Professional Documents
Culture Documents
BAB VII
PERUNDANG-UNDANGAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Robiana Modjo
VII.1 PENDAHULUAN
Setiap pekerja dalam melakukan pekerjaannya berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya, karena keselamatan dan
kesehatan merupakan unsur penting untuk menjadikan pekerja yang
berkualitas dan produktif. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
membina
norma-norma
perlindungan
kerja.
Pembinaan
norma-norma
Kerja
yang
memuat
ketentuan-ketentuan
umum
tentang
keselamatan dan kesehatan kerja serta hal-hal lain yang yang berhubungan
dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Norma-norma tersebut terus
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik
dan teknologi. Dengan adanya undang-undang dan peraturan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja tersebut diharapkan dapat menjamin perlindungan
pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan,
memperoleh perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama. Undang-undang dan peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja mengatur tentang hak dan kewajiban pengusaha, hak dan
kewajiban pekerja, syarat-syarat keselamatan kerja serta sistem manajemen
K3.
Menurut International Labor Organization (ILO) salah satu upaya
dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja
adalah dengan penerapan peraturan perundangan, antara lain melalui:
a. Adanya ketentuan dan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik
dan teknologi (up to date).
9/14/2006
b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
sejak tahap rekayasa.
c. Pengawasan
dan
pemantauan
pelaksanaan
Keselamatan
dan
semua
tempat
sampai
pekerja
kerja,
tanpa
harus
terkecuali,
mengetahui,
dari
pengelola/
memahami
dan
VII.2 UNDANG-UNDANG
MENGATUR
DAN
PELAKSANAAN
PERATURAN
KESELAMATAN
YANG
DAN
KESEHATAN KERJA
Pada awalnya pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
mengacu kepada Veiligheidsreglement tahun 1919 (Stbl.No.406), namun
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Pekerja, maka disusun undangundang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja
yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan
teknologi. Undang-undang tersebut adalah Undang-Undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja. Dengan adanya Undang-undang
keselamatan kerja
9/14/2006
peraturan yang berhubungan
kompleksnya
asal
undang-undang
dan
peraturan
9/14/2006
5. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
(Permenkes)
Peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan tentang aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit, lebih terkait dengan
aspek kesehatan kerja daripada keselamatan kerja. Hal tersebut sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi Departemen Kesehatan.
6. Peraturan
yang
dikeluarkan
oleh
Departemen
lainnya
yang
1.
UNDANG-UNDANG
1.1
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(P2K3)
guna
a.1
memenuhi
syarat-syarat
keselamatan
kerja
meliputi:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
yang
9/14/2006
c. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Menyediakan alat-alat perlindungan diri (APD) untuk pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar
luasnya bahaya akibat suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik psikis, keracunan, infeksi atau penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m. Menciptakan keserasian antara pekerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerja
n. Mengamankan
dan
memperlancar
pengangkutan
orang,
dan
menyempurnakan
pengamanan
pada
9/14/2006
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di tempat
kerjanya.
b. Pengaman dan perlindungan alat-alat yang ada dalam area
tempat kerjanya.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi pekerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara
dan
sikap
yang
aman
dalam
melaksanakan
pekerjaannya.
4. Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di
tempat kerja.
5. Kewajiban menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
oleh pekerja.
6. Kewajiban memasang semua gambar keselamatan kerja yang
diharuskan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempattempat yang mudah dilihat dan dibaca.
9/14/2006
7. Kewajiban menyediakan alat perlindungan diri secara cuma-cuma
disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan pada pekerja dan juga
bagi setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut.
a.2
1.2
9/14/2006
1.3
perlindungan atas:
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.
1.4
2.
PERATURAN PEMERINTAH
2.1
Selanjutnya ketentuan nilai ambang batas yang diizinkan, diatur lebih lanjut
oleh instansi yang berwenang. Pengaturan mengenai petugas dan ahli
proteksi radiasi, pemeriksaan kesehatan calon pekerja dan pekerja radiasi,
kartu kesehatan, pertukaran tugas pekerjaan, ketentuan-ketentuan kerja
dengan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya, pembagian daerah
kerja dan pengelolaan limbah radioaktif, kecelakaan dan ketentuan pidana.
Rangkuman isi peraturan sebagai berikut:
a. Instalasi atom harus mempunyai petugas dan ahli proteksi radiasi
dimana petugas proteksi mempunyai tugas menyusun pedoman
dan instruksi kerja, sedangkan ahli proteksi mempunyai tugas
mengawasi ditaatinya peraturan keselamatan kerja terhadap
radiasi.
9/14/2006
b. Pemeriksaan kesehatan
adalah:
i. Calon pekerja radiasi.
ii. Berkala setiap satu tahun.
iii. Pekerja radiasi yang akan putus hubungan kerja.
c. Pekerja radiasi wajib mempunyai kartu kesehatan dan petugas
proteksi radiasi wajib mencatat dalam kartu khusus banyaknya
dosis pajanan radiasi yang diterima masing-masing pekerja.
d. Apabila pekerja menerima dosis radiasi melebihi nilai ambang
batas yang diizinkan, maka pekerja tersebut harus dipindahkan
tempat kerjanya ketempat lain yang tidak terpajan radiasi.
e. Perlu adanya pembagian daerah kerja sesuai dengan tingkat
bahaya radiasi dan pengelolaan limbah radioaktif.
f. Perlu ada tindakan dan pengamanan untuk keadan darurat apabila
terjadi kecelakaan radiasi.
g. Pelanggaran ketentuan ini diancam pidana denda Rp. 100.000,(seratus ribu rupiah).
2.2
sumber radiasi lainnya, syarat dan cara memperoleh izin, kewajiban dan
tanggung jawab pemegang izin serta pemeriksaan dan ketentuan pidana.
3.
KEPUTUSAN PRESIDEN
3.1
9/14/2006
9/14/2006
4.
PERATURAN-PERATURAN
YANG
DEPARTEMEN
KERJA
TENAGA
DIKELUARKAN
DAN
OLEH
TRANSMIGRASI
(PERMENAKERTRANS)
1.1
Peraturan
Menteri
No.Per.05/Men/1978
Tenaga
Tentang
Kerja
dan
Syarat-syarat
Transmigrasi
Keselamatan
dan
1.2
perancah, tangga dan rumah tangga, alat-alat angkat, kabel baja, tambang,
rantai dan peralatan bantu, mesin-mesin, peralatan konstruksi bangunan,
konstruksi di bawah tanah, penggalian, pekerjaan memancang, pekerjaan
beton, pekerjaan pembongkaran, penggunaan perlengkapan, penyelamatan
dan perlindungan diri. Peraturan ini sangat bermanfaat bagi rumah sakit yang
sedang mengadakan renovasi atau membangun rumah sakit baru ataupun
dalam perawatan bangunan.
1.3
tentang
Pemeriksaan
Kesehatan
Kerja
dalam
9/14/2006
a.
b.
sehingga
keselamatan
dan
kesehatan
yang
d.
penempatan
pekerja
sesuai
dengan
bidang
pekerjaannya.
b.
c.
d.
9/14/2006
e.
Apabila pada waktu pemeriksaan berkala ditemukan kelainankelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada pekerja,
pimpinan
wajib
melakukan
tindak
lanjut
untuk
mengobati
b.
c.
ii.
tertentu.
iii.
iv.
1.4
tentang
Syarat-syarat
Pemasangan
dan
9/14/2006
b.
c.
d.
e.
1.5
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per01/Men/1981 tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat
Kerja.
Dalam peraturan ini diuraikan jenis-jenis penyakit akibat kerja, dimana
ada 30 jenis. Dari 30 jenis penyakit tersebut salah satunya adalah penyakitpenyakit infeksi atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan kesehatan
dan laboratorium. Batas waktu kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja
9/14/2006
adalah 2x24 jam. Dalam peraturan ini diuraikan juga tentang kewajiban
pimpinan untuk melakukan tindakan preventif agar penyakit akibat kerja tidak
terulang lagi serta kewajiban untuk menyediakan alat pelindung diri.
1.6
9/14/2006
Tugas pokok Pelayanan Kesehatan Kerja meliputi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
1.7
9/14/2006
perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran. Oleh
karena itu dalam peraturan ini juga diatur system deteksi panas, sistem
deteksi asap dan sistem detektor api (flame detector).
Pemeliharaan dan pengujian berkala instalasi alarm kebakaran
otomatik dilakukan secara mingguan, bulanan dan tahunan.
a.
b.
c.
1.8
sarana penyalur petir terdiri dari penerima (air terminal/ rod), penghantar
penurunan (down conductor), elektroda bumi (earth electrode) termasuk
perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk
menangkap muatan petir dan menyalurkan ke bumi.
Sejalan dengan hal tersebut maka dalam peraturan ini diatur mengenai
penerima (air terminal), penghantar turunan, pembumian, menara, bangunan
yang mempunyai antena, cerobong yang lebih tinggi dari 10 meter,
pemeriksaan pengujian, pengesahan. Oleh karena itu instalasi penyalur petir
harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai dengan peraturan
9/14/2006
ini. Gambar rencana instalasi penyalur petir harus mendapat pengesahan dan
sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya.
1.9
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja,
penerapan
sistem
tingkat
menunjukkan
Kesehatan
pimpinan
komitmen
Kerja
dalam
perusahaan
terhadap
sehingga
harus
Keselamatan
penerapan
SMK3
dan
berhasil
2.
Perencanaan
2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian
Risiko
9/14/2006
2.2. Peraturan Perundangan dan persyaratan lainnya
2.3. Tujuan dan sasaran (SMART)
a. Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja harus dikonsultasikan dengan wakil pekerja,
Ahli Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, P2K3 dan pihak lain
yang terkait.
b. Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau ulang
kembali secara teratur sesuai dengan perkembangan.
2.4. Indikator Kinerja
a. Dalam
menetapkan
keselamatan
dan
tujuan
kesehatan
dan
sasaran
kebijakan
kerja
perusahaan
harus
3.
Penerapan
3.1. Jaminan Kemampuan
3.1.1.
3.1.2.
Integrasi
3.1.3.
3.1.4.
3.1.5.
3.2.2.
Pelaporan
i.
Insiden
ii.
Ketidaksesuaian
9/14/2006
iii.
iv.
v.
3.2.3.
Pendokumentasian
3.2.4.
Pengendalian dokumen
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Semua
dokumen
yang
usang
harus
segera
disingkirkan
vi.
3.2.5.
3.3.2
Penilaian risiko
3.3.3.
Tindakan Pengendalian
3.3.4.
3.3.5.
Pengendalian administratif
3.3.6.
3.3.7.
Pembelian
3.3.8.
3.3.9.
4.
5.
9/14/2006
5.1. Evaluasi
terhadap
penerapan
kebijakan
keselamatan
dan
kesehatan kerja
5.2. Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
5.3. Hasil
temuan
audit
sistem
manajemen
keselamatan
dan
kesehatan kerja
5.4. Evaluasi efektifitas penerapan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja dan kebutuhan untuk mengubah sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan:
5.4.1 Perubahan peraturan perundangan
5.4.2 Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
5.4.3 Perubahan produk dan kegiatan perusahaan
5.4.4 Perubahan struktur organisasi perusahaan
2.
2.1
Surat
Keputusan
No.1231/Yankes/Instal/IX/83
Menteri
tentang
Kesehatan
Pembentukan
RI
Panitia
9/14/2006
2.2
dalam
melaksanakan
kegiatan
pengolahan,
penyimpanan
dan
2.3
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.986/Menkes/Per/XI/1992
2.4
ini
merupakan
Petunjuk
Teknis
dari
Permenkes
2.5
9/14/2006
Pedoman ini menjelaskan mengenai klasifikasi mikroorganisme dan
laboratorium, manajemen keamanan kerja laboratorium, yang meliputi
tingkatan manajemen keamanan kerja, kewajiban petugas atau tim keamanan
kerja dalam laboratorium, system pencatatan dan pelaporan adanya bahaya
di dalam laboratorium, pelatihan keamanan kerja dalam laboratorium, praktek
laboratorium yang benar, pengelolaan specimen, tata ruang dan fasilitas
laboratorium, sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi dan tata laksana limbah
laboratorium, peralatan laboratorium dan bahaya yang dapat dicegah,
kesehatan petugas laboratorium dan lain sebagainya.
2.6
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.472/Menkes/Per/V/1996
2.7
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.363/Menkes/Per/V/1998
2.8
(Depnaker)
SKB
No.147A/Yanmed/Insmed/II/92-Kep
Kerja
Berbagai
Peralatan
Berat
Non
Medik
di
9/14/2006
Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi pesawat uap,
bejana tekan, pesawat angkat atau crane, lift, instalasi deteksi pemadam
kebakaran, instalasi listrik dan penangkal petir, pesawat pembangkit tenaga
listrik.
3.
Daftar Pustaka :
UU RI No. 1 th 1970
UU RI No.23 TH 1992
UU RI No.25 th 1997
UU RI no. 13 th 2003