You are on page 1of 9

Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah

Pada

saat

melakukan

percobaan

ini,

orang

coba

tidak

diperkenankan mengetahui bentuk permen yang akan dicobakan. Untuk


itu, mata orang coba harus ditutup. Setelah mata orang coba ditutup
ambil salah satu permen dan masukkan ke dalam mulut di atas lidah
orang coba menggunakan pinset, letakkan perlahan dan jangan
menyentuh lidah. Kemudian orang coba diminta untuk menyebutkan
bentuk dan ukuran benda yang telah dimasukkan ke dalam mulut.
Hasil percobaan menunjukkan beberapa bentuk dimulai dari bentuk
elips kecil dengan ukuran 1cm, dilanjutkan dengan bentuk kotak dengan
ukuran 0,5 cm, bentuk segitiga dengan ukuran 0,8 cm, bentuk kotak
dengan ukuran 0,5 cm, bentuk kotak dengan ukuran 0,5 cm, bentuk elips
kecil dengan ukuran 1 cm, dan bentuk elips besar dengan ukuran 2 cm.
Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya orang coba
bisa merasakan dan mampu mengenali bentuk serta ukuran pada benda
yang telah dimasukkan ke dalam mulut orang coba.
3.2.2

Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah


Pada

saat

melakukan

percobaan

ini,

orang

coba

tidak

diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata


orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda dengan
orang coba pada percobaan sebelumnya. Orang coba dengan kelamin
perempuan ditutup matanya, kemudian ambil jangka ukur dengan jarak 1
mm, diletakkan pada lidah bagian ujung depan, samping kiri dan kanan,
dorsal / atas, antero posterior, dan posterior lidah. Jangka ukur tersebut
diletakkan diatas lidah orang coba secara perlahan-lahan. Kemudian
orang coba disuruh menyebutkan titik yang dapat dirasakan.
Pada percobaan kelompok kami didapatkan hasil dapat mengenali
tekanan jangka pada bagian tertentu dengan jarak tertentu, pada ujung
lidah orang coba dapat mengenali tekanan dengan jarak 1mm dan 2mm,

pada daerah samping lidah orang coba dapat mengenali tekanan pada
jarak 1mm dan tidak dapat membedakan tekanan pada jarak 2mm.
Pada antero posterior lidah orang coba dapat mengenali tekanan
pada jarak 1mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm.
Pada bagian dorsal lidah orang coba tidak dapat mengenali tekanan pada
jarak 1mm dan 2mm. Pada daerah palatum orang coba dapat mengenali
tekanan pada jarak 1mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak
2mm. Pada daerah mukosa orang coba dapat mengenali tekanan pada
jarak 1mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 2 mm. Pada
gusi orang coba tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 1mm dan
dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm.
Pada bibir atas orang coba dapat mengenali tekanan pada jarak 1
mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada bibir
bawah orang coba dapat mengenali tekanan pada jarak 1mm dan tidak
dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada daerah dahi orang coba
dapat mengenali tekanan denhan jarak 1mm dan tidak dapat mengenali
tekanan pada jarak 2mm. Pada hidung orang coba tidak dapat mengenali
tekanan pada jarak 1mm dan dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm.
Pada daerah cuping telinga orang coba dapat mengenali tekanan pada
jarak 1mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada
daerah pipi kiri-kanan orang coba tidak dapat mengenali tekanan pada
jarak 1mm dan dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada daerah
dagu orang coba tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 1mm dan
dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada daerah leher orang coba
dapat mengenali tekanan pada jarak 1mm dan tidak dapat mengenali
tekanan pada jarak 2mm. Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan
kurang pekanya orang coba terhadap rangsangan sehingga tidak dapat
mengenali tekanan jangka.
3.2.3

Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Pada

saat

melakukan

percobaan

ini,

orang

coba

tidak

diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata


orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda dengan
orang coba pada percobaan sebelumnya. Orang coba dengan kelamin
perempuan ditutup matanya, sediakan air dengan suhu 5 o CDAN 80oC
diletakkan pada bagian-bagian yang telah ditentukan. Kemudian orang
coba disuruh menjelaskan apakah mampu mengenali suhu air yang
diberikan.
Pada ujung lidah, samping lidah, anterior-posterior orang coba
dapat mengenali air dengan suhu dingin dan panas. Namun pada daerah
dorsal, orang coba hanya mampu merasakan air dengan suhu panas.
Untuk air dinginnya orang coba tidak merasakan bahwa air itu dingin.
Orang coba mengekspresikan sensasi dingin tersebut dengan suhu yang
normal. Pada daerah palatum, mukosa, gusi, bibir atas dan bawah, dahi,
hidung, cuping telinga, pipi kiri dan kanan, dagu, dan leher orang coba
dapat mengenali semua air dengan suhu panas dan dingin dengan benar.
3.3.4

Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah


Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan terhadap persepsi
rasa manis, asam, asin, pahit, dan umami pada bebearap bagian lidah,
yaitu ujung lidah, lateral lidah, dan pangkal lidah. Bahan yang diujikan
adalah air garam, air gula, cuka, kina, dan monosodium glutamate
(MSG).
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa lidah menimbulkan reaksi
rasa yang berbeda-beda sesuai dengan tabel hasil percobaan. Ujung lidah
dapat menerima semua modalitas terutama manis dan asin. Tepi lidah
dapat menerima modalitas asin dan rasa asam. Pangkal lidah hanya dapat
menerima modalitas pahit. Rasa asam disebabkan oleh asam dan
intensitas dari sensasi rasa, hampir sebanding dengan logaritma dari
konsentrasi ion hidrogen, yaitu makin asam suatu asam, maka makin kuat

sensasi yang terbentuk. Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang


terionisasi. Kualitas rasanya berbeda beda antara garam yang satu
dengan yang lain. Karena garam-garam juga membentuk sensasi rasa
yang lain. Kaitan dari garam terutama berperan membentuk rasa asin
tetapi anionnya juga ikut berperan walaupun lebih kecil. Rasa manis
tidak di bentuk oleh satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa
tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa manis mencakup gula,
gikol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein
kecil, asam sulforat, asam halogenasi, dan garam anorganik dari timah.
Rasa pahit seperti rasa manis, tidak hanya dibentuk oleh satu substansi
kimia, tapi juga beberapa substansi yang hampir seluruhnya adalah
substansi organik mencakup bitrigen, alkoloid, juibib, kafein, strinki, dan
nikotin.
Dalam keadaan kering, lidah tidak dapat merasakan apa yang
diletakkan diatasnya, termasuk gula, garam, maupun zat lainnya. Lidah
baru merasakan zat tersebut bila terdapat cairan liur dan zat itu larut
dalam air liur tersebut. Kepekaan manusia untuk membedakan intensutas
ras relatif besar, hal ini tergantung pada faktor individual, nilai ambang,
dan konsentrasi substrat yang diberikan.
3.2.5

Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah


3.2.5.1 Rangsangan Tekanan
Percobaan yang dilakukan kali ini adalah menguji area
yang sensitif terhadap rangsangan tekanan yang dilakukan pada
daerah lidah yang dibagi menjadi 8 daerah, mukosa pipi kanan,
gusi anterior, bibir atas, pipi kanan, dahi, dan juga leher.
Penekanan yang dilakukan pada beberapa bagian tersebut yaitu
dengan menggunakan sonde besar. Dan berdasarkan hasil
praktikum yang didapatkan, orang coba merasakan area yang
lebih sensitif terhadap tekanan adalah pada bagian bibir atas.
Karena bibir merupakan salah satu area yang memiliki banyak

korpuscle paccini yang merupakan suatu reseptor terhadap


adanya rangsangan tekanan. Sehingga ia akan dapat dengan
cepat menangkap adanya rangsangan tekanan dan selanjutnya
merasakan nyeri. Sementara itu, bagian yang menghasilkan
kedalaman tekanan yang paling sedikit adalah bagian dahi dan
bagian gusi anterior. Hal ini bisa terjadi karena dahi adalah
bagian frontal dari kepala kita yang terbentuk dari tulang
tengkorak yang sangat keras dan kuat, sehingga apabila bagian
dahi ditekan maka kedalaman tidak akan terlalu terlihat. Begitu
pula dengan gusi, karena gusi adalah bagian mukosa mulut yang
menutupi proceccus alveolar rahang dan mengelilingi leher gigi,
sehingga apabila bagian gusi anterior dilakukan penakanan tidak
akan begitu tampak munculnya kedalaman akibat tekanan yang
dilakukan.
3.2.5.2 Rangsangan Panas
Pada percobaan 3.3.5.B, hasil percobaan dilakukan dengan
mengamati lama waktu timbulnya nyeri pada daerah-daerah
lidah, mukosa pipi kanan, gingiva anterior, pipi kanan, bibir atas
dan dahi. Untuk merangsang timbulnya respon nyeri dilakuan
dengan

rangsangan

termis

yaitu

dengan

menguunakan

rangsangan panas. Rangsangan panas tersebut didapatkan


dengan cara merendam sonde besar pada air yang telah
dipanaskan dengan suhu

60o ,

70o ,

80o , dan

90o .

Setelah itu, sonde tersebut diletakkan pada beberapa bagian


lidah, jaringan rongga mulut, dan juga area wajah seperti yang
telah diinstruksikan pada buku petunjuk praktikum.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan perbedaan
sensitivitas pada masing-masing bagian. Urutan sensitivitas dari
yang terbesar ke terkecil adalah bibir atas, pipi kanan, dahi,

leher, gusi anterior, mukosa pipi kanan, lidah bagian 4, 2, 1, 3, 8,


7, 5 , dan 6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah yang
paling cepat untuk timbulnya rasa nyeri adalah pada daerah bibir
atas. Hal ini menunjukkan bahwa bibir atas merupakan salah
satu daerah yang paling peka terhadap rangsangan.
Selain mengamati daerah yang paling sensitif terhadap
rangsangan, didapatkan pula hasil bahwa semakin tinggi suhu
dari rangsangan, maka respon nyeri akan semakin cepat timbul.
Hal ini disebabkan karena suhu tinggi dapat mempercepat kerja
syaraf untuk menyampaikan rangsangan menuju sistem saraf
pusat.
3.2.5.3 Rangsangan Dingin
Pemeriksaan rangsang dingin yang dilakukan pada suhu 0,
5, 10, 15 derajat diperoleh hasil dengan urutan yang paling
sensitive adalah dorsum lidah, ujung lidah, saping kanan,
samping kiri, 2/3 posterior kiri, 1/3 anterior kiri, 1/3 anterior
kanan, 2/3 posterior kanan. Hal ini dikarenakan karena kontur
dari dorsum lidah yang berlipat dan banyak papil sehingga lebih
sensitive, selain itu bagian dorsum lidah juga banyak dilalui
persarafan.
3.2.6

Pemeriksaan Vitalitas Gigi


3.2.6.1 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin
Pemeriksaan vitalitas gigi yang kami lakukan terdiri dari 4
macam, yaitu test vitalitas gigi dengan suhu dingin, test vitalitas
gigi dengan suhu panas. Test vitalitas gigi dengan suhu dingin
dilakukan pada gigi insisive pertama bawah dan molar pertama
bawah. Pada gigi incisive pertama bawah setelah diberi Chlorethyl tidak terasa ngilu dan dingin. Hasil menunjukkan bahwa

gigi insisiv subjek dalam status vital. Sedangkan pada gigi molar
pertama bawah setelah diberi Chlor-ethyl tidak menimbulkan
ngilu dan terasa dingin. Hal ini menunjukkan bahwa rangsangan
dari Chlor-ethyl berhenti sehingga tidak terjadi ngilu dan
merupakan pertanda bahwa gigi masih vital.
3.2.6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas
Dari data hasil percobaan yang didapat, diketahui bahwa
tes vitalitas gigi terhadap suhu panas dapat menentukan
ketahanan gigi. Gigi insisivus lebih sensitive terhadap
rangsangan suhu panas daripada gigi molar. Hal ini disebabkan
lapisan enamel dari gigi insisive lebih tipis daripada lapisan
enamel dari gigi molar, sehingga rangsangan lebih mudah masuk
ke tubuli dentin, dan kemudian dilanjutkan ke pulpa, yang
merupakan tempat persarafan gigi berada. Sedangkan untuk
rangsangan termis ditanggapi oleh reseptor ruffini.
3.2.6.3 Test Vitalitas Gigi dengan Tekan
Pada percobaan kali ini, dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui vitalitas gigi dengan rangsangan tekan, pada
percobaan kali ini, kelompok kami menggunakan orang coba
dengan jenis kelamin perempuan, dan didapatkan hasil pada gigi
insisive pertama setelah ditekan dengan kaca mulut gigi orang
coba terasa agak ngilu, sedangkan pada gigi molar bawah kanan,
saat ditekan dengan kaca mulut, gigi orang coba tidak terasa
ngilu. Dari data percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa gigi
insisive pertama lebih sensitive terhadap rangsangan tekan
dibandingkan dengan gigi molar pertama bawah kanan.
3.2.6.4 Test Perkusi Gigi dan Palpasi

Pada percobaan tes gigi menggunakan palpasi, didapatkan


hasil bahwa gigi 31 dan 41 lebih peka terhadap rangsangan
berupa palpasi daripada gigi 11 dan 21. Ini dikarenakan lapisan
enamel pada gigi 11 dan 21 lebih tipis daripada lapidan enamel
pada gigi 31 dan 41, sehingga rangsangan lebih mudah
diteruskan melewati tubuli dentin menuju ke pulpa yang berisi
saraf. Begitu pula dengan gingiva, yang memiliki mekanisme
aliran impuls hampir sama seperti kulit, yang memiliki sensor
terhadap rangsangan tekanan. Sedangkan persarafan gigi dan
gingiva ini terdapat saraf yang peka terhadap rangsangan
tekanan adalah reseptor paccini.

You might also like