You are on page 1of 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas berkat rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah kasus ini. Di dalam makalah
kasus ini saya sudah berupaya semampu mungkin,namun apabila ada kekurangan
dan kesalahan baik dari segi isi maupun bahasanya,saya mengharapkan adanya
masukan dan saran perbaikan dan kesempurnaan makalah kasus ini. Dalam hal ini
saya mengambil judul TUBERCULOSIS
penulisan makalah kasus ini tidak lepas dari bantuan,bimbingan baik moril maupun
materil dukungan dari berbagai pihak,maka dengan ini saya mengucapkan terima
kasih kepada ibu Dra.Hj sukmawati Hsb selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada saya dalam penulisan kasus ini.
akhirnya saya berserah diri kepada Tuhan yang Maha Esa,semoga ilmu yang
diperoleh berguna bagi nusa,bangsa,dan agama.

tebing tinggi,

2013

lisa juniartika purba

DAFTAR ISI
Halaman

kata pengantar..................................................................i
Daftar isi...........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................1
1.2 Ruang Lingkup Masalah..............................................1
1.3 Tujuan penulisan.........................................................1
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Medis...................................................2
2.1 Definisi.....................................................................2
2.1.2 etiologi...................................................................2
2.1.3 patofisiologis..........................................................2
2.1.4 Manifestasi klinis....................................................3
2.1.5 Pemeriksaan...........................................................4
2.1.6 pengkajian..............................................................5
2.2 Konsep Dasar keperawatan/kebidanan........................6
2.2.1 Pengkajian.............................................................7
2.2.2 Diagnosa keperawatan............................................7

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian..........................................................8
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................8
3.3 Intervensi...........................................................9
3.4 implementasi......................................................9
3.5 Evaluasi............................................................10

BAB V PENUTUP
5.1 kesimpulan........................................................11
5.2 saran..................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
A. Pengertian

Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang penyebarannya melalui: saluran pernapasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (Price, 2005, p.753).
Menurut Price (2005, p.753) tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman bakteri tahan asam ini dapat
merupakan organisme pathogen.
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberculosis
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Departemen
Kesehatan Repulik Indonesia, 2001, p.7).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa Tuberculosis
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
dan penularannya melalui saluran pernafasan.
B. Anatomi Paru-paru
Sumber: Anonim (2009)

1.2RUANG LINGKUP MASALAH


1)tanda dan gejala
2)penyebab dan akibat
3)komplikasi
4)pemeriksaan/penatalaksanaan

1.3 TUJUAN PENULISAN


.tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah diperoleh gambaran secara nyata
dalam merawat pasien dengan TBC
.Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
a)mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien TBC
b)mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada klien TBC
c)mampu melakukan evaluasi

BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 KONSEP DASAR MEDIS
DEFINISI

Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang penyebarannya melalui: saluran pernapasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (Price, 2005, p.753).
Menurut Price (2005, p.753) tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman bakteri tahan asam ini dapat
merupakan organisme pathogen.
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberculosis
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Departemen
Kesehatan Repulik Indonesia, 2001, p.7).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa Tuberculosis
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
dan penularannya melalui saluran pernafasan.
B. Anatomi Paru-paru
C. Penyebab

Menurut

Soeparman

(1996,

p.715)

tuberculosis

paru

disebabkan

oleh

Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran 1-4


/m dan tebal 0,3-0,6 /m. Sebagian kuman terdiri atas lemak (lipid). Lemak inilah
yang membuat kuman tahan asam dan membuat kuman lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik, kuman juga mampu hidup pada udara kering maupun
dingin, bahkan bisa hidup bertahun-tahun di lemari es. Hal ini terjadi karena kuman
bersifat dormant dan sifat lain dari kuman ini adalah bersifat aerob sehingga kuman
ini hidup pada jaringan yang kaya oksigen. Bagian apical paru-paru merupakan
tempat predileksi penyakit tuberculosis paru.

Menurut Price (2005, p.753) tempat masuk kuman Mycobacterium tuberculosis


adalah saluran pernapasan, pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin,
yang penyebaranya melalui susu yang terkontaminasi.
Dahak manusia adalah sumber yang paling penting. Batuk, berbicara dan meludah
memproduksi percikan sangat kecil berisi Mycobacterium tuberculosis yang
melayang-layang di udara. Kuman ini dapat terhirup napas dan menyebabkan
panyakit (Crofton, 2002, p.10).
D. Patofisiologi

Menurut Soeparman (1996, p.715), dilihat dari patofisiologinya TB paru dibagi


menjadi dua, yaitu:
1.

Tuberculosis Primer

Penularan tuberculosis primer paru terjadi karena kuman dibatukkan atau


dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei dalam udara. Bila partikel infeksi ini
terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru masuk
ke alveolus dan akan dihadapi pertama kali oleh neotrofil kemudian oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag lalu keluar dari
cabang trakeobronkhial bersama dengan gerakan silia dengan sekretnya. Bila
kuman menetap di jaringan paru, ia akan tumbuh dan berkembang baik dalam
sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan berbentuk
sarang tuberculosis pnemonia kecil yang disebut sarang primer atau efek primer.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran saluran getah bening hilus
(limfadenitis regional). Bila pada sarang primer terjadi limfangitis lokal sekaligus
limfadenitis regional akan mengakibatkan kompleks primer.
Komplek primer selanjutnya dapat menjadi:
a.
b.

Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.


Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic,

kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon.


c.
Berkomplikasi dan menyebar secara per kontinuitatum, bronkogen, limfogen
dan hematogen.
2.

Tuberculosis Sekunder

Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun


kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (Tuberculosis Post
Primer atau Sekunder). Dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region atas
paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke
daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini mula-mula
juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3 sampai 10 minggu sarang menjadi
tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datialanghans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan
bermacam-macam jaringan iliaka. Tuberculosis post primer juga berasal dari infeksi
eksogen dari usia muda menjadi tuberculosis usia tua tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini dapat menjadi:
a.

Direabsorbsi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

b.

Sarang yang mula-mula meluas tetapi segera menyembuh dengan serbukan

jaringan fibrosis ada yang membungkus diri menjadi keras menimbulkan


perkapuran.

Sarang

dini

yang

meluas

sebagai

granuloma

berkembang

menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami necrosis,


menjadi lembek membentuk jaringan keju.
Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan menjadi kavitas. Kavitas ini mula-mula
berdinding tipis lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast
dalam jumlah besar, menjadi kavitas sclerotic (kronik). Di sini lesi sangat kecil
tetapi berisi bakteri sangat banyak.
Kavitas dapat:
1)
Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru.
2)
Memadat dan membungkus diri menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat
mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan menjadi
kavitas lagi.
3)
Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh
dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang berakhir sebagai kavitas yang
terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.
E. Pathway

F. Manifestasi Klinis

Menurut Soeparman (1996, p.718) mengemukakan bahwa keluhan yang dirasakan


klien tuberculosis dapat bermacam-macam, ada juga yang ditemukan tanpa keluhan
sama sekali dengan pemeriksaan kesehatan.
Keluhan yang tebanyak dari penderita tuberculosis adalah:
1.

Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza tetapi kadang-kadang panas badan


mencapai 40C - 41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali.
2.

Batuk/batuk darah

Batuk terjadi karena iritasi pada brochus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronchus pada setiap penyakit
tidak sama. Sifat batuk dimulai batuk kering (non produktif), kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan lanjut
berupa batuk berdarah yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah.
3.

Sesak napas

Pada penyakit ringan / baru sesak napas belum terasa. Sesak napas akan ditemukan
pada penyakit yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4.

Nyeri dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura, sehingga
menimbulkan pleuritis. Gesekan kedua pleura, terjadi saat inspirasi dan ekspirasi.
5.

Malaise

Gejala malaise sering ditemukan berupa anorexia, tidak ada nafsu makan, berat
badan turun, sakit kepala, nyeri otot, keringat di malam hari. Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara teratur.

G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Alsagaff (2005, p.89), pemeriksaan penunjang untuk pasien tuberculosis


adalah:
1.

Pemeriksaan Radiologi

Macam-macam gambaran kelainan paru:


a.

Pada tuberculosis paru menahun tampak gambaran fibrosis, kavitas, kelainan

noduler dengan bermacam-macam ukuran serta proses eksudatif pada segmen


posterior atau apikal dari lobus superior dari lobus inferior.
b.
Kelainan akibat penyebaran hematogen, bersifat difus atau simetris kecil-kecil
(milier), jadi berbeda dengan penyebaran bronchogen yang tidak simetris dan
setempat.
c.
Tuberculosis paru akut dengan gambaran menyerupai proses pneumonia
karena infeksi yang tidak mudah sembuh jika tidak diberi terapi spesifik.
d. Ada konsolidasi homogen yang mengenai satu segmen/lobus, yang disebabkan
oleh obstruksi endobronkial.
2.

Pemeriksaan Laboratorium

a.
Dahak
Hasil pemeriksaan makrokopis dahak dapat membantu menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan makrokopis dahak (baik dengan pengecatan maupun sitologi) sering
dapat membantu menemukan etiologi. Khusus pada tuberculosis paru, dahak yang
mengandung basil tahan asam merupakan satu-satunya pegangan diagnosis yang
dipakai dalam program pemberantasan penyakit tuberculosis paru.
Depkes RI (2001, p.23) berpendapat bahwa Mycobacterium tuberculosis sebagai
penyebab tuberculosis, berbentuk batang dan mempunyai sifat tahan terhadap
penghilangan warna dengan asam dan alkohol. Karena itu disebut Basil Tahan

Asam (BTA), kuman baru dapat dilihat di bawah mikroskop bila jumlahnya paling
sedikit 5.000 kuman dalam satu mili-liter dahak. Dahak yang baik untuk diperiksa
adalah dahak kental dan purulent (mucopurulent) berwarna hijau kekuningkuningan, dengan volume 3-5 ml tiap pengambilan.
b.
Cairan pleura
Cairan diperoleh dengan melakukan fungsi percobaan pada kasus-kasus yang
diduga tuberculosis disertai dengan efusi pleura (dengan pemeriksaan fisik) dan
dilakukan pemeriksaan baik makrokopis maupun mikrokopis.
c.
Darah
Pemeriksaan darah tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk menyokong
diagnosa tuberculosis paru, karena hasil pemeriksaan darah tidak menunjukkan
gambaran yang khas. Gambaran darah kadang-kadang dapat membantu menentukan
aktivitas penyakit.
d.
Laju Endap Darah
Laju Endap Darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi Laju Endapan Darah
yang normal tidak dapat mengesampingkan proses tuberculosis aktif.
e.
Leukosit
Jumlah leukosit dapat normal atau sedikit meningkat pada proses aktif.
f.
Hemoglobin
Pada penyakit tuberculosis berat sering disertai dengan anemia derajat sedang,
bersifat normositik dan sering disebabkan defisiensi besi.
g.
Uji Tuberculin
Uji Tuberculin merupakan pemeriksaan guna menunjukkan reaksi imunitas seluler
yang timbul setelah 4-6 minggu penderita mengalami infeksi pertama dengan basil
tuberculosis. Banyak cara yang dipakai, tapi yang paling sering adalah cara dari
Mantoux.

Depkes RI (2001, p.15) berpendapat cara Mantoux (penyuntikan intra cutan)


dengan semprit tuberculin 1 cc jarum nomor 26. Tuberculin yang dipakai adalah
tuberculin PPD (Purified Protein Deriatif). Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah
penyuntikan. Uji tuberculin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5
mm (pada gizi buruk).
H. Pengkajian Fokus

Menurut Doenges (2000, p.240) pengkajian fokus pada tuberculosis adalah sebagai
berikut:
1.

Aktivitas/istirahat

Gejala

: Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek kerena kerja silia.

Kesulitan tidur pada malam atau demam, menggigil dan atau berkeringat, mimpi
buruk.
Tanda : Takikardia, takipnea, dyspnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak
tahap lanjut.
2.

Integritas ego

Gejala

: Adanya/faktor stress lama, masalah keuangan, rumah. Perasaan tak

berdaya/tak ada harapan.


Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini), anxiety, ketakutan, mudah
tersinggung.
3.

Makanan/cairan

Gejala

: Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat

badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang lemak
subcutan.

4.

Nyeri/kenyamanan

Gejala

: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.


5.

Pernapasan

Gejala

: Batuk produktif atau tak produktif, napas pendek, riwayat

tuberculosis/terpajan pada individu terinfeksi.


Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan tak simetri,
perkusi pekak dan penurunan fremitus, bunyi napas menurun, krekels tercatat di
apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek, deviasi trakeal. Karakteristik
sputum: hijau/purulent, mukoid kuning, atau bercak darah.
6.

Keamanan

Gejala

: Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS dan kanker, tes HIV

positif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
7.

Interaksi sosial

Gejala

: Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan pola

biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.


8.

Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala

: Riwayat keluarga tuberculosis, ketidakmampuan umum/status

kesehatan

buruk,

gagal

berpartisipasi dalam terapi.


2.2.2 Diagnosa Keperawatan

untuk

membaik/kambuhnya

tuberculosis,

tidak

1.

Resiko tinggi infeksi (penyebaran/infeksi ulang)

a.

Definisi

: Keadaan ketika seorang individu berisiko terserang oleh agens

patogenik atau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari
sumber-sumber eksternal, sumber-sumber endogen atau eksogen (Carpenito, 2007,
p.239).
b.
Faktor risiko
Melemahnya daya tahan penjamu
Tempat masuknya organisme.
Kontak dengan agens yang menular.
2.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

a.

Definisi

: Suatu keadaan dimana seorang individu mengalami suatu

ancaman yang nyata/potensial pada status pernapasan sehubungan dengan


ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Carpenito, 2007, p.381).
b.
Batasan karakteristik
1)
Mayor
Batuk tak efektif/tidak ada batuk
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan napas.
2)
Minor
Bunyi napas abnormal.
Frekuensi, irama, kedalaman pernapasan abnormal.
3.

Ketidakefetifan pola napas

a.

Definisi

: Keadaan ketika seorang individu mengalami kehilangan

ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola
pernapasan (Carpenito, 2007, p.383).
b.
Batasan karakteristik
1)
Mayor
Perubahan dalam frekuensi atau pola pernapasan
Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
2)
Minor
Ortopnea
Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi

Pernapasan disritmik, pernapasan sukar/hati-hati


4.

Gangguan pertukaran gas

a.

Definisi

: Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan

jalannya gas (oxygen dan carbondiocsida) yang aktual antara paru dan sistem
vaskuler (Carpenito, 2007, p.385).
b.
Batasan karakteristik
1)
Mayor
Dyspnea saat melakukan aktivitas.
2)
Minor
Konfusi/agitasi
Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk, satu tangan pada setiap
lutut, condong ke depan.
Bernapas dengan mulut dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang
lama.
Letargi dan keletihan
Peningkatan tekanan

vascular

pulmonal,

penurunan

motilitas

lambung,

pengosongan lambung lama, penurunan isi oxygen, penurunan saturasi oxygen,


peningkatan PCO2.
5.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a.

Definisi

: Suatu keadaan dimana seorang individu yang tidak puasa

mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan berhubungan dengan


masukan yang tidak adekuat/metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk
kebutuhan metabolik (Carpenito, 2007, p.299).
b.
Batasan karakteristik
1)
Mayor
Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalmai masukan makanan yang
tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan
atau kebutuhan metabolik aktual/potensial dalam masukan yang berlebihan.

2)
Minor
Berat badan 10% - 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal untuk tinggi dan
kerangka tubuh.
Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot pertengahan. Lingkar
kurang dari 60 % dari standar pengukuran.
Kelemahan otot dan nyeri tekan.
Penurunan albumin serum, penurunan tranferin serum atau penurunan kapasitas
ikatan besi.
6.

Intoleransi aktivitas

a.

Definisi

: Penurunan fisiologis untuk melakukan aktivitas sampai tingkat

yang diinginkan atau yang dibutuhkan (Carpenito, 2007, p.3).


b.
Batasan karakteristik
1)
Mayor
Selama aktivitas:
Kelelahan
Pusing
Dyspnea
.\

BAB III TINJAUAN KASUS


A.Pengkajian
Pengkajian dilakukakan pada tanggal 21 OKTOBER 2013
1.Biodata
a.Identitas pasien
Nama : Tn. P
Umur : 25 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Jawa / WNI
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : STM
Pekarjaan : Swasta
Alamat : T TINGGI
Diagnosa : Tuberkulosis Paru

3.3 Fokus Intervensi


1.

Risiko tinggi infeksi (penyebaran/infeksi ulang) berhubungan dengan

pertahanan primer tak adekuat, kerusakan jaringan/tambahan infeksi, penurunan


pertahanan/penekanan proses inflamasi (Doenges, 2000, p.242).
a.
1)
2)
b.
1)

Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda penyebaran infeksi.
Menunjukkan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi :
Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara

selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa, menyanyi.


Rasional: Membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program
pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi. Pemahaman
bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi membantu
pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang
lain.
2)

Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota rumah, sahabat

karib/teman.
Rasional: Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran/terjadinya infeksi.
3)
Anjurkan pasin untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
menghindari meludah.
Rasional: Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
4)
Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi sesuai
indikasi.
Rasional: Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang
stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
5) Awasi suhu sesuai indikasi.
Rasional: Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.

6)
Identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberculosis.
Rasional: Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola
hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.
7) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
Rasional: Periode singkat berakhir 2 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada
adanya rongga atau penyakit luas sedang, risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut
sampai 3 bulan.
8)
Kolaborasi pemberian agen anti infeksi.
Rasional: Membantu menurunkan penyebaran infeksi.
3.4 IMPLEMENTASI
1.memonitor tanda-tanda vital dengan melakukan vital sign secara rutin
2.pemeriksaan laboratorium
3.menciptakan lingkungan yang nyaman
3.5 EVALUASI

1.sudah dilakukan tanda-tanda vital


2.sudah dilakukan pemeriksaan lab rutin
3.sudah menciptakan lingkungan yang nyaman

BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan isi pembahasan, dapat disimpulkan bahwa, penyakit TBC dapat


disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. misalkan, jika seseorang terlalu
banyak bekerja keras, dan lupa untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam dirinya,
maka tentu saja daya tahan tubuh akan berkurang, sehingga penyakit ini dapat
diderita oleh orang tersebut. pada umumnya penyakit ini bermula dari sebuah
penyakit batuk biasa. namun bila penyakit batuk ini sudah tidak diobati selama tiga
minggu, maka akan berakibat lebih buruk, dan akhirnya timbullah penyakit TBC.

SARAN

Sebagai mahasiswa kebidanan kita harus mengetahui tentang penyakit


tuberculosis ini,hal ini ditunjukkan apabila mahasiswa menemukan kasus penyakit
ini dilingkungannya.

You might also like