(Studi Perbandingan Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi’i)
Nama / NIM : Ridwan / 130306300
Fakutas / Jurusan : Syari’ah / Perbandingan Mazhab dan Hukum (SPH) Lulus dengan nilai : Tebal Skripsi : Pembimbing I : Khairuddin, M.Ag Pembimbing II : Drs. Ibrahim, AR
ABTSRAK
Adapun yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah bahwa perwalian
merupakan suatu tindakan kekuasaan atau wewenang syar’i atas segolongan manusia yang dilimpahkan kepada orang yang lebih sempurna atas kekurangan diri demi kemaslahatan dirinya. Sedangkan wali merupakan sebuah kewajiban yang disyaratkan terhadap aqad nikah, namun demikian, para imam mazhab berbeda pendapat dalam menilai esensi keadilan (al-‘adalah) wali . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami sejauh mana kriteria adil (‘adl) wali terhadap perempuan yang dinikahkan. Rumusan masalah bagaimana pandangan mazhab Hanafi dan Syafi’i tentang ‘adalah dalam perwalian aqad nikah. Bagaimana dalil yang digunakan dalam menginstimbath hukum tentang ‘adalah menurut mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i. Dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kedua tokoh tersebut dengan menggunakan metode deskriptif komperatif. Mazhab Hanafi memadang tidak disyaratkan keadilan (al- ‘adalah) dalam perwalian aqad nikah, sebab wali nikah merupakan perkara sunat, bukan wajib. Berbeda dengan pendapat mazhab Syafi’i yang memandang keadilan wali nikah merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali. Penyebab terjadinya perbedaan pendapat mazhab Hanafi dan mazhab syafi’i adalah karena keduanya menggunakan dalil surat al-Baqarah: 232, Imam Abu Hanifah menafsirkan bahwa ayat tersebut sama-sama menggunakan fi’il mabni ma’lum (kata kerja yang menunjukkan pelakunya telah diketahui) yang menunjukkan fi’ilnya (pelaku) merujuk pada perempuan. Untuk itu, dalam ayat tersebut fa’il haqiqinya adalah perempuan itu sendiri bukan wali. Imam Syafi’i berpendapat bahwa haqiqinya ayat tersebut ditujukan kepada para wali dan didukung oleh hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas.