Professional Documents
Culture Documents
Oleh kelompok 3:
Wahyu Wardani 106351400649
Wahyu Setiyawan 106351400662
Titin Mayasari 106351400683
Saiful Arif 106351403459
A. Latar Belakang
Bumi bersifat dinamis karena dari waktu kewaktu bumi selalu mengalami
perubahan baik struktur, formasinya maupun bentang lahan (landscape). Perubahan
yang dapat kita rasakan dan lihat secara langsung adalah perubahan bentang lahan
(landscape). Banyak faktor yang dapat mengakibatkan perubahan bentuk lahan ini
baik yang bersumber dari tenaga endogen maupun tenaga eksogen.
Air merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang menyebabkan
perubahan bentuk lahan khususnya terbentuknya bentang lahan basah (fluvial). Selain
mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan air juga mempunyai peranan
penting bagi terbentuknya bentang lahan. Meskipun membutuhkan waktu yang lama
untuk mengubah bentang lahan, tetapi air bersifat konstan dalam mengubah bentang
lahan. Bentuk-bentuk bentang lahan dipermukaan bumi terjadi oleh erosi atau
pengendapan. Air yang berasal dari aliran hujan begerak turun melalui lereng-lereng,
jika lereng tersebut terdiri dari lapisan yang tipis maka berubah menjadi alur alur yang
makin besar menjadi sungai. Jika gerakan alirannya cepat maka kekuatan pengikisnya
akan besar.
Sehingga untuk lebih memperjelas bagaimana semua proses itu terjadi perlu
dibahas bagaimana semua bentang lahan itu terjadi khususnya yang disebabkan oleh
faktor air atau bentang lahan basah (fluvial).
B. Rumusan Masalah
1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi terbentuknya lahan fluvial?
2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kecepatan aliran?
3. Bagaimana pengaruh pola aliran sungai terhadap terbentuknya lahan fluvial?
4. Bagaimanakah contoh bentuk lahan fluvial dan bagaimana proses terjadinya?
C. Tujuan
1. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya lahan fluvial.
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran sungai.
3. Mengetahui besarnya pengaruh pola aliran sungai terhadap terbentuknya laha
fluvial.
4. Mengetahui jenis-jenis lahan fluvial dan proses terjadinya.
BAB II
BENTUK LAHAN BASAH (FLUVIAL)
Bentuk lahan basah (fluvial) adalah bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh
aktifitas aliran (streams) misalnya :Atoll, bar, basin, beach, cave, cliff, confluene,
delta, estuary, flood plain, gorge and canyon, gully, island, lake, levee, meander, ox-
bow lake, pool, riffle, river, spring, stream, stream terrace, valley and vale, waterfall,
watershed.
Aliran air sangat penting baik didaerah humit maupun didaerah arid.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas aliran.
Worcoster membedakan faktor-faktor aktifitas aliran menjadi lima yaitu:
1. curah hujan (presipitasi),makin tinggi aliran makin intensif dan cenderung
permanen, beada didaerah basah (humede).
2. porositas dan permeabilitas bauan, makin besar aliran makin kecil karena air
diserap kebawah permukaan permukaan, sehingga proses/aktifitas fluvial menjadi
lambat, hal ini semakin lambat apabila vegetasi penutup semakin banyak.
3. daerah berbauan kapur, aktifitas aliran terjadi dibawah permukaan sebagai under
ground run off, sedangkan dipermukaan mengalami persaingan aliran, Peristiwa
ini berlangsung karena air masuk melewati diaklas.
4. daerah kering (arid) dengan vegetasi kurang, didaerah ini aktivitas aliran besar
sehingga menyebabkan intensitas graduasi juga tinggi.
5. daerah impermeable, aktifitas aliran bertambah sebagai surface run ofkarena air
tertahan oleh lapisan impermeable dibawah permukaan.
Air yang mengalir mempunyai kekuatan sehingga dapat merubah bentuk
permukaan bumi.Hubungan antara kecepatan aliran dengan ukuran bahan yang dapat
diangkut dapat diketahui sebagai berikut. (Imam sujagad, 1974).
Kecepatan aliran
No Ukuran bahan yang dapat diangkut
(mil/jam)
1 1/3 Butiran pasir
2 ¾ Buiran kerikil
3 3 Batu kecil (garis tengah 2-3 inci)
4 6 Batu besar (garis engah 10-11 inci)
5 20 Batu garis tengah 16-17 inci
Dalam membahas sterean kita juga harus menguraikan tentang stadia/umur
steream dengan karakteristiknya masing-masing stadia pada bentuk lahan asal flivial.
Beberapa stadia tersebut adalah:
1.Stadia muda
Berdasarkan prosesnya bentuk lahan ini belum banyak dipengaruhi oleh faktor
perusak, kenampakan masih asli. Struktur asli bentuk lahan ini masih jelas terlihat.
Karakteristiknya adalah:sistem aliran (steream) sedikit,gradient tiggi , mempunyai
inggir-inggir pemisah yang tinggi dan lebar, dinding lembah terjal dan irisan
melintang berbentuk huruf V,sepanjang aliran terdapat air terjun,dan aktivitas erosi
sebagian besar vertikal.
2.Stadia dewasa
Struktur bentuk lahan ini sudah mulai tidak nampak sebagai akibat faktor
perusak yang bekerja lebih intensif. Karakter stadia ini adalah: steream aliran makin
banyak, kadang –kadang aliran induk (main streams) sudah menunjukkan stadia tua
yang ditandai oleh genangan dibeberapa tempat, air erjun rundah, dan lembah
melandai menyerupai huruf U sebagai akibat erosi lateral.
3.Stadia tua
Pada stadia ini pengaruh tenaga eksogen sangat kuat, sehingga kadang kadang
struktur aslai telah hilang. Karakteristiknya adalah: semua aliran rata, aliran sanga
lambat sehingga daya angkut material kecil, ditemukan meander, danau apal kuda
(oxbou lake), inggir pemisah hilang atau kalau ada rendah dan sempit karena erosi
lateral, kadang-kadang dijumpai bukit-bukit sisi terpisah kalau batuannya resisten.
A. Air tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, dapa berupa air lapisan, yang
mengisi ruang ruang pada agregat tanah,atau air celah yang mengisi retakan-retakan
tanah/batuan.
Proses terjadinya air tanah adalah air yang ada dipermukaan (baik dari air hujan,
singai, maupun danau/cekungan) yang terinfiltrasi kedalam tanah, setelah mencapai
horizon tanah sebagian mengalir secara lateral menyusuri pelapisan horizon tanah
(interflow/subsurface flow), sebagian yang lain akan tinggal didalam masa tanah
sebagai moisture continent, dan sisanya mengalir kebawah secara vertikal
(percolation), yang selanjutnya air ini menjadi air tanah .Air permukaan (aliran air
sungai,air danau/waduk, dan genagan air permukaan lainnya) dan air tanah pada
prinsipnya mempunyai keterkaitan yang erat, serta keduanya mengalami proses
pertukaran yang berlangsung terus menurus, selama musim kemarau kebanyakan air
sungai masih mengalirkan air, air tersebur sebagian besar berasal dari dalam tanah
(baseflow) terutama dari daerah hulu sungai yang umumnya merupakan daerah
resapan yang didominasi oleh daerah bervegetasi(hutan).
Selain faktor-faktor diatas permukaan tanah, ada faktor yang tidak kalah
pentingnya dalam mempengaruhi proses terbentuknya air tanah yaitu formasi geologi.
Formasi geologi adalah formasi batuan atau mineral yang berfungsi menyimpan air
tanah dalam jumlah besar. Dalam mempelajari proses terbentuknya air tanah, formasi
geologi tersebut dikenal sebagai akifer (aquifer). Dengan demikian aquifer pada
dasarnya adalah bentang air yang ada didalam tanah.
Aquifer dibedakan menjadi dua yaitu:
1.Aquifer bebas
Aquifer bebas yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air, dan
berada diatas lapisan kedap air. Permukaan air tanah pada aquifer ini disebut dengan
water table yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hydrostatic sama dengan
tekanan atmosfer. Aquifer bebas ini dapat terjadi ecara lokal yang disebut dengan
perched aquifer yang terjadi apabila pada suatu formasi batuan yang lolos air
terbentuk batuan padas lokal.
2.Aquifer tertekan/terkekang
Aquifer tertekan yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air yang dibatasi oleh
lapisan kedap air baik diatas maupun dibawah, serta mempunyai tekanan yang jauh
lebih besar dari pada tekanan atmosfir.
Keadaan demikian memungkinkan terjadinya permukaan air pada formai
tertekan berada diatas water level, sehingga dapat membentuk bermacam macam
sumur macam-macam sumur yang dapat terbentu yaitu:
a.Artesis well
Yaitu sumur yang dibuat ampai mencapai aquifer tertekan sehingga
permukaan airnya naik beada diatas water table.
b.Flowing well
Yaitu sumur artesis yang mana permukaan tanahnya berada dibawah muka
peisometric, sehingga air dapat mengalir atau memancar dengan sendirinya.
Peisometric surface adalah permukaan air pada aquifer tertekan.
Berdasarkan sifatnya batuan dibumi dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. 1.Batuan lolos air (permeable)
2. 2.Batuan setengah lolos air (semi permeable)
3. 3.Batuan tidak lolos air (impermeable)
C. Sungai
Sungai adalah sistem aliran yang terdapat di permukaan bumi yang berasal dari
sumber air.
1. Klasifikasi Sungai
Berdasarkan sifat khas yang dimilikinya sungai dibedakan menjadi:
a. Sungai Permanen, yaitu sungai yang mengalir sepanjang tahun, karena pasokan
airnya tetap.
b. Sungai Intermitten, yaitu sungai yang mengalir secara periodik. Sungai ini
dibedakan menjadi dua berdasarkan sumber airnya, yaitu:
1. Spring Fed Intermittent River
2. Surface Fed Intermittent River
c. Sungai Epherical (Ephermal), yaitu sungai yang mengalir apabila mendapat
respon air hujan dan tidak memperoleh dari sumber atau es yang mencair.
Berdasarkan sifat genetiknya sungai dibedakan menjadi:
a. Bentuk asal DAS:
Daerah Aliran Sungai (DAS) ialah istilah geografi mengenai sebatang sungai,
anak sungai dan area tanah yang dipengaruhinya.
1. Sungai Konsekuen, merupakan sungai yang alirannya mempunyai posisi
seperti lereng aslinya pada waktu terbentuk. Terdapat pada daerah pengangkatan yang
berstadia muda.
2. Sungai Subsekuen, merupakan sungai yang mengalir pada zona yang terdiri
dari batuan lunak dan mengalir berdasarkan arah formasi daerah itu (strike).
3. Sungai Obsekuen, arah alirannya bertentangan dengan lerang formasi (dip)
karena erosi yang hebat.
4. Sungai Resekuen, yaitu sungai yang arah alirannya sama dengan sungai
konsekuen yang terbentuk karena adanya pengikisan Igir atau pegunungan.
5. Sungai Insekuen, yaitu sungai yang arah alirannya tidak menentu dan
mempunyai cabang atau anak sungai yang banyak.
b. Berdasarkan Formasi Geologis Daerah Aliran
1. Sungai Antecendent, yaitu sungai yang mengalir pada suatu daerah dan dapat
mempertahankan alirannya setelah daerah tersebut mengalami pengangkatan.
2. Sungai Superimposed (Superposed), merupakan sungai yang menembus dinding
terjal didataran nyaris.
3. Sungai Anaclinal, merupaka sungai antencendent yang terngkat miring karena
pengangkatan.
4. Sungai Reverse, merupakan sungai yang tidak dapat menahan aliran setelah
terangkat miring.
5. Sungai Resureted, merupakan sungai yang dapat mempertahankan aliran setelah
terjadi pengangkatan.
6. Sungai Compound, sungai yang mengalir di daerah aliran sungai dengan stadia
yang berbeda-beda.
7. Sungai Composite, sungai yang mengalir di daerah aliran sungai dengan struktur
geologi yang berbeda-beda.
2. Pola Aliran Sungai (Drainage Pattern)
Pola aliran sungai tergantung pada:
a. Letak atau bentuk lapisan batuan.
b. Bentuk lapisan batuan.
c. Kekerasan permukaan tanah.
d. Keberadaan retakan, kekar, atau patahan.
e. Struktur geologi suatu daerah.
Secara umum pola aliran sungai dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pola Dendritis, merupakan pola aliran sungai yang bercabang- cabang seperti
bentuk cabang pohon.
b. Pola Rectangular, merupakan pola aliran sungai yang membentuk sudut 90o atau
menyiku terhadap induk sungai, biasanya terdapat didaerah patahan atau retakan
batuan kristalin.
c. Pola Annular, merupakan sungai yang memiliki anak sungai yang membentuk
sudut diagonal.
d. Pola Radial, yaitu bentuk sungai yang mempunyai pola menjari. Pola aliran ini
terbagi menjadi dua, yaitu:
¾ Sentrifugal, menjari menjauhi pusat.
¾ Sentripetal, menjari menuju pusat.
e. Pola Trellis, merupakan pola aliran sungai yang memotong melintang fornmasi
batuan dan terhubung kesungai utama, umumnya terdapat pada pegunungan
lipatan dengan stadia dewasa.
A. Kesimpulan
Bentuk lahan basah (fluvial) adalah bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh
aktifitas aliran (streams) misalnya : Atoll, bar, basin, beach, cave, cliff, confluene,
delta, estuary, flood plain, gorge and canyon, gully, island, lake, levee, meander, ox-
bow lake, pool, riffle, river, spring, stream, stream terrace, valley and vale, waterfall,
watershed.
Topografi yang terbentuk dari proses fluvial dicirikan dengan daerah-daerah
penimbunan, seperti lembah-lembah sungai besar yang berstadia dewasa atau tua.
Secara alami, topografi ini merupakan hasil dari proses yang disebabkan oleh kerja
sungai yang mempunyai aktivitas yang erat hubungannya yaitu erosi, transportasi dan
penimbunan.
B. Daftar Pustaka
Asdak, Chay.2001.Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Bandung:
Gajahmada University Press.
Herlambang, Sudarno.2004.Dasar-Dasar Geomorfologi.Malang: FMIPA UM
Herlambang, sudarno.1995. Daear-Dasar Geomorfologi Bagian I.Malang :
BPOP IKIP Malang.
Fariel, Robert E.1989.Earth Science.Canada: Addison-Wesley Corporation.
http://encarta.msn.com/encyclopedia_761569915_2/River.html
http://wikipedia.co.id/sungai
Lampiran I
Lampiran II
Bentuk Delta
Lampiran IV
Bentuk Meander