You are on page 1of 30

Dr. Muttaqien Pramudigdo, Sp.

Bahasa merupakan sesuatu yang paling


kompleks dari perilaku yang ditunjukkan
oleh manusia, karena bahasa melibatkan
memori, belajar, keterampilan penerimaan
pesan, proses, dan ekspres.
Pemahaman
bicara dan bahasa adalah
tugas yang melibatkan sebagian besar
korteks serebri

Permasalahan bahasa dapat tampak dalam


bentuk language delay atau gangguan
dalam berbahasa
language delay perkembangan bahasa
secara normal yang terhambat
Afasia gangguan cara berbahasa

Area cerebrum yang mengintegrasi semua stimulus


ini menjadi kemampuan berbahasa area
Wernicke ujung posterosuperior girus temporalis
superior.

Hubungan antara area pendengaran + area


wernick interpretasi bahasa terhadap apa
yg didengar
Area asosiasi penglihatan + area wernick
pemahaman bahasa melalui apa yang
dibaca

MEKANISME BERBICARA

Wood (1971) Kehilangan kemampuan


untuk
bicara
atau
untuk
memahami
sebagaian atau keseluruhan dari yang
diucapkan oleh orang lain, yang diakibatkan
karena adanya gangguan pada otak.
Wiig dan Semel gangguan pada perolehan
bahasa yang disebabkan karena kerusakan
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
dalam memformulasikan pemahaman bahasa
dan pengguanaan bahasa

Afasia adalah suatu tanda klinis dan bukan


penyakit timbul akibat cedera otak atau
proses patologik pada area lobus frontal,
temporal atau parietal yang mengatur
kemampuan berbahasa
Cedera otak stroke, trauma, tumor otak
Efek samping dari obat fentonil

Manifestasi klinik

Afasia tidak lancar atau non-fluent


Afasia lancar atau fluent

Distribusi anatomi dari lesi yang bertanggung jawab bagi


defek
Sindrom afasia peri-silvian

Afasia Broca (motorik, ekspresif)


Afasia Wernicke (sensorik, reseptif)
Afasia konduksi

Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone)


Afasia transkortikal motorik
Afasia transkortikal sensorik
Afasia transkortikal campuran

Sindrom afasia subkortikal


Afasia talamik
Afasia striatal

Sindrom afasia non-lokalisasi


Afasian anomik
Afasia global

Gabungan pendekatan manifestasi klinis dengan lesi


anatomik

Bentuk
Afasia

Ekspresi

Komprehe
nsi verbal

Repetisi

Menamai

Komprehe
nsi
membaca

Komprehe
nsi
membaca

Lesi

Ekspresi
(Broca)

Tak lancar

Relatif

Terganggu

Terganggu

Bervariasi

Terganggu

Frontal

terpelihara

Inferior
posterior

Reseptif
(Wermicke)

Lancar

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Temporal
Superior
Posterior
(Area
Wernicke)

Global

Tak lancar

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Fronto
temporal

Konduksi

Lancar

Relatif

Terganggu

Terganggu

Bervariasi

Terganggu

terpelihara

Fasikulus
arkualtus,
girus
supramargin
al

Nominal

Lancar

Relatif

Terpelihara

Terganggu

Bervariasi

Bervariasi

terpelihara

Girus
angular,
temporal
superior
posterior

Transkortikal

Tak lancar

motor
Transkortikal

Relatif

Terpelihara

Terganggu

Bervariasi

Terganggu

terpelihara
Lancar

Terganggu

Peri

sylvian

anterior
Terpelihara

Terganggu

Terganggu

Terganggu

PerisylvianPo

Afasia terjadi akibat kerusakan pada area


pengaturan bahasa di otak area Broca dan
area Wernick
Area Broca (area 44 dan 45 Broadmann)
pelaksanaan motorik berbicara Lesi pada area
ini kesulitan dalam artikulasi tetapi penderita
bisa memahami bahasa dan tulisan
Area Wernicke (area 41 dan 42 Broadmann)
area sensorik penerima untuk impuls
pendengaran Lesi pada area ini penurunan
hebat kemampuan memahami serta mengerti
suatu bahasa
lesi pada area disekitarnya afasia transkortikal

Diagnosis afasia tanda dan gejala klinis


yang ditemukan pada pemeriksaan fisik dan
kejiwaan
pemeriksaan
tambahan
lainnya

mengetahui penyebab kerusakan otaknya.

Penderita bicara lancar, artikulasi dan


irama baik, tetapi isi bicara tidak bermakna
dan tidak dapat dimengerti artinya.
Gambaran klinisnya ialah
Keluaran bicara yang lancar
Panjang kalimat normal
Artikulasi dan irama bicara baik
Terdapat parafasia
Kemampuan memahami pendengaran
dan membaca buruk
Repetisis terganggu
Menulis lancar tadi tidak ada arti

Penderita menggunakan kalimat pendek dan


bicara dalam bentuk sederhana.
Gambaran klinisnya ialah
Pasien tampak sulit memulai bicara
Panjang kalimat sedikit (5 kata atau kurang per
kalimat)
Gramatika bahasa berkurang dan tidak kompleks
Artikulasi umumnya terganggu
Irama bicara terganggu
Pemahaman cukup baik, tapi sulit memahami
kalimat yang lebih kompleks
Pengulanan (repetisi) buruk
Kemampuan menamai, menyebut nama benda
buruk

lesi di daerah antara bagian belakang lobus


temporalis, lobus oksipitalis dan lobus
parietalis dari hemisfer kiri (dominan) yaitu
area Wernicke.
Gambaran klinik afasia Wernicke .

Keluaran afasik yang lancar


Panjang kalimat normal
Artikulasi baik
Prosodi baik
Anomia (tidak dapat menamai)
Parafasia fonemik dan semantik
Komprehensi auditif dan membaca buruk
Repetisi terganggu
Menulis lancar tapi isinya "kosong

Merupakan ketidakmampuan mengulangi


kata atau kalimat lawan bicara terutama
yang multisilabis (bersuku kata banyak).
Afasia konduksi kerusakan pada fasikulus
arcuata transmisi informasi dari daerah
Wernicke ke daerah Brocca
ditandai oleh gangguan berat pada repetisi,
kesulitan
dalam
membaca
kuat-kuat
(namun pemahaman dalam membaca baik),
gangguan dalam menulis, parafasia yang
jelas, namun umumnya pemahaman bahasa
lisan terpelihara.

Afasia jenis ini membuat penderita tidak


mampu menyebut nama benda yang dilihat,
angka, huruf, bentuk benda dan kata kerja
dari gambar yang dilihat
Letak lesinya tidak tentu tapi bisa di girus
angular dan temporal superior posterior
atau berada antara daerah Brocca dan
Wernicke
Gambaran klinik alasia anomik.

Keluaran lancar
Komprehensi baik
Repetisi baik
Gangguan (defisit) dalam menemukan kata.

Afasia transkortikal motorik (masuk afasia


non-fluent)
lesi di anterior atau superior dari area broca
klinik
afasia
motorik
Gambaran
transkortikal.
Keluaran tidak lancar (non fluent)
Pemahaman (komprehensi) baik
Repetisi baik
Inisiasi terlambat
Ungkapan-ungkapan singkat
Parafasia semantik
Ekholalia

Afasia transkortikal sensorik


lesi di area informasi dari nonbahasa area ke
cerebrum tidak bisa di transfer ke area
wernickes untuk diubah menjadi suatu bentuk
bahasa.
Gambaran klinik afasia sensorik transkortikal
Keluaran (output) lancar (fluent)
Pemahaman buruk
Repetisi baik
Ekholalia
Komprehensi auditif dan membaca terganggu
Defisit motorik dan sensorik jarang dijumpai
Didapatkan defisit lapangan pandang di
sebelah kanan.

Afasia transkortikal campuran


Penyebab anoksia sekunder terhadap
sirkulasi darah yang menurun henti
jantung, oklusi atau stenosis berat arteri
karotis, anoksia oleh keracunan karbon
monoksida dan demensia
Gambaran klinik afasia transkortikal
campuran
Tidak lancar (nonfluent)
Komprehensi buruk
Repetisi baik
Ekholalia mencolok

lesi di bagian posterior daerah girus ketiga frontal


dari hemisfer kiri (dominan) yaitu sekitar area
Brocca (area 44)

Ciri klinik afasia Broca:

bicara tidak lancar


tampak sulit memulai bicara
Kalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat)
pengulangan (repetisi) buruk
kemampuan menamai buruk
Kesalahan parafasia
Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan
memahami kalimat yang sintaktis kompleks)
Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks
Irama kalimat dan irama bicara terganggu

ditandai oleh tidak adanya lagi bahasa


spontan atau berkurang sekali dan menjadi
beberapa patah kata yang diucapkan secara
stereotipe
lesi luas yang merusak sebagian besar atau
semua daerah bahasa oklusi arteri
karotis interna atau arteri serebri media
pada pangkalnya.

Pemeriksaan pemahaman
bahasa lisan
Konversasi.
Suruhan.
Pilihan (ya atau tidak)

(komprehensi)

Repetisi
Mengulang kata sederhana banyak kata
Orang normal umumnya mampu mengulang
kalimat yang mengandung 19 suku-kata.
Afasia gangguan repetisi daerah perisylvian

Pemeriksaan menamai dan menemukan


kata
Kesulitan menemukan kata erat kaitannya dengan
kemampuan menyebut nama (menamai) anomia.

Pemeriksaan sistem berbahasa


Bicara spontan, komprehensi (pemahaman), repetisi,
menamai, otak yang dominan (kidal atau tidak)

Pemeriksaan menggunakan tangan


(kidal atau tidak)
Pemeriksaan berbicara spontan

Apakah bicaranya pelo, cadel, tertegun-tegun,


disprosodik (irama, ritme,intonasi bicara terganggu).
Pada afasia sering ada gangguan ritme dan irama
(disprosodi).

Atasi penyebab (stroke, perdarahan akut,


tumor otak)
Rehabilitasi (terapi bicara)
Tujuan melatih sel-sel yang tidak
rusak menggantikan sel-sel yang telah
rusak
Dimulai 24 jam pasien stroke masuk
rumah sakit lalu dilakukan berkelanjutan
1-2 tahun post stroke
Yang diperlukan : motivasi, memberi
stimulasi, melakukan repetisi yang
kontinu

Dimulai seawal mungkin.


Dikatakan bahwa bina wicara yang diberikan pada
bulan pertama sejak mula sakit mempunyai hasil yang
paling baik.
Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik
(seperti isyarat).
Program terapi yang dibuat oleh terapis sangat
individual dan tergantung dari latar belakang
pendidikan, status sosial dan kebiasaan pasien.
Program terapi berlandaskan pada penumbuhan
motivasi pasien untuk mau belajar (re-learning)
bahasanya yang hilang.
Terapi dapat diberikan secara pribadi dan diseling
dengan terapi kelompok dengan pasien afasi yang lain.
Penyertaan keluarga dalam terapi sangat mutlak.

Afasia adalah suatu gangguan berbahasa


yang diakibatkan oleh kerusakan otak.
Afasia dapat timbul akibat cedera otak atau
proses patologik pada area lobus frontal,
temporal atau parietal yang mengatur
kemampuan berbahasa
Afasia diklasifikasikan berdasarkan
manifestasi klinis, Distribusi anatomi dari
lesi yang bertanggung jawab bagi defek,
Gabungan pendekatan manifestasi klinik
dengan lesi anatomik

You might also like