You are on page 1of 23

REFERAT

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

Pembimbing:
dr. Lena sp. KFR

Penyusun:
Stanley Haryono
2009.04.0.0003

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2014
1

BAB I
PENDAHULUAN

HNP (Hernia Nukleus Pulposus) adalah keluarnya nukleus pulposus dari


discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal
menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorso lateral menekan radix spinalis
sehingga menimbulkan gangguan.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu dari sekian banyak
Low Back Pain akibat proses degeneratif yang ditemukan di masyarakat.
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. Laki-laki dan wanita memiliki
resiko yang sama dalam mengalami HNP, dengan awitan paling sering antara usia
30 dan 50 tahun. HNP merupakan penyebab paling umum kecacatan akibat kerja
pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun. Nyeri pinggang yang diderita pasien
usia kurang dari 55 atau 60 tahun adalah disebabkan oleh HNP, sedangkan yang
berusia lebih tua nyeri pinggang disebabkan oleh osteoporosis, fraktur kompresi,
dan fraktur patologis.
HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan
L4-L5, sedangkan 10% sisanya terjadi didaerah L3-L4. Pasien HNP lumbal
seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah pada saat melakukan aktivitas
seperti duduk lama, membungkuk, mengangkat benda yang berat, juga pada saat
batuk, bersin dan mengejan. Biasanya nyeri belakang punggung oleh karena HNP
akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu.
Etiologi HNP bermacam macam, diantaranya : trauma, hiperfleksia, injuri
pada vertebra, Spinal stenosis, ketidakstabilan vertebra karena salah posisi,
mengangkat, dll., Pembentukan osteophyte, degenerasi dan degidrasi dari
kandungan tulang rawan annulus dan nucleus. Sedangkan untuk factor resikonya
dibagi menjadi 2 yaitu : factor resiko yang tidak dapat dirubah dan yang dapat
dirubah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi
Columna vertebralis adalah struktur tulang yang kompleks dan fleksibel yang
merupakan pilar utama tubuh dan dibentuk oleh tulang-tulang tidak beraturan,
disebut vertebrae. Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :

Cervicales (7)
Thoracicae (12)
Lumbales (5)
Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang
rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus
invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum
longitudinalis posterior. Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna
vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana
banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock
absorber

Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama : nukleus pulposus di tengah
dan annulus fibrosus disekelilingnya. Diskus dipisahkan dari tulang yang diatas dan
dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis (hyalin cartilage plate).
Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:
-

Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang
konsentris mengelilingi nukleus pulposus sehingga bentuknya seakanakan menyerupai gulungan (coiled spring)

Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus

Daerah transisi.

Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan (hyaluronic
long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat

higroskopis. Nukleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan


tekanan atau beban.

2.2. Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) adalah keluarnya nukleus pulposus dari
discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal
menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorso lateral menekan radix spinalis
sehingga menimbulkan gangguan.

(3)

2.3. Epidemiologi (4)


Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi
pada pria dan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5.
Kelainan ini banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak
5

membungkuk dan mengangkat. HNP pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada
usia sekitar 40 tahun dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal
lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-60
tahun dan angka kejadian pada wanita dan pria sama.
2.4. Etiologi (3)

Idiopatik
Trauma/ strain vertebrae (posisi salah, terus menerus, dengan / tanpa
beban) trauma yang kuat dan tiba-tiba.
Postural
Berkurangnya aliran darah ke discus intervertebralis
Tumpuan beban yang terlalu berat
Ligamentum longitudinalis posterior yang menyempit.

2.5. Faktor resiko (2)


Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
1. Umur : makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
Faktor risiko yang dapat dirubah:
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada
punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti
supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih - latihan
yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang

2.6. Patofisiologi
6

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :


1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah,annulus fibrosus tidak kuat menahan
nukleus p u l p o s u s ( g e l ) a k a n k e l u a r, a k a n t i m b u l r a s a n ye r i o l e h
k a r e n a g e l y a n g b e r a d a d i canalis vertebralis menekan radiks. (5)
Bangunan peka nyeri

mengandung reseptor nosiseptif (nyeri)

yang

terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan
di respon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan
persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk
mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu
bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
lesi primer pada sistem saraf

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat

menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput


pembungkus

saraf

menimbulkan nyeri

yang

kaya

inflamasi. Nyeri

nosiseptor
dirasakan

dari

nervi

sepanjang

nevorum

serabut

saraf

yang
dan

bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan.


Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi
perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka
terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan
Laseque.
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida
dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan
pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus.
Setelah trauma; jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat;
kartilago dapat cedera. (4)

Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat,
dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama
beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya
mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan
nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat
muncul dari kolumna spinal. (4)
2.7. Grading
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dibagi atas:
1. Protruded intervertebral disc, nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolapsed intervertebral disc, nukleus berpindah tetapi masih didalam
lingkaran annulus fibrosus.
3. Extruded intervertebral disc, nukleus keluar dari annulus fibrosus dan
berada dibawah ligamentum longitudinal posterior.
4. Sequestrated intervertebral disc, nukleus telah menembus ligamentum
longitudinal posterior.

2.8. Gejala klinis


Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal
(jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis yang timbul juga tergantung pada lokasi HNP
terjadi:
1. Postero-lateral: disamping nyeri pinggang, juga akan memberikan gejala
dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
2. Postero-sentral: mengakibatkan nyeri pinggang oleh karena menekan
ligamentum longitudinal yang bersifat peka nyeri. Mengingat bahwa
medulla spinalis berakhir pada vertebra L1 atau tepi atas L2, maka HNP
kearah postero-sentral vertebra L2 tidak akan melibatkan medulla spinalis.
Yang mungkin terkena adalah kauda equina, dengan gejala dan tanda
berupa rasa nyeri yang dirasakan mulai dari pinggang, daerah perineum,
tungkai sampai kaki, refleks lutut dan tumit menghilang yang sifatnya
unilateral atau asimetris.
Herniasi diskus cervicalis biasanya akan menyebabkan pola nyeri dan defisit
neurologis sebagai berikut:

C4 - C5 (akar saraf C5) - Bisa menyebabkan kelemahan pada otot


deltoid di lengan atas. Biasanya tidak menyebabkan mati rasa atau

kesemutan. Dapat menyebabkan nyeri bahu.


C5 - C6 (akar saraf C6) - Bisa menyebabkan kelemahan pada otot
bisep (otot-otot di bagian depan lengan atas) dan otot ekstensor
pergelangan tangan. Mati rasa dan kesemutan bersama dengan nyeri
dapat menjalar ke sisi ibu jari tangan. Daerah ini merupakan tempat

paling sering terjadi herniasi.


C6 - C7 (akar saraf C7) - Bisa menyebabkan kelemahan pada trisep
(otot-otot di bagian belakang lengan atas dan memperluas ke lengan
bawah) dan otot-otot ekstensor jari. Mati rasa dan kesemutan bersama
dengan rasa sakit dapat menjalar ke bawah trisep ke jari tengah.

Daerah ini juga merupakan tempat paling sering terjadi herniasi


C7 - T1 (akar saraf C8) - Bisa menyebabkan kelemahan pada
pegangan tangan. Mati rasa dan kesemutan dan nyeri dapat menjalar
dari lengan ke sisi jari kelingking tangan. (9)

Gejala herniasi toraks sangat bervariasi. Gejala tergantung pada di mana dan
seberapa besar herniasi , di mana ia menekan, dan apakah sumsum tulang
belakang sudah rusak. Nyeri biasanya merupakan gejala pertama. Rasa sakit dapat
berpusat di disk yang terluka tetapi dapat menyebar ke satu atau kedua sisi
punggung tengah. Selain itu, pasien biasanya merasakan rasa sakit seperti pita di
sekitar dada depan. Pasien mungkin akhirnya melaporkan sensasi seperti tertusuk
dan mati rasa. Yang lain mengatakan otot kaki atau lengan mereka merasa lemah.
Bahan disk yang menekan terhadap sumsum tulang belakang juga dapat
menyebabkan perubahan fungsi usus dan kandung kemih. (8)
Manifestasi

klinis

herniasi

pada

daerah

lumbal

yang

timbul

tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat terjadi ke segala arah,
tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke arah
postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala dan tandatanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya ke
arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina.

(5)

Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus


ischiadicus sampai ke tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi.
Nyeri dirasakan seperti d i t u s u k j a r u m a t a u n ye r i s e p e r t i d i t e m b a k .
Kekakuan

kemungkinan

dirasakan

pada

kaki.

Berjalan,

b e r l a r i , m e n a i k i t a n g g a , d a n m e l u r u s k a n k a k i memperburuk
nyeri tersebut, yang diringankan dengan menekuk punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :

(5)

(5)

Nyeri punggung bawah.


Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai
baal (mati rasa), yang d i r a s a k a n

dari

bokong

menjalar

ke

d a e r a h p a h a , b e t i s b a h k a n s a m p a i k a k i , tergantung bagian saraf


mana yang terjepit.

10

Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas


y a n g b e r l e b i h a n , terutama banyak membungkukkan badan atau banyak

berdiri dan berjalan.


Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat,

batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.


Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya
otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan

achilles (APR).
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman
duduk pada sisi yang sehat.

Sindroma kauda equina adalah suatu pola karakteristik dari gejala neuro
muscular dan urogenital yang diakibatkan penekanan dari radix saraf lumbosacral
multiple di bawah level conus medullaris

(10)

Gejala sindroma kauda equina : (10)

Low back pain :


o Local pain : nyeri dalam yang diakibatkan oleh iritasi pada jaringan
lunak dan korpus vertebrata.
o Radicular pain : nyeri yang tajam, menusuk dan sesuai dengan

dermatome yang diakibat kan oleh kompresi radix saraf dorsalis.


Sciatica unilateral atau bilateral
Saddle and perineal hypoesthesia or anesthesia
Gangguan usus (bowel)
o Inkontinensia
o Konstipasi
o Kehilangan tonus dan sensasi anal
Gangguan kandung kemih
o Retensi
o Kesulitan untuk memulai miksi
o Berkurangnya sensasi uretra
o Khas : manisfestasi dimulai dengan retensi urine dan berkembang
menjadi inkontinensia urine
Kelemahan motoris dan deficit sensoris pada ekstremitas bawah
Reflex pada ekstremitas bawah berkurang atau tidak ada

11

2.9. Diagnosis
Diagnosis

ditegakkan

berdasarkan

amanesis,

pemeriksaan

klinis

umum,

pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.


Anamnesa
- Mulai timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah spontan.
- Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari sendi,
tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
- Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.
- Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri:perubahan posisi, batuk,
bersin dan mengejan akan memprovokasi nyeri pada HNP.
- Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik, jenis
neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang normal dan nyeri
berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.
- Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya infeksi,
misalnya spondilitis.
- Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila progresif
mungkin tumor.
- Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
- Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.
- Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan osteoartritis.
Pemeriksaan fisik secara umum

Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.


12

Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis,


lordosis

lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang

miring/tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.

Pemeriksaan fisik neurologis


- Pemeriksaan motorik, sensorik, dan reflex:
a) Gangguan motorik pada ibu jari kaki tidak dapat dorso flexi (L5) atau
plantar flexi (S1).
b) Tes refleks tendon achilles untuk menilai radiks saraf S1
c) Tes sensorik kaki sisi medial (L4), dorsal (L5) dan lateral (S1)
d) Gangguan sensorik pada bagian medial ibu jari kaki (L5) atau bagian
lateral dari jari ke-5 kelingking (S1). Kadang terdapat anestesi
perineum (indikasi OP).
e) Gangguan otonom : retensi urine (indikasi OP).
1. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.
a. Tes Laseque (straight leg raising = SLR)
Dilakukan fleksi tungkai yang sakit dalam posisi lutut ekstensi. Tes
normal bila tungkai dapat difleksikan hingga 80-90 derajat. Tes
positif bila timbul rasa nyeri di sepanjang perjalanan saraf
iskhiadikus sebelum tungkai mencapai kecuraman 70 derajat. Tes
ini terutama meregangkan saraf spinal L5 dan S1, sedangkan
yang lain kurang diregangkan.

13

Beberapa variasi dari tes ini adalah dorsofleksi kaki yang akan
menyebabkan nyeri bertambah (Bragards sign) atau dorsofleksi
ibu jari kaki (Sicards sign).
b. Tes Laseque menyilang / crossed straight leg raising test (Tes
OConell).
Tes ini sama dengan tes Laseque tetapi yang diangkat tungkai
yang sehat. Tes positif bila timbul nyeri radikuler pada tungkai yang
sehat (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk menimbulkan
nyeri radikuler dari tungkai yang sakit).
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal.
a. Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit atau
dengan melakukan kompresi dengan ikatan sfigmomanometer
selama 10 menit tekanan sebesar 40mmHg sampai pasien
merasakan penuh di kepala. Dengan penekanan tersebut
mengakibatkan

tekanan

intrakranial

meningkat

yang

akan

diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan memprovokasi nyeri


radikuler bila ada HNP.
b. Tes Valsava
Dalam berbaring atau duduk, pasien disuruh mengejan. Nyeri
timbul ditempat lesi yang menekan radiks spinalis daerah lumbal.

Pemeriksaan radiologi

(11)

14

a) X-ray Lumbosacral 3 posisi (ap,lat,oblique) : untuk melihat alignment,


penyempitan disc., osteofit, foramen intervertebralis, corpus vertebrae.
b) MRI : semua komponen anatomis dapat diamati dengan baik untuk
melihat lokasi, macam, besar HNP dan penekanan yang ditimbulkan.
c) EMG : terlihat potensial kecil (fibrilasi) di daerah radix yang terganggu,
conduction velocity menurun
d) Discography : pemeriksaan discus dengan kontras untuk melihat
seberapa besar daerah discus yang keluar dari canalis intervertebralis.
2.10.Terapi
Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi f i s i k
pasien

dan

melindungi

dan

meningkatkan

fungsi

tulang

p u n g g u n g s e c a r a keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus


h e r n i a a d a l a h d i a w a l i d e n g a n i s t i r a h a t dengan obat-obatan untuk
nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih
dari 95 % penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya.Beberapa
persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang
meliputi injeksi steroid atau pembedahan.Terapi konservatif meliputi:

(5)

1.Tirah baring / bed rest


Tujuan

tirah

baring

untuk

mengurangi

nyeri

mekanik

dan

tekanan

intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan
menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke
aktifitas biasa.

Posisi

tirah

baring

menyandarkan punggung,l u t u t

dan

yang

dianjurkan

punggung

adalah

bawah

dengan

pada

posisi

s e d i k i t f l e k s i . F l e k s i r i n g a n d a r i v e r t e b r a lumbosakral akan memisahkan


permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.

(5)

15

2. Medikamentosa (5)

Analgetik dan NSAID


Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa.

P e m a k a i a n jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan


Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi
n a m u n d a p a t dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi

inflamasi.
Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis

3.Rehabilitasi Medik
Traksi pelvis
Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi,peregangan
terhadap diskus intervertebralis, peregangan dan penambahan gerakan
sendi apofisial pada prosesus artikularis
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme
otot.keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.

Rehabilitasi Medik

High

frequency

current (HFC

CFM)

Arus

(5)

kontinu

elektromagnetik (CEM)
Berfrekuensi 27MHz dan panjang gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek
lokal antara lain Mempercepat resolusi inflamasi kronik, Mengurangi nyeri,
Mengurangi spasme, Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous

16

Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan
untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai
penyangga korset dapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
Terapi latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung
seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa
kelenturan dan penguatan.Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas
fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan
latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran
darah semakin meningkat. (5)
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan berdasarkan
kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan sikap badan
melawan kekuatan dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap tubuh melibatkan
aktivitas sensomotorik dan mekanisme refleks sikap. Aktivitas motorik terapi ini
bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi mempertahankan
sikap tubuh.(11)
Tujuan terapi ini: (11)

Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan tubuh


Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan psikis

sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan pernafasan.
Mengurangi nyeri

17

18

Proper body mechanics


Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang
b a i k u n t u k mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip
dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:

(5)

Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung

tegak danlurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.


Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung
d i d e k a t k a n k e p i n g g i r t e m p a t t i d u r. G u n a k a n t a n g a n d a n
lengan

untuk

mengangkat

panggul

d a n berubah ke posisi

duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk

membantu posisi berdiri.


Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser

posisi panggul.
S a a t d u d u k , l e n g a n m e m b a n t u m e n ya n g g a b a d a n . S a a t a k a n

b e r d i r i b a d a n diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.


Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot
perut. Dengan p u n g g u n g l u r u s , b e b a n d i a n g k a t d e n g a n c a r a
m e l u r u s k a n k a k i . B e b a n y a n g diangkat dengan tangan diletakkan

sedekat mungkin dengan dada.


Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan

kaki harus berubah posisi secara bersamaan.


Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan
wc

duduk

sehingga

memudahkan

gerakan

dan

tidak

m e m b e b a n i p u n g g u n g s a a t bangkit.
Terapi operasi
19

Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya gangguan
neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP. Maka terapi konservatiplah yang
harus diselenggarakan. Bilamana kasus HNP masih baru namun nyerinya tidak
tertahan atau defisit motoriknya sudah jelas dan mengganggu, maka pertimbangan
untuk operasi atau tidak sebaiknya diserahkan kepada dokter ahli bedah saraf.
Faktor sosio ekonomi yang ikut menentukan operasi secepatnya atau tidak ialah
profesi penderita. Seorang yang tidak dapat beristirahat cukup lama karena
persoalan gaji dan cuti sakit, lebih baik menjalani tindakan operatif secepat mungkin
daripada terapi konservatif ynag akan memerlukan cuti berkali-kali. Bilamana
penderita HNP dioperasi yang akan memerlukan harus dibuat penyelidikan
mielografi. Berdasarkan mielogram itu dokter ahli bedah saraf dapat memastikan
adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya. Diskografi merupakan penyelidikan
diskus yang lebih infasif yang dilakukan bilamana mielografi tidak dapat meyakinkan
adanya HNP, karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus dengan menggunakan
kontras, untuk melihat seberapa besar diskus yang keluar dari kanalis vertebralis.
Diskectorny dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general
anesthesia. Hanya sekitar 2 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan untuk
berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan
darah.
Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus
yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih
ekstensif mungkin diperlukan. Dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama
untuk sembuh (recovery).
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan ray dan
chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke dalam
herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini
merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.

20

Kapan kita boleh melakukan latihan setelah cidera diskus? Biasanya penderita boleh
memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia diperbolehkan bangun atau turun
dari tempat tidur. (1)
Pantangan (1)

Peregangan yang mendadak pada punggung

Jangan sekali-kali mengangkat benda atau sesuatu dengan tubuh dalam


keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk.

Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya
gejala setelah episode awal.

Edukasi (1)

Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara kasur dan
tempat tidur harus dipasang papan atau plywood agar kasur jangan
melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak membantu lordosis lumbal yang
lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah pinggang. Orang sakit
diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai sedikit ditekuk pada
sendi lutut. Bilamana orang sakit dirawat di rumah sakit, maka sikap tubuh
waktu istirahat lebih enak, oleh karena lordosis lumbal tidak mengganggu
tidur terlentang jika fleksi lumbal dapat diatur oleh posisi tempat tidur rumah
sakit.

Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa orang sakit tidak boleh bangun
untuk mandi dan makan. Namun untuk keperluan buang air kecil dan besar
orang sakit diperbolehkan meninggalkan tempat tidur. Oleh karena buang air
besar dan kecil di pot sambil berbaring terlentang justru membebani tulang
belakang lumbal lebih berat lagi.

Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan nyeri.

Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot dan
dekalsifikasi sebaiknya jangan dimulai setelah nyeri sudah hilang latihan
gerakan sambil berbaring terlentang atau miring harus diajurkan.

21

Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai dapat
dilakukan pelvic traction, alat-alat untuk itu sudah automatik. Cara pelvic
traction, sederhana kedua tungkai bebas untuk bergerak dan karena itu tidak
menjemukan penderita. Maka pelvic traction dapat dilakukan dalam masa
yang cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan bisa dengan melakukan
flexion excersise dan abdominal excersise.

Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya perbaikan.


Bila iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan analgetika, maka
orang sakit diperbolehkan untuk makan dan mandi seperti biasa. Korset
pinggang atau griddle support sebaiknya dipakai untuk masa peralihan ke
mobilisasi penuh.

Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika antirheumatika serta


nasehat untuk jangan sekali-kali mengangkat benda berat, terutama dalam
sikap membungkuk. Anjuran untuk segera kembali ke dokter bilamana terasa
nyeri radikuler penting artinya. Dengan demikian ia datang kembali dan sakit
pinggang yang lebih jelas mengarah ke lesi diskogenik.

2.12. Prognosis

(5)

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi

konservatif.
Sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi
Pada pasien yang dioperasi : 90 % mengalami perbaikan terutama pada nyeri
tungkai dan kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%

22

DAFTAR PUSTAKA
1. https://bimaariotejo.wordpress.com/2009/07/07/hernia-nukleus-pulposus-h-np/
2. https://agussulastri.files.wordpress.com/2013/01/artikel-hnp.pdf
3. https://freddypanjaitan.wordpress.com/2011/10/09/hernia-nukleus-ppulposushnp/
4. http://rspwinterna.wordpress.com/2013/07/07/hernia-nukleus-pulposus-hnp/
5. Azhariyah RA. Hernia nucleus pulposus. Fakultas kedokteran universitas
trisakti.

Semarang.

Citated

dec

28,

2014.

Available

from

http://www.scribd.com/doc/46867336/Hernia-Nukleus-Pulposus#scribd
6. Gillard DM. Lumbar disc herniation. Citated dec 28, 2014. Available from :
http://www.chirogeek.com/Herniation/Herniation%20Page/disc-herniationpage.html
7. https://fisioterapidotme.wordpress.com/2014/05/29/hernia-nukleus-pulposushnp/
8. Chappell ET. A patient guide to thoracic disc herniation. US top spinal
surgeons. (posted august 10, 2009. Citated dec 28, 2014). Available from :
http://topspinalsurgeons.blogspot.com/
9. Staehler RA. Cervical herniated disc symptomps and treatment option. Spinehealth. (posted june 17, 2014. Citated dec 28, 2014). Available from :
http://www.spine-health.com/conditions/herniated-disc/cervical-herniated-discsymptoms-and-treatment-options
10. Dowodu ST. Cauda equina and conus medullaris syndromes. Medscape
(posted dec 18, 2014. Citated dec 28, 2014). Available from : Funnisa PA.
rehabilitasi medik pada penderita hernia nucleus pulposus. Liviaelvaretta.
(posted

april

7,

2010.

Citated

dec

28,

2014).

Available

from

http://putrialthafunnisa.wordpress.com/2010/07/04/rehabilitasi-medik-padapenderita-hernia-nukleus-pulposus/
11.
https://dokterblog.wordpress.com/2009/05/17/diagnosis-danpenatalaksanaan-nyeri-punggung-bawah-di-puskesmas/

23

You might also like