Professional Documents
Culture Documents
Oleh:Karina Nurherbyanti
“Ayo Guinandra,dimakan dulu ketupatnya”. Suara lembut Ibu tetap tidak berubah.
Paling tidak begitu yang terdengar ditelinga Nandra hingga hari ini.
Dipandanginya wajah tegar Ibu yang tetap terlihat menawan diusia 47 tahunnya.Bapak
masih sibuk dengan iPad barunya, oleh-oleh dari Om Hendro yang baru saja selesai
Nandra menaikkan satu alisnya. Bingung. Kayaknya mobil Range Rover mereka
terparkir rapi di garasi rumah yang bisa Nandra lihat langsung dari jendela ruang
Bapak bangkit dari kursinya.”Kita akan kerumah keluarga Handoko setelah solat
Dzuhur nanti. Nggak baik ah tinggal didalam kompleks yang sama tapi belum sonjo
kesana. Siapa tau mereka masak ketupat dan opor yang rasanya nendang banget. Nggak
“Ya ampun,Pak. Kita sudah tiga hari ini mengkonsumsi santan terus. Belum lagi
dirumah Ibu kemarin, udah bikin opor bikin sambal goreng udang juga. Kita juga baru
***
Gadis berpostur tinggi itu sedang menata toples kastengel dan nastar dirumahnya saat
sang kakak baru saja pulang dari minimarket untuk membeli beberapa kardus minuman
ringan untuk para tamu yang biasa bertamu di jam makan siang.
“Eh Sil,gimana tuh acting lo sebagai mbak-mbak penjaga Warteg Pojok? Berhasil
Dalam rangka mengisi libur Lebaran yang menurut Priscille sangatlah membosankan
bercerita tentang macetnya jalur Pantura dan tol Nagrek, nggak ada salahnya ia gunakan
event berikut untuk mencari cowok. Kebetulan si cowok idaman sering banget makan
siang di Warteg Pojok.Profesi palsu sebagai penjaga warteg pun rela Pricille jalani demi
“Butuh proses lah,Nka.Lagian gue juga baru ngelayanin dia dua kali disana. Untung
baju gue emang nggak ada yang branded jadi dia nggak curiga sama sekali setiap
ketemu.Para tukang ojek sih gue emang kenal baik mengingat salah satu anaknya si Bibi
pemilik warteg kan juga berprofesi sebagai tukang ojek dan ikut terlibat dalam
Toples-toples sudah selesai ditata hingga rapi. Sekarang waktunya mengiris apel dan
pir.Priyanka menggelengkan kepalanya. Entah harus salut atau tidak dengan kenekatan
sang adik yang baru saja tiba dirumah minggu lalu setelah kepergiannya selama dua
tahun.
“Gila juga ya lo.Kuliah boleh di Sydney, kenalan....”, ditatapinya Priscille dari ujung
sarapan candybar . Sekalinya di Jakarta boleh dong makan oseng jantung pisang sambil
“Dasar gila.”
Obrolan mereka terhenti ketika sang mama hadir dan ikut membantu mereka
mengiris pir dan apel. Priscille langusung diam seribu bahasa sambil mengkedipkan
“Aduh anak gadis mama udah pada besar. Udah bisa bantuin Mama nyiapin makanan
buat tamu”, kata mama sambil melipat lengan bajunya.Dandanannya cukup extravagant,
“Kamu lagi jauh di Sydney. Setiap hari cuma Priyanka yang masih bisa Mama suruh-
suruh nyuci piring,masak sayur bening, nyetrika baju, dan nyiram taneman”
“Oh jadi aku dulu disaranin masuk fk supaya bisa Mama tahan disini dan disuruh-
suruh ya?”
“Bercanda,nak”, Mama cubit pipi Priyanka lembut,”Eh,kalian nanti mau pake baju
apa? Kita kan punya baju batik kayak begini kembaran bertiga. Dipake aja siang ini”
“Rencanaku sih begitu. Kebaya pink-ku belum kering dan kalo pake dress Mango
yang baru beli dua hari lalu kayaknya berlebihan secara masih tengah hari begini”
“Baguslah, kan Mama pingin pake baju kembaran sama anak-anak Mama”
Priscille sedikti bingung. Mama adalah orang yang kurang peduli penampilan, nggak
beda jauh dengan dirinya yang lebih senang menggenakan sepatu sneakers dibandingkan
flat shoes apalagi wedges.Kepingin menggenakan blouse batik kembaran dengan kedua
sedikit miring.
“Palingan yan tetangga kita kayak biasa. Nasib tinggal di town house , pas lebaran
dan ulang tahu pasti ganti-gantian menjamu makan siang” kata Priscille kasual. Pir dan
apel sudah selesai diiris, saatnya menata kaleng minuma ringan dan es batu di meja yang
sudah terlebih dahulu diatur Mama dengan taplak Thailand yang umurnya lebih tua dari
Mama kembali tersenyum. “Yang mau datang siang ini adalah tetangga rumah depan
kita.” Ditinggalkannya Priyanka dan Priscille yang masih sibuk dengan kaleng-kaleng
minuman.
“Oh my goodness, cukup bikin kaget banget deh Nka!” kata Priscille heboh.
“Rumah depan kan rumahnya Om Rayhan. Kakaknya Om Hendro yang temen SMA
Sekarang gentian Priyanka yang kaget. “Jadi lo naksir Nandra? Yang pake kacamata
Priscille menganggukan kepalanya lemas. “Dia selalu beli sambel goreng ati
ampela,ikan mujair dan serundeng,Nka!!!. Dan setiap ke Warteg Pojok selalu naik
Lambretta-nya yang warna putih-coklat!!! Jangan bilang si ganteng itu juga mau ikutan
“Terus terang Ibu sangat penasaran dengan anaknya Pak Handoko yang nomor dua.
Dia kuliah Scuplture di Sydney dan juga diterima di Sastra Jepang UI tahun lalu. Pasti
“Nandra punya teman pemahat, dan orangnya sama jauh dari kata imut.Dia cantik
banget memang,fiturnya juga unik kayak bukan orang Indonesia asli” balas Nandra pelan
“Cuma penjaga Warteg Pojok. Orangnya cerewet dan aku pernah lihat dia
“Ibu nggak pernah dengar Bi Iis punya anak perempuan. Bukannya anaknya cuma si
Warteg Pojok memang cukup terkenal di kalangan penguhini Town House tempat
Nandra tinggal. Belum lagi sejak kehadiran si penjaga warteg cantik yang parasnya
benar-benar tidak mirip dengan penjaga warteg dan bisa Nandra ajak bertukar pikiran
mengenai buku John Grisham yang sering dibacanya, makin banyak aja cowok-cowok
yang sering nyatronin warung reot tersebut entah untuk membeli makan siang seusai
“Nandra juga heran Bu waktu tau ada anak perempuan yang bantu Bi Iis jaga Warteg
Pojok”
“Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip dan rambutnya agak kemerahan.
campuran yang pasti anaknya Om Handoko ,mengingat istrinya kan keturunan Lebanon”
***
Rumah mereka juga kehadiran tamu lain yang merupakan penghuni baru disini. Salah
“Minal Aidin Wal Faizin ya Mas,Mbak Kami masih belum cukup familiar dengan
daerah sini, jangan bosen kalo kami sering menelepon untuk bertanya” kata Tante Widya
sopan.
“ Jangan gitu dong,Mbak. Lagipula kan Priyanka dan Raras kuliah ditempat yang
sama. Tinggalnya juga kita satu pager. Kalo Kamu sibuk dan rumah kosong,suruh aja
Raras main kerumah. Apalagi Priscille juga ada di Jakarta sampai minggu depan, sering-
sering aja mampir dan makan sate ayam dirumah. Kami kan nggak nganut yang bikin
opor karena tau orang lain udah pada bikin, biar yang kesini nggak bosen” Mama berkata
mendengar basa-basi khas ibu-ibu arisan, mereka memutuskan untuk bermain kartu
“Di Sydney ada yang ganteng nggak,Sil? Kenalin dong ke eke. Hahaha”
seniman banget dengan kaos oblong lusuh dan celana jeans yang udah dekil banget”
“Who knows ada yang mirip sama Patrick Dempsey atau Eric Bana? Dibawa pulang
dong,Sil”
“Najong lo seleranya om-om ganteng begitu,Ras. Elo dong yang kenalin gue ke calon
“Wah siapa ya? Ada satu incerannya kak Priyanka,Sil. Masa nanti kakak-adek naksir
orang yang sama? Bisa pot makan tanaman tuh namanya hahaha”
“Adek kelas kurang ajar ye bocor-bocorin rahasia kampus. What happens in campus
stays in campus , nggak usah dibawa-bawa keluar kampus” Priyanka langsung manyun.
“Oh iya, kan kak Priyanka lebih naksir yang punya toko emas,ya? Yang kuliah
Kriminologi?”
“Heh? Gosip lu! Sejak kapan gue naksir Fabian? Eh.. duh keceplosan”
“See… Kakak naksir Fabian kan? Yang rambut kribonya asoy banget”
kocok.
“Diem lu,Sil! Beberapa menit lagi dia datang langsung deh lu nggak bisa berkutik”
Priscille langsung bangkit dari duduknya. Merapikan bajunya yang sedikit lecek dan
Priscille berusaha berjalan dengan wajar. Disembunyikannya rasa tegang yang teramat
sangat dengan senyuman lebar yang menunjukkan kawat giginya yang berwarna
transparan.
Seorang cowok dengan tinggi 181an yang baru melepas sandalnya langsung
Nandra hanya menatapi Priscille dari ujung kaki keujung kepala. “Kamu yang jaga
Warteg Pojok bukan,sih? Atau hanya mirip? Nevermind,baju kamu bagus banget.
Priscille langsung tersenyum salah tingkah. Tidak percaya kalo Nandra yang biasa ia
layani di Warteg Pojok baru saja memuji bajunya yang ia setrika delapan demi terlihat
***Tamat***