You are on page 1of 37

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

REFERAT
Kopi dan Kardiovaskuler
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
\
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Hersa Donantya, Sp.PD
Disusun Oleh :
Linda Faradhita

H2A011026

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN KLINIK


ILMU PENYAKIT DALAM

Presentasi Referat:
Kopi dan Kardiovaskuler

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Disusun Oleh:
Linda Faradhita

H2A011026

Telah disetujui oleh Pembimbing:


Nama pembimbing

Tanda Tangan

dr. Hersa Donantya, Sp. PD

.............................

BAB I
PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang banyak dikonsumsi
masyarakat. Dari tahun ke tahun konsumsi kopi mengalami peningkatan baik di
Indonesia maupun di dunia. Menurut Konsultan Internasiona Coffe Organization
(ICO), memperkirakan bahwa pertumbuhan konsumsi kopi global dalam periode
2005 2015 meningkat 35,9 %, sedangkan konsumsi kopi di Indonesia
mengalami kenaikan rata rata sekitar 3 % setiap tahunya. Hal ini dikarenakan
semakin banyaknya variasi kopi yang ada di pasaran. Selain itu kebiasaan
meminum kopi pada saat ini telah menjadi salah satu kebiasaan gaya hidup di
masyarakat.
Kopi mengandung lebih dari 1000 senyawa potensial aktif yang terdapat
dalam biji kopi maupun yang terbentuk dari proses pemasakan kopi. Beberapa
senyawa aktif yang diketahui yaitu kafein (stimulator yang kuat dan
bronkodilator), diterpene alcohols (dapat meningkatkan serum kolesterol), dan
chlorogenic acids (anti oksidan dan anti inflamasi).
Kopi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler karena adanya
kandungan kafein. Terhadap sistem kardiovaskuler, kafein dapat bersifat inotropik
dan kronotropik positif dan dapat menurunkan tekanan darah karena sifatnya yang
merelaksasi otot polos perifer. Kafein juga dapat menyebabkan penurunan denyut
jantung pada perangsangan vagal reseptor dan peningkatan tekanan darah pada
perangsangan pusat vasomotor medulla.
Kafein memiliki metabolisme kompleks pada sistem sirkulasi dan efek
akhirnya sebagian besar bergantung pada kondisi pada saat pemberian, dosis yang
digunakan dan riwayat pajanan terhadap metilxantin. Melalui mekanisme kerjanya
terhadap SSP kafein dapat meningkatkan kesadaran dan mengurangi kelelahan,
oleh karena itu, masyarakat sering mengkonsumsi kopi untuk mendapatkan
khasiat tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem utama yang ada
pada organisme. Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mempertahankan
kualitas dan kuantitas cairan yang ada di dalam tubuh agar tetap homeostatis.
Organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung sebagai alat
pompa utama, pembuluh darah, serta darah.
A. Anatomi Jantung
1. Pengertian Jantung
Jantung merupakan organ muskular berongga yang
bentuknya

mirip

piramid

dan

terletak

di

dalam

pericardium di mediastinum. Basis cordis dihubungkan


dengan pembuluh-pembuluh darah besar, meskipun
demikian tetap terletak bebas di dalam. Dua pertiga
jantung terletak disebelah kiri garis midsternal. Jantung
dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih
sebesar kepalan tangan pemiliknya.1,2

Gambar 2.1 Jantung3


2. Permukaan Jantung

Jantung

mempunyai

tiga

permukaan:

facies

sternocostalis (anterior), facies diaphragmatica (inferior),


dan

basis

cordis

(facies

posterior).

jantung

juga

mempunyai apex yang arahnya ke bawah, depan, dan


kiri.

3,4

Gambar 2.2 Otot jantung dilihat dari ventral


3. Batas Jantung
Batas

kanan

jantung

dibentuk

oleh

atrium

dextrum, batas kiri oleh auricula sinistra dan di bawah


oleh

ventricuius

sinister

Batas

bawah

terutama

dibentuk oleh ventriculus dexter tetapi juga oleh atrium


dextrum dan apex oleh ventriculus sinister. Batas-batas
ini penting pada pemeriksaan radiografi jantung.

4. Ruang-Ruang Jantung
Jantung dibagi oleh septa vertikal menjadi empat
ruang: atrium dextrum, atrium sinistrum, ventriculus
dexter, dan ventriculus sinister. Atrium dextrum terletak

anterior

terhadap

atrium

sinistrum

dan

ventriculus

dexter anterior terhadap ventriculus sinister.

Gambar 2.4 Ruang-ruang Jantung


Dinding

jantung

tersusun

atas

otot

jantung,

myocardium, yang di luar terbungkus oleh pericardium


serosum, yang disebut epicardium, dan di bagian dalam
diliputi oleh selapis endothel disebut endocardium.4
5. Struktur Jantung
Dinding jantung

terdiri

atas

lapisan

tebal

otot

jantung, myocardium, yang dibungkus dari luar oleh


epicardium

dan

dibatasi

di

sebelah

dalam

oleh

endocardium. Bagian atrium jantung relatif mempunyai


dinding

yang

interatriale

tipis

menjadi

dan

dibagi

atrium

dua

dextrum

oleh

septum

dan

atrium

sinistrum. Septum berjalan dari dinding anterior jantung


menuju ke belakang dan kanan. Bagian ventrikel jantung
mempunyai dinding yang tebal dan dibagi dua oleh

septum

ventriculare

(interventriculare)

menjadi

ventriculus dexter dan ventriculus sinister. Septum


terletak miring, dengan satu permukaan menghadap ke
depan dan kanan serta permukaan lainnya menghadap
ke belakang dan kiri. Posisinya diidentifikasi pada
permukaan jantung sebagai sulcus interventricularis
anterior dan posterior. Bagian bawah septum tebal dan
dibentuk oleh otot. Bagian atas septum lebih kecil, tipis,
membranosa, dan terikat pada rangka fibrosa.

Gambar 2.8 Otot jantung


Yang disebut rangka jantung, terdiri atas cincin-cincin
fibrosa

yang

mengelilingi

ostium

trunci

pulmonalis

ostium
dan

atrioventriculare,

ostium

aortae

dan

melanjutkan diri ke pars membranosa, bagian atas


septum ventriculare. Cincin fibrosa disekeliling ostium
atrioventriculare memisahkan dinding otot atrium dan
ventrikel

namun

menyediakan

tempat

perlekatan

serabut-serabut otot. Cincin fibrosa menyokong basis


cuspis Valva dan mencegah valva dari peregangan dan
menjadi inkompeten.

6. Dinding jantung, otot jantung 6


a. Dinding jantung

Dinding jantung tersusun atas tiga lapisan,


yaitu:
1) Epikardium adalah suatu lapisan tipis di bagian luar
yang membungkus jantung. Epikardium tersusun dari
lapisan

sel-sel

mesotelial

yang

berada

di

atas

jaringan ikat.
2) Miokardium adalah suatu lapisan tengah yang terdiri
dari jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk
memompa darah dan membentuk bagian terbesar
dari dinding jantung.

3) Endokardium (dalam) tersusun dari lapisan endotelial


yang terletak di atas jaringan ikat. Lapisan ini
melapisi jantung, katup, dan menyambung dengan
lapisan endotelial yang melapisi pembuluh darah
yang memasuki dan meninggalkan jantung.

b. Otot jantung

Masing-masing sel otot jantung saling berhubungan


untuk

membentuk

serat

yang

bercabang-cabang,

dengan sel-sel yang berdekatan disatukan ujungnya


struktur khusus yang dinamai diskus interkalaris. Di
dalam lempeng ini, terdapat dua jenis taut membran,
yakni desmosom dan taut celah. Desmosom adalah
suatu tipe taut erat yang secara mekanis menyatukan
sel-sel, sangat banyak terdapat di jaringan seperti
9

jantung yang mengalami stres mekanis besar. Pada


interval-interval

tertentu

di

sepanjang

diskus

interkalaris, membran yang saling berhadapan saling


mendekat untuk membentuk taut celah, yaitu daerah
dengan resistensi listrik rendah yang memungkinkan
potensial aksi menyebar dari satu sel jantung ke sel
sekitarnya.

Sebagian

sel

otot

jantung

dapat

menghasilkan potensial aksi, impuls listrik menyebar ke


semua sel lain yang disatukan oleh taut celah di massa
otot

sekitar

sehingga

mereka

tereksitasi

dan

berkontraksi sebagai suatu sinsitium fungsional tunggal.


Atrium

dan

ventrikel

masing-masing

membentuk

sinsitium fungsional dan berkontraksi secara terpisah.


Kontraksi sinkron sel-sel otot yang membentuk dinding
masing-masing
menghasilkan

dari

rongga

gaya

yang

jantung

tersebut

dibutuhkan

untuk

menyemprotkan darah yang terdapat di dalamnya.6


c. Kantung perikardium

Perikardium adalah kantung berdinding ganda yang


dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung dan
pembuluh

darah

besar.

Kantung

ini

melekat

pada

diafragma, sternum, dan pleura yang membungkus paruparu.

10

a. Lapisan fibrosa luar pada perikardium tersusun dari


serabut kolagen yang

membentuk lapisan jaringan ikat

rapat untuk melindungi jantung.


b. Lapisan serosa dalam terdiri dari dua lapisan.
1) Membran viseral (epikardium) menutup permukaan
jantung.
2) Membran parietal melapisi permukaan bagian dalam
fibrosa perikardium.
Lapisan sekretorik kantung mengeluarkan cairan
perikardium, yakni cairan encer yang berfungsi sebagai
pelumas

untuk

mencegah

gesekan

antara

lapisan-

lapisan perikardium sewaktu lapisan-lapisan tersebut


saling bergesek setiap kali jantung berdenyut
d. Perdarahan Jantung
Terdapat dua kelompok pembuluh darah utama yang
mengalirkan darah dari dan ke jantung, yaitu pembuluh
darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal.
Pembuluh darah pulmonal
Arteri pulmonaris > mengangkut darah dari
ventrikel kanan ke paru-paru
Vena pulmonaris > mengangkut darah dari
paru-paru ke atrium kiri

Pembuluh darah sistemik


Arteri sistemik : membawa darah bersih dari
ventrikel kiri ke sirkulasi sistemik melalui aorta,
cabang-cabang aorta:

a. koronaria : ke jantung

a. karotis : ke leher, kepala dan otak

a. subklavia : ke lengan dan daerah dada

11

a. abdominalis: ke organ-organ abdomen

a. iliofemoralis: ke panggung dan tungkai

Vena sistemik : membawa darah kotor kembali


ke atrium kanan melalui vena kava superior dan
vena kava inferior. Vena yang bermuara ke v. kava
superior:

v. jugular : dari kepala

v.subklavia dan inominatum: dari lengan dan


dada

Vena

yang

bermuara

ke

v.

kava

inferior

v.

iliofemoralis: dari tungkai dan panggul.


Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria
dextra dan sinistra, yang berasal dari aorta ascendens
tepat di atas valva aortae. Arteriae

coronariae dan

cabang-cabang

di

utamanya

terdapat

permukaan

jantung, terletak di dalam jaringan ikat subepicardial.

12

Gambar 2.9 Pembuluh darah jantung


a. Ringkasan
Seluruh
Pendarahan
Jantung

pada

Sebagian Besar Orang


Arteria coronaria dextra mendarahi semua
ventriculus dexter (kecuali sebagian kecil daerah
sebelah kanan sulcus interventricularis), bagian yang
bewariasi dari
sinister,

facies

sepertiga

diaphragmatica

ventriculus

posteroinferior

septum

ventriculare, atrium dextrum dan sebagian atrium


sinistrum, nodus sinuatrialis, nodus atrioventricularis,
dan fasciculus atrioventricularis. Cabang berkas kiri
juga menerima darah dari cabang-cabang kecil.
Arteria coronaria sinistra mendarahi hampir
semua ventriculus sinistr, sebagian kecii ventricuius
dexter

sebeiah

duapertiga

kanan

anterior

suicus

interventricularis,

septum ventriculare,

hampir

seiuruh atrium kiri, cabang berkas kanan dan cabang


berkas kiri fasciculus atrioventricularis.

13

b. Suplai Darah untuk Sistem Konduksi


Nodus sinoatrialis biasanya diperdarahi oleh
arteria coronaria dextra tetapi kadang-kadang oleh
arteria

coronaria

sinistra.

Nodus

dan

fasciculus

atrioventricularis diperdarahi oleh arteria coronaria


dextra.

Cabang

berkas

kanan

fasciculus

atrioventricularis diperdarahi oleh arteria coronaria


sinistra;

cabang

berkas

kiri

fasciculus

atrioventricuiaris diperdarahi oleh arteria coronaria


sinistra dan arteria coronaria dextra.
e. Pembuluh Balik Jantung
Distrubusi vena koroner sesungguhnya

parallel

dengan distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung


mempunyai tiga bagian, yaitu :
Vena tabesian, merupakan sistem terkecil yang
menyalurkan sebagian darah dari miokardium
atrium kanan dan ventrikel kanan.
Vena kardiaka anterior, mempunyai fungsi yang
cukup berarti, mengosongkan sebagian besar isi
vena ventrikel langsung ke atrium kanan.
Sinus koronarius dan cabangnya, merupakan
sistem vena yang paling besar dan paling penting,
berfungsi menyalurkan pengembalian darah vena
miokard ke dalam atrium kanan melalui ostinum
sinus koronaruis yang bermuara di samping vena
kava inferior
Sebagian besar darah dari dinding jantung mengalir
ke atrium kanan melalui sinus coronarius, yang tedetak
pada bagian posterior sulcus atrioventricularis
merupakan

lanjutan

dari

vena

cardiaca

dan

magma.

Pembuluh ini bermuara ke atrium dextrum sebelah kiri


vena cava inferior. Vena cardiaca parva dan vena
14

cardiaca media merupakan cabang sinus coronarius.


Sisanya dialirkan ke atrium dextrum melalui vena
ventriculi dextri anterior

dan melalui vena-vena kecil

yang bermuara langsung ke ruang-ruang jantung.


f. Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan
parasimpatis susunan saraf otonom melalui plexus
cardiacus yang terletak di bawah arcus aortae. Saraf
simpatis berasai dari bagian cervicale dan thoracale
bagian atas truncus symphaticus, dan persarafan
parasimpatis berasal dari nervus vagus.
B. Fisiologi Jantung1,2
Secara anatomis, jantung adalah organ tunggal yang
terdiri dari sisi kanan dan kiri yang berfungsi sebagai dua
pompa terpisah. Jantung dibagi menjadi paruh kanan dan
kiri, serta memiliki empat rongga, satu rongga atas dan
satu rongga bawah di masing-masing paruh. Ronggarongga atas, atrium berfungsi menerima darah yang kemb
ali ke jantun dan memindahkannya ke rongga bawah, dan
ventrikel

berfungsi

memompa

darahdari jantung. Pembuluh yang mengembalikan darah d


ari jaringan ke atrium

adalah vena, dan yang membawa

darah dari ventrikel ke jaringan adalah arteri. Kedua paruh


jantung dipisahkan oleh septum, yaitu suatu partisi berotot
kontinu yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi
jantung. Pemisah ini sangat penting karena separuh kanan
jantung

menerima

dan

memompa

darah

miskin

O 2,

sementara sisi kiri jantung menerima dan memompa darah


kaya O2.1
1.

Sistem Konduksi Jantung


15

Umumnya jantung berkontraksi secara ritmik sekitar


70 sampai 90 denyut per menit pada orang dewasa
dalam keadaan istirahat. Kontraksi ritmik berasal secara
spontan dari sistem konduksi dan impulsnya menyebar
ke berbagai bagian jantung, awalnya atrium berkontraksl
bersama-sama dan kemudian diikuti oleh kontraksi
kedua

ventrikel

secara

bersama-sama.

Sedikit

penundaan penghantaran impuls dari atrium ke ventrikel


memungkinkan atrium mengosongkan isinya ke dalam
ventrikel sebelum ventrikel berkontraksi.

Gambar 2.10 Konduksi Jantung


Sistem konduksi jantung terdiri atas otot jantung
khusus yang terdapat pada nodus sinuatrialis, nadul
atrioventricularis, fasciculus atrioventricularis beserta
dengan crus dextrum dan crus sinistrumnya, dan plexus
sub-endocardial serabut Purkinje. (Serabut khusus otot
jantung

yang

membentuk

sistem

konduksi

jantung

dikenal sebagai serabut Purkinje).2


2.
Mekanisme Kontraksi5
Pada otot jantung, seperti halnya pada otot rangka
mekanisme kontraksi dan relaksasi terdiri dari lima
tahap:2

16

1) Potensial aksi pada membran sel membuka saluran Ca


sehingga

terjadi

kedalam

peningkatan

sitoplasma

arus

dengan

Ca2+

masuk

konsekuensi

meningkatnya konsentrasi Ca2+


2) Terikatnya Ca2+
konformasi

dengan TnC yang akan mengubah

troponin-tropomiosin

kompleks

dengan

aktin
3) Perubahan konformasi ini menyebabkan cross-bridge
sehingga menimbulkan kontraksi
4) Bila tidak ada stimulus, Ca2+akan di re-uptake kedalam
retikulum sarkoplasma dan terjadi pemisahan antara
Ca2+ dengan TnC
5) Filamen tipis akan kembali ke konfigurasi awal dimana
TnI

akan

menutupi

bagian

aktin

yang

akan

berinteraksi dengan kepala miosin.5


3.

Kerja Jantung
Jantung merupakan pompa muskular. Serangkaian

perubahan yang terjadi di dalam jantung pada saat


pengisian darah dan pengosongan darah disebut sebagai
siklus jantung. Jantung normal berdenyut sekitar 70
sampai 90 kali per menit pada orang dewasa yang
sedang istirahat dan sekitar 130 sampai 150 kali per
menit pada anak yang baru lahir.1
Darah secara terus menerus kembaii ke jantung,
dan selama sistolik ventrikel (kontraksi), saat valva
atrioventricularis tertutup, darah untuk sementara di
tampung di dalam vena-vena besar dan atrium. Bila
ventrikel

mengalami

diastolik

(relaksasi),

valva

atrioventricularis membuka, dan darah secara pasif


mengalir dari atrium ke ventrikel. Waktu ventrikel hampir
penuh, terjadi sistolik atrium dan memaksa sisa darah

17

dalam

atrium

masuk

ke

daiam

ventrikel.

Nodus

sinuatrialis memulai gelombang kon- traksi pada atrium,


yang dimulai di sekitar muara-muara vena-vena besar
dan "memeras" darah ke ventrikel. Dengan cara ini tidak
terdapat refluks darah ke dalam vena. 1
Impuls jantung yang telah mencapai

nodus

atriaventricularis diteruskan ke musculi papilares melalui


fasciculus
Musculi

atrioventricularis
papiliares

memendekkan

lalu

chordae

dan
mulai

cabang-cabangnya.
berkontraksi

tendineae

yang

dan

kendur.

Sementara itu, ventrikel muiai berkontraksi dan valva


atrioventricularis menutup. Penyebaran impuls jantung
sepanjang
cabang

fasciculus

atriovntricualris

terminalnya,

termasuk

dan

serabut

cabangPurkinje,

menjamin bahwa kontraksi myocardium terjadi hampir


bersamaan waktunya di seiuruh ventrikel.1

Bila

Gambar 2.11 Sistem Kerja Jantung


tekanan darah intraventrikular melebihi

tekanan di dalam arteri-arteri besar (aorta dan truncus


pulmonalis), cuspis valvula semilunaris terdorong ke

18

samping dan darah dikeluarkan dari jantung. Pada akhir


sistolik ventrikel, darah mulai bergerak kembali ke
ventrikel dan dengan segera mengisi kantong-kantong
valvula semilunaris. Cuspis terletak dalam keadaan
aposisi dan menutupi ostium aortae dan pulmonalis
dengan sempurna.
4.
Sirkuit Lengkap Aliran Darah
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke
atrium kanan melalui dua vena besar, vena kava, satu
mengembalikan darah dari level di atas jantung dan
yanglain dari level di bawah jantung. Tetes darah yang
masuk ke atrium kanan telah kembali dari jaringan
tubuh,

dimana

O2 telah

diambil

darinya

dan

CO2

ditambahkan ke dalamnya. Darah yang terdeoksigenasi


parsial ini mengalir dari atrium kanan ke dalamventrikel
kanan,

yang

memompanya

keluar

menuju

arteri

pulmonalis, yang segeramembentuk dua cabang, satu


berjalan ke masing-masing dari kedua paru. Oleh karena
itu, sisi kanan jantung menerima darah dari sirkulasi
sistemik dan memompanya kedalam sirkulasi paru.1

Gambar 2.12 Sirkulasi Darah


Di dalam paru, tetes darah tersebut kehilangan CO 2
ekstra

dan

menyerap

pasokan

segar

O2

sebelum

dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis


yang datang dari kedua paru. Darah kaya O 2 yang
kembali ke atrium kiri ini selanjutnya mengalir ke dalam

19

ventrikel kiri, rongga pemompa yang mendorong darah


ke seluruh sistem tubuh kecuali paru; jadi sisi kiri jantung
menerima darah dari sirkulasi paru dan memompanya ke
dalam

sirkulasi

sistemik.

Satu

arteri

besar

yang

membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta.


Aorta bercabang-cabang menjadi arteri-arteri besar yang
mendarahi berbagai organ tubuh.1
Pada sirkulasi sistemik, sebagian dari darah yang
dipompa oleh ventrikel kiri mengalir ke otot, sebagian ke
ginjal dan ke otak, dsb. Oleh karena itu, keluaran
ventrikel kiri terdistribusi sedemikian sehingga setiap
bagian tubuh menerima darah segar; darah arteri yang
sama tidak mengalir dari organ ke organ. Maka, tetes
darah hanya mengalir ke satu organ sistemik. Sel-sel
jaringan di dalam organ tersebut menyerap O2 dari
darah dan menggunakannya untuk mengoksidasi nutrien
untuk menghasilkan

energi;

dalam

prosesnya,

sel

jaringan membentuk CO2 sebagai produk sisa yang


ditambahkan ke dalam darah. Tetesan darah, yang
sekarang hilang kandungan O2 nya sebagian dan
mengalami peningkatan kandungan CO2 kembali kesisi
kanan jantung yang kembali memompanya ke paru.1
C. Kopi
1. Kandungan kopi
Kandungan kopi terdiri dari senyawa utama antara lain : air,
karbohidrat atau serat, protein, asam amino bebas, lipid mineral,
organic acids, chlorogenic acids, trigonellin, dan kafein.7
Dari senyawa yang terdapat dalam biji kopi tersebut, senyawa yang
aktif adalah sebagai berikut :
a. Kafein
- Definisi
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara
alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %),

20

kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi


secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu
serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein
juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai
industri makanan. 8
Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich
Ferdinand Runge, pada tahun 1820. Dia menciptakan istilah
kaffein, suatu senyawa kimia dalam kopi, yang dalam bahasa
-

inggeris menjadi caffeine.9


Sifat kafein

Kafein

Gambar. Rumus bangun kafein


merupakan sejenis alkaloid heterosiklik

dalam golongan methylxanthine, yang menurut


definisi berarti senyawa organik yang mengandung
nitrogen dengan struktur dua-cincin atau dualsiklik. Molekul ini secara alami terjadi dalam
banyak jenis tanaman sebagi metabolik sekunder.
Fungsinya

dalam

tumbuhan

pestisida

alami

yang

adalah

sebagai

melumpuhkan

dan

membunuh serangga yang memakan tumbuhan


-

tersebut.
Farmakokinetik kafein
Absorbsi kafein dari saluran pencernaan ke aliran
darah adalah sangat cepat dan mencapai 99%
pada manusia yaitu sekitar 45 menit setelah
diingesti. Penyerapannya tidak sempurna apabila
diambil sebagai kopi dengan 90% kafein dalam
secangkir kopi akan diabsorbsi dalam waktu 20
21

menit setelah diminum, dengan efeknya bermula


dalam satu jam dan bertahan selama 3 hingga 4
jam. Kafein yang diabsorbsi akan didistribusi ke
seluruh tubuh. Zat ini dapat melewati sawar otak,
plasenta ke cairan amnion dan fetus, dan ke susu
ibu. Kafein juga pernah dideteksi di dalam semen.9
Konsentrasi plasma memuncak setelah 40 hingga
60 menit dengan waktu paruh kira-kira 6 jam ( 3
sampai 7 jam) pada dewasa sehat. Bagaimanapun,
waktu paruhnya berkurang pada individu yang
merokok dan meningkat sehingga 2 kali lipat pada
wanita hamil atau yang menggunakan kontrasepsi
oral dalam jangka waktu panjang.
Hepar adalah situs utama dalam metabolisme
kafein. Zat ini dimetabolisir secara demethylation
dan oxidation. Jalur metabolisme mayor akan
menghasilkan

paraxanthine

(1,7-

dimethylxanthine), dan metabolit urin yang utama


adalah l-methylxanthine, 1-methyluric acid, dan
aceylated uracyl derivative. Jalur degradasi yang
minor melibatkan pembentukan dan metabolime
theophylline dan theobromine. Kadar eliminasi
methylxanthine

bervariasi

di

antara

individu

karena pengaruh genetik dan lingkungan, sehingga


perbedaan yang mencapai empat kali lipat adalah
tidak mengherankan. Metabolisme zat ini juga
dipengaruhi oleh agen lain atau penyakit khusus.
Misalnya,

merokok

dan

kontrasepsi

oral

menyebabkan peningkatan yang kecil tapi nyata


terhadap eliminasi methylxanthine. Waktu paruh
theophylline dapat meningkat dengan signifikan

22

pada penderita sirosis hati, payah jantung, atau


edema paru akut, dengan nilai melebihi 60 jam
pernah dilaporkan.
-

Mekanisme Kerja Kafein 8,9

Efek

fisiologis

mungkin

kafein

disebabkan

yang

beraneka

oleh

tiga

ragam

mekanisme

kerjanya, (1) mobilisasi kalsium intrasellular, (2)


peningkatan akumulasi nukleotida siklik karena
hambatan

phosphodiesterase.,

antagonisme

reseptor

dan

adenosine.

(3)

Mobilisasi

kalsium intasellular dan inhibisi phosphodiesterase


khusus hanya berlaku pada konsentrasi kafein
yang sangat tinggi dan tidak fisiologis. Oleh sebab
itu, mekanisme kerja yang paling relevan adalah
antagonisme
berfungsi

reseptor

untuk

adenosine.

Adenosine

mengurangkan kadar

ledakan

neuron selain menghambat transimisi sinaptik dan


pelepasan meurotransmiter.
Terdapat empat reseptor adenosine yang dikenal:
A1, A2(A dan B) dan A3. Reseptor A1 dan A2
merupakan subtipe utama yang terlibat dengan
efek kafein karena dapat berikatan dengan kafein
pada dosis kecil, A2B pula berikatan pada dosis
yang tinggi dan A3 tidak sensitif terhadap kafein.
Reseptor A1 banyak terdistribusi di seluruh otak
dengan

densitas

korteks

dan

terdapat
tuberkulum

di

yang

tinggi

di

serebelum

manakala

striatum,

nukleus

olfaktorius

dan

hipokampus,
A2

banyak

akumbens,

amygdala

serta

mempunyai ekspresi yang lemah di globus pallidus


dan nukleus traktus solitarius. Tidak seperti A1,
23

reseptor

A2

berpasangan

dengan

protein

stimulatorik dan berhubungan dengan receptor D2


dopamin.

Administrasi

A2

agonis

akan

mengurangkan afinitas ikatan dopamin di reseptor


D2 yang terletak di membran striatal.
Selain

memberi

efek

terhadap

tidur

dan

kewaspadaan melalui aktivasi neuron kolinergik


mesopontin oleh antagonisme receptor A1 (Dixit,
Vaney & Tandon, 2006), kafein juga berinteraksi
dengan

sistem

dopamin

untuk

memberikan

efeknya terhadap perilaku. Hal ini dicapai melalui


penghambatan reseptor adenosine A2 sehingga
kafein

dapat

mempotensiasi

neurotansmisi

dopamin, dengan demikian dapat memodulasi


reward

system.

toleransi

Selain

dan

komponen

itu,

konsumsi

ketergantungan

genetika

kafein,

mempunyai

berdasarkan

beberapa

penelitian yang melaporkan adanya hubungan


antara polimorfisme gen A2A dengan sensisitivitas
terhadap

efek

kafein.

Antagonisme

reseptor

adenosin mungkin dapat mempengaruhi proses


kognisi

antara

lainnya

dengan

mengaktivasi

reseptor D1 dan D2. Penelitian yang dilakukan


pada monyet telah membuktikan bahwa aktivasi
reseptor D1 dan D2 dapat meningkatkan prestasi
-

tugas yang menggunakan memori kerja.


Efek fisiologis kafein9
Methylxanthine memiliki efek pada sistem saraf
pusat, sistem kardiovaskuler, ginjal, dan otot-otot
rangka serta otot polos.

Efek pada Sistem Saraf Pusat

24

Dalam dosis rendah dan moderat, methylxanthine terutama


kafein

menyebabkan

peningkatan

kortikal

dengan

meningkatkan kewaspadaan dan penundaan kelelahan.


Namun, kafein tidak langsung meningkatkan metabolisme
energi dalam tubuh , bahkan, konsumsi jangka panjang akan
menekan metabolisme energi , yang dapat menyebabkan
kelelahan

adrenal.

Selanjutnya,

menurut

Human

Biochemistry and Disease, dengan menangkal adenosin,


kafein juga dapat mengurangi aliran darah ke otak, yang
menyebabkan timbul keluhan sakit kepala, pusing dan
mengurangi koordinasi motorik halus. Namun, kafein dapat
mengurangi sakit kepala migrain yang disebabkan oleh
pelebaran pembuluh darah di otak.
Kafein yang terkandung dalam minuman -misalnya, 100 mg
dalam secangkir kopi- cukup untuk menyebabkan kegelisahan
dan insomnia pada sesetengah individu dan bronkodilatasi pada
pasien dengan asma. Setiap paparan kafein dapat menghasilkan
efek stimulan otak. Hal ini terutama berlaku di daerah-daerah
yang mengkontrol aktivitas lokomotor (misalnya, caudate
nucleus) dan struktur yang terlibat dalam siklus tidur-bangun
(misalnya, locus ceruleus,

raphe nuclei, dan

reticular

formation). Pada manusia, tidur merupakan fungsi fisiologis


yang paling sensitif terhadap efek kafein. Umumnya, lebih dari
200 mg kafein diperlukan untuk mempengaruhi tidur secara
signifikan. Kafein telah terbukti memperpanjang latensi tidur
dan memperpendek durasi tidur.
Bila dosis methylxanthine ditinggikan, akan menyebabkan
gugup, gelisah, insomnia, tremor, hiperestesia, kejang fokal
atau kejang umum. Menurut Chawla, 2011, penggunaan obat
yang mengandungi kafein berasosiasi dengan peningkatan
resiko strok hemoragik.

Efek pada sistem kardiovaskuler


25

Methylxanthine memiliki efek kronotropik dan inotropik positif


secara langsung pada jantung. Pada konsentrasi rendah, efek ini
timbul akibat daripada peningkatan pelepasan katekolamin
yang disebabkan oleh penghambatan reseptor adenosin
presinaptik. Pada konsentrasi yang lebih tinggi (> 10 mol / L),
influx

kalsium

ditingkatkan

secara

langsung

melalui

peningkatan cAMP yang diakibatkan oleh penghambatan


phosphodiesterase. Pada konsentrasi yang sangat tinggi (> 100
mol / L), penyerapan kalsium oleh sarkoplasma retikulum
terganggu. Pada individu yang luar biasa sensitif, konsumsi
beberapa cangkir kopi dapat menyebabkan aritmia, tetapi pada
kebanyakan orang bahkan pemberian parenteral dengan dosis
methylxanthine

yang

lebih

tinggi

hanya

menyebabkan

timbulnya sinus takikardia dan peningkatan curah jantung.


Kafein juga menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk
pembuluh darah koroner dan pulmonal

Efek pada ginjal


Semua xantin meningkatkan produksi urin

Efek pada otot polos


Efek terpenting xantin ialah relaksasi otot polos bronkus,
terutama bila otot bronkus dalam keadaan konstriksi secara
eksperimental akibat histamine atau secara klinis pada pasien
asma bronkial.

Efek pada otot rangka


Dalam kadar terapi, kafein ternyata dapat memperbaiki
kontraktilitas dan mengurangi kelelahan otot diafragma pada
orang normal maupun pada pasien yang menderita penyakit
paru obstruktif kronis.

Kafein sebagai kompetitif inhibitor bersifat antagonis


terhadap reseptor adenosin. Kafein memiliki struktur mirip
dengan adenosin yang akan berikatan dengan reseptor

26

adenosin pada dinding permukaan sel tanpa menyebabkan


pengaktifan reseptor tersebut. Hal ini mengakibatkan
penurunan

aktivitas

peningkatan

adenosine

aktivitas

sehingga

neurotransmitter

terjadi
dopamin.

Peningkatan aktivitas dopamin inilah yang menjadi dasar


efek stimulasi kafein.
Adenosin menyebabkan konstriksi arteriol afferen
glomerulus, sehingga inhibisi pada reseptor adenosin akan
menyebabkan vasodilatasi arteriol tersebut. Pelebaran
pembuluh darah ini menyebabkan peningkatan Renal
Blood Flow (RBF) dan Glomerulus Filtration Rate (GFR)
meningkat.

Mekanisme

kompetitif

inhibitor

ini

juga

menghambat jalur yang mengatur konduksi nervus dengan


menekan potensial post-synaptic sehingga epinefrin dan
norepinefrin atau noradrenalin dilepaskan melalui axis
hipotalamus-pituitari-adrenal.
Kafein

mengurangi

uptake

atau

metabolisme

katekolamin pada jaringan non saraf. Sedangkan pada


dosis

tinggi,

kafein

dapat

mengganggu

penyimpanan ion Calcium (Ca2+) pada

uptake

dan

sarcoplasmic

reticulum.
Kafein dapat berdifusi bebas ke dalam sel dan
menyebabkan
sarcoplasmic

pelepasan
reticulum

kalsium

sehingga

intraseluler
terjadi

dari

peningkatan

kekuatan dan lama kontraksi otot skelet dan otot jantung.


Kafein juga bekerja sebagai inhibitor kompetitif enzim
cAMP

fosfodiesterase (cAMP-PDE),

yang

mengkonversi

cyclic AMP (cAMP) di sel menjadi bentuk non siklik,


sehingga cAMP akan tertimbun dalam sel. cAMP berperan
dalam aktivasi Protein Kinase A (PKA) untuk memulai

27

fosforilasi enzim spesifik yang digunakan untuk sintesis


glukosa.
Resultan dari mekanisme kerja kafein di atas dapat
menyebabkan peningkatan kuat kontraksi jantung. Stroke
volume yang meningkat dengan denyut jantung yang tetap
atau menurun sedikit menghasilkan peningkatan cardiac
output. Sedangkan resistensi perifer meningkat akibat
pengaruh epinefrin dan efek langsung kafein terhadap
pusat

vasomotor.

cardiac

output

Resistensi

yang

yang

meningkat

meningkat
akan

dengan

menghasilkan

tekanan darah yang meningkat. Tekanan darah yang


meningkat kemudian akan merangsang bagian medulla
SSP

dan

mengaktifkan

reflek

baroreseptor

(stimulasi

vagal). Stimulasi vagal menghasilkan penurunan denyut


jantung.
Kafein sendiri diperkirakan dapat menstimulasi
langsung vagal, reflek baroreseptor atau langsung berefek
pada Sino Artrial node (SA node) yang diinervasi oleh
parasimpatis

melalui

nervus

vagus

sehingga

pada

perangsangannya akan mengakibatkan penurunan denyut


jantung
Kehadiran kafein secara tidak langsung meningkatkan aktivitas
neuron dalam otak. Kafein juga memberi isyarat kepada kelenjar pituitary
untuk mengeluarkan hormon yang kemudian merangsang kelenjar adrenal
untuk menghasilkan hormon adrenalin. Adrenalin memberi kesan meluas
kepada

sistem

badan

sehingga

menyebabkan

peningkatan

kadar

metabolisme dan membuat denyut jantung menjadi lebih cepat,


memperlambat kadar alian darah ke perut dan hati mengeluarkan banyak
gula ke dalam aliran sebagai tenaga.
Kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut
jantung yang mungkin disebabkan oleh perangsangan nukleus vagus di
28

medulla

oblongata.

menyebabkan

Sebaliknya

kadar

takikardi, bahkan

kafein

individu

yang

yang

lebih

senditif

tinggi

mungkin

menyebabkan aritmia, misalnya kontraksi ventrikel yang prematur.


Aritmia ini dapat dialami oleh orang yang minum kafein berlebihan.

Pengaruh kopi pada hipertensi


Kopi dapat mempengaruhi tekanan darah karena adanya polifenol,
kalium, dan kafein yang terkandung di dalamnya. Polifenol dan
kalium bersifat menurunkan tekanan darah. Polifenol menghambat
terjadinya atherogenesis dan memperbaiki fungsi vaskuler. Kalium
menurunkan

tekanan

darah

sistolik

dan

diastolik

dengan

menghambat pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan ekskresi


natrium dan air. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya
penurunan volume plasma, curah jantung, dan tekanan perifer
sehingga tekanan darah akan turun.

Kafein memiliki efek

antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin


merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi
pada susunan saraf pusat. Hal ini berdampak pada vasokonstriksi
dan meningkatkan total resistensi perifer, yang akan menyababkan
tekanan darah naik.
b. Kafestol dan kahweol
Kafestol dan kahweol merupakan pentalik diterpene alkohol.
Senyawa bioaktif dan turunannya sebagian besar adalah garam atau
ester dari asam lemak yang tersaturasi dan nonsaturasi, mewakili
20 % dari fraksi lipid kopi. Kafestol dah kahweol berpengaruh
pada peningkatan serum kolesterol dengan penurunan aktivitas
reseptor low density lipoprotein (LDL) yang menyebabkan
akumulasi ekstraselular LDL dan merangsang aterosklerosis.12
c. Chlorogenis acids
Cholorogenic acids merupakan mayor kelas dari senyawa fenol
yang di turunkan dari esterifikasi trans cinamic acids dengan
quinic acids. Kopi mengandung konsentrasi polifenol tertinggi
29

diantara jenis minuman lainnya dan chlorogenic acids mampu


mencegah kerusakan stress oksidatif pada sel epitel manusia,
menstabilkan membran dan meningkatkan status energi sel.
Chlorogenic acids ini memiliki antioksidan yang aktif secara
invitro.13
d. Mikronutrien
Beberapa mikronutrien ditemukan di dalam kopi, termasuk
magnesium, pottasium, riasin, dan vitamin E yang dapat
berkontribusi terhadap kesehatan pengkonsumsi kopi. Menurut
data USDA Nutrient di Institute of Medicine secangkir kopi dapat
mengandung 1-5% magnesium, 6-8% riasin, dan 0,1 % vitamin E.
Selain itu kopi menyediakan 1-2% pemasukan adekuat pottasium
untuk dewasa.13

Penelitian :
Konsumsi kopi dapat menurunkan risiko terjadinya aritmia.14,15,16,17
Konsumsi kopi beberapa cangkir kopi dalam sehari,
disertai dengan penurunan risiko aritmia. Kesimpulan ini
merupakan

hasil

penelitian

yang

dilaporkan

dalam

konferensi EPI|PNAM (Cardiovascular Disease Epidemiology


and

Prevention

and

Nutrition,

Physical

Activity,

and

Metabolism) Maret 2010.


Dr. Arthur Klatsky dari Kaiser Permanente Division of Research,
Oakland, Kalifornia, AS mengatakan bahwa banyak orang, termasuk
dokter, memiliki pandangan bahwa mengkonsumsi kopi dalam jumlah
besar dapat membuat jantung berdebar-debar. Karena pandangan tersebut,

30

banyak dokter menyarankan pasiennya untuk tidak mengkonsumsi kopi.


Namun apakah benar bahwa konsumsi kopi berhubungan dengan
gangguan pada jantung, dan bahkan dapat menyebabkan penyakit jantung?
Dr. Klatsky dan rekan telah melakukan berbagai penelitian yang
meneliti manfaat konsumsi kopi; hasilnya bukan saja memperlihatkan
tidak adanya hubungan antara konsumsi kopi dengan gangguan pada
jantung, sebaliknya pemberian kopi sepertinya justru melindungi jantung.
Hasil penelitian-penelitian yang dilakukannya memperlihatkan bahwa
walaupun terjadi sedikit peningkatan risiko infark miokard fatal dan
nonfatal, tidak ada pengaruh konsumsi kopi terhadap kejadian kematian
secara keseluruhan dan kejadian kematian karena kardiovaskular.
Dr. Klatsky dan rekan kembali melakukan sebuah penelitian yang
meneliti efek konsumsi kopi terhadap aritmia. Penelitian ini melibatkan
130.054 pasien dari Kaiser Permanente Health Plan. Semua peserta
penelitian diminta diminta mengisi form tanya-jawab mengenai konsumsi
kopi dan kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Setelah penyesuaian beberapa variabel, di antaranya indeks massa tubuh,
tekanan darah, kadar kolesterol total, dan pengukuran lainnya, para
peneliti menemukan bahwa konsumsi kopi berhubungan dengan risiko
lebih rendah rawat inap karena aritmia. Individu yang mengkonsumsi kopi
lebih dari 4 cangkir sehari memiliki risiko rawat inap lebih rendah (18%)
untuk segala jenis aritmia dan penurunan risiko ini bersifat menetap di
antara pria dan wanita, pada kelompok etnis yang berbeda dan juga pada
perokok maupun bukan perokok.
Bahan apa dalam kopi yang diperkirakan bermanfaat melindungi
jantung? Dr. Klatsky mengatakan bahwa kopi adalah substansi yang
kompleks, mengandung berbagai macam bahan dan memiliki berbagai
manfaat seperti antioksidan, yang dapat mengurangi risiko aritmia.
Analisis terhadap individu yang hanya mengkonsumsi kopi tidak
mengandung kafein (decaffeinated coffee) memperlihatkan bahwa kopi
tanpa kafein tidak memiliki manfaat proteksi sehingga peneliti

31

memperkirakan bahwa zat dalam kopi yang memberikan perlindungan


pada jantung adalah kafein.
Hingga kini mekanisme kafein melindungi seseorang dari serangan
aritmia belumlah jelas benar, namun diperkirakan karena kafein
berkompetisi dengan adenosin di jantunmg. Adenosin mempengaruhi
konduksi dan pemulihan otot jantung setelah depolarisasi, dan salah satu
efeknya adalah dapat memperpendek masa refrakter, yang dapat memicu
masalah ritme jantung. Dengan mengkonsumsi kafein dalam kopi, efek
samping adenosine ini dapat dikurangi.
Data penelitian ini merupakan data observasional dan perlu
dikonfirmasi

dengan

penelitian-penelitian

lain.

Para

ahli

juga

menyarankan agar tidakhanya melibatkan pasien aritmia yangdirawat inap,


namun juga pasien pasien aritmia namun belum perlu dirawat di rumah
sakit. Selain itu dr. Klatsky juga menganjurkan agar manfaat kopi terhadap
kardiovaskular diuji dalam penelitian acak terkontrol.

32

BAB III
KESIMPULAN
Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang banyak
dikonsumsi masyarakat. Dari tahun ke tahun konsumsi kopi mengalami
peningkatan baik di Indonesia maupun di dunia. Menurut Konsultan
Internasiona

Coffe

Organization

(ICO),

memperkirakan

bahwa

pertumbuhan konsumsi kopi global dalam periode 2005 2015 meningkat


35,9 %, sedangkan konsumsi kopi di Indonesia mengalami kenaikan rata
rata sekitar 3 % setiap tahunya.8

33

Kandungan kopi terdiri dari senyawa utama antara lain : air,


karbohidrat atau serat, protein, asam amino bebas, lipid mineral, organic
acids, chlorogenic acids, trigonellin, dan kafein. Dari senyawa yang
terdapat dalam biji kopi tersebut, senyawa yang aktif adalah kafein,
kafestol, chlorogenic acids, mikronutrien.7
Kopi

dapat

mempengaruhi

sistem

kardiovaskuler

karena

kandungan kafein yang terdapat di dalam kopi. Kadar kafein yang lebih
tinggi menyebabkan takikardi, bahkan individu yang sensitif mungkin
menyebabkan aritmia, misalnya kontraksi ventrikel yang prematur.
Aritmia ini dapat dialami oleh orang yang minum kafein berlebihan. Kadar
rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung yang
mungkin disebabkan oleh perangsangan nukleus vagus di medulla
oblongata.7
Kopi
karena

juga

adanya

dapat

mempengaruhi

polifenol,

kalium,

tekanan

dan

kafein

darah
yang

terkandung di dalamnya. Polifenol dan kalium bersifat


menurunkan

tekanan

darah.

Polifenol

menghambat

terjadinya atherogenesis dan memperbaiki fungsi vaskuler.


Kalium menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan menghambat pelepasan renin sehingga terjadi
peningkatan ekskresi natrium dan air. Hal tersebut yang
menyebabkan terjadinya penurunan volume plasma, curah
jantung, dan tekanan perifer sehingga tekanan darah akan
turun.

Namun ada penelitian Dr. Kaltsky dan rekan bahwa kopi


mengurangi risiko terjadinya aritmia,

hingga kini mekanasime kafein

melindungi seseorang dari serangan aritmia belumlah jelas benar, namun


diperkirakan karena kafein berkompetisi dengan adenosin di jantung.
Adenosin mempengaruhi konduksi dan pemulihan otot jantung setelah
depolarisasi, dan salah satu efeknya adalah dapat memperpendek masa
refrakter,

yang

dapat

memicu
34

masalah

ritme

jantung.

Dengan

mengkonsumsi kafein dalam kopi, efek samping adenosine ini dapat


dikurangi.15,16

Daftar Pustaka
1. GuytonAC andHall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC 2007, 107-111.

2. Snell,Richard S, . 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih


bahasa Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta

35

3. Putz R., R. Pabst, 2007, Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 Edisi 22,
saat Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Martini,FH. The Heart in Fundamentals of Anatomy and Physiology, 5 th ed,
New Jersey, Prentice Hall, 2001, pp 655-687.
5. Morgan, GW and Mikhail MS. 1996. Cardiovascular Physiology and
Anesthesia in Clinical Anesthesiology, 2nded, Connecticut, Appleton &
Lange, 1996, pp 317340.

6. Junquiera, Luiz Carlos dan Jose Carneiro. Otot Jantung. Dr. Frans Dany.
Histologi Dasar Teksdan Atlas edisi 10. Jakarta: ECG.2007.196-197.
7. Farah A, Coffe : Emerging Health and Disease Prevention (First edition),
Blackwell Publishing ltd.
8. Bidel S, Hu G, Sundvall J, Kaprio J, and Tuomilehto J, Effects of coffe
consumption on glucose tolerance, serum glucose and insulin levels: a cross
sectional analysis vol 38.
9. Reinhardt. Caffein Chemistry and Caffein Effects. Available from : http
://suite101.com/article/caffein-chemistry-and-caffein-effects.2009.
10. Nehlig A. Is caffein a cognitive enhancer? Journal og Alzheimer Disease 20:
S85-S94.2010.
11. Bond O. How caffein affects the nervous system. Available from :
http://www.livestrong.com/article/409740-how-cafein-affects-the-nervoussystem.2011
12. Clifford MN, Chlorogenic acids and other cinnamates-Nature Occurance,
Diatary Burden. Absorption and Metabolisme J, Sci. Food Agric. 2006.

13. Higdon, Jane V, Frei. Coffe and Health : A review of Recent Human
Research. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 46 :101-123.
2006.

36

14. Hasan AS, Morton C, Armstrong MA, et al. Coffee, caffeine, and risk of
hospitalization for arrhythmias. EPI|PNAM 2010; March 2-5, 2010, San
Francisco, CA. Abstract P461
15. Kleemola P, Jousilahti P, Pietinen P, Vartiainen E, Tuomilehto J. Coffee
Consumption and the Risk of Coronary Heart Disease and Death. Arch
Intern Med. 2000;160: 3393-400.
16. Medscape Cardiology. Coffee Associated With Lower Risk of
Arrhythmias. [cited 2009 February 11]. Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/718217?
src=mpnews&spon=2&uac=117092C G

17. Zhang WL, Lopez Garcia E, Li TY, Hu FB, van Dam RM. Coffee
Consumption and Risk of Cardiovascular Diseases and All-Cause
Mortality Among Men With Type 2 Diabetes.

37

You might also like