Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
-EMIR SURYA KAUTSAR
-RESKI AMALIAH
-FITRIAMA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pengetahuan
kita
terhadap
hadits
yang
begitu
minim
untuk
B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.Bagaimana pengertian inkar al-sunnah?
2.Bagaimana sejarah perkembangan inkar al-sunnah?
3.Bagaimana argumentasi kelompok inkar al-sunnah
4.Bagaimana bantahan ulama terhadap kelompok inkar al-sunnah?
5.Bagaimana perkembangan inkar al-sunnah di indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi Inkarus-Sunnah
Ingkar sunnah terdiri dari dua kata yaitu Ingkar dan Sunnah. Ingkar, Menurut
bahasa, artinya menolak atau mengingkari, berasal dari kata kerja, ankara-yunkiru.
Sedangkan Sunnah, menurut bahasa mempunyai beberapa arti diantaranya adalah,
jalan yang dijalani, terpuji atau tidak, suatu tradisi yang sudah dibiasakan dinamai
sunnah, meskipun tidak baik. Secara definitif Ingkar al-Sunnah dapat diartikan
sebagai suatu nama atau aliran atau suatu paham keagamaan dalam masyarakat Islam
yang menolak atau mengingkari Sunnah untuk dijadikan sebagai sumber sandaran
syariat Islam.1
Kata Ingkar Sunnah dimaksudkan untuk menunjukkan gerakan atau paham
yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadits atau sunnah sebagai
sumber kedua hukum Islam.2
Menurut Imam Syafii, Sunnah Nabi saw ada tiga macam:
1. Sunnah Rasul yang menjelaskan seperti apa yang di nash-kan oleh al-Quran.
2. Sunnah Rasul yang menjelaskan makna yang dikehendaki oleh al-Quran.
Tentang kategori kedua ini tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama.
3. Sunnah Rasul yang berdiri sendiri yang tidak ada kaitannya dengan al-Quran.
B.Sejarah perkembangan inkar al-sunnah
1. Ingkar Sunnah Pada Masa Periode Klasik
1 M. Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits, (Jakarta :Gaung Persada Pressta, 2008) hal:
200
2 Suyitno, Studi Ilmu-Ilmu Hadits, (Palembang : IAIN Raden Fatah Press, 2006) Hal : 275.
Pertanda munculnya Ingkar Sunnah sudah ada sejak masa sahabat, ketika
Imran bin Hushain (w. 52 H) sedang mengajarkan hadits, seseorang menyela untuk
tidak perlu mengajarkannya, tetapi cukup dengan mengerjakan al-Quran saja.
Menanggapi pernyataan tersebut Imran menjelaskan bahwa kita tidak bisa
membicarakan ibadah (shalat dan zakat misalnya) dengan segala syarat-syaratnya
kecuali dengan petunjuk Rasulullah saw. Mendengar penjelasan tersebut, orang itu
menyadari kekeliruannya dan berterima kasih kepada Imran.
Sikap penampikan atau pengingkaran terhadap sunnah Rasul saw yang
dilengkapi dengan argumen pengukuhan baru muncul pada penghujung abad ke-2
Hijriyah pada awal masa Abbasiyah.3
Pada
masa
ini
bermunculan
kelompok
ingkar
assunnah.Menurut imam Syafii ada tiga kelompok ingkar as-sunnah
seperti
telah
dijelaskan
di
atas.
Antara
lain:
a) Khawarij
Dari sudut kebahasaan, kata khawarij merupakan bentuk
jamak dari kata kharij yang berarti sesuatu yang keluar. Sementara
menurut pengertian terminologis khawarij adalah kelompok atau
golongan yang pertama keluar dan tidak loyal terhadap pimpinan
yang sah. Dan yang dimaksud dengan khawarij disini adalah
golongan tertentu yang memisahkan diri dari kepemimpinan Ali bin
Abi Thalib r.a.
Ada sumber yang mengatakan bahwa hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh para sahabat sebelum terjadinya fitnah yang
mengakibatkan terjadinya perang saudara. Yaitu perang jamal
(antara sahabat Ali r.a dengan Aisyah) dan perang Siffin ( antara
sahabat Ali r.a dengan Muawiyah r.a). Dengan alasan bahwa
sebelum kejadian tersebut para sahabat dinilai sebagai orang-orang
yang adil (muslim yang sudah akil-baligh, tidak suka berbuat
3 Ibid, hlm. 277.
b) Syiah
Kata syiah berarti para pengikut atau para pendukung.
Sementara menurut istilah ,syiah adalah golongan yang
menganggap Ali bin Abi Thalib lebih utama
daripada khalifah yang sebelumnya, dan berpendapat bahwa albhait lebih berhak menjadi khalifah daripada yang lain. Golongan
syiah terdiri dari berbagai kelompok dan tiap kelompok menilai
kelompok yang lain sudah keluar dari islam. Sementara kelompok
yang masih eksis hingga sekarang adalah kelompok Itsna
asyariyah. Kelompok ini menerima hadits nabawi sebagai salah
satu syariat islam. Hanya saja ada perbedaan nmendasar antara
kelompok syiah ini dengan golongan ahl sunnah (golongan
mayoritas umat islam), yaitu dalam hal penetapan hadits. Golongan
syiah menganggap bahwa sepeninggal Nabi SAW mayoritas para
sahabat sudah murtad kecuali beberapa orang saja yang menurut
c) Mutazilah
Arti kebahasaan dari kata mutazilah adalah sesuatu yang
mengasingkan diri. Sementara yang dimaksud disini adalah
golongan yang mengasingkan diri dari mayoritas umat islam karena
berpendapat bahwa seorang muslim yang fasiq tidak dapat disebut
mukmin atau kafir. Imam SyafiI menuturkan perdebatannya dengan
orang yang menolak sunnah, namun beliau tidak menjelaskan siapa
orang yang menolak sunah itu. Sementara sumber-sumber yang
menerangkan sikap mutazilah terhadap sunnah masih terdapat
kerancuan, apakah mutazilah menerima sunnah keseluruhan,
menolak keseluruhan, atau hanya menerima sebagian sunnah saja.
Kelompok mutazilah menerima sunnah seperti halnya umat islam,
tetapi mungkin ada beberapa hadits yang mereka kritik apabila hal
tersebut berlawanan dengan pemikiran mazhab mereka. Hal ini
tidak berarti mereka menolak hadits secara keseluruhan, melainkan
hanya menerima hadits yang bertaraf mutawatir saja.
Ada beberapa hal yang perlu dicatat tentang ingkar assunnah klasik yaitu, bahwa ingkar as-sunnah klasik kebanyakan
masih merupakan pendapat perseorangan dan ha itu muncul akibat
ketidaktahuan mereka tentang fungsi dan kedudukan hadist. Karena
itu, setelah diberitahu tentang urgensi sunnah, mereka akhirnya
menerimanya kembali. Sementara lokasi ingkar as-sunnah klasik
berada di Irak, Basrah.
4 M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa 1991, hlm. 141.
Kemudian surat al-Anam ayat 38 yang berbunyi: Tidaklah kami alpakan sesuatu
pun dalam al-Kitab
Menurut mereka kepada ayat tersebut menunjukkan bahwa al-Quran telah
mencakup segala sesuatu yang berkenaan dengan ketentuan agama, tanpa perlu
penjelasan dari al-Sunnah. Bagi mereka perintah shalat lima waktu telah tertera dalam
al-Quran, misalnya surat al-Baqarah ayat 238, surat Hud ayat 114, al-Isyra ayat 78
dan lain-lain.5
Adapun alasan lain adalah bahwa al-Quran diturunkan dengan berbahasa
Arab yang baik dan tentunya al-Quran tersebut akan dapat dipahami dengan baik
pula.
Argumen kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima hadits
Mutawatir.
Untuk menguatkan pendapatnya, mereka menggunakan beberapa ayat al-Quran
5 Syuhudi Ismail, Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya, Jakarta :
Gema Insani Press, hlm. 16.
Menurut mereka arti ayat tersebut adalah Siapakah yang benar haditsnya dari pada
Allah.
Kemudian surat al-Jatsiayh ayat 6:
Menurut mereka arti ayat tersebut adalah Maka kepada hadits yang manakah selain
firman Allah dan ayat-ayatnya mereka mau percaya.
Selain kedua ayat di atas, mereka juga beralasan bahwa yang disampaikan
Rasul kepada umat manusia hanyalah al-Quran dan jika Rasul berani membuat
hadits selain dari ayat-ayat al-Quran akan dicabut oleh Allah urat lehernya sampai
putus dan ditarik jamulnya, jamul pendusta dan yang durhaka. Bagi mereka Nabi
Muhammad tidak berhak untuk menerangkan ayat-ayat al-Quran, Nabi Hanya
bertugas menyampaikan.
C. Argumentasi Kelompok Ingkar As-Sunnah
Sebagai suatu paham atau aliran, ingkar as-sunnah klasik ataupun
modern memiliki argument-argumen yang dijadikan landasan
mereka. Tanpa argument-argumen itu, pemikiran mereka tidak
berpengaruh apa-apa. Argument mereka antara lain:
1. Agama bersifat konkrit dan pasti Mereka berpendapat bahwa
agama harus dilandaskan pada hal yang pasti. Apabila kita
mengambil dan memakai hadits, berarti landasan agama itu tidak
pasti. Al-quran yang kita jadikan landasan agama itu bersifat pasti.
Sementara apabila agama islam itu bersumber dari hadits , ia tidak
akan memiliki kepastian karena hadits itu bersifat dhanni (dugaan),
dan tidak sampai pada peringkat pasti.
2. Al-Quran sudah lengkap Jika kita berpendapat bahwa al-quran
masih memerlukan penjelasan, berarti kita secara jelas
mendustakan al-quran dan kedudukan al-quran yang membahas
segala hal dengan tuntas. Oleh karena itu, dalam syariat Allah tidak
mungkin diambil pegangan lain, kecuali al-quran.
3. Al-Quran tidak memerlukan penjelasan, justru sebaliknya al-
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
B.Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca agar lebih baik memahami
tentang inkar al-Sunnah supaya umat islam tidak terjerumus kedalam paham
tersebut,kemudian Sebaiknya pembahasan mengenai Sunnah nabawiyah tidak hanya
dilakukan oleh kalangan tertentu saja namun akan lebih baik apabila disosialisasikan
dan dikaji lebih mendetil lagi agar kita lebih jelas dalam membedakan mana hadist
yang shahih dan mana hadist yang palsu
DAFTAR PUSTAKA
Djamaluddin, Amin, Bahaya Ingkar Sunnah, Jakarta: Mahad ad-Dirasati alIslamiyah, 1986.
Ismail, Syuhudi, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa, 1991.
Ismail, Syuhudi, Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan pemalsunya,
Jakarta: Gema Insani Press.
SibaI, Mustafa, Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam, , Jakarta:
Pustaka Pirdaus, 1993.
Sulaiman, Noor, Antologi Ilmu Hadits, Cet. I, Pnerbit. Gaung Persada Press, Jakarta,
2008.
Suyitno, Studi Ilmu-Ilmu Hadits, Cet. I, IAIN Raden Fatah Press, Palembang, 2006.