You are on page 1of 6

MENJADI PEMIMPIN GEREJA YANG EFEKTIF (3)

(Mengelola Pertanyaan Dengan Baik)


Oleh ; Pdt.J.H Sianipar MMin.

Kapten Jean-Luc Picard selesai mengadakan persiapan di


ruang nakhoda untuk perjalanan berikutnya. ABK (Anak Buah
Kapal) memiliki mood/feeling tersendiri, itulah sebabnya
dia memutuskan untuk berjalan di dek dan bertanya kepada
mereka, Bagaimana perasaan mereka?—dan dari jawaban yang
beraneka ragam dia mendapat suatu gambaran yang lebih
jelas. Bertahun-tahun lamanya, kapten Picard telah
mempelajari bahwa metode ini sangat penting. Bilamana dia
hanya menunggu di ruang nakhoda dia tidak akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang keadaan anak buah yang
dia pimpin.—Jeffrey Lang, Immortal Coil

Saat Tom Peters menulis In Search of Excellence pada


tahun 1982, dia memperkenalkan konsep “Managing by
Wandering Around (MBWA)” atau dalam terjemahan bebas
Mengelola Dengan Bertanya-tanya Disekitar kita” (MDBD).
Sebagai seorang pemimpin biasanya sangat sulit
meninggalkan mejanya, atau meninggalkan rapat-rapat
berikutnya hanya untuk menempatkan dirinya lebih dekat
dengan orang-orang yang mereka pimpin.

Mungkin saudara beranggapan, sejak engkau dipilih menjadi


seorang pemimpin maka andalah sumber segala hikmat.
Dengan kata lain, engkaulah yang seharusnya menjawab
pertanyaan dan bukan bertanya. Pemimpin yang baik
seharusnya dengan rendah hati menyadari bahwa mereka
tidak mengetahui segalanya, dan segera menemukan
penasehat yang dapat dipercaya dimana mereka dapat
bertanya beberapa hal penting.

Pemimpin yang baik sadar bahwa sedikit pertanyaan


tidaklah cukup untuk menghasilkan data yang lebih banyak.
Agar berhasil, mereka harus bertanya mengenai apa saja
dan kepada siapa saja. Terkadang mereka juga harus
menjawab pertanyaan yang sukar. Eugeno Ionesco pernah
berkata;” Bukan jawaban yang memberikan pencerahan namun
pertanyaan!”.Mereka mengetahui bahwa mereka tidak dapat
memberikan jawaban bilamana tidak memiliki data yang
cukup.

Tindakan ini memerlukan keberanian, sebab menanyakan


pertanyaan dan mengakui bahwa engkau tidak mengetahui
segalanya adalah sesuatu yang orang tidak harapkan dari
seorang pimpinan. Biasanya orang menggambarkan seorang
pemimpin sebagai figure yang “kuat,” “banyak keahlian,”
“karismatik,” “tegas,”dan “berani.” Jika “ingin tahu,”

1
dan “selalu bertanya” harus dimasukkan maka itu akan
menjadi criteria yang terakhir.
Melalui tulisan ini kita akan mencoba merubah paradigma
yang beranggapan bahwa seorang pemimpin sangat cepat
memberikan jawaban dengan sebuah konsep bahwa seorang
pemimpin harus cepat dan sigap untuk mengelola dan
memberikan pertanyaan yang tepat, dan ini memerlukan
strategi khusus.

Kita seharusnya tahu apa yang akan ditanyakan dan


bagaimana menanyakannya. Untuk itu kita terlebih dahulu
harus bertanya pada diri sendiri.

Bagian manakah dari organisasi yang saya pimpin, dapat


mengenali saya dengan baik?
Di bagian mana yang kurang mengenali saya?
Bagian mana dari organisasi ini yang tetap menjadi m
isteri bagi saya?
Bagian mana dari organisaasi ini yang sangat penting
untuk meraih keberasilan?

Lalu tanyakanlah kepada dirimu sendiri, bagaimanakah saya


dapat mulai menjadi seorang pemimpin yang bertanya?
Bagaimanakah saya dapat menjelaskan sikap saya agar tidak
disalah mengerti?
Bagaimana saya dapat menggunakan jawaban-jawaban itu
dengan efektif?
Bagaimana menanggapi jawaban yang saya tidak sukai?

Untuk itu dibutuhkan kesabaran, karena orang akan


memberikan jawaban bilamana mereka diberikan cukup waktu.
Sikap suka bertanya yang tidak kenal menyerah akan
meningkatkan kejujuran karyawan yang anda pimpin.
Kebenaran sangat berguna untuk jangka panjang meskipun
untuk jangka pendek itu sangat menykitkan. Biasanya
jawaban yang tidak kita sukai kita anggap sebagai jawaban
yang salah, namun tugas kita adalah mendengarkan jawaban
dan berterimakasih atas jawaban tersebut.

Tujuan kita memberikan pertanyaan adalah untuk


mendapatkan jawaban, mengumpulkan informasi, memahami
motivasi, melihat permasalahan yang ada. Pertanyaan itu
juga dapat mengungkapkan perasaan, dan menemukan
pendekatan yang baru, serta meningkatkan efisiensi. Namun
pertanyaan tidak selamanya menghasilkan jawaban.
Kehidupan tidaklah seperti drama di Televisi. Kisah drama
biasanya mengungkapkan pengakuan terdakwa dihadapan
pengadilan. Ini adalah cerita fiksi dalam sandiwara.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada hakim yang memaksa
seseorang untuk memberikan jawabannya, semuanya

2
bergantung kepada keahlian dalam mengelola pertanyaan
itu.

Ada lima hal yang perlu kita lakukan agar dapat


meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanyaan itu.
1. Tanyakan pertanyaan itu. Biasanya kita cenderung untuk
memberikan beberapa pertanyaan pada saat yang bersamaan.
Ini akan menyulitkan orang untuk menjawab pertanyaan yang
begitu banyak.

2. Berhentilah di akhir pertanyaan itu. Berdiam adalah


salah satu alat dari seorang pemimpin, latihlah menutup
mulut setelah memberikan pertanyaan. Kegagalan untuk
dapat berdiam diri setelah bertanya akan membuat dia
tidak menemukan jawaban yang sebenarnya atau jawaban yang
terbaik yang dia butuhkan.

3. Kuasai bagaimana mendengar dengan baik.


“Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar” adalah
nasihat Firman Tuhan bagi setiap pemimpin gereja.

4. Berikan pertanyaan lanjutan.

Bertanya tanpa mendapatkan jawaban yang jelas sama dengan


mengadakan perjalanan tanpa tiba ditujuan yang sebenarnya
dan berhenti ditempat lain. Kita dapat memberikan
pertanyaan lanjutan tanpa menimbulkan kesan interogasi
dengan menggunakan bahasa isyarat atau bahasa sederhana
seperti: “Saya tidak tau hal itu, coba jelaskan lebih
detail.” “apa lagi yang terjadi?” “apakah itu tejadi
lagi?”

5. Katakan terimakasih.

Kalimat “terima kasih” akan menjaga reputasi seorang


pemimpin. Dan bilamana kita menerapkan kelima hal tadi,
maka kita dapat menjadi pemimpin gereja yang lebih
efektif.

Kekuasaan dan Masalah “Mengapa”?

Mengapa orangtua yang mengetahui segalanya dapat


kehilangan kesabaran bilamana anak mereka kembali
menanyakan pertanyaan “mengapa”? Saya yakin hal ini
timbul karena kemarahan orang dewasa yang merasa bahwa
jawaban yang mereka berikan tidak dapat diterima oleh
anak mereka.

Orangtua yang sukses akan menyadari bahwa pertanyaan


“mengapa” menandakan bahwa si anak telah memasuki proses
belajar. Anak-anak harus menanyakan lebih banyak

3
pertanyaan “mengapa” sebab tjuan mereka bertanya adalah
agar mereka dapat mengerti.
Pertanyaan “mengapa”, mencoba memberikan rasa puas kepada
rasa ingin tahu yang mereka miliki. Bilamana mereka sudah
mendapatkan jawaban dengan lengkap maka pertanyaan
mengapa akan berhenti dengan sendirinya. Namun sebuah
pertanyaan yang diikuti dengan pertanyaan “mengapa” yang
disampaikan oleh orang dewasa akan membawa hasil yang
berbeda.

Seorang dewasa yang dihadapkan dengan pertanyaan


“mengapa, akan merasa bahwa kesanggupan dan kekuasaannya
dipertanyakan, reputasi dan nama biknya sedang diuji,
atau keahliannya diragukan. Ini bukanlah cara yang baik
memulaikan percakapan. Namun pertanyaan ini tidak dapat
dihindari bilamana kita ingin menyelesaikan suatu
permasalahan, untuk itu kita perlu mengelolanya dengan
baik.

Latihlah beberapa hal berikut:


1. Nada suara.
Masalahnya terkadanag bukan pada pertanyaan namun,
nada suara si penanya. Cobalah latih menanyakan
pertanyaan “KENAPA” dengan beraneka ragam perasaan
berikut :

Ingin tau.
Marah
Frustasi
Ingin belajar
Rasa tidak bersalah

Dapatkah saudara melihat perbedaannya?


Jika kita memperhatikan emosi dibalik pertanyaan itu
saya yakin pertanyaan “kenapa” dapat ditanyakan
dengan aman tanpa menimbulkan permasalahan. Engkau
akan mendapatkan jawaban yang baik.

2. Dalam situasi formal, gunakan notes untuk


menanyakan.“kenapa” dan mintalah mereka menuliskan
jawabannya juga di kertas.

Pada saat saya menulis artikel ini, ada yang bertanya


“Apa yang engkau sedang kerjakan sekarang?”. Inilah
pertanyaan yang perlu dipertanyakan setiap pemimpin saat
ini kepada dirinya sendiri.nKarena kepemimpinan itu
adalah ilmu dan seni yang harus dipelajari dan dibagikan.

4
Malcom Forbes menyatakan :”orang yang tidak pernah
bertanya adalah orang yang tau segalanya atau tidak tahu
sama sekali”.

1. Apakah arti kepemimpinan itu?


Tidak ada jawaban yang mutlak kecuali Alkitab.
Kepemimpinan dapat berarti, mengajar, melatih,
menugaskan, konseling, menuntun, membenarkan, melindungi,
menjelaskan, mengamati. Kepemimpinan menuntut anda
mengisi lembar isian, duduk di ruang rapat, berjabat
tangan, menjelaskan keputusan, memikirkan masa depan,
menangani konflik dengan baik.

Hal ini membuat kebanyakan pemimpin kehilangan kendali


atas waktu yang mereka miliki (secara pribadi dan
keluarga) ketika mereka mencoba menolong orang yang merek
pimpin agar dapat berhasil sepertim erek telah berhasil.
Cobalah kita renungkan apakah kepemimpinan itu. Ingatlah
kesan dari orang yang memimpin anda pada masa lalu?
Apakah yang mereka lakukan agar engkau dapat melakukan
pekerjaanmu dengan baik?

Bila perlu undanglah makan para pemimpin gereja yang


engkau anggap berkharisma. Tanyakanlah apa pendapat
mereka tentang kepemimpinan dan bagaimana mereka
mengembangkan kepemimpinan mereka. Lakukanlah untuk dua
atau tiga orang pemimpin yang anda kagumi lalu bandingkan
jawaban mereka.

Lalu kembali kepada pertanyaan awal. Apakah arti


kepemimpinan itu? Dan jawablah dengan bahasamu sendiri.
Mungkin dikemudian hari engkau ingin merubah jawabanmu.
Bukan karena yang pertama salah namun karena engkau
mendapat gambaran yang lebih jelas lagi lewat pengalaman
yang engkau dapatkan .

2. Bagaimana perasaaanmu menjadi seorang pemimpin?


Bahagia karena orang mengucapkan selamat, ataukah engkau
menyadari ada begitu banyak tugas yang engkau belum
pahami sepenuhnya. Adakah engkau mengetahui bahwa orang
akan menyita waktu anda karena mereka membutuhkan
perhatianmu sebagai seorang pimpinan. Menghadiri rapat
yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya. Mereka yang
dating kepadamu mengharapkan engkau menyelesaikan
permasalahan mereka, konflik yang mereka alami , saatnya
untuk memahami perasaan anda.

Memahami bahwa perasaanmu akan mempengaruhi sikapmu dalam


memimpin adalah suatu tantangan terbesar sebagai seorang
pemimpin. Tanpa kejujuran dan kesadaran yang terus

5
menerus, engkau akan membatasi dirimu dan juga orang
yang engkau pimpin.

3. Apa yang engkau ingin orang ingat dari kepemimpinanmu?

Saat engkau dipindahkan ke tempat yang baru “apa yang


dikatakan rekan kerja saya tentang saya? Tuliskan
karakteristik pimpinan yang engkau kagumi:

Berbelaskasihan dan mau mendengar.


Kreatif dan adil.
Sangat mendukung dan memberi semangat.
Bijaksana.
Dll.

Pilihlah lima dari daftar yang engkau tuliskan. Lilian


smith berkata:’saat engkau berhenti belajar dan bertanya
maka itulah saat yang tepat untuk mati”. Dan bilamana
engkau ingin dikenang tinggalkanlah sesuatu yang sifatnya
lam bertahan.

4. Apakah engkau bahagia?

Orang yang tidak bahagia tidak dapat menjadi pemimpin


yang baik. Engkau dapat memilih untuk berbahagia dalam
situasi apapaun. Firman Tuhan berkata: Bersukacitalah
senantiasa didalam Tuhan sekali lagi kukatakan
bersukacitalah”

Sukacita lahir dari sikap optimis, sebab “segala


permasalahan dapat diatasi di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku,” “Jika allah dipihak kita siapakah
lawan kita,” dan “Segala sesuatu bekerjasama mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.”

Tanpa keyakinan yang positif engkau akan gagal


menginspirasikan orang lain untuk mecoba lagi disaaat
mereka gagal. Engkau tidak dapat memimpin bilamana tidak
dapat melihat masa depan yang penuh harapan.

5. Apa yang engkau takutkan?


Ketakutan adalah emosi yang sangat berpengaruh untuk
dapat menghancurkan disaat kita mengalami krisis. Itu
dapat membuat kita berdiam disaat kita seharusnya
berbicara. Namun kita harus mengendalikan ketakutan itu
gantinya dikuasai oleh ketakutan itu. Urusula K.L
menyatakan:” Pertanyaan yan terpenting adalah pertanyaan
yang engkau tanyakan bagi dirimu sendiri!”.
Semoga sukses, God bless.

You might also like