Professional Documents
Culture Documents
54
PENDAHULUAN
Persalinan
merupakan
suatu hal yang alamiah bagi ibu
hamil, sehingga dalam menjalani
persalinan sangat diperlukan
kondisi kesehatan yang prima.
Kondisi yang sehat bagi ibu
bersalin
dapat
memberikan
dampak yang baik bagi ibu dan
janin. Pada saat proses persalinan
kadang ibu mengeluh merasakan
kesakitan
yang
berlebihan,
merasa kecapaian, nafsu makan
menurun, merasa takut, khawatir,
risau ataupun cemas. Keluhan
psikologis
ditandai
dengan
gejala-gejala
tingkah
laku
gelisah, sukar tidur, gugup, otot
tegang,
palpitasi
(jantung
berdebar keras) telapak tangan
dingin berkeringat, rasa tidak
aman, lekas terkejut dan banyak
mengeluh, bahkan sampai ada
yang berteriak-teriak (Sunaryo,
2004).
Keluhan-keluhan
fisiologis dan psikologis tersebut
dialami baik oleh para ibu yang
belum
pernah
mengalami
kehamilan atau baru akan
mengalami proses kehamilan
1
pertama (primigravida)
maupun
para ibu yang pernah mengalami
proses kehamilan lebih dari satu
kali (multigravida). Keluhankeluhan fisiologis dan psikologis
dapat berdampak pada proses
persalinan,
karena
otot-otot
sekitar panggul tegang, timbul
nyeri, mual ingin muntah, badan
lemas dan letih, sehingga dalam
kala pengeluaran tidak mampu
meneran (Sunaryo, 2004).
Sebagai tenaga kesehatan,
khususnya bidan yang langsung
55
56
57
58
59
b. Gejala-gejala kecemasan
Ramaiah (2003), menyatakan bahwa
gejala-gejala yang paling lazim
dialami oleh seseorang yang
mengalami kecemasan adalah :
1) Kejengkelan
umum
yang
dilanjutkan dalam bentuk rasa
gugup, jengkel, tegang dan rasa
panik yang berakibat keadaan tidak
bisa tidur, selama siang hari mudah
merasa lelah.
2) Sakit kepala dan gejala-gejala
ketegangan otot khususnya kepala
daerah
tengkuk
dan
tulang
punggung.
3) Gemeteran
seluruh
tubuh,
khususnya lengan dan tangan.
4) Aktivitas
sistem
otonomik
meningkat,
berakibat
keringat
bercucuran, khususnya ditelapak
tangan, wajah memanas dan
memerah.
Sensasi kecemasan sering dialami
oleh hampir semua manusia.
Perasaan cemas ditandai oleh rasa
ketakutan
yang
difus,
tidak
menyenangkan dan samar-samar,
seringkali disertai adanya gejala
otonomik. Kumpulan gejala tertentu
selama
mengalami
kecemasan
cenderung bervariasi dari orang satu
dengan orang lain. Kecemasan
cenderung
menghasilkan
kebingungan, distorsi persepsi yang
tidak hanya pada ruang dan waktu
tetapi pada orang serta anti suatu
peristiwa.
c. Sebab-sebab kecemasan
Penyebab
kecemasan
individu
meurut Ramaiah (2003), adalah :
1) Lingkungan mempengaruhi cara
berfikir dalam arti bahwa cara
berfikir
dipengaruhi
oleh
60
upaya
mempersiapkan
atau
mewaspadai segala sesuatu yang
mungkin akan terjadi dan harus
dihadapi.
Reaksi cemas pada kehamilan
ditandai dengan rasa cemas dan
ketakutan yang berlebihan, terutama
terhadap hal-hal yang masih
tergolong wajar. Kecemasan baru
terlihat
apabila
ibu
menggungkapkannya, karena gejala
klinik yang ada sangat tidak spesifik
umpamanya tremor, berdebar-debar,
kaku otot, gelisah dan mudah lelah.
Disamping itu juga dapat timbul
gejala-gejala somatik akibat dari
hiperaktifitas otonomi misalnya
sesak nafas, rasa dingin ditelapak
tangan, berkeringat, pusing dan rasa
mengganjal pada leher.
d. Tanda dan gejala atau cara
menilai kecemasan
Menurut Aside (1998), tanda dan
gejala yang timbul pada keadaan
cemas masing-masing terdiri dari 3
fase yaitu :
1) Fase I
Keadaan jiwa atau mood yang
berfariasi dari gelisah sampai panik
yang berlangsung terus menerus
atau rekuren. Walaupun berorientasi
kedepan, rasa kuatir dan rasa takut
pasti
ada,
tetapi
umumnya
berdasarkan pengalaman pada masa
lalu. Sering kali berupaya akan halhal yang menyakitkan sebagian
besar ditekan.
Keadaan fisik tubuh mempersiapkan
diri untuk fight or flight, berjuang
untuk melawan atau melarikan diri
dari keadaan secepatnya. Pada fase
ini tubuh berasa tidak enak sebagai
akibat peningkatan sekresi hormon
adrenalin dan non adrenalin. Maka
pada fase ini akan didapatkan tanda
dan gejala sebagai berikut :
61
3) Kecemasan berat
Wawasan
persepsi
terhadap
lingkungan sangat menurun hanya
menfokuskan hal-hal yang khusus
saja dan tidak mampu berfikir lebih
berat lagi, tidak mampu melakukan
tindakan dan harus selalu disuruh
dan diatur. Pada tahap ini
prilakunya
ditujukan
untuk
mengurangi
kecemasan.
Pada
kecemasan berat tampak tremor
pada jari-jari tangan, mata melebar
dan bibir terasa kering.
4) Panik
Serangan panik berupa manifestasi
periode-periode
jelas
dari
kecemasan dan ketakutan dan
sekurang-kurangnya terdapat empat
dari gejala-gejala dibawah ini yang
muncul pada setiap serangan : sesak
nafas,
jantung
berdebar-debar.
Nyeri atau rasa tidak enak didada,
rasa tercekik atau sesak, pusing,
vertigo atau perasaan melayang,
perasaan seakan-akan diri atau
lingkungan tak realistic, kesemutan
(parestesia), rasa aliran panas
dingin (hot and cold flashes),
berkeringat banyak, rasa akan
pingsan, menggigil atau gemetar,
merasa takut mati, takut jadi gila
atau khawatir akan melakukan
sesuatu
tindakan
secara
tak
terkendali selama serangan.
f. Respon/reaksi dari kecemasan
1) Respon
fisiologis
terhadap
cemas
62
Sistim
kardiovaskuler,
sistim
pernafasan, sistim neurovaskuler,
sistim
gastrointestinal,
sistim
urinaria.
2) Respon prilaku, kognitif dan
afektif
a) prilaku : gelisah, ketegangan
fisik, tremor, gugup, bicara cepat,
kurang
koordinasi,
cenderung
mendapat cidera, menarik diri dari
hubungan
interpersonal,
menghalangi/menarik
diri
dari
masalah, menghindar.
b) Kognitif : perhatian terganggu,
konsentrasi buruk, pelupa, salah
dalam
memberikan
penilaian,
hambatan berfikir, bidang persepsi
menurun, produktivitas menurun,
bingung, sangat waspada, kesadaran
diri
meningkat,
kehilangan
objektivitas,
takut
kehilangan
kontrol, takut pada gambaran visual,
takut cidera atau kematian.
c) Afektif : mudah terganggu, tidak
sabar, tegang, nervus, ketakutan,
gugup dan gelisah.
g. Faktor predisposisi cemas
1) Teori psikonalitik : ansietas
(konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian)
yaitu antara id dan super-ego.
2) Teori interpersonal : ansietas
timbul dari rasa takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal.
3) Teori
prilaku
:
ansietas
merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan
seseorang
untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Kajian keluarga : gangguan
ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga.
5) Kajian
biologis
:
otak
mengandung reseptor khusus yang
dapat membantu mengatur ansietas
h. Cara
menguji/menilai
kecemasan
Tambunan (2002) berpendapat ;
Untuk mengukur tingkat kecemasan
adalah kuesioner dari Analog
Anxiety Scale (AAS). Analog
Anxiety Scale (AAS), adalah
instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat kecemasan yang
dikembangkan oleh Kelompok
Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ)
yang merupakan modifikasi dari
Hamilton Rating Scale For Anxiety
(HRS-A). HRS-A merupakan suatu
skala State anxietas yang standar
dan diterima secara internasional.
Penilaian AAS mencangkup 6
gejala psikis kecemasan, yaitu:
cemas, tegang, takut, insomnia,
kesulitan atau gangguan intelektual,
perasaan depresi atau sedih, dengan
rentang nilai antara 0 sampai
dengan 100. Responden diminta
untuk memberi tanda pada kertas
bergaris untuk menunjukkan tingkat
kecemasan yang dialaminya. Angka
0
(nol),
menunjukkan
titik
permulaan atau keadaan tidak
mengalami gejala sama sekali,
sedangkan angka 100 (seratus)
menunjukkan keadaan ekstrim yang
luar biasa.
Adapun 6 item pertanyaan tentang
kecemasan tersebut meliputi:
1) Cemas
Tariklah garis antara 0 100 untuk
keadaan cemas. Tanda 0 berarti
sama sekali tidak terdapat perasaan
cemas, gelisah, perasaan tidak
menentu, gugup.
Tanda pada angka 100 bila merasa
cemas yang luar biasa, atau gelisah
63
0 1
2 3 4 5 6 7 8 9 1
2) Tegang
Tariklah garis antara 0 100 untuk
tegang. Tanda 0 berarti sama sekali
tidak tegang. Tanda 100 berarti
sangat tegang, tanda-tandanya:
jantung berdebar-debar, nafas cepat
dan pendek, dada terasa sesak, perut
melilit, jari-jari gemetar, suara agak
berubah.
0 1
2 3 4 5 6 7 8 9 1
3) Takut
Tariklah garis antara 0 100 untuk
keadaan takut. Tanda 0 berarti sama
sekali tidak ada perasaan takut.
Tanda 100 berarti merasa takut luar
biasa, takut ini dapat berupa : takut
menghadapi orang banyak, takut
pada kesendirian, takut pada hal-hal
tertentu, ataupun suatu ketakutan
yang mengambang dan tidak
spesifik (tidak jelas), menyaksikan
hasil operasi (cacat, dan lain
sebagainya).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5) Kesulitan konsentrasi
Tariklah garis antara 0 100 untuk
keadaan kesulitan konsentrasi.
Tanda 0 berarti konsentrasi, daya
ingat, kecepatan untuk berfikir
sangat baik. Tanda 100 berarti
pelupa, kecepatan berfikir sangat
lambat,
mengambil
keputusan
lambat dan lain sebagainya.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
6) Depresi
Tariklah garis antara 0 100 untuk
keadaan depresi. Tanda 0 berarti
tidak depresi (tidak sedih berat),
atau bergembira, atau keadaan yang
cukup membesarkan hati. Tanda
100 berarti sangat depresi (sangat
sedih), atau sedang sedih sehingga
mudah menangis, menyesal, nafsu
makan berkurang, gairah kerja
menurun, letih, lesu dan ingin
bunuh diri.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
Pemberian skor untuk tingkat
kecemasan berdasarkan atas nilai
kumulatif dari 6 item pertanyaan
tentang gejala kecemasan yang
diberikan. Nilai kumulatif dari
jawaban pertanyaan tersebut di
kelompokkan sebagai berikut:
64
0 1
2 3 4 5 6 7 8 9 1
untuk
mengatasi
ancaman.
Kecemasan bisa berkurang apabila
kita memeriksa bukti-bukti yang ada
dan menemukan bahwa bahaya
yang kita hadapi tidak sebesar yang
kita pikirkan. Ketika terjadi
ancaman atau bahaya, penting sekali
untuk mengetahui strategi apa yang
paling tepat untuk mengatasi.
2) Latihan relaksasi
Latihan relaksasi dapat dibagi
menjadi
metode-metode
yang
terfokus pada relaksasi fisik dan
metode-metode yang terfokus pada
relaksasi mental. Ketika secara fisik
relaks maka mental juga akan relaks
dan ketika mental relaks, fisik akan
relaks juga. Latihan relaksasi dapat
mengurangi kecemasan. Hal ini
dapat dilakukan pada otot-otot dahi,
mata, leher, pundak, punggung atas,
bisep lengan bagian depan, tangan,
perut, kaki, pinggul, paha, pantat,
dan betis. Untuk setiap kelompok
otot dibuat tegang selama 5 detik
kemudian dibuat relaks selama 10
detik sampai 15 detik. Latihan
relaksasi yang kedua adalah
pengaturan nafas yaitu untuk
mendapatkan keseimbangan oksigen
dan karbondioksida, dengan cara
mengambil nafas dan mengeluarkan
nafas panjang, sama lamanya.
Menurut observasi bahwa banyak
orang yang bernafas pendek-pendek
atau tidak teratur ketika cemas atau
tegang akan menimbulkan tidak
seimbangnya
oksigen
dan
karbondioksida didalam tubuh yang
bisa menimbulkan gejala fisik
kecemasan.
3) Metode pemikiran
Metode pemikiran juga efektif
untuk
belajar
relaksasi
dan
menangani kecemasan. Pencitraan
meliputi visualisasi secara aktif
65
B. Hipotesa
Ada perbedaan tingkat kecemasan
ibu yang menjalani kehamilan
pertama (primigravida) dengan
tingkat kecemasan ibu yang
menjalani kehamilan lebih dari
satu kali (multigravida) dalam
menghadapi proses persalinan
kala I.
C. Metode
Penelitian ini menggunakan jenis
observasional analitik yang
bertujuan
untuk
meneliti
hubungan antara variabel faktor
resiko dan efek (Arief Tq, 2004).
Sedang
pendekatan
observasional analitik yang
digunakan adalah cross sectional
yaitu untuk memperoleh data
yang lebih lengkap yang
dilakukan dengan cepat.
Lokasi penelitian ini September Desember 2012 di Rumah
Bersalin Ngudi Saras Jaten
Kabupaten Karanganyar.
Populasi dalam penelitian ini
adalah Populasi penelitian ini
66
2012.
Anggota
masingmasing kelompok sampel
dipilih
ibu-ibu
yang
mengalami proses persalinan
kala I dengan jenis persalinan
normal. Setiap ibu yang
mengalami proses persalinan
kala I tersebut dijadikan
anggota
sampel
dan
kemudian diberi kuesioner
baku untuk mengukur tingkat
kecemasan.
Instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat kecemasan
adalah kuesioner dari Analog
Anxiety Scale (AAS). Analog
Anxiety Scale (AAS), adalah
instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat kecemasan
yang
dikembangkan
oleh
Kelompok
Psikiatri
Biologi
Jakarta (KPBJ) yang merupakan
modifikasi dari Hamilton Rating
Scale For Anxiety (HRS-A).
HRS-A merupakan suatu skala
State anxietas yang standar dan
diterima secara internasional.
Subjek
penelitian
didalam
mengisi kuesioner apakah dengan
jujur dapat diketahui dengan
menggunakan Lie Score yang
terdiri dari 15 pertanyaan yang
mengungkapkan
kekurangankekurangan kecil yang terdapat
pada setiap orang, yang baginya
tiada
alasan
untuk
menyembunyikannya.
Subjek
yang mempunyai skore diatas 10
dinyatakan tidak jujur dan
dikeluarkan dari penelitian. Skor
tinggi pada skala ini merupakan
indikator jawaban subjek atas
pertanyaan lain kurang dapat
dipercaya kebenarannyaAnalisis
Data.
Sugiyono,
2006
berpendapat : Statistik parametrik
67
t=
S1 S 2
+
n1 n2
Dimana :
X 1 : Rata-rata sampel 1 (ibu
primigravida)
X2
: Rata-rata sampel 2 (ibu
multigravida)
n1 : Jumlah sampel 1 (ibu
primigravida)
n2 : Jumlah sampel 2 (ibu
multigravida)
2
S1 : Varian sampel 1 (ibu
primigravida)
2
S1 : Varian sampel 2 (ibu
multigravida)
Langkah-langkah
analisis
data
penelitian adalah sebagai berikut
:
1. Melakukan
scoring
dan
tabulating jawaban kuesioner
primigravida
dan
multigravida. Skor jawaban
kuesioner primigravida diberi
kode 1 dan multigravida
dengan kode 2.
2. Menghitung nilai rata-rata
(Mean) dan nilai simpangan
baku (Standard Devisiasi)
skor
jawaban
kuesioner
primigravida
dan
multigravida.
3. Menghitung angka koefisien
atau nilai student - t.
4. Menentukan
derajad
kebebasan dengan rumus d.k.
= (N1 + N2) -2.
68
1
2
3
4
5
6
7
150
1
5
155
1
5
160
5
25
170
2
10
180
3
15
190
6
30
200
2
10
Tota
20
100
l
Sumber : Data Primer 2012
Hasil perhitungan uji t
(perhitungan terlampir pada
lampiran 10) adalah sebagai
berikut:
Pada taraf signifikan 5 %
dengan derajat kebebasan (dk)
= (N1 + N2) 2 = (20 + 20) 2
= 38, diperoleh t tabel = 2,024
Berdasarkan analisis statistik
didapatkan 5%, to : tt = 8,3373 >
2,024
Berarti signifikan, sehingga
hipotesis nol ditolak, hipotesis
alternatif diterima.
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui
perbedaan
tingkat
kecemasan ibu yang menjalani
proses
kehamilan
pertama
(primigravida)
dan
ibu
yang
menjalani proses kehamilan lebih
dari satu kali (multigravida). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan tingkat kecemasan antara
keduanya.
Berdasarkan
kriteria
tingkat kecemasan, nilai rata-rata
(mean) kecemasan dari kedua
kelompok menunjukkan bahwa nilai
rata-rata
kecemasan
kelompok
primigravida yaitu 250,50 termasuk
dalam
kategori
mengalami
kecemasan sedang dan untuk
kelompok multigravida dengan nilai
rata-rata kecemasan yaitu 176,25
termasuk
kategori
mengalami
kecemasan ringan.
69
70
tenang
sehingga
dapat
mengurangi kecemasan.
2. Bagi
ibu-ibu
hamil,
khususnya
primigravida
agar tidak segan-segan
menanyakan hal-hal yang
berhubungan
dengan
persalinan kepada tenaga
kesehatan, misalnya dokter
atau
bidan
untuk
mengurangi rasa cemas.
Demikian
pula
kepada
multigravida yang sudah
mempunyai
pengalaman
persalinan agar dapat tetap
meningkatkan rasa percaya
diri.
3. Bagi keluarga pasien, baik
ibu primigravida maupun
ibu multigravida diharapkan
mendampingi ibu pada saat
menjalani proses persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief
71
72