Professional Documents
Culture Documents
pembentukan kepala. Pada akhir minggu ke-4, bagian pusat wajah terbentuk oleh stomodeum,
yang dikelilingi oleh pasangan pertama lengkung faring. Ketiga mudigah berusia 4 minggu,
dapat dikenali lima buah tonjolan mesenkim yaitu : (Sadler,T.W, 2000)
Lengkung faring pertama ( tonjolan tonjolan mandibula ), disebelah kaudal
stomodeum.
Lengkung faring kedua ( tonjolan tonjolan maksila ), terletak disebelah lateral
stomodeum.
Lengkung faring ketiga ( tonjolan tonjolan frontonasal ), suatu tonjolan yang agak
memebulat d isebelah kaudal stomodeum.
Lengkung faring keempat dan kelima yang unsur rawannya bersatu membentuk tulang rawan
thyroidea, cricoidea, corniculata, dan cuneiforme dari laring.
Lengkung pertama terdiri atas satu bagian dorsal, yang dikenal sebagai prominensia
maksilaris, yang meluas dibawah daerah mata, dan satu bagian ventral, prominensia
mandibularis atau tulang rawan Meckel. Pada perkembangan selanjutnya, tulang rawan
Meckel menghilang, kecuali dua bagian kecil diujung dorsal dan masing masing
memebentuk inkus dam malleus. Mesenkim prominensia maksilaris selanjutnya membentuk
premaksila, maksila, os zigomatikus, dan bagian os temporalis melalui penulangan
membranosa. Mandibula juga terbentuk melalui penulangan membranosa jaringan mesenkim
yang mengelilingi tulang rawan Meckel (Saddler,T.W, 2000).
Pada akhir minggu ke-4 , mulai tampak tonjolan tonjolan wajah yang terutama dibentuk
oleh mesenkim yang berasal dari krista neuralis dan terutama dibentuk oleh pasangan
lengkung faring pertama. Tonjolan maksila dapat dikenali disebelah lateral stomodeum dan
tonjolan mandibula disebelah kaudal stomodeum. Prominensia frontonasalis, yang dibentuk
oleh proloferasi mesenkim disebelah ventral vesikel otak, merupakan tepi atas stomodeum. Di
sisi kanan dan kiri prominensia frontonalis, muncul penebalan penebalan setempat dari
ektoderm permukaan, yaitu plakoda nasal (olfaktorius ), di bawah pengaruh induksi bagian
ventral otak depan (Sadler, T.W, 2000).
Selama minggu ke-5 plakoda plakoda hidung tersebut mengalami invaginasi
membentuk lobang hidung. Dalam hal ini, plakoda hidung ini membentuk suatu rigi jaringan
yang mengelilingi masing masing lobang dan memebentuk tonjolan hidung. Tonjolan yang
berada ditepi luar lubang adalah tonjolan hidung lateral dan yang berada ditepi dalam adalah
tonjolan hidung medial (Sadler, T.W, 2000).
Gambar 3. Permukaan frontal wajah. A. Mudigah lima minggu. B. Mudigah eman minggu
tonjol tonjol hidung berangsur angsur terpisah dari tonjol maksila oleh alur yang dalam.
Selama dua minggu selanjutnya, tonjolan maksila terus bertambah besar ukurannya. Serantak
dengan itu, tonjolan ini tumbuh kearah medial, sehingga mendesak tonjol hidung ke medial
ke arah garis tengah. Selanjutnya, celah antara tonjol hidung medial dan tonjol maksial
hilang, dan keduanya bersatu. Oleh karena itu bibir atas dibentuk oleh tonjolan hidung
medial dan kedua tonjol maksila itu. Tonjol hidung lateral tidak ikut dalam pembentukan
bibir atas. Bibir bawah dan rahang bawah dibentuk dari tonjolan mandibula yang menyatu
digaris tengah (Sadler, T.W, 2000)
Gambar 4. Aspek frontal wajah A. Embrio yang berusia tujuh minggu. Tonjol maksila telah
bersatu dengan tonjol medial B. Embrio yang berusia sepuluh minggu.
Mula mula, tonjol maksila dan tonjol hidung lateral terpisah oleh sebuah alur yang dalam,
alur nasolacrimal. Ektoderm ditantai alur ini membentuk sebuah tali epitel padat yang
melepaskan diri dari ektoderm dibawahnya. Setelah terjadi kanalisasi, tali ini membentuk
duktus nasolacrimalis ujung atasnya melebar untuk membentuk sacus lacrimalis. Seletah
lepasnya tali tersebut, tonjolan maksila dan tonjolan hidung lateral saling menyatu. Duktus
lacrimalis kemudian berjalan dari tepi medial ke meatus inferior rongga hidung ( Sedler, T.W,
2000).
Tulang pipi merupakan artikulasi dari tulang zigomatikus dan prosesus zigomatikus dari
tulang temporal. Pusat penulangan tersebut berasal dari membran lateral dan mengikuti
perkembangan dari mata pada akhir bulan kedua. Bentuk wajah orang dewasa dipengaruhi
oleh perkembangan sinus paranasale, conchae nasales dan gigi geligi ( Sadler, T.W, 2000 )
Palatum primer dan palatum sekunder terbentuk berdasarkan
perkembangan
maxillary
2
processes yang berkontribusi dalam perkembangan rahang atas dan bibir. Pada
sisi
inferior frontonasal prosessus akan muncul nasal (olfactory) placodes. Proliferasi
ektomesenkim pada tiap kedua sisi placode akan menghasilkan pembentukan
medial dan lateral nasal prosessus. Diantara pasangan prosessus tersebut terdapat
cekungan yaitu nasal pit yang merupakan primitive nostril.
14
Dari maxillary processes akan tumbuh dua shelflike yang disebut palatine
shelves. Palatine shelves akan terbentuk pada minggu ke-6. Kemudian pada
minggu ke-7, palatine shelves akan naik ke posisi horizontal di atas lidah dan
berfusi satu sama lain membentuk palatum sekunder dan dibagian anterior
penyatuan dua shelf ini dengan triangular palatum primer, terbentuklah foramen
insisif. Penggabungan kedua
palatine shelf dan penggabungan dengan palatum primer terjadi antara minggu ke11
Gambar 2.2 Aspek frontal dari wajah. A, Embrio 5 minggu. B, Embrio 6 minggu.
Tonjol nasal sedikit demi sedikit terpisah dari tonjol maxila dengan alur yang dalam. C,
Embrio 7 bulan. D, Embrio 10 bulan. Tonjol maksila berangsur-angsur bergabung dengan
lipatan nasal dan alur terisi dengan mesenkim. (Sumber: Langman J: Medical embriology,
ed 3, Baltimore, 1975, Williams & Wilkins.)
hubungan Cabum Nasi dan Cavum oris di belakang Palatum Primer disebut
Primitive Choanae.
Selain proses tersebut di atas, pada dinding Cavum Nasi terbentuk pula tonjolantonjolan yang disebut :
Concha Nasalis Superior
Concha Nasalisi Medius
Concha Nasalis Inferior
Dan dinding epitel atas Cavum Nasi (lapisan ectoderm) juga mengalami
diferensiasi membentuk serabu-serabu syafaf N, Olfaccorlus. Setelah palatun
sekunder kanan dan kiri selesai berfusi dengan septum nasi, maka terbentuklah
Cavum Nasi yang sempurna. Dengan demikian batas hubungan Cavum Nasi dan
Cavum Orls kini di belakang palatum sekunder dan disebut Definitive Chonchae.
Pada embrio minggu ke 6-7 dibentuk Glandula Parotis yang berasal dari jaringan
ektodermal berlokasi di tepi stomodeum. Sel-sel berpoliferasi membentuk tali
padat dan ujung bulat. Tali tersebut berkembang membentuk tumen dan
selanjutnya terbentuk duktus, sedangkan ujung yang bulat berdiferensiasi
membentuk acini (khusus menghasilkan saliva) yang akan mengeluarkan
secret.5
Glandula Submandibularis yang berasal dari jaringan endodermal berlokasi di
dasar mulut di latero-caudal lidah. Cara pembentukannya sama dengan GI.
Parotis. Glandula sublingualis berkembang agak akhir, juga berasal dari jaringan
endodermal sebagai multiple buds yang nantinya membentuk lobus mayor dan
lobus minor. Lokasinya di latero-caudal lidah.
EMBRIOLOGI
Proses pembentukan tulang frontonasal sesuai dengan perkembangan premaksila
sementara rongga palatum berasal dari sisa pembentukan tulang palatum. Rongga palatum
tumbuh ke arah medial sedangkan bagian lateralnya terhambat oleh pembentukan lidah.
Awalnya palatum berkembang ke arah vertikal kemudian ke bawah menuju dasar mulut. Pada
saat memasuki minggu ke 7 intrauterin terjadi transformasi rongga palatum. Mereka merubah
yang awalnya vertikal menjadi posisi horizontal. Penyatuan rongga palatum di kanan dan kiri
terjadi pada minggu ke 8,5 kehidupan intrauterin. Awalnya kedua rongga palatum dilapisi
oleh lapisan epitel, karena mereka bergabung, maka terjadilah degenerasi epitel dan terbentuk
jaringan penghubung antara rongga palatum dan terjadi hubungan antara rongga-rongga
palatum tersebut. Seluruh bagian palatum tidak melakukan perubahan dalam waktu yang
sama. Perubahan pertama terjadi pada area medial palatum sekunder posterior sampai ke
premaksila. Dari sini perubahan melanjut ke anterior dan posterior palatum. Pada daerah tepi
terjadi perubahan antara bagian bawah septum nasal dan membagi menjadi 2 bagian yaitu
nasofaring dan orofaring.15 Ossifikasi palatum terjadi pada minggu ke 8 kehidupan intrauterin
dengan tipe intramembranous, ossifikasi palatum sebagian besar berasal dari pembentukan
tulang maksilla namun baggian posterior palatum tidak terbentuk ossifikasi dan menjadi
palatum mole, sutura palatum pada bagian medial terbentuk 12-14 tahun.15
Secara embriologi ruge palatal terbentuk secara sempurna pada bulan ke 3
perkembangan intrauterin berasal dari jaringan ikat yang menutupi proses pembentukan
palatina pada tulang maksila. Pertumbuhan dan perkembangannya dikontrol oleh interaksi
timbal balik epitel-mesenkimal, dimana molekul matriks ekstraseluler dibentuk selama
pengembangannya.
Pada masa embrionik manusia, ruge palatal dapat dilihat dengan sangat jelas karena
memenuhi sebagian besar panjang lapisan palatum saat elevasi. Saat perkembangan
embrionik di tahap 550mm terdapat 5-7 tonjolan yang cenderung simetris dengan bagian
anterior menuju ke arah rafe mediana sedangkan bagian lainnya ke arah lateral. Menjelang
akhir kehidupan intrauterin, pola dari ruge menjadi lebih ireguler, bagian posterior
menghilang dan bagian anterior menjadi jelas dan padat.
Embriogenesis palatum dapat dibagi dalam dua fase terpisah yaitu pembentukan
palatum primer yang akan diikuti dengan pembentukan palatum sekunder. Pertumbuhan
palatum dimulai kira-kira pada hari ke-35 kehamilan atau minggu ke-4 kehamilan yang
ditandai dengan pembentukan processus fasialis. Penyatuan processus nasalis medialis
dengan processus maxillaries, dilanjutkan dengan penyatuan processus nasalis lateralis
dengan processus nasalis medialis, menyempurnakan pembentukan palatum primer.
Kegagalan atau kerusakan yang terjadi pada proses penyatuan processus ini menyebabkan
terbentuknya celah pada palatum primer.
Pembentukan palatum sekunder dimulai setelah palatum primer terbentuk sempurna,
kira-kira minggu ke-9 kehamilan. Palatum sekunder terbentuk dari sisi bilateral yang
berkembang dari bagian medial dari processsus maxillaries. Kemudian kedua sisi ini akan
bertemu di midline dengan terangkatnya sisi ini. Ketika sisi tersebut berkembang kearah
superior, proses penyatuan dimulai. Kegagalan penyatuan ini akan menyebabkan
terbentuknya celah pada palatum sekunder.
struktur ini berkembang cepat, lidah membesar dan berdiferensiasi tumbuh vertikal mengisi
kavum stomodealis primitivum. Pada minggu kedelapan sampai kesembilan, tulang palatum
meluas ke medial untuk berkontak pada midline menghubungkan anterior ke posterior
membentuk tulang palatum yang memisahkan hidung dan rongga mulut.
Jaringan-jaringan wajah, termasuk didalamnya bibir dan palatum berasal dari
migrasi, penetrasi, dan penyatuan mesenkimal dari sel-sel cranioneural kepala. Ketiga
penonjolan utama pada wajah (hidung, bibir, palatum) secara embriologi berasal dari
penyatuan processus fasialis bilateral. Secara embriologis palatum utama terdiri dari semua
struktur anatomi anterior ke foramen incisivus, disebut alveolus dan bibir atas. Palatum
sekunder didefinisikan sebagai sisa palatum di belakang foramen incisivus, dibagi dalam
palatum durum dan lebih ke belakang lagi merupakan palatum molle.
Gambar 2.3 Gambaran Frontal Kepala Embrio Usia 6 Minggu-10 Minggu. A,
Gambaran frontal embrio usia 6 1/2 minggu. Palatine shelves berada di posisi vertical
pada tiap sisi lidah. B, Gambaran ventral embrio usia 6 minggu. C, Gambaran frontal
kepala embrio usia 7 minggu. Lidah sudah bergerak turun dan palatine shelves
mencapai posisi horizontal. D, Gambaran ventral kepala embrio usia 7 minggu. E,
Gambaran frontal kepala embrio usia 10 minggu. Kedua palatine shelves sudah bersatu
satu sama lain juga dengan nasal septum. Sumber : Petterson. Contemporary Oral and
Maxillofacial
Surgery
2nd
Ed.1993.
hal-627.