You are on page 1of 10

Ririn

Oleh:Karina Nurherbyanti

“Ya pokoknya lo siap-siap aja beliin gue blueberry cheesecake” Erik melenggang

santai meninggalkan Yandi dan Rendy yang masih melongo dengan segelas slurpee

ditangan mereka.

“Kacau nih,dia pasti bisa naklukin Ririn” kata Rendy cemas.

Yandi hanya tersenyum. Culas seperti biasa. “Mungkin satu koridor bakalan pingsan

kalo Erik lewat tapi…” ,disulutnya sebatang rokok Mild, “ Ririn lain. Dia selalu berbeda.

Belum tentu Erik bisa deketin si penari yang diam-diam lebih seneng menghabiskan

waktu di perpustakaan itu.”

***

15 Minutes Asian Authentic Resto

“Hainanese chicken rice-nya satu porsi. Hakau dimsum-nya satu set. Oh,sama

minumnya orange juice,Mas”

“Lo cacingan,Rin?” tanya Michelle panic. Nggak seperti biasanya Ririn makan

kalap seperti ini. Makan salad aja dia mikir-mikir,takut beratnya bertambah 0,1 kg dan

nggak bisa tampil cantik diatas panggung lagi.

“He loves another dancer.Not me. Ngapain lagi gue jaga berat badan gue kalo dia

akhirnya juga nggak akan pernah melirik kearah gue?”

“Buset,salah minum obat lo. Biasanya lo kan paling nggak peduli sama masalah

beginian. Bukannya detak jantunglo cuma buat dua hal ya? Tari Serimpi dan Buku?”
“Gue menari untuk melestarikan budaya bangsa dan membaca untuk menambah

wawasan. Sisanya? Gue juga pingin dicintai” kata Ririn melankolis.

Michelle tertawa miris. “Sumpah,yang lagi makan gue itu Ririn bukan,sih? Lama-

lama jadi kayak Allya,deh.”

***

Masih ada tiga hari sebelum Festival September diselenggarakan. Salah satu acara

bergengsi yang sudah diselenggarakan kampus mereka selama delapan tahun berturut-

turut. Acara tahunan yang mengambil konsep traditional met modern yang selalu

diselenggarakan di Taman Menteng ini selalu ramai pengunjung. Selain menampilkan

Dance Club kampus mereka yang sudah bolak balik keluar negeri dengan Tari Serimpi

dan Saman-nya, para ABG remaja juga kepingin menonton Mati Lampu beraksi

dipanggung. Kepingin kenalan sama Erik sang vokalis yang ganteng lebih tepatnya.

“Kenapa kita nggak ngundang Glenn Fredly,sih? Kan gue pernah pemotretan bareng

sama dia waktu menang Gadis Sampul dulu” kata Allya sambil membolak-balik

bindernya.

“Acara ini kan seratus persen gratis. Kita murni harus cari performer yang mau

tampil dengan honor rendah. Dan kalo mau ngundang penyanyi sekaliber dia akan sulit

pastinya. Kenapa kita nggak mengundang pemain gamelan atau pemain angklung?

Bukannya Festival September diadakan dengan fokus mempublikasikan kesenian

tradisional kepada para pemuda?” Jelas Alex selaku ketua Student Council dan moderator

rapat siang ini.


“Ya tapi kampus kita kan terkenal dengan motto ‘On the way to world-class

university’. Harus cari performer yang fresh juga,dong” Allya masih ngotot dengan suara

cemprengnya.

“Performer mancanegara kita udah ada MYMP. Disamping itu kita juga mengundang

Dubes RRC. Kayaknya spot kosong ini lebih baik dipake untuk mengundang salah satu

tokoh masyarakat untuk sharing pengalaman atau malah mengundang salah satu pendiri

Panti Asuhan sekaligus ngasih Food Charity secara simbolis,deh” Usul Joan selaku

Sekretaris.

Merasa kesal usulnya tidak dianggap, Allya memutuskan untuk pamit dengan alasan

menengok sang nenek yang memang sedang dirumah sakit. Padahal tujuan berikutnya

juga bukan kesana tapi ke turun ke lantai tiga dan berbasa-basi sama si pacar yang

sepertinya sudah sama-sama kehilangan interest. Mau dibilang bagaimanapun,tetap Allya

naksirnya sama Eric bukan Kiandra.

“Kamu kurusan,Al” kata Kiandra sambil menutup laptopnya.

“Assignment makin banyak,rapat Festival September makin menggila, belum lagi

jadwal latihan menari yang juga makin intensif menjelang Festival September. Kamu

gimana? Academic English dapat berapa kemarin?”

“Dapat A seperti biasa. Dikelasku cuma dia yang bisa dapat A+”

“Dia siapa?”

“Ririn. Satu dari dua murid cewek di jurusan Computer Science” kata Kiandra

menjelaskan.

Mendengar nama itu disebut Allya langsung batuk. “Dia selalu menonjol disemua

bidang ya. Dia bisa menari,secara akademis juga pintar, dan….”, Allya mengambil posisi
duduk disamping Kiandra. Menyenderkan kepalanya ditangan si pacar, “Dia juga ditaksir

Erik”

“Ditaksir Erik? Kamu kan nggak tau ada konspirasi apa dibalik semua itu,Al”

“Maksud kamu?”,Allya mendadak bingung dengan wajah misterius Kiandra.

“Banyak yang kamu nggak ngerti,Sayangku. Makanya jangan asal menilai. Oh ya, aku

mau pulang sekarang. Kamu butuh diantar atau dijemput Pak Ndung?”

Allya tersenyum kesal. Merasa gagal mengurek-ngurek informasi tentang Ririn yang

selalu dianggapnya sebagai saingan seumur hidup. “Aku dijemput Pak Ndung”.

“Kalo gitu aku duluan,ya”, Kiandra langsung berjalan meninggalkan Allya yang

masih duduk dibangku sofa berwarna biru yang senada dengan simbol kampus mereka.

“Huh, apa bagusnya si Ririn? Sekarang bahkan Kiandra juga tahu sedikit informasi

tentang dia. Yang pacarnya dia atau aku,sih?” Allya mengomel sendiri sambil mengurek-

ngurek kertas Kiandra yang tertinggal dimeja.

“Ya jelaslah dia tau informasi tentang Ririn.Mereka kan sekelas” , suara cowok

menyadarkan omelan Allya. Langsung Allya malu ketahuan ngomel sendiri, bisa-bisa

labelnya sebagai the most popular girl melorot mendadak.

“Rendy?”

“Udahlah nggak usah sewot. Dan ngomong-ngomong tentang Erik, dia sebenernya

nggak suka sama Ririn kok”

“Lah terus? Gue denger akhir-akhir ini Erik selalu jemput Ririn setiap Selasa sore”

“Sebenernya gue yang naksir. Tapi gue kan nggak seeksis Erik makanya gue minta

tolong dia untuk mengalihkan perhatian publik”


Yandi yang baru saja balik dari Musholla langsung ikut-ikutan nimbrung. “Dan dia

juga taruhan sama kita”.

Allya langsung nggak nyambung. Bingung dengan obrolan kedua personil Mati

Lampu yang sepertinya penuh rahasia ini.

“Kalo dia berhasil ngegaet Ririn, kita mau beliin dia blueberry cheesecake yang

padahal…..”,Yandi melirik jahil kearah Rendy yang tidak dapat menahan tawanya yang

menggelegar,”kuenya udah adai kulkas gue sejak minggu lalu. Itu kan pemberian temen

nyokap gue sebelum beliau berangkat haji dan sampai sekarang masih utuh”

“Jadi sebenernya yang gue cemasin bukan masalah kita nggk bisa ngasih taruhannya

ke Erik. Tapi takut Ririn naksir Erik dan bikin gue patah hati” jelas Rendy.

“Jadi?” Allya makin kepingin menjedukkan kepalanya ke meja sekeras-kerasnya.

Rendy mengarahkan senyumnya yang lebar. “In case lo naksir sama Erik, bekerja

samalah dengan gue. Karena sejujurnya gue nggak kepingin Erik jadian sama Ririn.”

***

Ririn sedang menyeduh secangkir teh saat telepon genggamnya berdering. Dari

Allya. Tumben-tumbenan si musuh bebuyutan yang pernah menumpahkan fanta ke

bajunya secara sengaja menelepon. “Paling mau ngajak ribut”, batinnya sambil menekan

tombol answer.

“Halo?” Jawabnya di telepon.

“Hai Applepie, lo kapan ada waktu luang? Festival September lagi butuh seseorang

untuk membantu gue sebagai Public Relation dan Jum’at ini gue mau ketemu sama salah

satu pemilik cathering untuk urusan konsumsi. Lo ikut yuk,Say”


Wait…Allya manggil gue Applepie dan Say? Apakah dunia udah berhenti

berputar?

“Jum’at? Ayo aja sih gue nggak kekampus karena jadwal kosong dan cuma

nganggur dirumah”

“Kalo gitu gue akan jemput lo jam 12 SHARP,ya”

KLIK.

Ririn masih bingung dengan hal aneh yang baru saja terjadi. Seorang Allya

meneleponnya, berencana menjemputnya dirumah ,dan menemui salah satu partner

Festival September yang biasanya hanya diurus oleh Student Council yang ‘dibantu’ oleh

segerombolan ‘anak gaul’ dimana dirinya tidak termasuk? Benar-benar mencurigakan.

Telepon kembali berdering.Dari Rendy, drummer-nya Mati Lampu yang well,cukup

cute dan berhasil mendapat Academic Scholarship dijurusan Marketing . Ririn berdoa

dahulu sebelum mengangkat, takut terdengar salah tingkah.

“Halo Rendy?”

“Lo Jum’at ikut kan ke Cathering Ananda?”

“Err kok lo tau,sih?”

“Kan gue juga salah satu divisi Parnership Festival September. Sebenernya gue mau

minta tolong lo sesuatu sih, itu juga kalo lo nggak keberatan”

“Apaan?”

“Rumah gue kan di Gedung Hijau. Nggak jauh lah dari Sekolah Duta”

“Yang namanya Pondok Indah ya mana-mana nggak jauh lah,Ren. Ada apasih?”

“Nah printer gue habis dan gue harus nge-print beberapa dokumen. Kalo gitu boleh

kan gue mampir rumah lo buat nge-print?”


“Boleh kok”

“Actually gue udah ada didepan rumahlo sekarang”

Damn,emang bener lagi mobil Honda Jazz-nya udah ada didepan rumah.

Ririn langsung menutup teleponnya, memberi tahu Mbak Warti untuk tidak

membukakan pintu, biar dia aja yang bukain sendiri.

“Nih,gue kasih aja USB-nya ke elo dan besok lo bisa kasih print-print-annya ke gue

dikampus ya. Dikasih ke Erik juga nggak apa-apa” kata Rendy singkat sambil

memberikan USB hitamnya.

“Oh,oke…” Belum selesai Ririn berbicara, Rendy langsung memotong.

“Dan satu lagi…” Ditstapnya Ririn serius. Baik Rendy ataupun Ririn, dua-duanya

sudah blushing nggak karuan, “Jangan mau kalo dideket-deketin Erik. Gue tau kalian

sekelas, tapi please be careful with him.”

***

Sesuai dengan janjinya, Allya menjemput Ririn dirumahnya tepat waktu dengan mobil

Karimun pink-nya. Dengan dandanan chic-nya seperti biasa : Dress,jaket jeans, dan

kalung.Nggak beda jauh dengan celana bercorak zebra Ririn dan vest jeans GAP

andalannya. Untuk urusan pakaian,baik Ririn maupun Allya memang sama modisnya.

Urusan pergaulan dan hobi baru keduanya bertolak belakang.

“Cathering Ananda tuh didaerah mana,sih? Tahun ini konsumsinya pake mereka ya?

Setau gue tiga tahun belakangan Festival September konsumsinya selalu junk food”

Ririn membuka percakapan sambil mengamati cara menyetir Allya yang menurutnya

sangat stabil.
“Itu didaerah Bintaro,Say. Deket sama rumah gue”

“Wah lo jadi bolak-balik dong. Maaf ya,Al”

“Nggak apa-apa kok.”

Jalanan yang tidak macet membuat Bintaro bisa ditempuh dalam dua puluh menit.

Ririn agak kaget mendapati mobil Rendy juga terparkir disana. “Oh iya ya, kan dia anak

gaul dan pasti juga ngurusin Festival September” katanya dalam hati.

Rendy tidak sendirian disana. Ada Eric,Yandi,Dito,dan Bryan yang merupakan

personil Mati Lampu. Kalo cewek-cewek SMA lagi disini bisa histeri ini bertemu dengan

personil komplit gratisan.

“Lo disini juga,Ndy?” tanya Ririn bingung.

“Ah Rendy…”, ledek Dito, “Kita-kita disini nggak ditanyain kok lo doang sih yang

ditanya?”

Rendy langsung memasang wajah cool-nya, “Emang icon-nya Mati Lampu kan adalah

drummernya yang berhasil mendapatkan Academic Scholarship School of Marketing.

Bukan vocalist-nya yang petakilan gitu deh.”

“Sialan lu!” Erik menyikut pinggang Rendy brotherly.

Ririn dan Allya hanya tertawa geli melihat kelakuan empat cowok yang baginya

sangatlah kocak ini. Allya mengedipkan mata kirinya kearah Rendy. Seperti memberi

kode.

“Dan gue juga mau membuat pernyataan disini” katanya lantang sambil berdehem

empat kali.

“Wah harus masuk E! Channel ,nih. Drummer Mati Lampu membuat pengakuan.

Atau perlu gue rekam di Blackberry Recorder?” kata Yandi heboh.


“Iya,nih. Didokumentasikan kalo perlu. Siapa tau bisa masuk Youtube dan viewer-nya

banyak sampe ngalahin Keong Racun?” tambah Bryan sambil tertawa terbahak-bahak.

“Belum lagi si drummer mirip sama Stuart Collin? Bisa jadi bintang sinetron nih pasca

ini” Erik tidak mau kalah berkomentar.

“Ssttt…Diem dulu,dong. SIAPA YANG MAU NGOMONG DULUAN? KALO LO

DULUAN GUE DIEM DAN MENUNDA PERNYATAAN GUE”

“Ampun,Gan. Oke kita diem sekarang” kata Erik ngeri.

Rendy langung melirik kearah Ririn. “Sejujurnya,gue suka sama dia”

“Ooooooh…” sahut Dito,Bryan,dan Yandi secara bersamaan. Persis seperti reaksi

mereka saat menonton ending dari film Love Me If You Dare yang cukup mengharukan

dan ditonton mereka atas paksaan Mrs. Rainintha, dosen Digital Animation yang

mengajar Bryan dan Yandi di jurusan Visual Com.Design.

Ririn shock.Ia senang bukan kepalang tetapi tidak bisa menyunggingkan senyuman

karena terlalu kaget.

“Dan lo? “ , Rendy tunjuk Erik yang daritadi cuma bisa mesem-mesem, “Lo bisa

ambil blueberry cheesecake sebesar 20 cm x 25 cm besok”

Allya tersenyum sumringah. Ditepuknya bahu Ririn yang masih memasang wajah

shock-nya sejak Rendy membuat pernyataan yang tidak pernah diduga.

“Udah endingnya gini aja,nih? Penonton kecewa ah” timpal Bryan asal.

“Gue nggak akan nembak dia disini, tunggu konsumsi Festival September selesai. Be

professional guys, kita kesini untuk ngurusin konsumsi bukannya mau nembak cewek

apalagi cekakakan kayak begini.”

TAMAT

You might also like