
SEETHA GOVINDARAJU
FK USU
110100429
PENGUJI:
dr SYAMSUL ARIFIN NST, Sp.OG.K

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD Dr Pringadi
MEDAN
2016

MIOMA UTERI
Definisi
Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan iaitu lapisan terluar perimetrium,
lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium. Miometrium adalah
yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang
sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam
keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos
dari myometrium dipanggil leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka ianya sering
dipanggil sebagai fibroid. Mioma uteri juga adalah berasingan, bulat, berbatas tegas, warna putih
hingga merah jambu pucat, bersifat jinak dan terdiri dari otot polos dengan kuantiti jaringan
penghubung fibrosa yang berbeda-beda. Sebanyak 95% mioma uteri berasal dari corpus uteri dan
lagi 5% berasal dari serviks. Mioma uteri juga adalah tumor pelvis yang sering terjadi dan
diperkirakan sebanyak 10% kasus ginekologi umumnya. Neoplasma jinak ini mempunyai
banyak nama sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, fibroid
atau pun mioma uteri.1,2

Klasifikasi5
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus dan hanya 1-3%, sisanya adalah dari
korpus uterus. Maka pembagian menurut letaknya dapat kita dapati sebagai:
1. Mioma submukosum: berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks dan dipanggil myomgeburt
2. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium
3. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga
disebut wandering/parasitic fibroid.

Etiologi & Patofisiologi


Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori
yang berpendapat:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat
pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh
estrogen.
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka
patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang
menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan
glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler.
Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari
miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal.
Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor. Mioma uteri
mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena
pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu
yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma
biasanya banyak.5
Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat
menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi.Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian
darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri
dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang
berlebihan sehingga terjadi anemia.2
Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga
kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.
Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun
diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya namun
konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan
aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang
terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara
down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan
meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.1,2

Gambaran Klinik1,2,5
Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik uteri, penderita
tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa mereka mengandung satu tumor dalam uterus.
Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural, submucous) digolongkan
sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga
terjadi metroragia. Antara penyebab perdarahan ini adalah:
-pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium
-permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa
-atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
-miometrium tidak dapat berkontraksi optimal kerana adanya sarang mioma di antara serabut
miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik
Disebabkan permukaan endometrium yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan mioma, maka
lebih banyak dinding endometrium yang terhakis ketika menstruasi dan ini menyebabkan
perdarahan abnormal. Walaupun menstruasi berat sering terjadi tetapi siklusnya masih tetap .
Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan perdarahan abnormal ini dapat
menyebabkan anemia defisiensi besi.Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan
mioma uteri dengan atau tanpa perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita dengan
perdarahan abnormal secara bermakna menderita mioma intramural (58% banding 13%) dan
mioma submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang
asimtomatik.
2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah
Dapat terjadi jika :
a. Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c. Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d. Terjadi degenerasi merah
3. Tanda-tanda penekanan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Tekanan bisa
terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan
terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap uretes bisa
menyebabkan hidro uretre
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau menekan pors interstisialis tubae;
mioma submukosum memudahkan terjadinya abortus.

Faktor Risiko2
1. Usia penderita
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an; tetapi, ianya masih
tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi adalah disebabkan peningkatan formasi
atau peningkatan pembesaran secara sekunder terhadap perubahan hormon pada waktu usia
begini. Faktor lain yang bisa mengganggu insidensi sebenar kasus mioma uteri adalah kerana
dokter merekomendasi dan pasien menerima rekomendasi tersebut untuk menjalani histerektomi
hanya setelah mereka sudah melepasi usia melahirkan anak.
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita
yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita
menopause pada kadar yang rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di bawah 10 tahun)
dijumpai peningkatan resiko dan menarke lewat (usia setelah 16 tahun) menurunkan resiko untuk
menderita mioma uteri.
3.Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai
peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita
tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat
keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF- (a
myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai
riwayat keluarga penderita mioma uteri.
5.Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma uteri adalah
setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan indeks massa
tubuh. Temuan yang sama juga turut dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak
tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi androgen adrenal kepada
estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan
estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi
mioma uteri dan pertumbuhannya.
5.Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan pemakanan
seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan
sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana studi ini
tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar informasi sahaja dan juga
tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma
uteri.
6. Kehamilan dan paritas
Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Mioma uteri menunjukkan
karakteristik yang sama dengan miometrium yang normal ketika kehamilan termasuk
peningkatan produksi extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor untuk peptida dan

hormon steroid. Miometrium postpartum kembali kepada berat asal, aliran darah dan saiz asal
melalui proses apoptosis dan diferensiasi. Proses remodeling ini berkemungkinan
bertanggungjawab dalam penurunan saiz mioma uteri. Teori yang lain pula mengatakan
pembuluh darah di uterus kembali kepada keadaan atau saiz asal pada postpartum dan ini
menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya nutrisi untuk terus membesar.
Didapati juga kehamilan ketika usia midreproductive (25-29 tahun) memberikan perlindungan
terhadap pembesaran mioma.
Patologi Anatomi1,5
Gambaran histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut:
Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai, pada
penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik di
dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan
bertaburan pada uterus dengan saiz yang berbeda-beda.
Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah:
1. Atrofi:
Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi Hialin:
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur
aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau sebagian kecil daripadanya seolaholah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi Kistik:
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, di mana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga
terbentuk ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas
dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dengan kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu (Calcireous Degeneration):
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah (Carneous Degeneration):
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis terjadinya diperkirakan
kerana suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah bewarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan
6.Degenerasi lemak
Jarang terjadi dan merupakan lanjutan degenerasi hialin

Diagnosa Mioma Uteri2,5


Dapat ditegakkan dengan:
1. Anamnesis:
Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan penderita seringkali mengeluh rasa
berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada
nyeri.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang umumnya terletak di garis
tengah atau pun agak ke samping,seringkali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat
mempunyai tangkai yang berhubung dengan uterus (Prawirohardjo, 2007).
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Ultra Sonografi (USG): mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi
transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma kebiasaanya adalah
simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan anechoic.
Universitas Sumatera Utara
b) Magnetic Resonance Imagine (MRI): lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu
menentukan saiz, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan
mioma submukosa di dalam dinding miometrium.
Penatalaksanaan Mioma Uteri
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak
membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil
dan tidak menimbulakan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan
setiap 3-6 bulan.
Penanganan mioma uteri menurut usia,paritas,lokasi dan ukuran tumor terbagi kepada:
1. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil yang
baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah mengurangi
ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Pemberian GnRH
agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor
sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang lainnya seperti
kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak
mengurangi ukuran mioma uteri.2
2. Terapi pembedahan4
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians and
Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah
a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
b. Sangkaan adanya keganasan
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
d. Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
g. Anemia akibat perdarahan

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi atau histerektomi.


1. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma sahaja tanpa pengangkatan uterus.
Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan funsi reproduksinya dan
tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi ini dikerjakan kerana
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan
laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma
dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih
luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan
miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko
terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien,
disamping masa penyembuhan paska operasi lebih lama, sekitar 4-6 minggu.3
Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang
terletak pada kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar
2 hari. Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada dinding uterus,
ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.2
Miomamektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang
bertangkai diluar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma
subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat dengan tehnik ini.
Keunggulan laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2-7 hari. Resiko yang
terjadi pada pembedahan ini termasuk perlengketan, trauma terhadap organ sekitar seperti usus,
ovarium,rektum serta perdarahan.Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan
prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya.2
2. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih.
Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi
dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus
urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu. Tindakan histerektomi dapat
dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan
laparoskopi.1
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal
hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang
lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan
rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks, di mana kemungkinan
timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada
tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdaraahn paska operasi di
mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.1,3
Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginanm, dimana tindakan operasi tidak melalui
insisi pada abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur
operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang
mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka histerektomi pervaginam tidak terlihat

parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik. Selain itu kemungkinan
terjadinya perlengketan paska operasi lebih minimal dan masa penyembuhan lebih cepat dibandng
histerektomi abdominal.3
Histerektomi laparoskopi ada bermacam-macam tehnik. Tetapi yang dijelaskan hanya 2
iaitu; histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically assisted vaginal
histerectomy / LAVH) dan classic intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy
(CISH) tanpa colpotomy. Pada LAVH dilakukan dengan cara memisahkan adneksa dari dinding
pelvik dengan memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah, pemisahan
pembuluh darah uterina dilakukan dari vagina.3
CISH pula merupakan modifikasi dari STAH, di mana lapisan dalam dari serviks dan
uterus direseksi menggunakan morselator. Dengan prosedur ini diharapkan dapat mempertahankan
integritas lantai pelvik dan mempertahankan aliran darah pada pelvik untuk mencegah terjadinya
prolapsus. Keunggulan CISH adalah mengurangi resiko trauma pada ureter dan kandung kemih,
perdarahan yang lebih minimal,waktu operasi yang lebih cepat, resiko infeksi yang lebih minimal
dan masa penyembuhan yang cepat. Jadi terapi mioma uteri yang terbaik adalah melakukan
histerektomi. Dari berbagai pendekatan, prosedur histerektomi laparoskopi memiliki kelebihan
kerana masa penyembuhan yang singkat dan angka morbiditas yang rendah dibanding prosedur
histerektomi abdominal.3
Komplikasi
1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 70 % dari semua sarkoma uteri.
Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyongkonyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran.Kalau proses ini terjadi
mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan
nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada kemungkinan gangguan sirkulasi
dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

1. Apakah hormon yang berperan dalam pertumbuhan mioma uteri?


A. Estrogen
B. Androgen
C. Progesterone
D. Estrogen & Progestrone
2. Apakah jenis jenis mioma uteri?

A.
B.
C.
D.

Subendometrium,subparametrium,submiometrium
Submucosa,submural,intraserosa
Subserosa,submucosa,intramural
Intramucosa,subserosa,submiometrium

3. Kapan mioma uteri perlu mendapatkan rawatan?


I.
Perdarahan hebat
II.
Setelah menopause
III.
Infertilitas
IV.
Nyeri pelvik
A. I,II
B. I,II,III
C. I,II,IV
D. I,III,IV
4. Apakah operasi yang bisa dilakukan pada kasus mioma uteri?
A. Miomektomi
B. Saphingectomy
C. Miomektomi & Histerektomi
D. Kistektomi
5. Kenapa peningkatan hormon estrogen dapat memicu pertumbuhan mioma
uteri?
A. Karena hanya mioma sangat sensitif terhadap peningkatan hormon
estrogen
B. Karena reseptor progesteron lebih banyak pada mioma dibandingkan
dengan sekitarnya
C. Karena reseptor progesteron dan estrogen lebih banyak pada permukaan
mioma

You might also like