You are on page 1of 41

I.

KONSEP KEKERASAN BERBASIS GENDER

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


Definisi yang digunakan untuk “Kekerasan terhadap Perempuan”
mengacu pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang
Pengesahan mengenai Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan pasal 1, Rekomendasi Umum
PBB Nomor 19 Sidang ke 11 tahun 1992, dan Deklarasi Beijing.

Diskriminasi pembedaan atas dasar jenis kelamin


pengucilan
pembatasan

mengurangi
hak asasi menghapuskan
manusia Pengakuan
di segala bidang penikmatan
penggunaan

penderitaan
fisik, seksual, psikologis
• GENDER  SIFAT, PERILAKU, TANGG.
JAWAB, NILAI-NILAI ANTARA PRP DAN
LAKI-LAKI JANG DIKONSTRKSI OLEH
SOSIAL BUDAYA

• SEX : JENIS KELAMIN


KEKERASAN BERBASIS GENDER MENURUT
REKOMENDASI KE 19 SIDANG KE 11 TAHUN 1992 JO
PSL 1 UU NOMER 7 TAHUN 1984
 Definisi Diskriminasi yang terdapat dalam pasal 1 Konvensi
CEDAW termasuk kekerasan berbasis gender, yaitu
kekerasan yang langsung ditujukan terhadap seorang
perempuan, karena dia adalah perempuan atau hal-hal
yang memberi akibat pada perempuan secara tidak
proporsional, termasuk tindakan-tindakan yang
mengakibatkan kerugian fisik, mental, dan seksual, atau
penderitaan atau ancaman-ancaman, atas tindakan
tersebut atau kekerasan/paksaan atau perampasan
kebebasan. Kekerasan berbasis gender bisa melanggar
ketentuan konvensi tersebut tanpa membedakan apakah
ketentuan tersebut mengekspresikan kekerasan dimaksud.
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN =
KEKERASAN BERBASIS GENDER
(AKIBAT PEMBEDAAN PERLAKUAN, AKIBAT TUBUH, KARAKTER
REPRODUKTIF YANG BERBEDA)

 KEKHASAN TUBUH/KARAKTER REPRODUKTIF TIDAK


DIHORMATI
 DALAM RELASI PERSONAL/KELUARGA: DIANGGAP
PROPERTY/HAK MILIK/INFERIOR/LEBIH RENDAH
 DALAM KOMUNITAS---------- PENYANGGA MORAL,
MENJADI SUMBER KEHORMATAN
KELUARGA/MASYARAKAT/NEGARA
 DALAM KONTEKS KONFLIK /NEGARA DAPAT MENJADI
ALAT TEROR, ALAT PENGHINAAN, ALAT PERANG
II. BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP


PEREMPUAN MENURUT UU 23/2004
 Kekerasan fisik, adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat
seperti,
dipukul/ditinju, ditendang
dicakar, diinjak
dibanting, ditampar
digigit, dijambak,
didorong secara kasar, disekap
disundut rokok, lemparan benda keras
diikat, penyiksaan dengan
senjata (Pisau, Silet, Senjata Api, Benda Tumpul,
Gunting, setrikaan, pembakaran, dll)
 Kekerasan psikis adalah, perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,
hilangnya kemampuan bertindak, rasa tidak berdaya,
dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang
seperti,
diancam akan diceraikan,
diancam akan ditinggal pergi,
dipisahkan dari anak,
tidak boleh menemui keluarganya,
dilecehkan secara verbal (dikata-katai yang tidak
menyenangkan),
bentakan dan ancaman untuk memunculkan rasa takut.
• Kekerasan ekonomi dan penelantaran adalah tindakan
yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi, seperti

Pembatasan dan/atau melarang bekerja yang layak di


dalam atau di luar rumah, sehingga korban di bawah
kendalinya,
Tidak diberi nafkah,
Bekerja tidak dibayar,
Dibatasi secara ketat tidak boleh bekerja, dll.
• Kekerasan seksual, adalah kekerasan yang
bernuansa seksual termasuk berbagai perilaku
yang tak diinginkan dan mempunyai makna
seksual dan berbagai bentuk pemaksaan
hubungan seks yang tidak dikehendaki salah
satu pihak, seperti,
diperkosa,
dicabuli,
dilecehkan,
dipaksa melakukan hubungan seksual dengan
berbagai model yang tidak disukai,
memasukkan alat ke dalam vagina dengan
paksa,
dijual sebagai pekerja seks, dll
DATA KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
DAN ANAK DI JAWA TENGAH TAHUN 2005 - 2007
(yang sudah ditangani PPT Kab/Kota & KPPA
PROV).

Jenis 2005 2006 2007


Kekerasan

KDRT 95 kss 428 kss 612 kss

Perkosaan 74 kss 234 kss 176 kss

Data tidak
Trafiking 19 kss 18 kss
ada
Sumber Data: Laporan dari 18 Kab/Kota dan KPPA
I. KONDISI: KEKERASAN BERBASIS GENDER, ANAK DAN TRAFICKING
LINTAS PROVINSI DAN NEGARA (YANG DIALAMI JATENG)
DAERAH TUJUAN
ENGLAND  DALAM NEGERI
EUROPE KOREA Jawa, Batam, Bali Me dan,
MIDDLE EAST USA JAPAN Papua, Makasar, Kaltim, Kalbar
HONGKONG
 LUAR NEGERI
TAIWAN As ia : Malays ia, S ingapura,
Taiwan, Hongkong, Je pang
Uni Emirat Arab, Dubai, Kuwait,
KINIBALU
S yiria
Eropa : Be landa, Pe rancis
TAWAU Aus tralia
MEDAN MALAYSIA BRUNAI Ame rika S e rikat
TARAKAN NUNUKAN
SINGAPURA KUCHING

BATAM BALIKPAPAN
PONTIANAK

PARE-PARE

JAKARTA SEMARANG
KEKERASAN BERBASIS GENDER, ANAK DAN TRAFICKING LINTAS
PROVINSI MPU
DAERAH TUJUAN
ENGLAND  DALAM NEGERI
EUROPE KOREA Jawa, Batam, Bali Me dan,
MIDDLE EAST USA JAPAN Papua, Makas ar, Kaltim, Kalbar
HONGKONG
 LUAR NEGERI
TAIWAN As ia : Malays ia, S ingapura,
Taiwan, Hongkong, Je pang
Uni Emirat Arab, Dubai, Kuwait,
KINIBALU
S yiria
Eropa : Be landa, Pe rancis
MEDAN TAWAU Aus tralia
MALAYSIA BRUNAI Ame rika S e rikat
TARAKAN NUNUKAN
SINGAPURA KUCHING

BATAM BALIKPAPAN
PONTIANAK

PARE-PARE

LAMPUNG

JAKARTA
BANTEN SEMARANG JATIM
JABAR NTB

DIY
BALI NTT
III. DAMPAK KEKERASAN
1. Kematian
2. Menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak
3. Mempengaruhi kesehatan
perempuan (terutama kesehatan
reproduksi) dan anak
4. Mempengaruhi kemampuan
untuk belajar dan kemauannya
untuk bersekolah.
5. Mengakibatkan anak lari dari
rumah. Hal tersebut menjadikan
anak lebih rentan terhadap pada
resiko-resiko lain a.l. trafiking
6. Menghancurkan trauma
berkepanjangan dan rasa percaya
diri perempuan dan anak
7. Dapat mengganggu
kemampuannya untuk menjadi
orang tua yang baik di kemudian
hari
IV. Faktor Penyebab

 Struktur masyarakat, masih


kental dengan budaya patriarki
 Pandangan masyarakat tentang
kedudukan perempuan
 Persepsi masyarakat tentang
kekerasan
Kebijakan Negara belum
Responsif gender

Budaya Global
Keyakinan Gender (Media, trans, kom)

Adat Istiadat Struktur Hukum


Yg kurang
KEKERASAN BER
mendukung
BASIS GENDER

Kemiskinan Teman/Saudara

Tempat Kerja/
Majikan

Interpretasi
agama POLA ASUH
Permasalahan pada Diri Korban
 Takut pembalasan pelaku
 Kewajiban melindungi nama baik
keluarga
 Menyalahkan diri sendiri
 Malu, cemas, dan takut akan stigmasasi,
reaksi keluarga/masyarakat
 Buta hukum
 Jarak kantor polisi yang jauh dari rumah
 Tidak adanya perlindungan hukum bagi
korban/saksi korban
 Korban pesimis akan tindak lanjut
penegak hukum
Permasalahan pada Keluarga
 Seringkali menutup-nutupi
 Menyalahkan korban
 Tidak peduli
 Menyuruh korban diam
 Mengancam korban tidak melapor
 Malu pada tetangga
Permasalahan pada Komunitas
 Seakan tidak tahu/tidak peduli
 Menyalahkan korban
 Menyelesaikan secara damai
 Merupakan permasalahan pribadi,
bukan masalah publik
V. PELAKU KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN DAN ANAK

NEGARA

MEDIA

MASYARAKAT/TEMPAT KERJA

KELUARGA

INDIVIDU
KEKERASAN sbg FENOMENA GUNUNG ES

MEMPEROLEH KEADILAN (HUKUM)

------------------------------------
PROSES PENGADILAN ½ YG LAPOR DIPROSES POLISI
---------------------------------------------------------------------------
PROSES DI KEPOLISIAN
------------------------------------------------------------------------

LAPOR OTORITAS NEGARA


------------------------------------------------------------------
MEMINTA PERTOLONGAN PST KRISIS
-------------------------------------------------------------------------------

TIDAK TERUNGKAP
VI. SISTEM PELAYANAN TERPADU
Pelayanan terhadap Korban secara Holistik dan
Terintegrasi yang mencakup :

• Penyembuhan fisik;
• Pemenuhan kebutuhan dasar;
• Penguatan ekonomi;
• Pendampingan sosial;
• Penguatan psikologis;
• Penguatan spiritual;
• Penanganan hukum/jaminan keadilan;
• Pengembangan sistem pemulihan terintegrasi;
• Penanganan struktur sosial;
• Advokasi politis.
KEWAJIBAN NEGARA MENURUT UU NOMER 7 TAHUN 1984
TENTANG PENGESAHAN KONVENSI MENGENAI
PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI
TERHADAP PEREMPUAN
PASAL 2:
1. WAJIB MENJALANKAN ASAS PERSAMAAN DAN JAMINAN
REALISASI ASAS INI
2. MEMBUAT PERATURAN YANG TEPAT
3. TEGAKKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK
PEREMPUAN
4. TIDAK LAKUKAN DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN
5. MEMBUAT PERATURAN UNTUK MENGHAPUS
DISKRIMINASI
TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH BERDASAR
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 (PASAL 11 – 14)

1. TANGGUNG JAWAB UPAYA PENCEGAHAN


2. MERUMUSKAN KEBIJAKAN
3. MENYELENGGARAKAN KIE
4. MENYELENGGARAKAN ADVOKASI
5. MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SENSITIVITAS GENDER DAN ISU KDRT
6. MENETAPKAN STANDAR PELAYANAN
7. PENYELENGGARAN PELAYANAN KORBAN
a. Penyediaan ruang khusus di kepolisian
b. Sediakan aparat, Nakes, Pekerja Sosial, Pendamping,
Pembimbing rohani
c. Buat sistem mekanisme kerjasama program pelayanan
yang mudah diakses
d. beri perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga dan
teman korban
• UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN
2007 TTG PT PPO, PASAL 58 TENTANG

“KEWAJIBAN PEMERINTAH UNTUK


MELAKUKAN PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN TERHADAP TINDAK
PIDANA PERDAGANGAN ORANG”
KESEPAKATAN BERSAMA MENTERI NEGARA PP + MENTERI
KESEHATAN + MENTERI SOSIAL + KAPOLRI

NOMOR: 14/MEN PP/DEP.IV/X/2002


1329/MENKES/SKB/X/2002
75/HUK/2002
NO. POL: B/3048/X/2002
TENTANG
PELAYANAN TERPADU KORBAN KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN DAN ANAK
VII. KEBIJAKAN RENSTRA 2003 – 2008
PERDA 11 TAHUN 2003

PENINGKATAN PEMAHAMAN, HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN


REPRODUKSI SERTA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESPRO

PENCEGAHAN, PENGURANGAN DAN PENANGGULANGAN KEKERASAN


TERHADAP PEREMPUAN DAN PENEGAKAN HAM

PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN

MEWUJUDKAN KEBIJAKAN PUG DALAM PERDA, KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN DAN SELURUH PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
STRATEGI RENSTRA 2003 – 2008
PERDA 11 TAHUN 2003
MENDORONG PENINGKATAN KUALITAS SDM PEREMPUAN MELALUI
PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL, PENGEMBANGAN METODE
PEMBELAJARAN RESPONSIF GENDER
PENINGKATAN AKSES PEREMPUAN PADA PELAYANAN KESEHATAN
REPRODUKSI YANG MEMADAI DAN TERJANGKAU, DAN MENGHORMATI
HAK-HAK REPRODUKSI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA PEREMPUAN TERMASUK


BURUH MIGRAN

PENGEMBANGAN MODEL PENANGANAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS


GENDER

KAMPANYE ANTI KEKERASAN DAN ADVOKASI TERHADAP KORBAN


KEKERASAN BERBASIS GENDER

MEMANTAPKAN FUNGSI WCC DAN PENGUATAN MEKANISME


PENANGANAN KEKERASAN BERBASIS GENDER
LANJUTAN

MENGINTEGRASIKAN PERSPEKTIF GENDER KE DALAM PERDA,


KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DAN SELURUH PROGRAM
PEMBANGUNAN DAERAH

ADVOKASI DALAM RANGKA PUG BAGI SEMUA UNIT KERJA, PENGAMBIL


KEPUTUSAN DAN STAKEHOLODERS DAN PENGUATAN KAPASITAS
KELEMBAGAAN YANG MENANGANI PP
VIII. 5 KATEGORI KERANGKA KERJA

KOORDINA PENINGKATAN
UPAYA PERLINDUNGAN
SI DAN PARTISIPASI
KERJASAMA MASYARAKAT

UPAYA PEMULIHAN DAN


REINTEGRASI SOSIAL
UPAYA PENCEGAHAN
KOORDINASI DAN KERJASAMA
Pemerintah bersama organisasi non pemerintah dapat
melaksanakan beberapa kegiatan penting, seperti :

 Membentuk jaringan kerja terpadu;


 Menjabarkan peraturan perundangan dan Rencana Aksi
Nasional menjadi Kebijakan dan Rencana Aksi Daerah;
 Mengembangkan mekanisme pemantauan dan evaluasi;
 Mengembangkan indikator untuk pemantauan kasus-kasus
sebagai data base;
 Memetakan daerah-daerah rawan;
 Upaya melakukan analisis berkelanjutan dengan melibatkan
perguruan tinggi.
UPAYA PENCEGAHAN
Untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen ttg
hak anak dan perempuan dan akibat dari kekerasan
Kegiatan yang penting, antara lain :

 Kampanye publik dengan materi untuk penghapusan


berbagai bentuk kekerasan thd perempuan dan anak;
 Pendidikan untuk pencegahan kekerasan terhadap
perempuan dan anak melalui pendidikan formal
maupun non formal;
 Pengembangan berbagai model pendidikan alternatif,
terutama bagi korban yang sudah tidak ingin kembali
sekolah dan untuk menyadarkan masyarakat ttg
perlindungan HAM.
UPAYA PERLINDUNGAN
Diarahkan untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi
perempuan dan anak dari ancaman kekerasan, melalui kegiatan :

• Melakukan telaah kritis terhadap Perundang-undangan Nasional


maupun Peraturan Daerah;
• Upaya dan dorongan aparat penegak hukum untuk
mengkriminalisasikan pelaku kekerasan thd perempuan dan anak;
• Mengembangkan mekanisme perlindungan bagi perempuan dan
anak korban kekerasan;
• Mengembangkan perangkat/prosedur pelayanan publik yang
sensitif dan ramah dalam penanganan kasus;
• Pemprograman berbagai pelatihan untuk penanganan korban;
• Terbentuknya mekanisme di masyarakat untuk melakukan
monitoring terhadap berbagai kasus untuk menciptakan kontrol
sosial;
• Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penanganan.
UPAYA PEMULIHAN DAN REINTEGRASI SOSIAL
Dilakukan untuk menyelamatkan dan memulihkan korban,
mengintegrasikan dan mengembangkan suasana kondusif bagi
pemulihan, melalui kegiatan :

• Memberikan jaminan peradilan/proses hukum;


• Mengembangkan berbagai model pelatihan tentang penanganan
kekerasan bagi pihak yang menangani perkara, pekerjayang
menjalankan program pemulihan dan para pendidik;
• Membentuk Hotline dan Helpline;
• Mengembangkan sistem pelayanan terpadu;
• Mengembangkan sistem rujukan medis yang ramah, aman dan
terjangkau;
• Mengembangkan dan menetapkan standar sistem pemulihan dan
reintegrasi sosial;
• Pemberdayaan ekonomi bagi korban maupun keluarga;
• Mendorong pengembalian korban kekerasan kepada keluarga dan
masyarakat;
• Melibatkan anak dan perempuan korban dalam proses reintegrasi sosial
korban.
PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Diarahkan untuk memfasilitasi terwujudnya partisipasi


masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi serta tindak lanjut kebijakan dan program penghapusan
kekerasan, melalui kegiatan :

• Fasilitasi pembentukan jaringan;


• Pengembangan “Peer Group Education” untuk mencegah
kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Perlunya membangun kesepahaman,
kepedulian dan komitmen yang sama
diantara pengelola, bahwa “perspektif
perempuan dan anak atau korban
menjadi kepentingan yang utama”,
menjadi langkah pertama yang sangat
penting dilakukan
LEMBAGA PEMBERI PELAYANAN
Pelayanan terpadu diselenggarakan oleh:
a. Kepolisian Resort (Polres)
b. Kepolisian Sektor (Polsek)
c. Rumah Sakit (RS)
d. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
e. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) –
WCC, LBH, dsb
f. Dinas Sosial, Disnakertrans, Pariwisata
g. Dinas Kesehatan
h. BADAN/DINAS/KANTOR/BAGIAN YG MENANGANI
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK
i. Lembaga-lembaga keagamaan
SISTEM PELAYANAN TERPADU KBG DAN ANAK

KORBAN PELAKU
FISIK
PERLINDUNGAN PEMULIHAN
5-15 TAHUN

SEMENTARA PSIKIS
KESEHATAN
3 TAHUN
TETAP
PEKERJA SOSIAL
SEKSUAL
KEPOLISIAN
RELAWAN PENDAMPING • 12 TAHUN
• PEMERINTAH • 4-15 TAHUN
• MASYARAKAT PEMBIMBING ROHANI
PENELANTARAN
PENCEGAHAN RUMAH TANGGA
3 TAHUN
PERATURAN
PEMERINTAH
KETENTUAN
KEJAKSAAN PENGADILAN PIDANA
HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN
PENANGANAN KEKERASAN DI JAWA TENGAH

BELUM TERBANGUNNYA KERJASAMA ANTAR


DAERAH DALAM PENANGANAN KEKERASAN,
PADAHAL BANYAK KASUS KEKERASAN TERJADI
ANTAR DAERAH  KERJASAMA ANTAR
PEMERINTAH, ANTAR APARAT PENEGAK HUKUM

BELUM TERBANGUNNYA KOMITMEN YANG SAMA


ANTARA PEMERINTAH, LSM, APARAT PENEGAK
HUKUM DALAM UPAYA PENGHAPUSAN KEKERASAN
BERBASIS GENDER
PERSEPSI YANG BERBEDA ANTARA PEMERINTAH,
PARA PENDAMPING KORBAN DAN APARAT PENEGAK
HUKUM DALAM MEMAHAMI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERKAITAN
DENGAN PENANGANAN KEKERASAN, SEPERTI:
1.PEMAHAMAN TENTANG TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
2. PEMAHAMAN TENTANG EKSPLOITASI
SEPERTI CONTOH KASUS INDIKASI TINDAK
PERDAGANGAN ORANG JATENG-KEPRI, DI MANA
PELAKU DIBEBASKAN DARI TUDUHAN HANYA
KARENA DIANGGAP TKP DI KEPRI PADAHAL
TRAFICKING ADALAH PERPINDAHAN.

You might also like