You are on page 1of 13

LAPORAN BACAAN

Pada zaman golbalisasi ini tuntutan untuk menjadi maju adalah suatu
keharusan, seiring dengan terus berkembangnya teknologi yang semakin canggih.
Televisi sebagai salah satu hasil dari sebuah perkembangan teknologi pada saat ini,
sangat memegang peranan atau sangat dibutuhkan oleh setiap orang, sebagai sarana
pendidikan, sebagai sarana pengetahuan tentang kebudayaan, dan sebagai sarana
hiburan. Melihat besarnya minat orang dalam dunia ini menjadikan bisnis di bidang
ini adalah bisnis yang mennjanjikan.
Penulis mengambil buku ini sebagai referensi karena penulis mencoba melihat
bagaimana peluang pasar dalam bisnis perfilman ini. Penulis juga membuat laporan
bacaan ini adalah sebagai pelengkap tugas mata kuliah Pk. Menulis.

IDENTITAS BUKU
1. Judul : Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video
2. Pengarang : P.C.S. Sutisno
3. Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
4. Tahun terbit: Jakarta, 1993
5. Tebal : 134 halaman
6. Cetakan : Pertama

RINGKASAN BUKU

1. PENERTIAN, KARAKTERISTIK, DAN SEJARAH MEDIA TELEVISI

1.1 Pengertian Televisi


Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani
dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi
berarti system penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak
jauh.
Proses penyajian gambar dan suara tersebut adalah sebagai berikut: Pertama,
gambar dan suara (objek) direkam melalui kamera dan mikrofon. Selanjutnya
ditransformasikan melalui getaran elektromagnetis (jenis getaran audio dan video).
Setelah diperkuat kemudian dimodulasikan menjadi gelombang radio dengan
frekuensi tinggi yang disebut Very High Frequency (VHF) dan Ultra High Frequency
(UHF) dan dipancarkan ke udara melalui system pemancar atau transmisi. Setelah
masuk ke dalam pesawat penerima, gelombang UHF dan VHF itu ditransformasikan
menjadi bentuk bayangan gelap dan terang berupa garis-garis. Bentuk inilah yang
tampak sebagai gambar yang diiringi suara di layar televisi.
Untuk penyiaranya atau transmisi dipergunakan saluran atau channel yang
berbeda di setiap Negara. Penyiaran sinya suara menggunakan sistem modulasi
frekuensi (frequency Modulation atau FM system), sedangkan sinyal visual
dipergunakan digunakan sistem modulasi amplitud (Amplitude Modulation atau AM
system).

1.2 Karakteristik Media Televisi


Beberapa karakteristik media televisi adalah sebagai berikut.
1. Memiliki jangkauan yang luas dan dapat segera menyentuh indera
penglihatan dan pendengaran manusia.
2. Dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau besar, berbahaya, atau
yang langka.
3. Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.
4. Dapat dikatakan “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.
5. Mampu menyajikan unsure gerak, warna, bunyi, dan proses dengan baik.
6. Dapat mengkoordinasi pemanfaatan media lain, seperti film, foto, dan
gambar dengan baik.
7. Dapat menyimpan berbagai data, informasi, dan serentak
meyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat yang bejauhan.
8. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.
9. Membangkitkan perasaan intim atau media personal.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, media televisi juga mengandung
kelemahan, yaitu sebagai berikut.
1. Merupakan media satu arah, hanya mampu menyampaikan pesan, namun
tidak bisa menyampaikan umpan balik secara cepat. Untuk mengatasi
kelemahan ini, bisa digunakan media lain sebagai pelengkap. Misalnya,
media cetak, telepon, dan komputer. Media yang mutakhir ialah suatu
sistem yang disebut televisi atau video interaktif. Media ini terutama untuk
keperluan pengajaran pelatihan.
2. Layar pesawat penerima yang sempit tidak memberikan keleluasaan
penonton. Hal ini karena hanya 80% objek mampu disajikan, sedangkan
20% adalah area lost dan siaran biasanya tak dapat diulangi kembali.
3. Bingkai cahaya (flash) dan rangsang kedip cahaya (flicker) dapat merusak
atau menggangu penglihatan penonton.
4. Kualitas gambar yang dipancarkan lebih rendah dibandingkan dengan
visual yang diproyeksi (film layar lebar).
Berdasarkan karakteristik tersebut media televisi menyandang tiga fungsi yang
batasan-batasanya tidak dapat dijelaskan secara tajam, yaitu sebagai wahana hiburan,
penyebaran informasi atau penerangan, dan pendidikan.

1.3 Sejarah Singkat Televisi


Pada tahun 1962 seorang Italia yang bernama Abbe Casseli behasil
menemukan sistem pengiriman gambar dengan listrik melalui kawat, untuk
pengiriman gambar objek bergerak baru ditemukan oleh Paul Nipkow seorang rusia
yang hidup di Jerman pada tahun 1884. tiga belas tahu kemudian, cathode ray tube,
yaitu tabung sinar katoda mengalami penyempurnaan oleh Ferdinand Braun dari
Universitas Starburg sehingga tabung katoda disebut juga tanbung Braun.
Pada tahun 1907 Profesor Boris Rosing dari Institut Teknologi Petersburg di
Rusia menemukan dasar-dasar scanning elektronik tabung sinar katode untuk
menguah getaran elektronik menjadi visual.
Pada tahun 1923-1929, John Logis Baird, yang kemudian dikenal sebagai
bapak televisi Inggris, belum berhasil meningkatkan mutu televisi. Baru pada tujuh
tahun kemudian baik di Inggris maupun di Jerman dilakukan percobaan-percobaan
televisi dengan hasil 60-80 garis setiap bingkai gambar.
Pada tahun 1928 seorang murid professor Rosing dari RCA yang bernama Dr.
Zworykin berhasil menemukan tabung kamera televisi inoscope. Kemudian Philo
Fanworth menemukan tabung kamera image dissector dan menyempunakan cara-cara
sinkronisasi elektronik. Tabung tersebut mulai mampu mentransformasikan visual
menjadi sinyal elektronik. Pada tahun 1935 di perancis mulai diperkenalkan siaran
televisi dengan hasil 180 garis setiap bingkai. Di Inggris, BBC mulai siaran dengan
menggunakan sistem Marconi-EMI dengan 405 garis visual. Di Moskow
dikembangkan siaran televisi dengan 240 dan 343 garis. Dalam pembukaan Pameran
International di New York, 30 April 1939, AS mulai siaran dengan 441 garis.
Pada tahun 1955 British Broadcasting Corporation (BBC) berhasil
mengembangka Video Tape Recorder (VTR) yang pertama.
Tepat 100 tahun saat Abbe Casseli menemukan alat-alat pengirim gambar,
dimulailah siaran televisi yang pertama kali di Indonesia.

2. PROGRAM SIARAN TELEVISI DAN VIDEO


2.1 Komponen Sistem Televisi
Suatu jaringan kerja televisi merupakan satu sistem dengan komponen-
komponen yang kompleks dan membuhkan biaya besar. Besarnya biaya bukan hanya
saat investasi melainkan juga pada saat pengoprasian, pengembangan, dan
perawatannya. Adapun komponen-komponen yang dimaksud ialah; (1) Studio
pembuatan program, (2) peralatan dan perlengkapan produksi program, (3) stasiun
penyiaran, (4) sistem satelit komunikasi, (5) stasiun bumi, (6) pesawat penerima
siaran televisi.
2.2 Program Siaran Televisi
Setiap program televisi mempunyai sasaran yang jelas dan tujuan yang akan
dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program
siaran televisi, yaitu:
1. Landasan filosofis yang mendasari semua program,
2. Strategi penyusunan proram sebagai pola umum tujuan program,
3. Sasaran program,
4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program,
5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai uasaha
yang optimum.
Landasan filosofs yang mendasari atau menyangkut setiap program adalah
Pancasila dan UUD 45.
Pola strategi prnyusunan program lebih menyangkut pada pola pencapaian
tujuan program secara umum. Dalam hal ini ada tiga variabel yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Memotivasi dan merangsang kesadaran sasaran program.
2. Mengarahkan kesadaran tersebut ke arah garis pengembangan keseluruhan.
3. Mengandalikan pengembangan untuk menyesuaikan dengan kondisi objektif.
Penyiaran suatu program pasti mempunyai strata sasarannya, termasuk adapt
dan kebiasaan.untuk itu, kepada sasaran program ini diharapkan ada kelompok inti
yang diharapkan dapat menyebarkan informasi yang diperoleh dari program.
Karakterristik program dipolakan oleh sifat waktu, tempat, dan suasana. Setiap
program memiliki karakter waktunya sendiri-sendiri, yaitu penempatan atau
pengalokasian waktu siaran. Ada wakru prima, subprima, dan frekuensi waktu serta
biaya waktu. Tempat sebuah program dalam siaran dapat dilihat dari dua segi, yaitu
dari segi programatik dan segi penonton atau sasaran program. Sisi pertama berkaitan
dengan kesesuaian alokasi proram dalan jadwal siaran, sisi kedua berhubungan
dengan aspek geokultural sasaran program tersebar di seluruh negeri dan tradisi yang
berlainan.
2.3 Pengadaan Proagram Siaran Televisi
Dalam suatu badan penyiaran televisi, selain fungsi oprasinoal transmisi,
fungsi-fungsi eksekutif dan oprasional pengadaan program memerlukan penanganan
yang dinamis dan berkesinambungan. Sementara itu, ruang lingkup kegiatan dan
tanggung jawab antara fungsi esksekutif pemrograman (producer) dan fungsi
oprasional pengadaan atau produksi program (director) meskipun berbeda namun
tetap berkaitan.
Produser program adalah fungsi eksekutif yang berkaitan dengan pengadaan
proram siaran. Dalam hal ini memunyai fungsi tanggung jawab sebagai berikut;
2.3.1 Menyediakan Proram Paket
untuk memperoleh program paket yang diperlukan, kegiatan yang biasa
dilakukan oleh seorang produser adalah meliputi; (1) negosiasi dalam rangka
meminjam, membeli, atau menyewa program, (2) melakukan seleksi dengan mengacu
kepada kriteria dan pedoman yang telah ditetapkan, dan (3) melakukan penyesuaian
berupa dubbing, pengisan teks, atau sensor.
2.3.2 memproduksi program sendiri
Dalam hal ini eksekutif program bertanggung jawab dalam; (1)
mengembangkan ide dan mendciptakan gagasan atau ide program, (2) mencari dan
mendayagunakan pakar, konsultan, dan narasumber program, (3) menyediakan
skenario atau naskah yang siap produksi, termasuk hubungan industrial dengan
penulis skenario, organisasi atau kelompok budayawan, dan seniman, (4)
menyediakan dan produksi, dan (5) mengurus publikas dan jadwal proram.
3. PRODUKSI PROGRAM TELEVISI DAN VIDEO
Dalam produksi program televisi dan video ada elamen-elemen yang harus
diketahui, yaitu:
1. Kepala bagian produksi adalah manajer atau eksekutif yang bertanggung
jawab atau pengasuh suatu jenis program siaran televisi mulai dari perencanan
sampai tersedianya program televisi yang siap siar.
2. Produser (Producer) program adalah penggungjwab atau pengasuh suatu
jenis program siaran televisi.
3. Director biasanya disebut pula sutradara atau pengarah produksi, yaitu
penaggung jkawab terlaksanakannya kegiatan roduksi sehingga menghasilkan
program siaran televisi yang siap siar.
Selain unsur-unsur yang tertulis itu ada pula elemen-elem lain yang perlu
untuk diketahui; (1) Sutradara, (2) Asisten sutradara, (3) Floor manager, (4) Assisten
studio, (5) Operator sound effect, (6) Penata set, (7) Penata grafis, (8) Penata
propertis, (9) Penata busana, (10) Operator film, (11) Penata rias, (12) Operator video
tape recorder, (13) Operator telecine, (14) Direktur teknik, (15) petugas ruang kontrol
utama, (16) Video engineer, (17) Juru kamera, (18) Penata cahaya, (19) Operator
vision mixer, (20) Operator boom, (21) Penata audio, dan (22) Penyiar.

4. PENULISAN DAN TATA ISTILAH DALAM NASKAH TELEVISI DAN


VIDEO
4.1 Penulisan Naskah Televisi dan video
Dewasa ini, berkat pendidikan, pelatihan, dan berkembangnya sikap
profesional lembaga penyiaran dituntut tersedianya naskah televisi atau video yang
baik. Kkerabat produksi yang prfesiona tidak akan bekerja tanpa naskah televisi yang
standar. Sebenarnya naskah televisi dapat diibaratkan bagai jiwa atau darah suatu
produksi proram televisi. Bekerja tanpa naskah berarti memprodusi suatu
“kekacauan” yang amat mahal biayanya.
Naskah televisi diperukan untuk:
1. Memberi kemudahan dalam perencanaan produksi, penyuntingan, penyiaran,
dan pemanfaatan program.
2. Menjadi medim berfikir kreatif.
3. Menjadi sarana seluruh kerabat produksi.
4. Menjadi acuan penyusunan jadwal kegiatan.
5. Menjadi acuan materi yang akan direkam.
4.2 Penegertian Tata Istilah
menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian tata istilah ialah perangkat
pengaturan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya. Dalam
konteks ini, berarti semua peristilahan yang biasa dipergunakan dalam peristilahan.
4.3 Tata Istilah Dalam Pengambilan Gambar
Gambar atau aspek visual dari suatu program televisi atau video yang tampak
di layar kaca monitor adalah hasil dari serangkaian pengambilan gambar atau
shooting dalam kegiatan rduksi. Berbagai jenis shoot yang perlu dikuasai adalah
sebagai berikut:
1. Long shot adalah pengambilan gambar secara keseluruhan.
2. Wide shot atau wide angle adalah pengambilan gambar secara keseluruhan
dan bagian sampingnya terkesan melengkung.
3. Medium long shot, bila objeknya orang maka hanya terlihat dari kepala sampai
lutut. Bagian-bagian latar belakang terlihat rinci.
4. Medium shot, bila objeknya orang maka hanya terlihat dari kepala sampai
pinggang. Untuk objek benda dapat terlihat seluruhnya.
5. Medium close up atau shot, untuk objek orang tampak kepala sampai dada ke
atas. Bila benda tampak seluruh bagiannya.
6. Close up atau shot, untuk objek orang tampak wajah. Bila benda tampak
seluruh bagiannya.
7. Big close up atau shot, bila objeknya orang hanya tampak bagian tertentu,
seperti mata dengan bagian-bagian yang terlihat jelas.
8. Group shot, pengambilan gambar untuk sekelomok orang.
9. Two shot, bila objeknya orang, pengambilan gambar difokuskan kepada dua
orang.
10. Over shoulder shot, biasanya untuk meliput dua orang yang bercakap-cakap.
Pengambilan gambar melalui belakang bahu orang secara bergantian.

Dari tabel jenis-jenis pengambilan gambar tersebut dapat ditambahkan catatam


sebagai berikut:
1. Pada dasarnya media televisi adalah media close up maka efektifitas
penyampaian pesan ialah dengan menggunakan lebih banyak jenis shot close.
2. Long shot apa lagi ekstreme long shot sebaiknya tidak digunakan karena
kamera televisi berbeda dengan kemera film. Untuk menciptakan awal suatu
pengambilan sebagai informasi lokasi dan setting kejadian dapat digunakan
LMS.
3. MCU, MS, dan MLS adalah jenis pengambilan gambar yang memunyai
karakteristik untuk menimbulkan kesan senang dan santai.
4. BCU dan GU adalah pengambilan gambar yang cepat memberi kesan tegang,
bersungguh-sungguh, serius, dan takut.
4.4 Arahan Sutradara Kepada Juru Kamera
Ada beberapa gerakan kamera lagi yang menghasilkan shots lainnya. Hal ini
sering disebut gerakan kamera (camera movement).
4.4.1 Gerakan kamera PAN LEFT/RIGHT, yaitu gerakan kamera ke kanan dan
kek kiri secara horizontal.
4.4.2 Gerakan kamera TILT UP/DOWN, yaitu gerak bidik kamera yang
mengarah ke atas atau ke bawah. Gerakan ini berguna untuk memberikan
kesan gedung yang sangat tinggi atau menggambarkan kedalaman yang
sangat mengerikan.
4.4.3 Gerakan kamera TRACKING/ DOLLY IN/OUT, yaitu kamera yang terletak
di atas penyangga (tripod) bergerak mendekati aatu menjauhi objek.
4.4.4 CRANE SHOT adalah gerakan kamera yang dipasang di atas mesin beroda
yang disebut crane, dan bergerak sendiri bersama juru kameranya, baik
mendekat maupun menjauhi objek.
4.4.5 FOLLOW adalah gerak kamera yang mengikuti objek yang bergerak
searah .
4.4.6 PEDESTAL adalah gerak kamera secara vetikal dengan cara menaikan atau
menurunkan kamera.
4.4.7 PULL BACK adalah gerak kamera menjauh secara cepat dari suatu
kegiatan atau action.
4.4.8 STOP MOTION adalah pengoprasian kamera sekali tiap satu bingkai.
4.4.9 SWISH PAN adalah gerak kamera secara horizontal dengan cepat sekali
mengarah ke satu objek.
Selain gerakan kamera untuk menghasilkan visual yang diingikan dapat pula
digunakan manipulasi lensa untuk menghasilkan efek visual tertentu, seperti berikut
ini:
1. FADE IN atau FADE OUT, yaitu pengoprasia kamera dengan membuka lensa
dengan cara perlahan sehingga menghasilkan gambar yang muncul perlahan.
2. FOLLOW FOCUS, yaitu denga mengubah focus lensa dari satu posisi objek
bergerak ke posisi fokus berikutnya sehingga visual objek di layar tetap
tampak tajam.
3. SHALLOW FOCUS, yaitu perbedaan ketajaman gambar di layar yang
dihasilkan dengan teknik manipulasi lensa kamera.
4. ZOM IN/OUT, yaitu manipulasi lensa kamera untuk menghasilkan perubahan
gambar secara cepat.
5. CRAB LEFT/RIGHT, yaitu gerakan kamera menggeser ke kiri dan ke kanan
sehingga menghasilkan sudut yang berbeda dengan pengambilan dari depan.
6. HEAD ROOM, yaitu abab-aba sutradara agar juru kamera mengatur posisi
gambar sehingga tersedia ruang antara kepala dan garis tepi layar.
7. TIGHTER, yaitu abab-aba sutradara kepada juru kamera agar mengubah posisi
lensa kamera ke arah pengmbilan yang mendekat ke objek.
4.5 Arahan Sutradara Kepada Vision Mixer
Vision mixer adalah petugas produksi yang berada di ruang kontrol dan
melaksanakan kegiatan sesuai arahan sutradara dalam hal memadu atau menata
penampilan visual di layer televisi. Arahan sutradara adalah sebagai berikut.
1. COMING TO ONE, yaitu arahan kepada juru kamera satu agar bersiap-siap
mengambil gambar
2. CUT TO ONE atau TAKE ONE, yaitu tekan tombol kamera satu agar hasil
liputan kamera satu direkam atau ditayangkan.
3. MIX TO ONE atau DISSOLVE TO TWO, artinya gambar yang sedang
ditayangkan (liputan kamera satu) digabungkan dengan hasil liputan kamera
dua secara halus.
4. SUPER IMPOSE atau dsingkat SUPERS. Yaitu perpaduan antara dua gambar
aau lebih dalm satu bingkai.
5. WIPE adalah perintah untuk menghapus gambar di layer dengan cara
menumpukkan gambar dari arah samping, atas, bawah, atau diagonal.
6. INLAYdalah perintah untuk menampilkan dua gambar.
7. FADE TO BLACK/FADE SOUND AND VISION adalah arahan untuk
menghentikan gambar dan suara di akhir suatu program dengan perlahan-
lahan.

5. PRINSIPPRINSIP PENULISAN NASKAH TELEVISI DAN VIDEO


Beberapa prinsip penulisan nashkan televisi atau video meliputi rancangan
atau disain program; bentuk fisik naskah televisi atau video; relasi unsur visual, audio
dan isi program; tata tulis naskah.
5.1 Rancangan atau Desai Program
Urut-urutan langkah yang harus ditempu dalam penulisan naskah televise dan
video adalah; (1) menetapkan ide atau gagasan, (2) menentukan sasaran program atau
konsumen yang akan dituju, (3) merumuskan tujuan program, (4) Membuat garis-
garis besar isi program, (5) Penyusunan synopsis, dan (6) Treatmen atau uraian dari
urutan kejadian yang akan tampak pada layer televise atau video.
5.2 Bentuk Fisik Naskah Televisi dan Video
bentuk fisik naskah ada dua, yaitu bentuk naskah satu kolom dan naskah dua
kolom. Naskah satu kolom penulisan deskripsi unsur audio dan visual tidak
dipisahkan. Semua dituliskan berurutan tanpa pemisahan kolom. Sedangkan naskah
dua kolom unsur audio dan visual dituliskan terpisah.
5.3 Relasi Antar Unsur Visua dan Audio
Televisi atau video adalah media visual. Melalui media audio visual tersebu
pesan yang akan disampaikan kepada sasaran program diolah.
Media televivi dan video adalah keutuhan unsure audio visual dalam
menyajikan pesan. Sementara itu hakekat komunikasi adalah menyatukan dua
persepsi dari pihak komunikator (penulis) dan pihak komunikan (penonton).
5.4 Tata Tulis Naskah Televivi dan Video
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah televise atau video,
baik naskah satu kolom maupun naskah dua kolom adalah judul program dan
deskripsi adegan. Judul program dituliskan di bagian tengah atas kertas dengan
menggunakan huruf kapital. Deskripsi adegan terdiri dari; (1) indikator tempat, (2)
indikator setting, (3) indikator waktu kejadian, (4) Instruksi jenis shot atau gerakan
kamera, dan (5) nama tokoh.
6. MACAM-MACAM FORMAT PROGRAM TELEVISI DAN VIDEO
6.1 Berbagai Jenis Program Televisi dan Video
Secara kategorial program televise atau video dapat dikelompokkan menjadi
empat jenis, yitu informasi, kebudayaan, pendidikan, dan hiburan.
6.2 Berbagai format Program Televisi dan Video
jika ditinjau dari segi tempat dan waktu produksinya maka diklasifikasikan
menjadi (1) program studio, (2) program video atau film yang diproduksi di luar
studio. Sementara itu, jika diklasifikasikan berdasarkan jumlah penampil dan alokasi
waktu adalah sebagai berikut:
6.2.1 Format program sederhana
Format ini mempunyai beberapa format program, yaitu; (1) Format
Talk/Ceramah, (2) Format program video on sound (VOS), (3) Format program
diskusi, (4) format program wawancara, (5) format program permainan, (6) format
program dokumenter (dokumenter berita, historis, biografi, musik), (7) format
program feature, (8) format program majalah, dan (9) format program drama.

7. ALAT BANTU BAGI PENULIS


Hasil karya seorang penulis adalah naskah. Satu hal yang perlu diperhatikan
yaitu agar naskah atau scenario jangan menjadi “sebuah kapastok tempat segala
kegiatan produksi bergantung. Maksudnya naskah anda terlalu rinci dan spesifik
instruksinya sehingga “mudah sekali untuk dibaca dan dipahami”. Masalahnya adalah
naskah yang serba rinci akan mematikan kreatifitas sutradara dan kerabat
produksinya.
Sebuan naskah nilainya sama dengan suatu alat komunikasi, yaitu
memungkinkan pemahaman sejumlah bagian dan spesialis yang berbeda tugas dan
fungsinya. Untuk itu naskah dengan format apapun hendaknya berisi semua informasi
yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok yang bekerja sama menanganinya menjadi
suatu produk.
7.1 Papan Cerita
Papan cerita (storyboard) adalah suatu medium piktorial. Papan cerita dapat
dijadikan alat komunikasi yang baik, yaitu menjadi jembatan penyambung antara kat-
kata tertulis dengan gambar visual yang bergerak. Papan cerita ada dua macam yaitu
papan cerita kartu dan papan cerita dalam lembaran kertas.
Contoh Papan cerita sistem kartu
PAPAN CERITA PROGRAM: …………..
papan

kartu

Contoh Papan Cerita Dalam Lembaran Kertas

PAPAN CERITA PROGRAM……………


Judul:..…………………………….………..
Lama Pemutaran:………………….…menit
Penulis:…………………………………….
VIDEO AUDIO

8. BERBAGAI MODEL NASKAH


8.1 Beberapa penegertian tentang hal yang berhuungan dengan naskah.
1. Scenario, adalah cerita dalam bentuk rangkaian sequence dan adeganadegan
namun tidak dalam rincian yang persis. Dapat dikatakn hampir sinonim
dengan screenplay.
2. Screenplay, adalah garis besar cerita atau bentuk naskah, meskipu jarang
merinci car-cara suatu versi perekaman atau shooting.
3. Script, sebenarnya manuskrip yang berisi spesifikasi suatu penyajian dalm
setiap medim.
4. Scene/Adegan, secara teatrikal Scene berarti setiap penambahan atau
pengurangan pemain dan akhir suatu adegan.
5. Sequence, adalah sekelompok shot dari scenes yang berisi sau uraian besar
tentang maksud dan tujuan.
6. Shooting script, adalah naskah versi siap produksi yang berisi sudut
pengambilan secara rinci dan spesifik serta bagian-bagian kegiatan.
8.2 Model Naskah Program Televisi dan Video Dokumenter
Ada beberapa bentuk pendekatan dalam membuat program Tv/Video
documenter. Untuk itu formatnaskahnya pun bukan hanya satu, yaitu; (1) documenter
berdasarkan potongan shot, (2) documenter yang didramatisir, dan (3) Dokumenter
model intruksional/teknikal.
8.3 Model Naskah Program Televisi dan Video Instruksional
Format ini untuk merekam materi yang dipola dengan rinci. Sehubungan
dengan maksudnya, yaitu untuk kegiatan pengjaran maka otentitas dan akurasi
perekaman merupakan pegangan pokok. Naskah dalam jenis ini lebih berfungsi
sebagai pendikte, bukan pedoman.
8.4 Model Naskah Program Televisi dan Video Teatrikal
Pada dasarnya treatment atau outline program teatrikal adalah cerita ringkas
sebanyak10-60 halaman yang menjelaskan alur ide cerita dari awal sampai selesai.
Program ini ditulis secara rinci tentang para pelaku atau tokoh cerita.
8.5 Model Naskah Program Televisi Komersial dan Pelayanan Masyarakat
Naskah rogram ini selalu menggunkan model dua kolom. Perbeaan yang ada
antarstasiun penyiaran dan antarpusat produksi hanyalah hal menitnya. Sebaliknya
model yang digunakan secara universal sama.

Kesimpulan
Buku ini merupakan buku yang sangat menarik untuk dibaca oleh mahasiswa
dan juga untuk setiap orang yang ingin terjun dalam dunia entertinment. Melihat
semakin berkibarnya tonggak pertelevisian dan semakin diminatinya bidang ini,
sepatunyalah kita mengtahui, walaupun mungkin hanya sedikit apa saja yang ada
dalam kegiatan produksinya.
Buku ini sangat menarik, namun tetap ada kekurangannya yaitu buku ini
kurang banyak memberi gambar yang menjelaskan uraian atau uraian tersebut kurang
diberikan contoh. Dalam membuat naskah atau skenario pun kurang diperjelas lagi
karena buku ini hanya memberikan contoh bagaimana format dari skenario itu sendiri,
sementara penjelasan langkah-langkah dalam pembutan skenario masih kurang.

You might also like