Professional Documents
Culture Documents
Bila netrofil dan makrofag menelan sejumlah besar bakteri dan jaringan
nekrotik, pada dasarnya semua netrofil dan sebagian besar makrofag akhirnya akan mati.
Sesudah beberapa hari, di dalam jaringan yang meradang akan terbentuk rongga yang
mengandung berbagai bagian jaringan nekrotik, netrofil mati, makrofag mati, dan cairan
jaringan. Campuran seperti ini biasanya disebut pus. Setelah proses infeksi dapat ditekan, selsel mati dan jaringan nekrotik yang terdapat dalam pus secara bertahap akan mengalami
autokatalisis dalam waktu beberapa hari, dan kemudian produk akhirnya akan diabsorpsi ke
dalam jaringan sekitar dan cairan limfe hingga sebagian besar tanda kerusakan jaringan telah
hilang.
4) Pengaruh dipijat dan diberi ramuan pada skeanrio
Di pijat dapat mengakibatkan penekanan pada tulang yang fraktur sehingga
memungkinkan tulang bergeser yang menyebabkan angulasi. Dalam keadaan tertentu dipijat
dapat terjadinya perdarahan pada pembuluh darah (compartement syndrome) yang
merupakan suatu keadaan akut jika tidak ditangani segera dapat mengancam jiwa (namun
pada pasien di skenario tidak terjadi hal tersebut), ramuan yang diberikan dapat menjadi
sumber infeksi, kemungkinan juga tangan dukun kotor sehingga kontaminasi mungkin terjadi
terjadi,
5) Penyebab luka lama sembuh
Adanya infeksi pada tempat fraktur dapat mengakibatkan timbulnya respon inflamasi
sehingga osteoblast yang seharusnya membentuk tulang mengalami penurunan fungsi yang
berdampak terhadap proses penyatuan fraktur.
6) Tatalaksana awal pasie di skenario
Pasien di istirahatkan
Pasang infuse untuk meresusitasi cairan
Pemberian antibiotik dan antitetanus
Melakukan debridement
Untuk menghilangkan nyerinya bisa di berikan analgesik
LO
ANATOMI EXTREMITAS ATAS
1. Otot lengan bawah
termasuk
Borrelia
burgdorferi
(penyakit
Lyme),
Mycobacterium
tuberculosis, Brucella, dan bakteri anaerob Clostridium dan Bacteroides. Organisme yang
tidak biasa menyebabkan infeksi secara umum tetapi bersimbiosis dengan penyakit
immunocomprimesed
seperti
jamur
(Blastomyces,
Cryptococcus,
Histoplasma,
Sporotrichum, dan Coccidioidomycoses) dan atipikal mikobakteri (kansasii, aviumintracellulare, fortuitum, triviale, dan scrofulaceum).
Peningkatan populasi immunocompromised karena penyebab iatrogenik
(misalnya, transplantasi organ) dan penyakit lain (misalnya, AIDS dan rheumatoid
arthritis) telah meningkatkan spektrum bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
muskuloskeletal. Beberapa bukti bahkan menunjukkan bahwa penyakit Paget merupakan
manifestasi lambat suatu infeksi tulang.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
OSTEOMIELITIS
Osteomielitis adalah merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan
struktur-struktur
disekitarnya
akibat
infeksi
dari
kuman-kuman
piogenik.
Infeksi
muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur
dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan
membahayakan jiwa.
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan
pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi
yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan
fibula. Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan tersering tibia diikuti oleh
femur, humerus, radius, ulna dan fibula. Bagian tulang yang terkena adalah bagian metafisis,
penyebab
tersering
adalah Staphylococcus
aureus (8990
%), Haemophillus influenza (24 %), Salmonella typhi dan Escheria coli (12 %)
Klasifikasi
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi
pada anak-anak daripada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi di dalam darah (osteomielitis hematogen).
2. Osteomielitis sub-akut, antara 14 hari sampai 3 bulan. Sedangkan osteomielitis kronik
merupakan infeksi tulang yang perjalanan klinisnya terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi
ini berhubungan dengan adanya nekrosis tulang pada episentral yang disebut
sekuester yang dibungkus involukrum.
3. Osteomielitis kronis, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi
pada tulang yang fraktur.
Osteomielitis Akut
Osteomielitis ialah suatu infeksi pada tulang dan medula tulang baik oleh karena
infeksi piogenik maupun non-piogenik seperti mikobakterium tuberkulosa. Dimana
penyebarannya dapat melalui eksogen maupun hematogen. Berikut penjelasan mengenai
osteomielitis hematogen akut:
Definisi
merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen
dimana mikroorganisme berasal dari fokus di tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
Epidemiologi
Etiologi
Faktor Risiko
Patofisiologi
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui 2 cara, yaitu:
1) Penyebaran Umum
a) Melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septikemia
b) Melalui embolus infeksi dan menyebabkan infeksi multifokal pada daerah lain
2) Penyebaran Khusus
a) Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
b) Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai bawah kulit
c) Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik
d) Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam
tulang terganggu. Hal ini mengakibatkan kematian tulang lokal dengan
terbentuknya tulang mati yang disebut 'sekuestrum'.
Teori perjalanan infeksi:
1) Teori Vaskular (Trutea)
Nyeri tekan
Gangguan pergerakan sendi karena pembengkakan sendi dan akan bertambah parah
bila terjaid spasme lokal. Gangguan ini juga bisa terjadi karena efusi oleh sendi atau
infeksi sendi (artritris septik)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
CRP meningkat
2.
3.
4.
5.
Komplikasi
Septikemia
Atritis Supuratif
Osteomielitis kronik
Prognosis
Prognosis yang baik sangat bergantung pada usia, diagnosis dini, serta tatalaksana
yang diberikan kepada pasien sesegera mungkin.
Gambaran Klinis :
-
Atrofi otot
Nyeri local
Sedikit pembengkakan
Dan dapat pula penderita menjadi pincang
Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin
berbulan-bulan.
Suhu tubuh penderita biasanya normal
Pemeriksaan labratorium :
-
Leukosit normal
LED meningkat
Pemeriksaan Radiologi :
Foto roentgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm, terutama pada daerah
metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang pada daerah diafisis tulang panjang.
Penataksanaan Osteomielitis subakut :
Pengobatan yang diberikan berupa pemberian antibiotik yang adekuat selam 6
minggu, apabila diagnosis ragu-ragu, maka dapat dilakukan biopsy dan kuretase.
Osteomielitis Kronis
Definisi
Osteomielitis (osteo berarti tulang, mielo berarti sumsum tulang dan itis berarti
inflamasi). Osteomielitis adalah peradang tulang, dan medulla tulang, akibat infeksi biasanya
oleh organisme piogenik, micobacteria atau fungus. Osteomilelitis adalah suatu radang
tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik walaupun agen infeksi lain juga dapat
menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan
sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum. Osteomielitis kronis umumnya
merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan
baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan
operasi pada tulang.
Epidemiologi
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat ditemukan pada
bayi dan infant. Anak laki laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi
infeksi tersering adalah didaerah metafisis tulang panjang femur, tibia, humerus, radius, ulna,
dan fibula. Daerah metafisis menjadi daerah sasaran infeksi diperkirakan karena : (1) daerah
metafisis merupakan daerah pertumbuhan sehingga sel sel mudanya rawan terjangkit
infeksi; (2) metafisis kaya akan rongga darah sehingga resiko penyebaran infeksi secara
hematogen juga meningkat; (3) pembuluh darah di metafisis memiliki struktur yang unik dan
aliran darah didaerah ini melambat sehingga kuman akan berhenti disini dan berproliferasi.
dan
blastomycosis
pada
daerah
endemic.
Seseorang
dengan
sistemik dan menyebabkan sepsis. Penyebaran kearah dalam akan menyebabkan infeksi
medula dan dapat terjadi abses yang akan mencari jalan keluar sehingga membentuk fistel.
Bagian tulang yang mati akan terlepas dari tulang yang hidup dan disebut sebagai sekuester.
Sekuester akan meninggalkan rongga yang secara perlahan membentuk dinding tulang baru
yang terus menguat untuk mempertahankan biomekanika tulang. Rongga ditengah tulang ini
disebut involukrum.
Manifestasi Klinik
Bentuk kronik dari osteomielitis seringkali timbul pada dewasa. Umumnya infeksi
tulang ini merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka, dan paling sering pada trauma
terbuka pada tulang dan jaringan sekitarnya. Biasanya terdapat riwayat osteomilitis
pada penderita. Nyeri tulang yang terlokalisir, kemerahan, dan drainase disekitar area yang
terkena seringkali timbul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus, fistel
atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan, deformitas, instabilitas, dan tanda-tanda dari
gangguan vaskularisasi, jangkauan gerakan, dan status neurologis . Mungkin dapat
ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar.
Penegakan Diagnosa
Diagnosis osteomyelitis berdasar pada penemuan klinis, laboratorium, dan radiologi.
Gold standar adalah dengan melakukan biopsi pada tulang yang terinfeksi untuk analisa
histologis dan mikrobateriologis
Pemeriksaan fisik sebaiknya berfokus pada integritas dari kulit dan jaringan lunak,
menentukan daerah yang mengalami nyeri, stabilitas abses tulang, dan evaluasi status
neurovaskuler tungkai.
Pemeriksaan laboratorium biasanya kurang spesifik dan tidak memberikan petunjuk
mengenai derajat infeksi. sedimentasi eritrosit (ESR) dan C-reactive protein (CRP)
meningkat pada kebanyakan pasien, akan tetapi leukosit hanya meningkat pada 35% pasien.
Terdapat banyak pemeriksaan radiologik yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi
osteomyelitis kronik; akan tetapi, tidak ada teknik satupun yang dapat mengkonfirmasi atau
menyingkirkan diagnosis osteomyelitis. Pemeriksaan radiologik sebaiknya dilakukan untuk
membantu konfirmasi diagnosis dan untuk sebagai persiapan penanganan operatif. Radiologi
polos dapat memberikan informasi berharga dalam menegakkan diagnosis osteomyelitis
kronik dan sebaiknya merupakan pemeriksaan yang pertama dilakukan. Tanda dari destruksi
kortikal dan reaksi periosteal sangat mengarahkan diagnosis pada osteomyelitis.
walaupun
negatif
palsu
telah
dilaporkan.
Pemindaian
dengan
Gallium
Antibiotic yang digunakan spesifik sesuai hasil kultur yang didapat berikut regimen terapi
sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
drainase dan irigasi secara kontinu selama beberapa hari. Adakalanya diperlukan
Komplikasi
Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut.
Infeksi yang terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan, kelemahan
dan amiloidosis. Osteomielitis kronik dapat menyebar ke organ-organ lain. Eksaserbasi akut
dapat dipersulit oleh efusi hebat ke dalam sendi di dekatnya atau oleh arhtritis purulenta.
Erosi terus-menerus dan kerusakan tulang yang progresif menyebabkan struktur tulang yang
kadang-kadang menyebabkan fraktur patologis. Sebelum penutupan epifiseal, osteomielitis
dapat menimbulkan pertumbuhan berlebihan dari tulang panjang akibat hiperemia kronis
pada lempeng pertumbuhan. Destruksi fokal dari suatu lempeng epifiseal dapat menimbulkan
pertumbuhan yang asimetrik. Jarang-jarang setelah terjadi drainase selama bertahun-tahun
pada jaringan yang terus-menerus terinfeksi timbul karsinoma sel skuamosa atau
fibrosarkoma.
Prognosis
Prognosisnya bermacam-macam tetapi secara nyata diperbaiki dengan diagnosis dini
dan terapi yang agresif. Pada osteomielitis kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih
besar. Ini biasanya disebabkan oleh tidak komplitnya pengeluaran semua daerah parut
jaringan lunak yang terinfeksi atau tulang nekrotik yang tidak terpisah.
SELULITIS
Definisi
Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi menyebar ke
dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma
dengan penyebab tersering Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus. Pada
anak usia di bawah 2 tahun dapat disebabkan oleh Haemophilus influenza, keadaan anak akan
tampak sakit berat, sering disertai gangguan pernapasan bagian atas, dapat pula diikuti
bakterimia dan septikemia. Terdapat tanda-tanda peradangan lokal pada lokasi infeksi seperti
eritema, teraba hangat, dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala sistemik seperti
demam dan peningkatan hitungan sel darah putih. Selulitis yang mengalami supurasi disebut
flegmon, sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe yang
disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus grup A disebut erisepelas. Tidak ada
perbedaan yang bersifat absolut antara selulitis dan erisepelas yang disebabkan oleh
Streptokokus. Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik.
Infeksi dapat menjadi berat dan menyebabkan infeksi seluruh tubuh jika terlambat dalam
memberikan pengobatan.
Gambar 1: Anatomy of Skin and Soft Tissues and Different Types of Skin and Soft-Tissue
Infection
Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus dan
Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah
Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan
Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah penyebab yang
jarang pada selulitis. Selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus diabetikum dan
ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran antara kokus gram positif dan
gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun
hematogen. Pada imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada
imunokopromais lebih sering melalui aliran darah. Onset timbulnya penyakit ini pada semua
usia.
Tabel 1: Etiologi Soft Tissue Infection (STIs)
Epidemiologi
Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia
dekade keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam
beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki peringkat
pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi tidak ada
hubungan dengan jenis kelamin.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi erisepelas dan selulitis adalah: kaheksia, diabetes melitus,
malnutrisi, disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang dapat menurunkan daya
tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang jelek. Selulitis umumnya terjadi akibat
komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara
mendadak pada kulit yang normal terutama pada pasien dengan kondisi edema limfatik,
penyakit ginjal kronik atau hipostatik.
Gejala Klinis
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk
ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran
perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan
demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai
limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal
(flegmon, nekrosis atau gangren).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan
malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color
(hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas
tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat
ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya
ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal berupa:
malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat, sebelum menimbulkan
gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan
patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri
tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau
sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.Lokasi selulitis pada anak
biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang dewasa paling sering di ekstremitas
karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah
obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk
glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis,
endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis
rekurens.
Patogenesis
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang yang menderita diabetes mellitus
yang pengobatannya tidak adekuat.
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan dan
menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna
barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel.
Edema kemerahan
Lesi
Nyeri tekan
Diagnosis
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada
pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak
jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita
biasanya demam dan dapat menjadi septikemia.
Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik dan sering
disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan septikemia. Lesi kulit
berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan
dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia Pada
pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung jenis
bergeser ke kiri.
Selulitis
Gejala prodormal
Daerah predileksi
genitalia
Makula eritematous : Eritema cerah
Tepi
: Batas tidak tegas
Penonjolan
: Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula
: Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema
: Edema
Hangat
: Tidak terlalu hangat
Fluktuasi
: Fluktuasi
Tabel 1. Gejala dan tanda selulitis
Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada sebagian besar
pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pencitraan
juga tidak terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan leukositosis pada
selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia juga bisa ditemukan pada toxin-mediated
cellulitis. ESR dan C-reactive protein (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang
membutuhkan perawatan rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan
Gram dan kultur darah tidak terlalu penting dan efektif.
Pengobatan
Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU IM
selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500 mg setiap 6 jam,
selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H. Influenza diberikan Ampicilin untuk anak (3
bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kg/d (150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa.
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus aureus penghasil
penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai
alternatif digunakan eritromisin (dewasa: 250-500 gram peroral; anak-anak: 30-50
mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari. Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450
mg/hari PO; anak-anak 16-20 mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain
eritromisin dan klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara oral
selama 7-10 hari.
Komplikasi
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada selulitis dapat
berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis pada wajah merupakan
indikator dini terjadinya bakteriemia stafilokokus beta hemollitikus grup A, dapat berakibat
fatal karena mengakibatkan trombosis sinus cavernpsum yang septik. Selulitis pada wajah
dapat menyebabkan penyulit intrakranial berupa meningitis.
ANALISIS SKENARIO
LENGAN BAWAHKU BERNANAH KARENA DITIUP DUKUN
Seorang pasien laki laki umur 25 tahun datang ke Poli Orthopaedi dengan luka di
lengan bawah kanan yang tidak sembuh sejak lama dan terlihat bengkok. Luka tersebut
panjang nya 1 cm dengan tepi luka berwarna kemerahan disertai bengkak, dari luka sering
keluar nanah. Luka tersebut terdapat pada lengan bawah bagian depan (ventral). Pada waktu
itu juga pasien tidak dapat menekuk ujung jari ke-2 dan ke-3 dan kulit terasa tebal disekitar
jari 2 dan 3. Luka tersebut timbul sejak 2 bulan lalu akibat kecelakaan lalu lintas, setelah
motor yang ditumpangi menabrak pohon kayu. Pasien pada waktu mengalami patah tulang
terbuka dengan panjang luka 2 cm, terlihat juga tendon yang putus. Pasien kemudian
dibawa ke dukun karena tidak berani ke dokter Puskesmas untuk diperiksa. Di dukun pasien
dirawat selama 1 minggu, dimana tiap harinya kaki pemuda tersebut dipijat dan ditiup ramuramuan.
Sekarang ini pasien merasakan lengan bawahnya masih bengkok, keluar nanah dan jika
tulang digerakkan akan terasa goyang. Setelah pemeriksaan di Poli RSUP NTB Pasien
rencananya akan di masukkan Rumah Sakit untuk dilakukan tindakan operasi pembersihan
luka.
Analisa Skenario :
luka terbuka. Tendon berfungsi untuk menghubungkan tulang dan otot, kerusakan
osteomielitis kronik.
Pada waktu itu juga pasien tidak dapat menekuk ujung jari ke-2 dan ke-3 dan kulit
terasa tebal disekitar jari 2 dan 3. Keluhan ini timbul akibat adanya gangguan
neurovascular pada pasien. Pada pasien yang mengalami fraktur, saat pemeriksaan
fisik, pemeriksaan neurovascular merupakan pemeriksaan yang penting. Pada lengan
bagian bawah atau antebrachii didapatkan 3 persarafan yaitu nervus radialis,
medianus dan ulnaris. Pada pasien ini telah terjadi kerusakan pada nervus medianus.
Pasien kemudian dibawa ke dukun karena tidak berani ke dokter Puskesmas untuk
diperiksa. Di dukun pasien dirawat selama 1 minggu, dimana tiap harinya kaki
pemuda tersebut dipijat dan ditiup ramu-ramuan. Pemijatan dan penahan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan neurovaskuler pada pasien. Pemberian ramuan
dapat memungkin terjadinya infeksi pada pasien, karena ramuan yang diberikan oleh
dukun belum dapat dipastikan kandunggan dan manfaatnya secara klinis bagi pasien.
Sekarang ini pasien merasakan lengan bawahnya masih bengkok (angulasi), keluar
nanah dan jika tulang digerakkan akan terasa goyang. Hal ini bisa diakibatkan karena
fraktur pasien yang belum sembuh sehingga tulang pasien terasa goyang, keluarnya
memilih osteomielitis)
Diagnosis dari kelompok kami adalah : Osteomielitis Kronik. Hal ini didasarkan
pada beberapa alasan antara lain : pada pasien didapatkan manifestasi klinis berupa
keluarnya sinus dengan riwayat terjadinya fraktur terbuka. Gejala lainnya jika
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yang dapat timbul pada oseteomielitis kronik
antara lain : ada sinus, demam, nyeri (sulit untuk menggerakan bagian yang sakit),
ada tanda sclerosis tulang, penebalan periosteum, elevasi periosteum dan adanya
sekuesterum (hal ini bisa dilihat dari radiologi), pada laboratorium bisa didapatkan
peningkatan LED, leukositosis.
Rasjad, Chairuddin. 2012. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, cetakan ke-VII. Jakarta : Yarsif
Watampone. Hal: 133-137.
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2008
Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New York:
McGrawHill: 2008