Professional Documents
Culture Documents
BAB DUA
TINJAUAN UMUM AL-‘ADALAH DALAM HUKUM ISLAM
1. Pengertian ‘adalah
Secara etimologis, al-‘adl berarti, tidak berat sebelah, tidak memihak, atau
menyamakan yang satu dengan yang lain (al-masawah)”. Istilah lain dari al-‘adl
lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi
tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lain”. Adil juga berarti “berpihak
hukum Allah SWT dengan sepenuhnya dan tidak berbuat sebaliknya merusak
Dalam pandangan Ibn Hazm bahwa adil seseorang dapat ditinjau dari
bergelut atau bersihnya seseorang dari dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil.
Dalam hal ini Imam Ibn Hazm menjelaskan definisi adil bahwa.
Artinya: Adil adalah orang yang tidak ditemukan pada dirinya dosa besar dan
1
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Cet I, Jakarta: Ikthiar Baru, Van Hoeve.
1996, hlm, 25
2
Ibid
3
Shodiqse, Drs. Salahuddin Chairy, BA, Kamus Istilah Agama, Cet. I, Jakarta: CV.
Siettarama, 1983. hlm. hlm 257
4
Ibn Hazm, Al-Muhalla bi al-Atsar, Juz X, Lebanon: Dar Kutub al-Islamiyah, tt, hlm, 393
10
dalam pandangan Imam Ibn Hazm. Seseorang yang dikatakan adil adalah orang
yang terhindar dari dosa besar dan berusaha mengindarinya serta tidak
5
.
Artinya: Sifat adil itu menepati apa-apa yang diperintahkan dan menjauhi
baik dunia maupun akhirat, dan meningkatkan martabat kemanusiaan dalam hidup
kesempurnaannya, hal ini dengan menjauhi dosa besar, memelihara harga diri
5
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islamy wa’adillatuh, Juz VI, Bairut: Daar al-Fikr, 1989 hlm.
562
6
Sayed Sabiq, Fiqh as- Sunnah, Jilid III, Cet. Ke –6, Bairut: Daar al Fikr, tt., hlm. 332
7
Ibnu Taimiyah, Al-Siyasah al-Syar’iyyah Li al-Ra’i wa al-Ra’iyyah, Bairut: Dar al-Kutub
al-Ilmiah, 1988, hlm. 121
8
Abdurachman Umar, Kedudukan Saksi dan Peradilan Menurut Hukum Islam, Jakarta:
Sinar Grafindo, 1992, hlm. 22
11
mengatakan bahwa adil itu adalah konsisten dalam beragama serta konskwen
dalam perkataan dan perbuatan.9 Mawardi menambahkan adil adalah benar dalam
ucapan, dapat dipercaya, menjaga diri dari yang diharamkan, terpelihara dari
perbuatan dosa, jauh dari keragu-raguan, jujur dalam keadaan senang maupun
Menurut pendapat Ibnu Katsir, kata ‘adalah menjadikan hak hidup bagi
setiap manusia dalam menegakkan keadilan yang wajib dimiliki oleh setiap
empat corak:
(basirah).
bentuk kedua ini hampir sama dengan keadilan kolektif versi aristoteles.
9
Bahwati, Ar-Raudhul Murbi, Riyad: Maktabah Ar-Riyadhil Haditsah, hlm. 421
10
Mawardi, Al-Ahkamul Sulthaniyah, Mesir: Musthafa Al-Babil Halabi, 2973 M/1393 H.
hlm. 66
11
Imam Abu-Fida Ismail Ibnu Katsir ad-Damasqy, Tafsirl Qur’an al-Adhim (Terj : Bahrul
Bari) Juz. 14, cet. II, Jakarta: Argensindo, 2003, hlm. 237-238
12
Yaitu keadilan yang sejati, dan bahwa keadilan termasuk sifat yang harus
Jumhur ulama mengatakan bahwa adil hanya sebagai sifat tambahan dari
sudah dapat dikategorikan orang yang adil, karena telah diperintahkan oleh Allah
menjauhi segala yang diharamkan dan menjaga diri dari segala yang makruh.
menyatakan bahwa “sesuatu yang terbina dengan mantap dalam pikiran seperti
berterus terang”, itu identik dengan makna keadilan. Sesuatu yang tidak jujur atau
tidak sempurna dianggap sebagai jawr atau ketidakjujuran, makna harfiah kedua
konseptual terus terang dan tegak lurus. Gagasan ‘adlh sebagai “ kebenaran”
dibuktikan tanpa adanya kekuasaan (al-waliyah). Oleh karena itu pilihan untuk
12
Murthado Muthahhari, al-‘Adl al-Ilahi, Keadilan Ilahi Azas Pandangan Dunia Islam,
(Terj. Agus Efendi), Bandung: Mizan, 1992, hlm. 43-47.
13
al-Jarjani, Kitab at-Ta’rifat. ed.G.L. Fluger (Leipzig, 1845), hlm. 153.
14
Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayat al-Mujtahid wa Nihayal al-Muqtashid, (Terj. Dsr.
Imam Ghazali said, MA, dkk), Jilid II, Jakarta: Pustaka Amani, t.t., hlm..
13
mendesak amal buruknya dan ia tidak pernah berdusta.15 Tanda keadilan menurut
1. Melaksanakan berbagai hal yang wajib, yakni shalat lima waktu dan shalat
jum’at dengan segala shalat sunat rawatibnya, maka tidak bisa diterima
kesaksian orang yang selalu meninggalkan shalat sunnat rawatib dan witir.
mulia, dan menjauhi apa yang mengotori dirinya dan bertindak kasar
orang yang selalu mengundang tawa banyak orang karena perkataan atau
tingkah lakunya.16
orang yang selalu menjaga shalat wajib dan shalat sunat rawatib, serta
tanda-tanda tersebut menjadikan citra dirinya sangat baik dalam pandangan orang
lain. Sebaliknya apabila seseorang tidak ada pada dirinya kedua ciri-ciri tersebut,
15
Ash-Shan’ani, Muhammad bin Ismail al-Amir, Subuhussalam, Jilid. II, Kairo: Daar
Hadis, 2000 hlm. 220
16
Shalih bin Fauzan, Ringkas Fiqh Lengkap, (Terj.Asmuni), Jakarta: PT. Darul Falah,
2005, hlm. 1180-1181
14
dengan prinsip keadilan. Oleh karena itu, keadilan yang diperintahkan Allah
,
( : ).
serta menjadi saksi yang adil terhadap keluarga, istrimu dan kepada siapa pun
inti dari sebuah iman (berlakulah adil karena ia paling dekat dengan taqwa).
17
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. III, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 41
15
karena keadilan adalah sumber dari semua sifat manusia. Dengan kata lain,
keadilan adalah alasan dibalik prilaku luhur, juga merupakan sebuah elemen yang
kebenaran. Cukup aman dikatakan bahwa keadilan adalah elemen dasar dalam
Adil yang berarti ”sama” memberi kesan adanya dua pihak atau lebih.
Karena jika hanya satu pihak tidak akan terjadi ”persamaan”. Sedangkan
pengertian al-qist adalah “ bagian yang wajar” patut (tidak harus sama dengan
jumlah). Oleh karenanya, al-qist lebih umum dari pada al-’adl. Karena itu, Ketika
digunakan kata al-qist, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Nisa’ayat
135
...
( : )
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak al-qist
(keadilan), menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap diri sendiri
(Q.S. an-Nisa’. 135)
18
M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudbhu’i Atas Berbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 1996, hlm.111
16
Adapun mizan yang berasal dari kata wazn, berarti “timbangan”. Oleh
karena itu, ia adalah alat untuk menimbang dalam rangka mencapai keadilan. 19
Dalam konteks dan makna ini, kata adil sinonim dengan al-wast dan al-qist.
pengertian pantas, wajar dan jujur yang merupakan lawan dari sikap curang, berat
orang lain, menegakkan hukum Allah, dan menafkahkan sebagian harta atau
rezeki di jalan Allah. Dalam beberapa kamus dan ensiklopedi, terminologi adil
atau keadilan lebih popular dipakai dalam konteks penegakan hukum (justice
mengandung pengertian law (hukum) yang harus dicapai atau yang menjadi
tujuan hukum atau keadilan itu adalah melahirkan rasa persamaan (equality).22
tempatnya (wad ‘asy syai’ fi maqamih). Ibnu Qadamah (ahli fikih Mazhab
19
Ibid.
20
Al-Isfahani, Mu’jam al-Mufradat al-Qur’anul Karim, Dar-al-Katib al-Arabi, disuting
oleh Nadim Mar’ashli, Dar al-fikr, Bairut: t.t., hlm. 336-337. lihat pula al-Jurjani, kitab al-Ta’rifat,
al-Haramain, Singapore, t.t., hlm. 147.
21
Ibnu Manzur, lisan al-‘Arab, Juz. XI, hlm. 430,4,5,6,7 / Q.S : 9 / al-Taubah : 112 : al-
anfal : 8 ; al-Baqarah : 110. lihat Pula Elias Anton Elias, Qamus Elias Al-Ashri, Dar al-Jel, Bairut,
t.t., hlm. 428.
22
The Liang Gie, Teori-teori Keadilan, Cet. II, Yogyakarta: Penerbit. Super Sukses,
Sumbangan untuk Pemahaman Pancasila, 1982, hlm.14-15.
17
motivasinya semata-mata karena takut kepada Allah SWT. Jika keadilan telah
dicapai, maka itu merupakan dalil yang kuat dalam Islam selama belum ada dalil
literatur atau pendapat yang akan menjelaskan dari berbagai sudut pandang.
Bahkan kata yang digunakan untuk menampilkan sisi atau wawasan keadilan juga
tidak selalu berasal dari kata-kata sinonim seperti al-qist. Ada beberapa pengertian
yang berkaitan dengan keadilan yaitu dari akar kata ‘adlh itu, “yaitu sesuatu yang
benar, sikap yang tidak memihak, penjaga hak seseorang dan cara yang tepat
yang secara etimologi bermakna pertengahan. 25 Karena itu berlaku untuk aktivitas
hidup menusia sebagai mahluk sosial. Hukum yang adil adalah sebuah pesyaratan
dasar bagi kerangkan sosial manapun. Hukum yang adil menjamin hak-hak semua
Keadilan dalam hal ini tidak membedakan status sosial seseorang, apakah
ia kaya atau miskin, pejabat atau rakyat jelata, tidak pula karena perbedaan warna
kulit serta perbedaan bangsa dan agama, karena di hadapan hukum semuanya
( : ) .
Artinya: Dan kalau Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat
(saja), tetapi Allah menyesatkan siapa saja yang dikehendakiNya, dan
memberi petunjuk siapa yang dikehendakiNya, dan sesungguhnya
kamu akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan (Q.S. an-Nahl. 93)
( : ).
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya. Dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkan dengan cara
yang adil. (Q.S. An-Nisa. 58)
karena keadilan merupakan sumber dari semua sifat yang mulia. Dengan kata lain,
An-Nahl : 90
( : ) ...
akhlak, mu’amalah, material dan spiritual, nilai-nilai ekonomi dan moral duniawi
dan ukhrawi. Dari skala dan ruang lingkup yang luas ini, Islam menetapkan
beberapa ketentuan tentang arah dan batas yang wajar dan adil. Seluruh aspek
kegiatan dan nilai di atas menuntut adanya keseimbangan dan keadilan baik secara
:
27
( ).
Artinya: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda, Kamu sekalian berasal dari Adam,
dan Adam berasal dari debu (tanah). Tidak ada kelebihan dari orang
arab atas non arab, kecuali karena ketaqwaanya (HR.Ahmad)
Keadilan dalam hal ini tidak membedakan status sosial, kaya atau
miskin, pejabat atau rakyat jelata, tidak pula kerena perbedaan warna kulit serta
B. Bentuk-Bentuk ‘Adalah
26
Sayyid Quthub, Al-`Adalah al-Ijtima’iyyah fi al-Islam, Mesir: Dar al-Katib al-Araby,
t.t., hlm.29-30.
27
Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad, Juz. V, Beirut: Dar al-Fikr, hlm. 411
20
berani menyatakan sesuatu sebagai benar, karena secara objektif memang benar
tempat yang layak. Apabila kita melakukan perbuatan baik atau yang layak
dilakukan (fisikal maupun non fisikal), maka berarti kita telah berlaku adil secara
faktual dan praktis, perbuatan kita termasuk keadilan praktis. Keadilan aktual
1. Keadilan subjektif.
tugas kehambaannya secara utuh adalah orang yang berlaku adil terhadap
yang berlaku dan bersikap adil terhadap diri akan berpeluang untuk berlaku
2. Keadilan objektif.
Yaitu perbuatan sempurna terhadap selain diri sendiri. Segala sesuatu di luar
subjek atau diri kita masing-masing adalah alam yang dapat dibagi
keadilan dalam bentuk objektif inilah konsep keadilan yang shahih, yang
21
dalam berbagai dimensi dan konteksnya. Sebagai azas yang paling fundamental
hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan alam, yang secara
‘Adalah merupakan kebalikan dari pada fasiq, yakni syarat yang harus
dipenuhi oleh seorang wali yang diberi kekuasaan dari ayah kandung untuk
menggantikan dirinya menjadi wali perempuan yang akan dinikahkan, maka ayah
kandung yang diberikan kekuasaan tidak harus hadir dalam aqad nikah. Yang
harus hadir adalah orang yang memenuhi syarat di atas, yang penting adalah orang
tersebut telah diberikan kekuasaan resmi untuk menjadikan seorang wali dalam
aqad nikah. Tanpa kekuasaan dari orang tua kandung, maka ia tidak berhak untuk
menjadi wali, sehingga yang berhak menjadi wali adalah serah terima wewenang
Sifat adil juga disyaratkan bagi seorang saksi. Oleh karena itu, adil
merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang saksi dalam
28
Ziauddin Sardar, Islamic Futures: the Shape of Ideas to Come, (Masa Depan Islam), terj.
Rahman Astuti, Pustaka, Cet I, Bandung: 1987, hlm.358-359
22
al-Thalaq ayat 2:
( : )... ....
Artinya : ....”Dan saksikanlah dua orang saksi yang adil di antara kamu”.....
(Q.S. at-Thalaq. 2)
( : ).
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang fasik
membawa sesuatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan sesuatu masalah kepada sesuatu kaum tanpa mengetahui
keadaanya, menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.
(Q.S. Hujurat. 6)
sesuatu itu tidak terlepas dari keterkaitan dengan kualitas orang yang akan
menjadi saksi. Ini menunjukan bahwa saksi itu adalah orang yang adil dan dapat
diridhai, bukan orang yang fasik. Hanafiah berpendapat bahwa tidak diterima
Sedangkan ulama yang lain sepakat untuk menerima kesaksian orang fasik yang
telah bertaubat.30
29
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islamy wa’adillatuh, op.cit., hlm 6040
30
Ibid.
23
. ,
( : : ).
Artinya : Dan orang-orang yang menuduh wanita baik-baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka
(yang menuduh) delapan puluh kali dera. Dan janganlah kamu terima
mereka buat selama-lamannya, dan mereka itulah orang-orang yang
fasik, kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki
(dirinya), maka sesunggugnya Allah Maha Pengampun lagi Penyanyang
(Q.S. an-Nur 4 : 5)
Berlaku adil sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Hak yang dimiliki
oleh seseorang, termasik hak asasi, wajib diberlakukan secara adil. Hak dan
kewajiban terkait pula dengan amanah, sementara amanah wajib diberikan kepada
yang berhak menerimanya. Oleh karena itu, hukum berdasarkan amanah harus
yang menjadi haknya. Maka keadilan sosial dapat diartikan memberikan kepada
masyarakat apa yang menjadi haknya atas dasar kepatuhan dan keseimbangan.
Hak-hak tersebut meliputi: pangan, sandang, dan tepat tinggal yang layak. 31
Keadilan sosial Islam tidak mengharuskan agar setiap orang mempunyai tingkat
tetapi harus tercipta suatu kondisi masyarakat yang harmonis, tidak ada jurang
pemisah antara yang kaya dan miskin, dan hilangnya faktor-faktor penyebab
31
Muhammad Abu Zahra, Al-Mujtama’al-Insani fi Zilal al-Islam, Kairo: Daar al-Fikr
Al-Araby, t.t, hlm. 128
24
Ajaran zakat, sedekah dan berbagai bentuk bantuan sosial lainnya dari
orang kaya kepada orang yang tidak mampu, adalah contoh yang nyata keadilan
sosial Islam. Karena tugas mewujudkan keadilan sosial demikian berat dan luas,
menentukan benar atau tidaknya dan sah atau batalnya suatu pelaksanaaan hukum.
aturan hukum yang adil karena menyangkut penetapan hak milik seseorang, yakni
hak yang harus dimiliki dan seseorang sebagai ahli waris dengan sebab
berbuat adil terhadap istri-istrinya, maka cukup satu istri saja, karena itulah yang
32
Ibid.
33
Muhammad Ali al-Sais, Tafsir ayat al-Ahkam, Kuwait: Dar al-Fikr, t.t.,hlm. 37
34
Dr. Abdurrachman, MA, Zakat Dalam dimensi Muhdhah dan Sosial, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001, hlm. 132
25
terbaik baginya. Dalam penceraian yang merupakan hak suami sebagai tanda
berakhirnya hubungan suami istri, juga disyariatkan berlaku adil, dalam arti
melakukan penceraian secara baik (makruf) dan disaksikan oleh dua orang saksi
yang adil.35
dengan istri yang telah diceraikannya. Maka rujuklah di masa iddah dengan cara
yang baik atau sebaliknya, menceraikan istri pun dilakukan dengan cara yang baik
pula serta disaksikan oleh dua orang saksi yang adil. Rujuk tidak boleh dilakukan
dengan maksud untuk berbuat tidak adil (dhalim). Jika habis masa iddah,
seseorang tidak boleh dihalangi untuk mencari jodoh lain yang cocok baginya. 36
sabda Rasulullah:
:
37
( ).
Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a, berkata: tidak sah nikah tanpa wali dan
merupakan rukun sahnya aqad nikah, tanpa adanya saksi aqad nikah
35
Ibid
36
Ibid., hlm. 135
37
Ahmad ibn Hambal, Musnad Imam Ahmad, op.cit., hlm. 181
26
mengenai kasaksian dalam aqad nikah tersebut, untuk lebih jelasnya akan
38
Ibnu Rusyd, Bidayat al-Mujtahid, op.cit.,hlm. 17
39
Hasbi Ash-Shiddeqy, Ahkamul Fiqhul Islami, Jakarta: Bulan Bintang. 1970, hlm. 243
27
: :
.
41
( ).
Mengenai ketentuan wali adil dalam melakukan aqad nikah, para ulama
bahwa wali adil bukan merupakan ukuran tidak sahnya nikah, beliau
durhaka tidak kehilangan hak untuk bertindak sebagai wali dalam akad
yang berat. Wali fasik tidak ada halangan untuk menjadi wali dalam
40
Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin, Fiqh Mazhab Syafi’I (Edisi lengkap) buku II: muamalat,
Jinayat, Munaqahat: Pustaka Setia, hlm. 79
41
Imam Malik, Al-Muwatha’, Juz II, Bairut, Dar-khutub Al-`Ilmiah,. hlm. 252
42
Muhammad Ismail al-Sona’i, Subulu Al-Salam fi Syarah Bulughah Maram, Jilid III, Cet.I
Kaherah: Darul Hadits, 2000/1421, hlm. 161
28
nikah disyaratkan adil, dalam arti tidak berbuat maksiat, tidak fasik.
Sebaliknya orang yang tidak berbuat adil (fasik) tidak boleh bertindak
menjadi wali nikah, karena orang fasik tidak dapat menentramkan jiwa
orang lain dan tidak dapat dipercaya disebabkan ketidakadilan itu. Adil
berjalan tanpa alas kaki dan sebagainya. Oleh karena itu, orang fasik
:
.
45
( )
43
As-Sayed Sabiq, Fiqh al-Sunnah, op.cit., hlm. 7
44
Proyek pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam /IAIN Jakarta,
Ilmu Fiqh, Jilid II, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama,
1984/1985, hlm.108
45
Imam Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Jilid. II. Indonesia: Dahlan, t.t. Hlm. 284
29
Artinya: Tidak ada pernikahan kecuali dengan wali dan dua orang saksi
yang adil, wanita mana saja yang dinikahkan oleh wali yang
dimurkai, maka nikahnya bathal (HR. Turmidzi)
bahwa adil bukan sebagai syarat wali nikah. Pernikahan yang dilakukan oleh wali
fasik dan dihadiri beberapa orang adil maka tidak membatalkan pernikahan. 46
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa suatu ketentuan hukum Islam
begitu juga dengan wali. Dengan adanya wali maka pernikahan yang
umum maupun khusus. Jika ditinjau secara umum maka ada beberapa hikmah
Dengan adanya wali dalam pernikahan maka akan terhindar dari adanya
perselisihan salah satu pihak terhadap peristiwa aqad nikah, artinya tidak
Bila terjadi pertentangan dari salah satu pihak terhadap wali adil maka
seorang wali atau jika terjadi perselisihan pendapat, maka salah satu pihak
hukum.
hikmah yang sangat besar secara khusus bagi dirinya sendiri, yaitu akan
menimbulkan sifat jujur, muruah, menjaga diri dari sifat tercela dan juga
menjadi wali berarti telah mendapat kepercayaan dari orang lain sekaligus
nilai-nilai kebenaran dan keadilan itu akan mewarnai setiap gerak langkah
kehidupan masyarakat.