You are on page 1of 8

Menghadapi

Situasi Sulit

S
eringkali dalam proses penyelesaian konflik yang terjadi Anda
dihadapkan dengan berbagai situasi yang sulit dihindari.
Situasi ini bisa disebabkan perilaku atau tindakan orang lain
yang semakin menimbulkan kesenjangan dan meningkatkan
intensitas konflik. Nilai-nilai, kebiasaan dan peraturan yang berlaku
kurang dapat diterima dan menimbulkan kesenjangan sosial. Di
samping itu, keterbatasan kemampuan personal, kedewasaan, dan
kesiapan untuk menjadi bagian dalam penyelesaian konflik.
Berbagai keterbatasan lingkungan sosial dan beragam sifat—
karakteristik orang, tim—kelompok dan komunitas yang akan
dihadapi membutuhkan keterampilan khusus agar perselisihan—
konflik dapat diselesaikan secara efektif.
Situasi sulit yang dihadapi tidak seharusnya dihindari atau lari
dari permasalahan setelah Anda masuk dalam lingkaran konflik.
Menjauh dan menghindar tidak selamanya menjadi sesuatu hal
yang baik dan berharap konflik akan selesai begitu saja seiring
bergulirnya waktu. Hal yang tidak terduga akan menjadi bom
waktu yang memiliki daya rusak baik untuk orang lain, tim,
kelompok, masyarakat, bahkan untuk diri Anda sendiri—rusaknya
kredibilitas. Anda dianggap tidak lebih dari seorang pecundang—
penakut dan tidak berani menanggung resiko.

Topik ini memberikan pengalaman bagi pemimpin dan tokoh


masyarakat untuk meningkatkan keterampilan dalam menghadapi
situasi sulit—kritis yang membutuhkan jalan keluar, sehingga
hubungan dapat terjaga dan konflik tidak berlarut-larut.
Keterampilan ini sangat membantu Anda meningkatkan kesiapan
mental terhadap berbagai tekanan dalam konflik dan menemukan
alternatif penyelesaian dalam situasi sulit.

273
TUJUAN
Peserta mampu menerima berbagai tekanan dalam menghadapi
konflik.
Peserta mampu membuat kesepakatan (penyelesaian konflik) yang
dapat diterima oleh semua pihak dalam situasi sulit.

POKOK BAHASAN
☺ Menghadapi Tekanan
☺ Memahami Karakterstik Kelompok Sasaran
☺ Teknik Menghadapi Situasi Sulit

WAKTU
Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran 3 X 40 menit

METODE
Metode yang digunakan diantaranya;
☺ Studi kasus dan Berbagi Pengalaman

☺ Diskusi kelompok

☺ Presentasi dan curah pendapat

MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


☺ Flipchart, spidol, kertas plano dan metaplan

☺ Lembar Media 12.1-10

☺ Lembar Kasus 12.1: “Kisah Wortel, Telur dan Konpi”

☺ Bahan Bacaan 12.1: “Tekanan dan Situasi Sulit”

☺ Bahan Bacaan 12.2: “Cynefin Framework (Kepemimpinan


Situasional)”

274
PROSES PEMBELAJARAN
Kegiatan 1: Menghadapi Tekanan

1. Menjelaskan kepada peserta tujuan dan proses yang akan


dilakukan dalam sessi ini.

2. Bagilah peserta lembar kasus 12.1 tentang “Kisah Wortel,


Telur dan Kopi”. Berikan kepada peserta untuk membaca
dan menelaahnya.

3. Mintalah kepada peserta untuk mengungkapkan kembali


kisah tersebut dan menarik inti—hikmah dari kisah tersebut.
Berikan kesempatan untuk bertanya dan memberikan
tanggapan dan catatlah beberapa gagasan penting.

4. Selanjutnya jelaskan tentang tiga tipe pemimpin dalam


menghadapi tekanan. Gunakan lembar media yang telah
disediakan.

5. Buatlah hikmah atau inti pelajaran dari permainan ini dan


mengkaitkan dengan sessi selanjutnya.

Kegiatan 2: Memahami Karakteristik Kelompok Sasaran

1. Menjelaskan kepada peserta tujuan dan proses yang akan


dilakukan dalam sessi ini dengan mengaitkan pokok
bahasan sebelumnya.

2. Jelaskan kepada peserta tentang empat karakteristik dan


tipe orang (sasaran) dalam menghadapi situasi sulit dengan
mempresentasikan media yang telah disediakan. Berikan
kesempatan kepada peserta untuk bertanya, mengkritisi
dan menklarifikasi hal-hal yang tidak dipahami.

3. Selanjutnya buatlah pokok-pokok pikiran penting tentang


karakteristik sasaran dari curah gagasan yang dilakukan.

4. Buatlah rangkuman dan kesimpulan dari pembahasan yang


telah dilakukan.

Kegiatan 3: Teknik Menghadapi Situsi Sulit.

1. Menjelaskan kepada peserta tujuan dan proses yang akan


dilakukan dalam sessi ini dengan mengaitkan pokok
bahasan sebelumnya.

275
2. Bagilah peserta dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
untuk mendiskusikan tentang 10—15 situasi sulit (perilaku,
sikap atau tindakan) yang kerap dihadapi dalam kehidupan
bermasyarakat.

3. Tuliskan hasilnya dalam metaplan dan ditempelkan di dinding.


Selanjutnya mintalah perwakilan dari setiap kelompok untuk
membuat resume keseluruh berupa daftar situasi hasil kerja
kelompok. Hasilnya dipresentasikan dalam pleno. Berikan
kesempatan kepada peserta untuk menanggapi dan
mengklarifikasi hal-hal yang dianggap penting.

4. Jelaskan kepada peserta tentang 6 topi berfikir yang


dikembangkan DeBono yang bisa digunakan untuk
menghadapi situasi sulit. Gunakan media yang telah
disediakan. Berikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya dan mengajukan pendapat.

5. Selanjutnya mintalah masing-masing kelompok berdasarkan


daftar situasi sulit yang telah disusun untuk menganalisis cara
atau teknik dalam menanganinya berdasarkan teori enam topi
berfikir. Gunakan matrik sebagai berikut:

5. Hasilnya dipresentasikan dalam pleno dan berikan kesempatan


kepada peserta untuk bertanya, berbagi pengalaman dan
memberikan masukan. Catatlah hal-hal penting dari hasil
presentasi yang dilakukan.

6. Buatlah rangkuman atau kesimpulan dari pembahasan yang


telah dilakukan

276
Setiap orang termasuk pemimpin sering menghadapi situasi sulit terutama pada
saat berhubungan dengan orang lain. Situasi sulit dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, aturan, kebijakan, nilai dan karakteristik personal. Dalam pelatihan ini,
peserta akan dibekali pengalaman dalam melakukan penelusuran perilaku, sikap
dan tindakan yang seringkali muncul dalam berbagai bentuk yang berdampak pada
ketidakharmonisan dan pertentangan. Salah satu pengetahuan penting yang perlu
dimiliki oleh seorang pemimpin bagaimana memahami karakteristik kelompok
sasaran dan cara menangani ragam karakter yang muncul yang dapat menghambat
proses penyelesaian masalah atau konlfik yang dihadapi. Peserta diberikan
kesempatan untuk menentukan beberapa perilaku-sikap dan tindakan
yang mendorong sutuasi sulit sekaligus memetakan dan menentukan
cara untuk menanganinya. Peserta diarahkan untuk menggali
pengalaman hidup sehari-hari atau dalam kerja sosial dan
menemukan cara yang dianggap sesuai dalam menghadapi berbagai
tipe atau karakter orang atau kelompok sasaran serta hasil
perubahan yang diharapkan.

277
278
Lembar Kasus 12.1

‘Kisah Wortel, Kopi dan Telur’

Seorang anak perempuan mengeluh pada sang ayah tentang kehidupannya yang sangat
berat. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan bermaksud untuk menyerah. Ia
merasa lelah untuk terus berjuang. Setiap ada satu masalah yang telah terselesaikan,
maka muncul masalah lain silih berganti. kemudian, ia mengadu kepada ayahnya
seorang koki tentang kehidupan berat yang dialaminya. Ayahnya mengajak anak
perempuannya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air kemudian menaruh ketiganya
di atas api. Segera air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama
dimasukkannya beberapa wortel, panci kedua dimasukkannya beberapa butir telur, dan
panci ketiga dimasukkannya biji kopi. Lalu dibiarkannya ketiga panci itu beberapa saat
hingga matang. Tanpa sepatah katapun ia berbicara.

Sang anak perempuan semakin bingung dan menunggu dengan tidak sabar. Ia
keheranan melihat apa yang dikerjakan ayahnya. Setelah sekitar dua puluh menit,
ayahnya mematikan kompor. Diambilnya wortel dan diletakkannya dalam mangkok.
Diambilnya pula telur dan ditaruhnya di dalam mangkok. Kemudian dituangkannya juga
kopi ke dalam cangkir.

Segera sesudah itu ia berbalik kepada putrinya, dan bertanya: “Sayangku, apa yang
kaulihat?”

“Wortel, telur, dan kopi,” jawab anaknya.

Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Ia


melakukannya dan mendapati wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta
anaknya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya si anak
mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya
menghirup kopi. Ia tersenyum saat mencium aroma kopi yang harum. Dengan rendah
hati ia bertanya “Apa arti semua ini, Ayahku?”

Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda telah merasakan penderitaan yang
sama, yakni air panas yang mendidih, tetapi reaksi masing-masing berbeda. Wortel
yang kuat, keras, dan tegar, ternyata setelah dimasak dalam air mendidih menjadi
lembut dan lemah. Telur yang rapuh, hanya memiliki kulit luar tipis yang melindungi
cairan di dalamnya. Namun setelah dimasak dalam air mendidih, cairan yang di dalam
itu menjadi keras. Sedangkan biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak dalam air
mendidih, kopi itu mengubah air tawar menjadi enak.

279
“Yang mana engkau mau pilih, anakku?” sang ayah bertanya.”Ketika penderitaan
mengetuk pintu hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau menjadi wortel, telur,
atau kopi?”

Bagaimana dengan Diri Anda? Apakah kesulitan yang mendera, Anda hadapi
seperti sebuah wortel yang terlihat keras, tetapi saat berhadapan dengan kepedihan
dan penderitaan menjadi lembek, lemah, dan kehilangan kekuatan.

Apakah Anda seperti telur, yang mulanya berhati penurut? Apakah engkau
tadinya berjiwa lembut, tetapi setelah terjadi kematian, perpecahan, perceraian, atau
pemecatan, Anda menjadi keras dan kepala batu? Kulit luar Anda memang tetap sama,
tetapi apakah Anda menjadi pahit, tegar hati, serta kepala batu?

Ataukah Anda bersikap seperti biji kopi? Kopi mengubah air panas, hal yang
membawa kepedihan itu, bahkan pada saat puncaknya ketika mencapai 100º C. Ketika
air menjadi panas, rasanya justru menjadi lebih enak. Apabila Anda seperti biji kopi,
maka ketika segala hal seolah-olah dalam keadaan yang terburuk sekalipun Anda
dapat menjadi lebih baik dan juga membuat suasana di sekitar Anda menjadi lebih
baik.

Bagaimana cara Anda menghadapi penderitaan? Apakah seperti wortel, telur,


atau biji kopi?

“Alloh SWT tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang
mengubahnya.”

(Sumber: http://shaifullah.wordpress.com/2007/05/08/kisah-wortel-telur-dan-kopi/)

280

You might also like