You are on page 1of 8
ARTIKI ASPEK PERILAKU PENDUDUK DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DESA HARGOWILIS, KECAMATAN KOKAP, KULONPROGO, D.E. YOGYAKARTA Siti Sapardiyah Santoso, Kenti Pendahuluan enyakit malaria merupakan penyakit di daerah tropis dan sub tropis pating utama yang disebabkan oleh parasit. Malaria juga penyebab kematian tertinggi untuk penyakit mentular di samping penyakit tuberkulosis, yaitu sekitar satu juta manusia tiap tahunnya, Malaria merupakan masalah Kesehatan di lebih dari 90 negara, dan endemis di sekitar 100 negara, termasuk Indonesia. " Berdasarkan SKRT tahun 1995, diperkirakan 15 juta penduduk Indonesia menderita mafaria, 30.000 di antaranya meninggal dunia. Beberapa wilayaht di Indonesia merupakan daerah endemis malaria, termasuk pulau Jawa yang merupakan daerah terpadat di Indonesia Malaria masih menjadi masalah penting di Indonesia disebabkanadanya_—_penurunan efektifitas penyemprotan menggunakan DDT, Plasmodium falciparum yang telah resisten tethadap chloroguin, dan juga aspek sosial budaya”. Salah satu aspek sosial budaya adalah perilake. Pengaruh perilaku di bidang kesehatan pada hakekatnya merupakan hasil dari berbagai latar belakang kejiwaan individu dan sosial seperti pengetahuan, sikap, kepercayaaan, keyakinan, nilar-nilai, dan lain-lain. ? Salah satu daerah endemis malaria di pulaw Jawa adalah daerah-Kokap, Kabupaten. Kulonprogo, D.1 Yogyakarta. Dart harian Suara Pembaruan tanggal 13 Juni 2000, menurut Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan Kulonprogo, pada tahun 1999 di seluruh Kulonprogo ada 2.305 penderita malaria dan paling banyak di daerah Kokap. Sedangkan pada harian Kompas tanggal 23 Februari 2002, terjadi wabah malaria yang —menimpa —sejumlah kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, termasuk kecamatan Kokap, dan menyebabkar sedikitnya 14 orang meninggal dan diperkirakan lebih dari * Puslithang Bkologi Kesehatan Priskarini 30.000 penduduk terkena wabah tersebut Dari penelitian yang pernah dilakukan di Kokap pada tahun 1998 oleh Indah dan Siti Sapardiyah”, diketahui bahwa tingkat pendidikan responden kebanyakan adalah rendah, bahkan ada yang tidak tamat sekolah, Dari hal ini dapat diduga bahwa tingkat pengetahuan teatang kesehatan sangat rendah. Hal ini sering terjadi di negara yang berkembang, sama dengan penelitian 4i Thailand dan Filipina. ° Pada penelitisn tahun 1998 itu, diketahui bahwa masyarakat mempunyai kebiasaan untuk mengembil ait pohon kelapa untuk membuat gula jawa setelah maghrib sampai pukul 23.00 tanpa memakai baju, dan langsung memasaknya pada ‘malam hari itu juga. Selain itu kebiasaan untuk bercakap-cakap antar penduduk —(ngobvol), pertemuan lingkungan dan mengambil air pada musim ering di mata air, yang semuanya dilakukan pada malam hari, Kebiasaan-kebiasaan tersebut turut andil dalam pemaparan penyakit ‘malaria di daerah tersebut. Berbagai upaya untuk mengatasi_per- masalahan penyakit malaria telah dilakukan, tetapi untuk daerah Kokap masih belum berhasil Sehingga perlu untuk meninjau bagaimana dengan perilaku masyarakat yang berhubungan dengan pemaparan penyakit malaria tersebut Adapun tujuan dari penelitian ini untuk ‘mendapatkan gambaran dan perubahan pengeta~ huan, sikap dan perilaku penduduk tentang penyakit malaria di desa Hargowilis (sebagai desa kontrol), walsupun tanpa intervensi Perla dijelaskan bahwa —tulisan— ini ‘mengangkat sebagian dari hasil_penelitian “Penyuluhan Yang Tepat Guna Untuk Penyakit Malaria di Daerah Endemis Malaria di Kokap, Kabupaten Kulonprogo, D.1 Yogyakarta” pada tahun 2002, Khususnya Desa Hargotirto sebagai Media Lithang Kesehatan Volume XII! Nomor 2 Tahun 2003 1 daerah intervensi dan Desa Hargowilis sebagai daerah kontrol, ” Bahan dan Cara Dalam perelitian ini, Desa Hargowilis merupakan daerah Kontrol, yaitu desa yang tidak dilakukan intervensi apa pun, Di Desa Hargowilis ingin diketabui apakah ada pengaruh peningkatan, pengetahuan, sikap dan perilaku penduduknya tentang malaria, dengan desa tetangga yang dibatasi dengan pegunungan, yaitu ‘Desa Hargotirto Di Hargotirto sebagai desa penelitian diberi si dengan buku panduan malaria yang kepada responden, dan dilakukan wawancara baik sebelum dan sesudah intervensi, Sedangkan desa Hargowilis sebagai desa kontrol (tidak diintervensi), responden terpilih diwawan- carai dua kali dan dilakukan bersamaan waktunya dengan pengumpulan data di desa Hargotirto, Responden yang diambil terditi dari empat (4) kelompok, yaitu bapak, ibu, remaja dan tokoh masyarakat (Toma). Responden tersebut dipilih, secara proporsional dan acak, dengan jumlsh responden 100 orang. Responden bapak sebanyak 40 orang, ibu sebanyak 40 orang, remaja 10 orang, dan Toma 10 orang. Pada penelitian ini juga dilakukan ji coba kuesioner, pre survai dan pelatihan pewawancara Pengolahan data dimulai dengan editing, entry data, selanjutnya dilekukan proses analisis, dan disajikan dalam bentuk Tabel dengan persentase. Hasil Data ini didapat dari 100 responden, yang dilakukan dua kali tanpa ada intervensi. Untuk Tabel 1 tentang karakteristik responden dan Tabel 2 tentang kepemilikan rumah, dinding rumah dan tempat buang air besar (BAB) hanya dilakukan satu kali wawancara arena dianggap dalam waktu empat bulan tidak ada perubahan yang, berarti dari responden tentang hal tersebut Tabel 1 - ee istik Responden _ Bapak | tow Toma Remaja Karakteristik _ [.N=40 (%) | N=40 (%) | N=10(%) | N=10 (%) | T. Pendidikan T 1. Tamat SD 34,8 30,0 30,0 2. Tamat SLTP 34,8 20,0 40,0 2 Taniat SLTA 15,0 30,0 20,0 2. Pekerjaan - Petani pemilik 39,6 40,0 63,6 | Penduduk asli 80.9 90,0 100,0 4, Status kemasyarakatan warga biasa 82,2 30,0 90,9 5. Penghasilan Rp 601.000 5.0 20.0 - J Tabel 2 —Kepemilian Rumah, Kondisi Binding, dan Tempst Buang Air Besar (BAB) —_ Bapak___| Ibu ‘Toma Remaja Rumah, Dinding, Tempat BAB N=40 (Yo) __N=40 (%) | N=10 (%)__N=10 (%) 1, Kepemilikan rumah = milik sendiri 85,4 100,0 90,0 2. Dinding dart ir 50,0 = bambu 3. Tempat BAB 53,2 70,0 |= jamban sendiri - Sungai 68,1 80,0 80,0 kebun 2 Media Litbang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003 Tabel 3 Pengetahuan tentang Penyakit Malar - Bapak Ibu Pengetahuan tentang | —-N=40 N=40, N=10 Penyakit Malaria % % % i 1 [0 1, Pernth ——mendengar 96,8 | 100,0 | 100,0 97,9 | 100,0/ 100,0 | 190,0 | 100,0 penyakit malaria 2. Tanda-tanda —sakit Demam menggigil, sa | 21,4 | 20,0 | 20,5 | 60,0 | 10,0 | 100,0 | 18,2 | 100,0 kit kepala, mual, lemas 3. Penular’—_penyebab ! penyakit malaria igitan nyamuk 91,4 | 94.7 | 91,7 | 91,7 | 100,0 | 190,0__| 100,0 | 83,3, Tabel 4 Persepsi tentang Penyakit Malaria Bapak Tou | Toma Remaja Persepsi tentang Penyakit | N=40 N=40 | Ne=10 N=10 Malaria _% __ % _ %_ T m it u oli fw I | 1, Penyakit malaria bisa | 45,2. | 35,1 | 354/350 | 40,0 40,0 | 100,0 | 33,3 kambuh 2, Penyakit malaria berba- | 93,6 | 97,4 | 93,8 | 97,5 | 100,0 | 10,0 100.0 | 10,0 haya 3. Penyakit malaria berba- | 96,8 | 97,4 | 94,7 | 100,0 | 100,0 100,0 | 100,0 | 91,0 haya bagi ibu hamil 4 Penyakit malaria bisa | 86,8 | 868 | 60,0 | 60,0 | 90,0 | 100,0 | 100,0 | 100.0 (__dicegah, | - L Pendidikan responden bapak yang tamat SD di Hargowilis 44,8%, ibu 34,8%, Toma 30,0%, dan remaja 30,0%. Responden tamat SLTP, bapak 27,5%, ibu 34,8%, Toma 20,0%, remaja 40,0%, Sedangkan responden yang tamat SLTA, bapak 10,3%, tbu 15,0%, Toma 30,0% dan remaja 20,0%. Pekerjaan berkisar antara 3°,6%- 63,6% sebagai petani pemilik. Berkisar antara 80,9%- 100,0% sebagai penduduk asli. Berkisar antara 30,0% - 90,9% sebagai warga biasa. Penghasilan responden berkisar antara 5,0% - 20,0% berpenghasilan > Rp 600.000, Kepemilikan rumah menurut responden bapak, ibu, Toma, remaja adalah milik sendiri berkisar 85,4% - 100,0%. Dinding rumah menurut responden Toma sebanyak 50.0% dari bata, ‘menurut responden bapak, ibu dan remaja berkisar antara $8,1% - 70,0% dinding rumah dari bambu. Untuk tempat BAB responden berkisar antara 64,5% - 80,0% di jamban sendiri, namun masih 5,6% BAB di sungai dan 3,2% di kebun Menurut responden bapak, ibu, Toma dan remaja, baik pada wawancara tahap T maupun tahap I berkisar antara 96,8% - 100,0% mengatakan pernah mendengar tentang penyakit malaria. Tanda-tanda sakit malaria menurut bapak, ibu, Toma dan remaja adalah menggigil, sakit kepala, mual dan demam pada wawancara tabap I berkisar antara 10,0% - 21,4%, pada wawancara tahap II berkisar antara 20,0% - 100,0%. Penular penyakit malaria Karena gigian nyamuk, menurut bapak, ibu, Toma din remaja pada wawancara tahap T berkisar antara 91,7% ~ 100,0% pada wawancara tahap II berkisar antara Media Lithang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003 83.3% - 100,0%. Terjadi penurunan_ persentase pada remaja dari 100,0% menjadi 83,3%, karena pada waktu dilakukan wawancara tahap Il, responden remaja ada yang masih sekolah, Nama penyakit malaria menurut responden adalah malaria tropika dan tertiana, ada yang mengatakan malaria saja Persepsi dari responden yang mengatakan malaria bisa kambuh pada wawancara tahap berkisar antara 35,4% - 100,0%, pada wawancara tahap II 33,3%-40,0%, terjadi_penurunan, persentase pada responden remaja Karena mereka menganggap bila pemnah sakit malatia maka tidak dapat terkena lagi Persepsi bahwa penyakit malaria berbahaya pada tahap 1 berkisar antara 93,6% - 100% dan tahap II 97,6%-100 %. Persepsi bahwa penyakit malaria berbahaya bagi ibu hamil pada tahap I 94,7% - 100 % dan tahap II 97,4% - 100%, Menurut responden bapak, ibu, Toma dan remaja, baik pada wawancara tahap 1 dan IL bahwa penyakit malaria dapat dicegah adalah berkisar antara 60,0% - 100,0% Menurut responden sebagai penular penyakit malaria adalah gigitan nyamuk malaria pada wawancara | berkisar antara 93,3% - 100,0, sedangkan pada tahap II berkisar antara 83,3% - 100,0%. Terjadi penurunan pada responden remaja karena pada waktu wawancara ada yang, sedang masuk sekolah, responden pada tahap I adalah berkisar antara 20,0%-37,5% dan tahap I antara 42,5 - 70,0%, ‘Tempat berkembang biak nyamuk malaria di pinggir sungai dikatakan oleh responden tahap 1 antara 18,2%--30,0%, dan tahap Il 20,5% 740% Responden mengatakan —bahwa nyamuk malaria adalah nyamuk Anopheles, nyamuk malaria tropicana, tertiana, bahkan ada yang menyebutkan nyamuk Aedes Aegypti Waktu nyamuk —menggigit ada yang mengatakan antara magrib sampai isya, pukul 20.00 — pagi, pukul 19.00 ~ 05.00 pagi, namun masih ada yang mengatakan pagi hari pukul 09.00 11.00, siang hari dan sore kari Cara-memusnahkan —nyamuk —menurut responden adalah dengan abate, kaleng bekas yang diana, menghilangkan air_yang tergenang, perawatan tandon air, dan penutupan bak air. Pada wawancara tahap I tesponden yang mengatakan pernah sakit malaria 83,3% - 90,9%, pada tahap II 76,9% - 91,7%, terjadi penurunan pada kelompok bapak dari 87,2% menjadi 76,9%. Pada waktu menderita penyakit malaria, yang pertama kali dilakukan berobat ke Puskesmas dinyatakan oleh berkisar antara 20,0% - 36,4% responden pada wawancara tahap I, sedangkan pada tahap IT berkisar antara 36,4% - 58,3%. ‘Adapun pengambil keputusan berobat oleh suami/ Mengenai tanda-tanda nyamuk malaria istri pada tahap T antara 30,3% - 54,2%, pada adalah menungging waktu menggigit menurut tahap I 34,3% - 37,8%, sehingga terjadi penurunan Tabel 5 Pengetahuan tentang Nyamuk Malaria Bapak Tbu Toma Remaja Pengetahuan tentang, N=40 N=40 Ne10 N=10 Nyamuk Malaria % % % _ _ Le 1 u I I 0 | 1. Penularan —penyakit | 93,3 | 94,7 91,7 | 95,0. | 100,0 | 100.0 | 100,0 | 83,3 malaria Karena gigitan nyamuk malaria 2. Tanda-tanda nyamuk | 29,0 43,6 | 37,5 | 42,5 28,6 | 70,0 | 20,0 | 60,0 malaria > menungging waktu menggigit 3. Tempat — berkembang, biak nyamuk malaria: | 25,8 | 20,5 27,1 | 37,5 | 30,0 | 40,2 | 18,2 | 70,0 di pinggir sungai L _ Media Litbang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003 Pada kedua wawancara, lebih dari 79,2% responden menyatakan menggunakan bat modern untuk malaria. Terjadi penurunan pada responden bapak, yaitu pada wawancara tahap I sedesar 100% menjadi 79,2% pada tahap Il, karena memakai obat tradisional atau minum pil bergantian dengan jamu tradisional, Pada kebissaan_ untuk minum obat dari JMD secara teratur, lebih. dari 94,6% responden menyatakan melakukan hal tersebut Gangguan yang dialami jika sakit malaria sebingga tidak bekerja, dirasakan oleh berkisar antara 82,8% - 100% pada tahap I dan pada tahap TI berkisar 77,1% - 100% responden. Gangguan tidak bisa sekolah, dirasakan oleh responden remaja pada tahap I 63,6% dan 44,4% pada tahap TL Terjadi penurunan, disebabkan pada waktu wawancara tahap Il ada beberapa responden yang tidak bisa diwawancara karena sedang sekolah Kebiasaan responden untuk memakai jaket apabila keluar malam, dilakukan oleh berkisar antara 63,3% - 90,0% pada tahap I, sedangkan pada wawancara tahap II dilakukan oleh berkisar antara 83,3% - 100% responden, Tabel 6 Perilaku Berkaitan dengan Penyakit Malaria I Bapak Tbu Toma Remaja Perilaku Berkaitan N=40 N=40 N=10 N=10 dengan Penyakit Malaria % % % % : T {a Cn init 1. Pernah sakit malaria 87,1 | 76,9 | 83,3 | 87,5 | 90,0 | 90,0 90,9 | 91,7 2. Pertama kali yang dilaku kan bila sakit malaria = berobat ke | 25,8 | 47,5 | 29,2 | 38,5 | 20,0 | 50,0 36,4 | 58,3 Puskesmas 419 |275 | 54.2 ]385 | 60.0 [200 | 545 | 33,3 - berobat ke JMD 3. Pengambil keputusan untuk berobat 40,0 |346 | 14,6 | 37,8 | 60,0 | 500 |91 | 167 = suami 46,7 | 34,3 | 542 1378 | 300 91 [333 suami itr 100,0 | 79,2, | 97,4 | 100,0 | 100,0 | 190,0 100,0 | 100,0 4. Obat yang digunakan | obat modem 933 |833 | 854 | 97,4 | 90,0 | 90.0 | 90,0 | 3 5. IMD membagikan obat malaria 100,0 | 94,6 | 97,7 | 100,0 | 100,0 | 100,0 100,0 | 100,0 6, Obat dari JMD diminum teratur 7. Gangguan bila sedang sakit malaria 82,8 | 78,8 | 84s | 77,1 | 100,0| 100,0 tidak bisa bekerja 63,6 | 44,4 - tidak bisa sekolah 72,0 63,3 | 83,3 | 90,0 | 100,0 71,4 | 90,0 akan jaket Media Lubang Kesehatan Volume XII Nomor 2 Tahun 2003 5 Menurut responden pada tahap I yang mengatakan tidur menggunaken kelambu berkisar antara 50,0% - 78,7%, sedang pada tahap Il 70,0% - 100,0%. Terjadi penurunan pada Kelompok ibu dari 78,7% menjadi 76,9% karena ibu lebih mementingkan anak untuk menggunakan kelambu. Semua keluarga menggunakan kelambu pada wawancara tahap I berkisar antara 68,0% ~ 84,6%, sedangken pada tahap II berkisat 75,0% - 87,9%. Adapun responden yang menggunakan kelambu setiap hari pada tahap 1 80,0% - 100,0%, pada tahap II berkisar antara 83,8% - 100,0%, Kelambu digunakan setiap hari terjadi penurunan pada kelompok remaja, yaitu pada iahap 1 80% dan tahap If menjadi 75,0%, Hal int disebabkan remaja merasakepanasan bila menggunakan kelambu, ‘Cara mendapatkan kelambu pada kelompok ibu, Toma dan remaja yang mengatakan hanya Giberi oleh Departemen Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, terjadi penurunan persentase. Bila pada wawancara tahap I berkisar antara 27,5% - 83,3% , maka pada tahap II berkisar 200% - 88,6%, Hal ini karena pada tahap II banyak yang mempeli kelambu. Tabel 7 Penggunaan kelambu CT Bapak Tbu Remaja Penggunaan Kelambu N=40 N=40 N=10 % % % ilafviyuyi fi I i 1. Tidur menggunakan ke- | 77,4 | 79,5 | 78,7 | 76,9 | 77,8 | 100,0 | 50,0 | 70.0 lambu 2. Semua keluarga meng- | 68,0 | 75.0 | 846 | 87,9 | 70,0 | 75,0 | 75,0 | 85,7 |. gunakan kelambu 3. Kelambu digunakan se- | 88,5 | 86,5 | 92,3 | 83,8 | 100,0/ 100,0 | 80,0 | 75,0 tiap hari 4. Cara mendapatkan ke- lambu = diberi 769 | 88,6 | 27,5 |563 | 800 | 20.0 | 83,3 | 72.2 ~ membeli 23,1 | 114 | 25,8 [43.7 | 200 | 80.0 | 16,7 | 27.8 5. Kelambu suatu kebutu- | 93,5 91,7 | 95,7 | 89,2 | 100,0 | 100.9 | 70,0 | 90,0 han 6. Kesediaan membeli ke- | 92,9 | 75,7 | 78,3 |86,7 77,8 | 80,0 | 72,7 | 70,0 Jarnbu__ =. ___] Tabel 8 Penyemprotan dan Pengambilan Sediaan Darah Bapak Ibu ‘Toma Penyemprotan dan N=40 =40 N=10 Pengambilan —_Sediaan % % % Darah 1] mu >i) att 1 Setuju disemprot 100,0 | £60,0 | 100,0 | 100.0 | 100,0 | 100,0 | 100,9 | 100.0 Setuju diambil darahnya | 100,0 | 100,0 | 100,0 | 100,0 | 100,0| 100,0 | 100,0 | 100,0 Media Litbang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003 Kelambu merupakan suatu kebutuhan juga terdapat_penurunan pada kelompok ibu, dari 95,7% menjadi 89,2%. Hal ini karena ibu lebih mementingkan penggunaan kelambu untuk anakaya. Semua responden baik pada wawancara tahap T dan IT setyju disemprot rumahnya agar terhindar dari gigitan nyamuk. Begitu juga pada untuk pemeriksaan malaria oleh tenaga kesehatan, semua responden mengataken setups untuk diambil darahnya, Responden yang mengatakan_pernah mendapat penyuluhan. tentang malaria pada wawancara tahap I berkisar antara 63,6% - 80,0%, pada wawancara tahap II berkisar antara 74,4% - 90.0% Semua responden baik pada wawancara tahap I maupun tahap 1 mengatakan perlu penyuluhan tentang malaria berkisar antara 93,5% = 100,0%. Bentuk penyuluhan yang diharapkan berupa tatap muka dan diskusi dengan menggunakan buku: panduan malaria pada tabap 1 berkisar antara $0,0% - 78,1% dan pada tahap II berkisar antara 60,0% - 81,3%. Pada tahop I responden mengatakan bahwa penyuluhan tentang malaria oleh —dokter Puskesmas berkisar antara 19,4% - 70,0%, pada tahap I 16,7% - 50,0%. ‘Terjadi penurunan persentase pada kelompok Toma dan temaja, karena pada waktu diadakan wawancara pada tahap 11, Toma dan remaja mengataken bahwa penyulutian Kesehatan oleh dokter Puskesmas adalah Kesehatan secara umum dan bukan khusus tentang malaria Pembahasan Karakteristik responden adalah berpendidikan rendah, kebanyakan tamat SD dan SMP, sedangkan yang tamat SLTA hanya 20,0% - 30,0%, Untuk penghasilan tesponden kebanyakan berada di bawah upah minimum di regional di Yogyakarta, yaitu di bawah Rp 500.000, dan hanya 5,0% - 20,0% yang berpenghasilan lebih dari Rp 600.000. Pendidikan dan penghasilan rendah dapat _memperstlit peranan_responden dalam pencegahan malaria dengan penggunaan kelambu dan perlindungan diri, baik dengan repellent maupun obat nyamuk, Karena responden masih mengutamakan untuk pembelian makanan, apalagi di daerah endemis yang menganggap bahwa sakit malaria adalah hal yang biasa dialami. Dinding rumah kebanyakan terbuat dari bambu, sehingga nyamuk masih bisa masuk dalam rumah. Hal int memperbesar kemungkinan orang di dalam rumah terkena gigitan nyamuk malatia. Demikian pula pada kebiasaan buang ait besar (BAB) yang dilakukan di sungai dan kebun, yang apabila dilakukan pada malam hari, memperbesar_kemungkinan penularan malaria melalui gigitan nyamuk Walaupun di atas 97,0% responden pernah mendengar tentang malaria, dan di atas 83,0% mengetahui penularnya adalah gigitan nyamuk, namun pengetahuan tentang tanda-tanda sakit malaria berupa demam menggigil, sakit kepala, mual, lemas pada wawancara tahap I yang menjawab benar berkisar antara 18,2% - 21,4% Namun pada wawancara tahap MH terjadi peningkatan terutama pada responden Toma dan remaja menjadi 100%, Hal ini mungkin disebabkan Toma di Hargowilis _sering berhubungan dengan Toma di daerah intervensi yang telah diberi penyulhan berbentuk buku pedoman tentang malaria yang dibagikan oleh tim, peneliti, Begitu pula dengan responden remaja yang sering mengadakan pertemuan kesenian dengan remaja di daerah intervensi, sehingga sangat mungkin terjadi pembicaraan tentang, isi ‘buku pedoman tersebut Persepsi tentang malaria dapat kambuh Kembali dari kelompok ibu dan Toma, hanya berkisar 35 ~ 40% pada tahap 1 maupun tahap IL Pada kelompok bapak terjadi penurunan persepsi, yaitu dari 45,2% pada tahap I menjadi 35,1% pada tahap I, bahkan pada _kelompok remaja penurunannya menjadi 33,3%. Hal ini dapat terjadi Karena masih adanya kepercayaan bahwa sekali seseorang pernah kena malaria maka tidak akan terkena lagi, Persepsi bahwa orang yang sakit malaria tidak akan Kambuh juga terdapat pada penelitian tain di Mimika Timur, Irian Jaya. Persepsi ini perlu diluruskan melalui penyuluhan tentang malaria yang dilakvkan oleh petugas Kesehatan melalui Kegiatan Karang Taruna, remaja masjid, kesenian, dan sebagainya Media Lithang Kesehatan Volume XII Nomor 2 Tahun 2003 7 Karena dianggap —suatu kebutuhan untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk. Bila dikaitkan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah, mereka tetap bersedia untuk ‘membeli kelambu tersebut. Pencegahan lain yang diinginkan oleh semua kelompok responden adalah penyemprotan rumah, dengan obat nyamuk (foggixg). Alasan yang, dikemukakan adalah dengan adanya penyemprotan itu maka mengurangi jumlah nyamuk di dalam rumah dan dapat tidur dengan nyenyak Dalam pengetahuan tentang —_penyakit malaria, kebanyakan responden mengetahui bahwa penularan malaria adalah dengan gigitan nyamuk, namun mereka tidak mengetahti nama nyamuk malaria, Ada yang mengatakan bahwa nyamuk tersebut adalah nyamuk Anopheles tertiana, bahkan ada yang mengatakan Aedes aegypti. Tanda-tanda nyamuk yang menungging waktu menggigit dan tempat berkembang biak di pinggir sungat banyak diketahui oleh kelompok ‘Toma dan remaja pada wawancara tahap IZ. Hal ini dapat terjadi Karena mereka banyak bergaul dengan Toma dan temaja di daerah intervenst Dikaitkan dengax penyuluhan malaria, responden —menyatakan—merasa_—_sangat mengharepkan adanya penyuluhan tersebut yang, disempaikan oleh tenaga Kesehatan. Bentuk penyuluhan adalah dengan penggunaan buku panduan malaria dan diadakannya tanya jawab mengenai buku tersebut dengan bahasa sederhana, Hal ini sama dengan pendapat dari responden di desaintervensi, Apabila dati penyuluhan itu mereka mengetahui tentang nyamuk malatia secara jelas, baik nama, jam menggigit, tempat berkembang biaknya, dan citi-ciri nyamuk tersebut, maka mereka akan berperan serta dalam kebersihan lingkungan seta berperilaku sehat sehingga dapat mengurangi jumlah nyamuk dan keterpaparan tethadap penyakit malaria. Kesimpulan = Perilaku dalam kaitan dengan malaria cukup bagus Karena bila sakit panas yang diduga malaria segera dibawa berobat ke Puskesmas atau IMD, obat malaria diminum sampai habis, ‘mau diambil darahnya untuk pemeriksaan, dan jika keluar malam menggunakan jaket. Walaupun merupakan desa kontrol, namun telah mengetahui penularan malaria adalah melalui gigitan nyamuk malaria - Buku panduan mafaria yang dibagikan di desa intervensi pada tahap I ternyata juga berpengaruh di desa kontrol. Walaupun Jaraknya jauh melalui pegunungan, namun mereka ering berkunjung, —_sehingga meningkatkan pengetahuan mereka tentang malaria - Perlu penyuluan malaria dari berbagai aspek kepada masyarakat dengan cara yang sesuai dengan keinginan masyarakat setempat. Daftar pustaka 1. Kompas, KLB Malaria, Akumulasi Banyak Faktor, Jumat, 18 Januari 2002 2. Survey Kesehatan Rumah Tangga, Depkes RI, tahun 1995 3. Santoso, Siti S; Kasnodihardjo, Suatu Tinjauan Aspek Sosial Budaya dalam Kaitamya dengan Penularan dan Penanggulangan Malaria, Buletin Penelitian Kesehatan, No. 19 Vol.4 tahun 1991 4, Budiono, B., Masalah Perilaku Penduduk tethadap Malaria, BuletinPenelitian Kesehatan, No. 19 Vol.4 tahun 1991 5. Indah; Santoso, Siti S., Laporan Penelitian Sikap dan Persepsi Kesehatan terhadap Program — Pemberantasan Malaria dan Program Pemberdayaan Dasawisma dalam Deteksi Dini Malaria di Kokap Yogyakarta, Laporan Akhir, tahun 1999 6. Oratai Rayajin, Factor Effectivity Mafaria Related Behavior a Literature Review of Behavior Theories and Refevant Research, Social and Economic Aspects on Malaria Control MRC. Tropmed of Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, 1991 7. Santoso, Siti $; Imam Waluyo; Nainggolan, Riris., Penyuluhan yang Tepat Guna Untuk Masyarakat di Daerah Endemis Malaria, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, Laporan Akhir, tahun 2002 8 Rukmono, Bintari, dk, Penanggulangan Penyakit Malaria Melalui Peran Serta Masyarakat di Daerah Hiperendemis, Timika, Irian Jaya, Laporan Akhir, tahun 1992 ~ 1995 9. Santoso, Siti S; Rukmono, Bintari; Pribadi, Wita,, Perilaku Penduduk dalsm Penang- gulangan Malaria di Desa Berakit Propinsi Riau, Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 19, No.1, tahun #991 Media Lithang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003 9

You might also like