Professional Documents
Culture Documents
Pokok-pokok rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, menggariskan arah
pembangunan kesehataan yang mengedepankan paradigma sehat. Tujuan pembangunan kesehatan menuju
Indonesia Sehat 2010 antara lain meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dan
memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan bermutu secara adil dan merata. Obat merupakan salah satu
komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial
merupakan salah satu hak azasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban
bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Obat berbeda dengan
komoditas perdagangan lainnya, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi
sosial.
Kebijakan Depkes terhadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui beberapa strata kebijakan yaitu
Peraturan Pemerintah, Indonesia Sehat 2010, Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Kebijakan Obat Nasional
(KONAS), SKN 2004 yang menggantikan SKN 1982, memberikan landasan, arah dan pedoman
penyelenggaraan pembangunan kesehatan bagi seluruh penyelenggara kesehatan, baik pemerintah pusat,
propinsi dan kabupaten/ kota, maupun masyarakat dan dunia usaha, serta pihak lain yang terkait. Salah satu
subsistem SKN 2004 adalah Obat dan Perbekalan Kesehatan. Dalam subsistem tersebut penekanan diberikan
pada ketersediaan obat, pemerataan termasuk keterjangkauan dan jaminan mutu obat. KONAS adalah dokumen
kebijakan pelaksanaan program di bidang obat, sebagai penjabaran dari subsistem bidang Obat dan Perbekalan
kesehatan dalam SKN. KONAS merupakan dokumen resmi yang berisi pernyataan komitmen semua pihak baik
pusat, propinsi kabupaten - kota yang menetapkan tujuan dan sasaran nasional di bidang obat beserta
prioritasnya, untuk menggariskan strategi dan peran berbagai pihak dalam penerapan komponen-komponen
pokok kebijakan untuk pencapaian t u j u a n p e m b a n gu na n ke se ha t a n.
Dengan diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2000 berdasarkan UU 22/ 1999, yang diperbaharui
dengan UU 32/ 2004 tentang Pemerintah Daerah, beberapa peran pemerintah pusat dialihkan kepada
pemerintah daerah sebagai kewenangan wajib dan tugas pembantuan, salah satunya adalah bidang pelayanan
kesehatan. KepMenKes No 004/ 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang kesehatan dan
KepMenKes No 1457/ 2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan merupakan petunjuk pelaksanaan program kesehatan yang telah
diserahkan kepada pemerintah daerah. Dalam SPM tersebut, indikator yang menyangkut obat antara lain,
100% pengadaan obat esensial dan obat generik dan 90% penulisan obat generik di pelayanan kesehatan
dasar. Selain itu dalam indikator program pemberantasan penyakit menular seperti Tbparu, pneumonia, HIV/
AIDS, malaria dan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dipastikan membutuhkan
ketersediaan d an ke te rja ng ka ua n o ba t.
Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, pembiayaan obat di sektor publik, terutama penyediaan obat
esensial disediakan oleh pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan mendasar
yang perlu dicermati untuk tetap menjamin ketersediaan obat esensial bagi masyarakat. Untuk daerah-daerah
terpencil, perbatasan, kepulauan dan daerah rawan, perlu dikembangkan sistem manajemen obat secara
khusus.
B. TUJUAN
KONAS dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secara
berkelanjutan, untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keterjangkauan dan
penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan yang hendak dicapai. Pemilihan obat esensial
yang tepat dan pemusatan upaya pada penyediaan obat esensial tersebut terbukti telah meningkatkan akses
obat serta penggunaan obat yang rasional..
Dalam hal ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat diutamakan pada obat esensial, sedangkan dari
aspek jaminan mutu diberlakukan pada semua jenis obat.
BAB II
ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN
Obat sebagai salah satu unsur yang penting dalam upaya kesehatan, mulai dari upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, diagnosis, pengobatan dan pemulihan harus diusahakan agar selalu tersedia pada saat
dibutuhkan. Di samping merupakan unsur yang penting dalam upaya kesehatan, obat sebagai produk dari
industri farmasi dengan sendirinya tidak lepas dari aspek ekonomi dan teknologi. Tekanan aspek teknologi
dan ekonomi tersebut semakin besar dengan adanya globalisasi ekonomi, namun tekanan ini pada dasarnya
dapat diperkecil sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi sedangkan industri farmasi
dapat berkembang secara wajar. Obat juga dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau
bila digunakan secara tidak tepat atau disalah gunakan.
A. PERKEMBANGAN
Kemanfaatan obat bagi kesehatan dan kesejahteraan ditujukan bagi masyarakat Indonesia yang saat ini
penduduknya berjumlah 219 juta jiwa, dan diproyeksikan pada tahun 2020 akan berjumlah sekitar 252 juta jiwa.
Apabila tingkat kelahiran dan tingkat kematian terus menurun mengikuti laju penurunan tingkat fertilitas dan
mortilitas, maka angka pertumbuhan penduduk alamiah juga akan turun dari 1,2 % per tahun pada periode tahun
2000-2005 menjadi 0,79 % per tahun pada periode 2015-2020. Pada piramida kependudukan, terjadi perubahan
kecenderungan pada mengecilnya jumlah penduduk usia muda dan balita, dan meningkatnya jumlah segmen
angkatan kerja dan usia lanjut secara bermakna di tahun 2020, yang perubahannya diperkirakan akan mulai
terlihat sejak tahun 2005 ini. Jumlah tenaga kerja tahun 2000 sebesar 69,9 % dari jumlah penduduk seluruhnya
dan diproyeksikan akan menjadi 76,8 % pada tahun 2020.
Dari sisi keterjangkauan, akses, penggunaan obat akan memberikan kontribusi dalam pencapaian derajat
kesehatan yang ingin dicapai pemerintah. Proyeksi angka umur harapan hidup (UHH) tahun 2005 sebesar 69,0
tahun dan tahun 2025 akan sebesar 73,7 tahun. Angka kematian bayi (AKB) tahun 2005 sebesar 32,3 per 1.000
kelahiran hidup dan tahun 2025 akan sebesar 15,5 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) tahun
2005 sebesar 262 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2025 akan sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Prevalensi kurang energi kalori (KEK) pada Balita tahun 2005 diproyeksikan sebesar 23 % dan tahun 2025
akan sebesar 17 %.
S eb el um di be rl ak uka nn ya ot on om i d ae ra h, diperki rakan 50-80 % da ri masyarakat Indonesia memiliki
akses terhadap obat esensial. Akses masyarakat terhadap obat esensial dipengaruhi oleh empat faktor utama,
yaitu penggunaan obat yang rasional; harga yang terjangkau; pembiayaan yang berkelanjutan; dan sistem
pelayanan kesehatan beserta sistem suplai obat yang dapat menjamin ketersediaan, pemerataan,
keterjangkauan obat. Beberapa intervensi terhadap kepatuhan penggunaan obat yang rasional telah dilakukan
Departemen Kesehatan di beberapa daerah seperti di Provinsi NTB, Kalimantan Timur, Jawa Timur,
Kalimantan Barat dan S um at er a B ara t d an te la h m enam pakka n hasil pa da ta hun 1991.
Evaluasi penerapan KONAS pada tahun 1997 menunjukkan kerasionalan penggunaan obat relatif lebih baik.
Namun keberhasilan beberapa intervensi yang dilakukan di beberapa daerah tersebut, belum sempat diperluas
telah terjadi krisis ekonomi yang memberikan dampak negatif pada pelaksanaan ke ra si onala n penggunaa n
o ba t.
Regulasi bidang obat mencakup: aspek persyaratan produk, proses produksi, sistem suplai, sistem harga,
pembiayaan, dan sebagainya. Penerapan regulasi secara umum dapat dikatakan telah berjalan baik terutama
sebelum era desentralisasi. Dari aspek sistem suplai obat hal ini dapat dilihat dengan ketersediaan obat yang
terjamin di seluruh wilayah Indonesia melalui Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota (GFK). Hal tersebut di atas
sekarang ini telah berubah disebabkan pengaruh visi dan persepsi Pemda kepada GFK yang bervariasi.
Untuk menjamin keterjangkauan obat, terutama di sektor publik, pemerintah telah menetapkan harga obat
esensial generik untuk pelayanan kesehatan dasar, maupun obat esensial generik program untuk
Pemberantasan Penyakit Menular (P 2 M). Disamping itu pemerintah juga menyediakan dana subsidi obat
melalui Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM) untuk masyarakat
miskin. Sedangkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah disubsidi melalui pengadaan obat di pelayanan
kesehatan dasar. Yang perlu dipikirkan lebih lanjut adalah kesinambungan ketersediaan dana pengadaan obat
untuk masyarakat miskin.
D af ta r O ba t E sen si al Na si on al (D OE N) te la h disusun sej ak ta hun 1980, dan pr om os i o ba t d e n ga n
m e n g a d o p s i “Ethi cal C rite ria for M edicinal Pr o mo tio n ”
d a r i W H O u n t u k m e r e s p o n s p r o m o s i o b a t no n- e t i s.
G. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Sasaran :
Peningkatan penelitian di bidang obat untuk menunjang penerapan
KONAS.
Pengertian penelitian dan pengembangan obat termasuk dalam penelitian pengembangan kesehatan
(Litbangkes) yang di dalamnya terkandung juga kajian berbagai hasil Litbang dan kebijakan. Litbang obat ini
pada dasarnya mencakup aspek sistem (manajemen obat, manajemen SDM, penggunaan obat rasional, dan lain-
lain), komoditi (obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik, bahan berbahaya, bahan tambahan makanan, dan
lain-lain), proses (pengembangan obat baru kimia farmasi, formulasi, uji preklinik, uji klinik), kajian regulasi
dan kebijakan (OE, OG, CPOB), dan lain-lain.
Langkah kebijakan:
1. Pe ng em ba ng an, da n m od if ik as i i nd ik at or penerapan KONAS.
2. Pe ng em ba ng an mo del pe ng el ol aa n t er uta ma obat esensi al di dae ra h t erpe nc il, dae ra h perba ta san, da erah
r aw an be nca na, da er ah ter ti ng ga l, g un a m enunja ng ket erse di aa n, peme ra ta an da n kete rj angkauan
3. Penelitian operasional untuk evaluasi penerapan KONAS secara berkala sesuai dengan pedoman WHO untuk
dapat melakukan penilaian k e m a j u a n p e n e ra pa nn ya .
4. Pe ng em ba ng an oba t b ar u u nt uk pe ny ak it ba ru (e mergi ng), m uncul- ke mbal i (re -em ergi ng), oba t yang
s ec ara ek on om is ti da k m en gu nt un gk an n a m u n s a n ga t d i pe rl uk a n ( o rp h an d ru g s) .
5. Pengembangan dan revitalisasi Sistem Informasi Obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota (IFK) untuk
menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan khususnya obat esensial.
6. Pe ng em ba ng an dan ev al ua si si st em mo ni tori ng kea ma na n penggunaa n
obat.
7. Kajian atas efektifitas sistem sampling pada uji petik pengujian obat di
p as ar an.
8. Penelitian dan pengembangan penggunaan obat rasional mulai dari identifikasi masalah, besarnya masalah,
memilih strategi peningkatan p en gg un aa n obat ya ng ra si onal.
10.Penerbitan dan revisi pedoman cara uji klinis yang baik untuk berbagai
28
k el as te rap i o ba t.
H . PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
S a sa r a n :
Tersedianya SDM yang menunjang pencapaian sasaran KONAS.
T en ag a fa rm as i y an g d ip er lu ka n u nt uk be rba ga i i nsti tusi di at as ha rus
memadai dari segi jumlah,
K ON AS me me rl uk an pe man ta ua n s ec ara be rkal a dan di eva luasi. Hal ini penti ng untuk m el akuka n
a nt is ip as i a tau ko re ks i t er ha da p p er uba ha n l ingkunga n dan pe rke mbanga n yang t erja di di masya ra ka t
y an g b eg it u k om pl ek s d an cep at. Ke gi at an pe manta ua n dan eval uasi m erupakan ba gi an ya ng ti da k
t er pi sa hk an dar i k eg ia ta n p en ge mba ng an
kebijakan. Dari
p em an ta uan ke bi ja ka n a ka n d ap at di la ku kan kore ksi yang dibut uhka n.
S ed an gk an eva lu as i k eb ij ak an di ma ks ud kan se ba ga i m el akuka n studi te nt ang penyel enggaraa nnya,
m el ap or ka n ou t pu t-n ya, me ng uk ur ou t com e, m enge va lua si pe ngaruhnya ( impact) pa da ke lompok sasaran,
m em be ri ka n r ek om en da si ser ta pe ny em pu rnaa n ke bi ja ka n.
Langkah Kebijakan:
1. Pe ma nt au an di lak uk an se ca ra ber ka la da n e va lua si di la kuka n ole h sua tu
komite nasional yang melibatkan instansi terkait.
2. Li ng ku p pem an ta uan da n e va lu as i m el iput i anta ra la in priori ta s
p en er apa n, k ap as it as, pe la ks ana an da n k em aj uan pe nc apai an tujua n.
3.P e m a n t a u a n d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n p e n e t a p a n da e ra h s a m pe l .
4.P e l a k s a n a a n p e m a n t a u a n m e n g i k u t i p e d om a n W H O d a n be ke rj a sa m a
d e n g a n W H O u n t u k m e m u n g k i n k a n m e m b a n di ng ka n h a s i l nya de ng a n
negara lain.
5.P e m a n f a a t a n h a s i l p e m a n t a u a n d a n e v a l ua si un t u k:
a. Ti nd ak la nj ut be ru pa p en ye su ai an ke bi jakan, ba ik pe nyesua ian opsi
k eb ij ak an mau pu n p en et ap an pr io ri ta s.
b. Ne go si as i d en gan in st an si da n b ad an te rka it.
c . B a h a n p e m b a h a s a n d e n g a n b e r b a g a i b a d a n i n t e rn a s i o na l m a up un
donor luar negeri.
30
BAB V
P EN U T U P
Perumusan KONAS memerlukan pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan, pemantauan, pengawasan,
pengendalian dan evaluasi. KONas dipergunakan sebagai petunjuk dalam bertindak dari berbagai pemangku
kepentingan ( stakeholders) di Indonesia
Keberhasilan penggerakan dan pelaksanaan KONAS sangatlah bergantung pada landasan moral, etika,
dedikasi, kompetensi, integritas, ketekunan, kerja keras, da n k e t ul us a n se g e n a p pe m a ng ku ke pe n t i ng a n di
bidang obat.
K i t a b e r h a r a p d a r i k e y a k i n a n y a n g t u m b u h da ri di ri ki t a , KO NA S i ni da pa t
d il ak sa na kan ol eh se mu a p em an gk u ke pe nt inga n di bidang oba t.
31
Glo ssary
M e t oo
:
KLB
:
Darurat
:
Bencana
:
B ul k P ur ch as in g
:
P oo l p ro cu re me nt :
P3D
W HO
:
IFK
:
Obat Essensial
:
O ba t G en er ik
:
CPOB
:
DOEN
:
Buffer stok
:
O rp ha n d ru g
:
SAS
:
kebijakan-obat-nasional
Reads:
36
Uploaded:
08/24/2010
Category:
Uncategorized.
Tags:
jurnal
obat
jurnal
obat
(Less)
Rated:
0 5 false false 0
Rakhmad Harissono
Follow
Sign Up for an Ad-Free Scribd
• Remove all ads.
Never see ads on Scribd again.
No Thanks
Share & Embed
http://w w w
Link / URL:
Embed Size & Settings:
(auto)
• Width: Auto
300
• Start on page:
Scroll
• Preview View:
<a title=
obat
Reads: 0
12 p.
swamedikasi
Reads: 1403
4. 2 p.
Pengertian Obat
Reads: 646
7 p.
Submit 4gen
Bottom of Form
Jerpi Sijabat readcast this about 21 hours agoLearn more about Readcast.
Bottom of Form
Signup
I don't have a Facebook account
Top of Form
default
password (required)
Send me the Scribd Newsletter, and occasional account related communications.
Privacy policy
You will receive email notifications regarding your account activity. You can manage these
notifications in your account settings. We promise to respect your privacy.
Bottom of Form
password
Log In
Login Successful
Now bringing you back...
« Back to Login
Reset your password
Please enter your email address below to reset your password. We will send you an email with
instructions on how to continue.
Top of Form
Email address:
Login:
Submit
Bottom of Form
Upload a Document
Top of Form
or
Bottom of Form
What's New
• We have updated our Terms of Service
• Branded Reader
• Desktop Uploader
EVALUASI MANAJEMEN OBAT DI RUMAH SAKIT
A. Pengertian Obat
Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I pasal 1 tidak disebutkan mengenai
pengertian obat, tetapi pengertian tentang sediaan farmasi. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetik.10
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
omor 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), obat adalah tiap bahan atau
campuran bahan yang dibuat, ditawarkan untuk dibuat, ditawarkan untuk dijual atau disajikan untuk digunakan
dalam pengobatan, peredaran, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, suatu kelainan fisik atau gejala-gejalanya
pada manusia atau hewan, atau dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organis pada manusia atau
hewan.11
Beberapa istilah yang perlu diketahui tentang obat, antara lain :12
1.Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria,
atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia (FI) atau buku lain.
2.Obat paten yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau yang dikuasakan dan dijual
berkhasiat maupunan mutunya terjamin yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu
atau komponen lain yang belum dikenal, hingga tidak diketahui khasiat dan keamanannya.
4.Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat terbanyak yang meliputi diagnosa, profilaksis terapi dan rehabilitasi yang diupayakan tersedia pada unit
pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.13 Konsep obat esensial merupakan pendekatan untuk
menyediakan pelayanan bermutu dan terjangkau, yang diwujudkan dengan Daftar Obat Esensial Nasional.14
5.Obat generik berlogo adalah obat esensial yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan
mutunya terjamin karena diproduksi sesuai dengan persyaratan CPOB dan diuji ulang oleh Pusat Pemeriksaan Obat
dan Makanan Departemen Kesehatan (PPOM Depkes). PPOM Depkes saat sekarang telah menjadi Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
1
2
B. Dasar Kebijakan Umum Obat
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)15 telah disebutkan bahwa Subsistem obat dan perbekalan kesehatan
adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan serta mutu obat dan
perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Tujuan dari subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang
aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
pemerataan serta jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penyebaran obat dan perbekalan
kesehatan secara merata dan berkesinambungan sehingga mudah diperoleh dan terjangkau oleh masyarakat. Jaminan
mutu obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin khasiat, keamanan serta keabsahan obat dan perbekalan
kesehatan sejak dari produksi hingga pemanfaatannya. Ketiga unsur utama tersebut, yakni jaminan ketersediaan,
jaminan pemerataan serta jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan, bersinergi dan ditunjang dengan teknologi,
2. Obat dan perbekalan kesehatan sebagai barang publik harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga
penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah dan tidak sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar.
3. Obat dan Perbekalan Kesehatan tidak dipromosikan secara berlebihan dan
menyesatkan.
4.Peredaran serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan tidak boleh
bertentangan dengan hukum, etika dan moral.
2
3
5. Penyediaan obat mengutamakan obat esensial generik bermutu yang didukung oleh pengembangan industri bahan baku
tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara
luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.
10.Pengamanan obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan mulai dari tahap
produksi, distribusi dan pemanfaatan yang mencakup mutu, manfaat, keamanan
dan keterjangkauan.
11. Kebijaksanaan Obat Nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak terkait
lainnya.
Bentuk pokok subsistem obat dan perbekalan kesehatan antara lain:
1.Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan secara nasional
diselenggarakan oleh pemerintah bersama pihak terkait.
2.Perencanaan obat merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional yang ditetapkan
oleh pemerintah bekerja sama dengan organisasi profesi dan pihak terkait lainnya.
3. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan diutamakan melalui optimalisasi
industri nasional.
4. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan dan secara ekonomis belum
14. Pengawasan mutu produk obat dan perbekalan kesehatan dalam peredaran dilakukan oleh industri yang bersangkutan,
17. Pengawasan promosi serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh pemerintah bekerja sama
19. Pengawasan produksi, distribusi dan penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya lainnya
dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektor, organisasi profesi dan masyarakat.
20. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat tradisional dilakukan oleh
pemerintah secara lintas sektor, organisasi profesi dan masyarakat.
Selain SKN di Indonesia juga terdapat Kebijakan Obat Nasional (KONAS) yang digunakan sebagai landasan,
Manajemen obat di rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Berkaitan dengan pengelolaan
obat di rumah sakit, Departemen Kesehatan RI melalui SK No. 85/Menkes/Per/1989, menetapkan bahwa untuk
membantu pengelolaan obat di rumah sakit perlu adanya Panitia Farmasi dan Terapi,Formularium dan Pedoman
Pengobatan.
Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis
dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di
rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.3
Formularium dapat diartikan sebagai daftar produk obat yang digunakan untuk tata laksana suatu perawatan
kesehatan tertentu, berisi kesimpulan atau ringkasan mengenai obat. Formularium merupakan referensi yang berisi
informasi yang selektif dan relevan untuk dokter penulis resep, penyedia/peracik obat dan petugas kesehatan
lainnya.5
Pedoman pengobatan yaitu standar pelayanan medis yang merupakan standar pelayanan rumah sakit yang
Pengelolaan obat berhubungan erat dengan anggaran dan belanja rumah sakit. Mengenai biaya obat, menurut
Andayaningsih, biaya obat sebesar 40% dari total biaya kesehatan. Menurut Depkes RI secara nasional biaya obat
sebesar 40%-50% dari jumlah operasional pelayanan kesehatan. Mengingat begitu pentingnya dana dan kedudukan
obat bagi rumah sakit, maka pengelolaannya harus dilakukan secara efektif dan efisien sehingga dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi pasien dan rumah sakit.2 Pengelolaan tersebut meliputi seleksi dan perencanaan,
membandingkan berbagai macam obat tersebut. Produk obat yang sangat bervariasi juga menyebabkan tidak
konsistennya pola peresepan dalam suatu sarana pelayanan kesehatan. Hal ini akan menyulitkan dalam proses
Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di
rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan
obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan
peran aktif apoteker dalam PFT untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.1
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang
dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi,
Epidemiologi, Kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.1
Dalam pengelolaan obat yang baik perencanaan idealnya dilakukan dengan berdasarkan atas data yang
diperoleh dari tahap akhir pengelolaan, yaitu penggunaan obat periode yang lalu. Tujuan dari perencanaan adalah
untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan, menghindari terjadinya stock out
Perencanaan merupakan tahap yang penting dalam pengadaan obat di IFRS, apabila lemah dalam
perencanaan maka akan mengakibatkan kekacauan dalam suatu siklus manajemen secara keseluruhan, mulai dari
pemborosan dalam penganggaran, membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpanan, tidak tersalurkannya obat
aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan obat karena perencanaan kebutuhan akan mempengaruhi
Yaitu berdasarkan pada penyakit yang ada. Dasarnya adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk
beban kesakitan (morbidity load), yaitu didasarkan pada penyakit yang ada di rumah sakit atau yang paling sering
muncul dimasyarakat. Metode ini paling banyak digunakan di rumah sakit. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu:
a)
Menentukan beban penyakit
(1) Tentukan beban penyakit periode yang lalu, perkirakan penyakit yang
akan dihadapi pada periode mendatang
(2)Lakukan stratifikasi/pengelompokkan masing-masing jenis, misalnya
anak atau dewasa, penyakit ringan, sedang, atau berat, utama atau
alternatif
(3) Tentukan prediksi jumlah kasus tiap penyakit dan persentase
(prevalensi) tiap penyakit
b)
Menentukan pedoman pengobatan
(1) Tentukan pengobatan tiap-tiap penyakit, meliputi nama obat, bentuk
sediaan, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan
(2) Hitung jumlah kebutuhan tiap obat per episode sakit untuk masing-
masing kelompok penyakit
c)
Menentukan obat dan jumlahnya
(1) Hitung jumlah kebutuhan tiap obat untuk tiap penyakit
(2) Jumlahkan obat sejenis menurut nama obat, dosis, bentuk sediaan,
dan lain-lain
Perencanaan dengan menggunakan metode morbiditas ini lebih ideal, namun prasyarat lebih sulit dipenuhi.
Sementara kelemahannya yaitu seringkali standar pengobatan belum tersedia atau belum disepakati dan data
Metode konsumsi adalah suatu metode perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada periode
lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun sebelumnya. Metode ini banyak
digunakan di Apotek.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
9
10
a)
Pastikan beberapa kondisi berikut:
(1) Dapatkah diasumsikan pola pengobatan periode yang lalu baik atau
rasional?
(2) Apakah suplai obat periode itu cukup dan lancar?
(3) Apakah data stok, distribusi, dan penggunaan obat lengkap dan
akurat?
(4) Apakah banyak terjadi kecelakaan (obat rusak, tumpah, kadaluarsa)
dan kehilangan obat?
(5) Apakah jenis obat yang akan digunakan sama?
b)
Lakukan estimasi jumlah kunjungan total untuk periode yang akan
datang
(1) Hitung kunjungan pasien rawat inap maupun rawat jalan pada periode
yang lalu
(2) Lakukan estimasi periode yang akan datang dengan memperhatikan:
a) Perubahan populasi daerah cakupan pelayanan, perubahan
cakupan pelayanan
Perhitungan
(6) Hitung periode yang akan datang untuk tiap jenis obat
Perencanaan obat dengan metode konsumsi akan memakan waktu lebih banyak tetapi lebih mudah dilakukan,
namun aspek medik penggunaan obat kurang dapat dipantau. Kelemahannya yaitu kebiasaan pengobatan yang tidak
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan kaitannya dengan
perencanaan obat, Bab V bagian ke-11 pasal 40 menyebutkan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan
obat harus memenuhi syarat Farmakope Indonesia dan atau buku standar lain.20
Pedoman perencanaan obat untuk rumah sakit yaitu DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi
Rumah Sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas,
siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, atau dari rencana pengembangan.1
Perencanaan yang telah dibuat harus dilakukan koreksi dengan menggunakan metode analisis nilai ABC
untuk koreksi terhadap aspek ekonomis, karena suatu jenis obat dapat memakan anggaran besar disebabkan
pemakaiannya banyak atau harganya mahal. Dengan analisis nilai ABC ini, dapat diidentifikasi jenis-jenis obat yang
dimulai dari golongan obat yang membutuhkan biaya terbanyak. Pada dasarnya obat dibagi dalam tiga golongan
yaitu golongan A jika obat tersebut mempunyai nilai kurang lebih 80 % sedangkan jumlah obat tidak lebih dari 20
%, golongan B jika obat tersebut mempunyai nilai sekitar 15 % dengan jumlah obat sekitar 10 % - 80 %, dan
golongan C jika obat mempunyai nilai 5 % dengan jumlah obat sekitar 80 % - 100 %.5
Analisa juga dapat dilakukan dengan metode VEN (Vital, Esensial dan Non Esensial) untuk koreksi terhadap
aspek terapi, yaitu dengan menggolongkan obat kedalam tiga kategori. Kategori V atau vital yaitu obat yang harus
ada yang diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan, kategori E atau essensial yaitu obat yang terbukti efektif
untuk menyembuhkan penyakit atau mengurangi pasienan, kategori N atau non essensial yaitu meliputi berbagai
macam obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri, obat yang diragukan manfaatnya dibanding
obat lain yang sejenis.5 Analisa kombinasi metode ABC dan VEN yaitu dengan melakukan pendekatan mana yang
Tujuan pengadaan adalah memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat
terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan.5
Pengadaan memegang peranan yang penting, karena dengan pengadaan rumah sakit akan mendapatkan obat
dengan harga, mutu dan jumlah, yang sesuai dengan kebutuhan. Rumah sakit tidak dapat memenuhi kebutuhan
pasien jika persediaan obat tidak ada, hal ini dapat berakibat fatal bagi pasien dan akan mengurangi keuntungan
Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
berlaku untuk pengadaan obat di rumah sakit milik pemerintah, pengadaan obat ini dibiayai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam
b. Pengadaan barang/jasa swakelola, yaitu direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh institusi pemerintah
penanggungjawab anggaran atau institusi pemerintah penerima kuasa dari penanggungjawab anggaran atau
kelompok masyarakat penerima hibah. Swakelola dapat dilaksanakan oleh pengguna barang/jasa, instansi
a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk
b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan
c. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi
persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi
syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan
d. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis
administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka
bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya
e. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak
mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun
f. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam
pengadaan barang/jasa.
Metoda Pemilihan Penyedia Barang/Jasa terbagi menjadi:24
a. Pelelangan umum
Adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara
luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia
usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Semua pemilihan penyedia barang/jasa
Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan
yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan
diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia
Tingkat frekuensi tertundanya pembayaran menunjukkan kurang baiknya manajemen keuangan pihak rumah
sakit. Hal ini dapat menunjukkan kepercayaan pihak pemasok kepada rumah sakit sehingga potensial menyebabkan
ketidaklancaran suplai obat dikemudian hari. Besarnya frekuensi tertundanya pembayaran IFRS terhadap waktu
Hubungan antara IFRS dengan pemasok perlu dijaga agar tetap baik, sehingga bila ada pengembalian obat
yang kadaluarsa atau keluhan lain dapat segera ditanggapi, segera mendapat daftar baru bila ada kenaikan harga dan
Penundaan pemesanan ini dapat mengganggu kelancaran dalam pelayanan pasien, karena dengan
tertundanya pemesanan akan menyebabkan stok menjadi kosong sehingga kebutuhan pasien tidak dapat terpenuhi.
3. Penyimpanan Obat
a. Persentase kecocokan antara barang dengan kartu stok
Proses pencocokan harus dilakukan pada waktu yang sama untuk menghindari kekeliruan karena adanya
barang yang keluar atau masuk (adanya transaksi). Apabila tidak dilakukan secara bersamaan maka ketidakcocokan
akan meningkat. Ketidakcocokan akan menyebabkan terganggunya perencanaan pembelian barang dan pelayanan
terhadap pasien.
b.Turn Over Ratio (TOR)
TOR digunakan untuk mengetahui berapa kali perputaran modal dalam 1 tahun, selain itu dapat untuk
menghitung efisiensi pengelolaan obat. Semakin tinggi TOR, semakin efisien persediaan obat. Apabila TOR rendah,
bearti masih banyak stok obat yang belum terjual sehingga mengakibatkan obat menumpuk dan berpengaruh
terhadap
omzet dalam 1 tahun dengan hasil stok opname pada akhir tahun. Standar umum TOR yang biasa digunakan yaitu 6-
7 kali.
c. Sistem penataan gudang
36
37
Sistem penataan gudang bertujuan untuk menilai sistem penataan obat
digudang.
d. Persentase nilai obat yang kadaluarsa atau rusak
Persentase nilai obat yang kadaluarsa atau rusak masih dapat diterima jika nilainya dibawah 1%. Besarnya
persentase nilai obat yang kadaluarsa atau rusak mencerminkan ketidaktepatan perencanaan dan/atau kurang
baiknya sistem distribusi dan/atau kurangnya pengamatan mutu dalam penyimpanan, dan/atau perubahan pola
Stok mati adalah stok obat yang tidak digunakan selama 3 bulan atau selama 3 bulan tidak terdapat transaksi.
Kerugian yang disebabkan akibat stok mati adalah perputaran uang yang tidak lancar, kerusakan obat akibat terlalu
Adanya stok berlebih akan meningkatkan pemborosan dan kemungkinan obat mengalami kadaluarsa atau
rusak dalam penyimpanan. Untuk mengantisipasi adanya obat melampaui batas expire date, maka dilakukan
distribusi berdasarkan sistem FIFO atau FEFO. Hal lain yang dapat dilakukan adalah upaya pengembalian obat
kepada PBF atau menukar obat yang hampir tiba waktu kadaluarsanya dengan obat baru.
2) Stok kosong
Stok kosong adalah jumlah stok akhir obat sama dengan nol. Stok obat digudang mengalami kekosongan
dalam persediaannya sehingga bila ada permintaan tidak bisa terpenuhi. Faktor-faktor penyebab terjadinya stok
(e) Pemesanan ditunda oleh PBF, hal ini terjadi jika pembayaran/pelunasan utang ke PBF mengalami keterlambatan,
biasanya PBF menunda pesanan IFRS sampai utang tersebut dilunasi, penundaan ini mengakibatkan IFRS
a. Rata-rata waktu yng digunakan untuk melayani resep sampai ketangan pasien, bertujuan untuk mengetahui tingkat
Tujuannya untuk mengukur derajat polifarmasi. Biasanya kombinasi obat dihitung sebagai 1 obat.
Perhitungan dilakukan dengan membagi jumlah total produk obat yang diresepkan dengan jumlah resep yang
disurvei.
2. Persentase obat generik yang diresepkan
Tujuannya untuk mengukur kecenderungan peresepan obat generik.
3. Persentase antibiotik yang diresepkan
Indikator peresepan resep dengan antibiotik digunakan untuk mengukur penggunaan antibiotik secara
berlebihan karena penggunaan antibiotik secara berlebihan merupakan salah satu bentuk ketidakrasionalan
peresepan. Rata-rata persentase penulisan resep dengan antibiotik di Indonesia adalah sebesar 43%.
4. Persentase injeksi yang diresepkan
Tujuannya untuk mengukur penggunaan injeksi yang berlebihan. Dalam hal ini,
imunisasi biasanya tidak dimasukkan dalam perhitungan.
5. Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial atau formularium
38
39
Tujuannya untuk mengukur derajat kesesuaian praktek dengan kebijaksanaan obat nasional yang
diindikasikan dengan peresepan dari daftar obat esensial atau formularium. Sebelumnya rumah sakit harus
mempunyai kopi daftar obat esensial nasional atau formularium sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan
resep.
Secara lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.4 Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat
Tahap
Macam Indikator
Tujuan
Cara Menghitung
1
2
3
4
A. Perencanaan
B. Pengadaan
C. Penyimpanan
1. Persentase
dana
yang
yang
sesungguhnya
dibutuhkan
2. Perbandingan
antara jumlah item
obat
yang
dalam
kenyataan
pemakaian
1. Frekuensi
pengadaan
tiap
item obat.
2. Frekuensi
kesalahan faktur
3.Frekuensi
tertundanya
pembayaran
oleh
rumah
sakit
terhadap
waktu
yang disepakati
1.Kecocokan antara
barang
dengan
kartu stok
2. Turn Over Ratio
1.Untuk mengetahui
seberapa
kali
petugas
melakukan
kesalahan
3.Untuk mengetahui
kualitas
pembayaran
rumah sakit
1.Untuk mengetahui
ketelitian petugas
gudang
2.Untuk mengetahui
berapa
metode
konsumsi,
epidemiologi
Persentase =
A/B x 100%
2. Hitung :
C : Jumlah item obat
dalam perencanaan
D : Jumlah item obat
dalam
kenyataan
pemakaian
Hitung C : D
1. Ambil 30 kartu stok
obat,
39
40
1
3. Sistem penataan
gudang
2
FIFO dan FEFO
3
3.Ambil 30 kartu stok
secara acak (X), cocokkan dengan keadaan
barang
dalam no batch,
tanggal
kadaluarsa
dan tanggal pembelian, dicatat berapa yang tidak cocok (Y), hitung
berapa persen yang tidak cocok = Y/X x 100%
4
40
41
D. Distribusi
E. Penggunaan
4. Persentase nilai
obat yang
kadaluarsa dan atau
rusak
5. Persentase stok
mati
6.Persentase nilai
stok akhir obat
1.Rata-rata
waktu
yang
digunakan
untuk
melayani
resep
sampai
ketangan pasien
2. Persentase
obat
yang diserahkan
3.Persentase
mengetahui
tingkat
kecepatan
pelayanan
apotik
rumah
sakit
2. Untuk
mengetahui
sejauh
mana
kemampuan
IFRS
menyediakan
obat
yang
diresepkan
3.Untuk
mengetahui
penguasaan
dispenser
tentang
informasi pokok
yang
harus
ditulis
pada
etiket
4. Untuk
mengetahui
cakupan
pelayanan
farmasi rumah
sakit
1.Untuk
mengukur
4. Dari catatan obat
yang
kadaluarsa
dalam
1
6.Nilai
persediaan
stok akhir (X), nilai
total
persediaan
(Y), Z = X/Y x 100%
1.Ambil 30 pasien
rawat jalan dan rawat inap, catat waktu resep masuk keapotek (B), catat waktu
selesai
diterima pasien (A),
X = ∑ A-B/30
2.Ambil 100 lembar
resep
perbulan, Catat total jumlah item obat yang diserahkan kepada pasien (X), catat jumlah item obat yang
diresepkan
(Y), Z = X/Y x 100%
3.Ambil 30 pasien,
hitung jumlah obat dengan etiket yang paling tdak dilabeli dengan
nama pasien dan aturan pakai (X), Hitung jumlah total obat yang
diberikan
kepada pasien (Y),
Z = X/Y x 100%
4.Ambil sampel 10
hari, hitung jumlah
resep
yang
diberikan
pada pasien rawat jalan (M), hitung jumlah resep yang dilayani farmasi hari yang sama (N).
S = M – N / M x 100%
1.Ambil 100 lembar
resep tiap bulannya (Y), hitung jumlah obat yang diperoleh dari 100 lembar resep (X), rata-rata
41
42
derajat
poli
farmasi
= X/Y
1
2
3
4
2.Persentase resep
dengan
obat
2.Untuk mengukur
kecenderungan
2. Ambil 100 lembar
resep obat tiap
42
43
generik
3. Persentase resep
dengan antibiotika
4. Persentase resep
injeksi
5. Persentase resep
dengan
obat
didalam
DOEN/formularium
meresepkan obat
generik
3. Untuk mengukur
penggunaan
antobiotika
secara berlebihan
4. Untuk mengukur
penggunaan
injeksi
secara
berlebihan
hitung jumlah obat dalam nama generik (X), hitung jumlah total obat (Y)
Z = X/Y x 100%
3.Ambil 100 lembar
32. Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian. 3th ed. Jakarta : Rhineka Cipta ; 2005.
33. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. 1st ed. Bandung : Alfabeta ; 2005.
24
Panjaitan Richard. Penggunaan Obat Rasional. (Online).ww w.d epkes.go.id/ downloads/ rakerkes,
diakses tanggal 20 Maret 2008.
25
Suryawati Sri. Meningkatkan Penggunaan Obat Secara Rasional Melalui Perubahan Perilaku. Materi Kursus.
Magister Manajemen dan Kebijakan Obat Universitas Gadjah Mada bekejasama dengan Yayasan melati Nusantara.
Yogyakarta ; 1997.
26
Budiono Santoso. Penggunaan Obat dan Prinsip Pengobatan Rasional. Program Pengembangan Eksekutif. Magister
Manajemen Rumah Sakit bekerjasama dengan Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat Universitas
EVALUASIMANAJEMENOBATDIRUMAH
SAKIT
Reads:
3,886
Uploaded:
08/22/2009
Category:
Research > Health & Medicine
Tags:
distribusi obat
sistem distribusi
obat adalah
penyimpanan
gudang
(More)
distribusi obat
sistem distribusi
obat adalah
penyimpanan
gudang
obat terhadap
sediaan
mutu
rs
dan alat
obat dan
(Less)
Rated:
0 5 false false 0
Spam or junk
Hateful or offensive
If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these
directions to submit a copyright infringement notice.
Report
Cancel
Bottom of Form
Hannifah Fitriani
Sign Up for an Ad-Free Scribd
• Remove all ads.
Never see ads on Scribd again.
No Thanks
Share & Embed
http://w w w
Link / URL:
Embed Size & Settings:
(auto)
• Width: Auto
300
• Start on page:
Scroll
• Preview View:
<a title=
kebijakan-obat-nasional
Reads: 0
21 p.
obat
Reads: 0
31 p.
Pengertian Obat
Reads: 646
5 p.
swamedikasi
Reads: 1403
4. 12 p.
Perkembangan Farmasi
Reads: 749
64 p.
PENGANTAR FARMASETIKA RS
Reads: 0
5. 12 p.
Top of Form
Add a Comment
Submit
1 4gen
Bottom of Form
Name:
Description:
public - locked
Collection Type:
public locked: only you can add to this collection, but others can view it
public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions
private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it
Save collection
Cancel
Bottom of Form
Name:
Description:
public - locked
Collection Type:
public locked: only you can add to this collection, but others can view it
public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions
private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it
Save collection
Cancel
Bottom of Form
or
Bottom of Form
What's New
• We have updated our Terms of Service
• Branded Reader
• Desktop Uploader