You are on page 1of 15

Pengembangan Bakat dan Minat

« on: January 29, 2010, 09:00:28 am »


PENDAHULUAN
Belajar ataupun bekerja pada bidang-bidang yang diminati terlebih lagi didukung dengan
bakat serta talenta yang sesuai, akan memberi semangat dalam mempelajari atau
menjalaninya. Tapi serimgkali remaja memilih suatu jurusan atau bidang studi ksrena
terbawa dan ikut teman-temannya, atau memilih bidang yang sedang popular, tanpa
sempat mencerna terlebih dahulu dan memahami bidang yang akan dipelajari, menjadi
apa setelah selesai sekolah ataupun lebih jauh lagi mengenali bidang pekerjaan seperti
apa yang akan digelutinya sesuai dengan latar belakang pendidikannya tersebut.
Mengembangkan bakat dan minat bertujuan agar seseorang belajar atau dikemudian hari
bisa bekerja di bidang yang diminatinya dan sesuai dengan kemampuan serta bakat dan
minat yang dimilikinya sehingga mereka bisa mengembangkan kapabilitas untuk belajar
serta bekerja secara optimal dengan penuh antusias.

Pengertian Bakat
Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan
keterampilan khusus. Sehubungan dengan cara berfungsinya, ada 2 jenis bakat, yaitu:
1. Kemampuan pada bidang khusus. Misalnya bakat musik, melukis, dll.
2. Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisir kemampuan khusus ,
misalnya bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasi kemampuan di
bidang taknik arsitek.
Bakat bukanlah merupakan sifat tunggal, melainkan merupakam sekelompok sifat yang
secara bertimgkat membentuk bakat. Bakat baru muncul bila ada kesempatan untuk
berkembang atau dikembangkan. Sehingga mungkin saja seseorang tidak mengetahui dan
mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang latent.

Pengertian Minat
Menurut John Holland, minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan
perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat
menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu di mana dia akan termotivasi
untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi. Bakat akan sulit
berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat pada bidang yang
akan ditekuni.

Tes Bakat
Tes bakat bertujuan membantu memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang
di berbagai minatnya di bidang-bidang tertentu, untuk kemudian merencanakan dan
membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan atau pekerjaan. Melalui tes bakat akan
diperoleh gambaran mengenai berbagai bidang kemampuan dan minat seseorang. Hasil
tes bakat tidak dapat menentukan dengan mutlak pekarjaan atau karir apa yang harus
dijalani.
Setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan derajat
yang berbeda-beda. Guru, orang tua, pembimbing perlu mengenal bakat anak-anaknya
sehingga dapat memberikan pendidikan dan menyediakan pengalaman sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.

Mengembangkan Bakat dan Minat Remaja


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Pada periode
ini anak mencapai kematangan fisik dan diharapkan pula disertai dengan kematangan
emosi dan perkembangan sosialnya. Karena masa peralihan maka remaja pada umumnya
masih ragu-ragu akan perannya dan menimbulkan krisis identitas. Dalam usaha
menemukan jati dirinya dalam arti mengatahui kebutuhan-kebutuhan pribadi serta tujuan
yang ingin dicapai dalam hidupnya, maka pengembangan bakat dan minat remaja sangat
penting. Dan dalam mengembangkan kompetensinya remaja tetap membutuhkan
bimbingan dari orang tua dan lingkungan rumah maupun sekolah.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua, guru atau lingkungan terdekat anak untuk
mengambangkan bakat dan minat adalah:
a. sejak usia dini cernati berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan yang tampak
menonjol pada anak.
b. Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya.
c. Kembangkan konsep diri positif pada anak.
d. Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman di berbagai
bidang.
e. Usahakan berbagai cara untuk meningkatkan minat anak untuk belajar dan menekuni
bidang-bidang yang menjadi kelebihannya.
f. Tingkatkan motivasi anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuannya.
g. Stimulasi anak untuk meluaskan kemampuannya dari satu bakat ke bakat yang lain.
h. Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.
i. Sediakan fasilitas atau sarana untuk mengembangkan bakat anak.
j. Dukung anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam
mengembangkan bakatnya.
k. Jalin hubungan baik antara orang tua, guru, dengan anak atau remaja.

Hal-hal yang perlu dicermati dalam mengembangkan bakat dan minat remaja, yaitu:
a. Mengikuti minat teman.
Usia remaja adalah masa perkembangan yang ditandai dengan solidaritas tinggi terhadap
teman-teman sebayanya. Remaja kurang memahami siapa dirinya, memiliki kebutuhan
yang besar untuk berada dan diakui dalam kelompoknya. Hal ini seringkali membuat
remaja mengikuti minat temannya, memilih bidang yang sebenarnya kurang sesuai
dengan bakat dan minatnya. Untuk memilih bidang-bidang yang akan dikembangkannya,
remaja perlu berdiskusi, mencari masukan dan bertukar pikiran dengan orang tuanya.
b. Penelusuran bakat dan minat secara dangkal.
Memperhatikan bakat dan minat anak membutuhkan usaha yang serius dan
berkesinambungan. Tes bakat pada umumnya memadukan kemampuan intelektual
ataupun ketrampilan dengan bakat dan minat yang dimiliki seseorang. Kemampuan tinggi
tanpa didukung oleh minat akan membuat anak bisa berhasil dalam pendidikannya akan
tetapi antusiasme untuk mempelajarinya kurang tinggi minat dan bakat yang tinggi di
suatu bidang tanpa didukung kemampuan akan membuat seseorang membutuhkan tenaga
dan usaha ekstra keras untuk mencapainya. Selain hal tersebut tentunya di manapun
seseorang belajar dan bekerja dibutuhkan motivasi belajar, daya juang dan ketekunan.
Banyak orang tidak selalu mudah menemukan bakat dan minat yang tepat, karena
beberapa hal:
a. Siswa belum secara sengaja menjajagi kemampuan, bakat serta minatnya.
b. Kurangnya wawasan bidang studi atau lapangan pekerjaan yang ada.
c. Tidak ada masukan dari lingkungan mengenai kelebihan dalam kemampuan atau
bakatnya.
d. Siswa belajar tanpa tahu kegunaan dan tujuan dari bidang studi yang dipelajarinya.
e. Bidang yang diminati dan bakat yang dimiliki bervariasi.
f. Bakat yang ada belum terasah atau kurang mendapat kesempatan untuk dikembangkan
sehimgga tidak nampak.
g. Perasaan tidak mampu atau tidak berbakat dari pribadi yang bersangkutan ataupun dari
lingkungannya.

Seseorang bisa mengenal bidang studi atau pekerjaan tertentu karena:


a. Memperoleh informasi mengenai berbagai bidang studi atau pekerjaan.
Membuka wawasan anak dengan mencari atau memberi informasi, misalnya membawa
anak dalam lingkungan orang tua membuat anak tahu dan kenal bidang yang digeluti
orang tua. Terlebih lagi ketika orang tua menceritakan berbagai hal positif mengenai
lingkup kerjanya, manfaatnya untuk orang lain ataupun lingkungan, akan membawa anak
untuk menjadi ahli kimia.
b. Berkaitan dengan pelajaran di sekolah.
Misalnya seorang anak tertarik di bidang kimia karena gurunya mengajar kimia
sedemikian menariknya sehingga dia memutuskan untuk menjadi ahl kimia.
c. Seorang siswa SMA berniat masuk Fakultas Kedokteran akan tetapi pada saat dia akan
mendaftar dia bahwa Bioteknologi masa kini sedang populer dan menarik, dan setelah
mencoba menjajagi dia kemudian memilih bioteknologi dan berhasil berprestasi dengan
baik karena suka.
d. Secara kebetulan atau tidak sengaja mendapat informasi.

Jadi manusia memiliki banyak kemampuan dan bakat yang masih merupakan potensi
namun hanya sedikit sekali dari kemampuan tersebut teraktualisasi.

Sumber:indoskripsi.com
Posted June 21st, 2009 by idha kusmawati
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=16244.0
KESALAHPAHAMAN MEMANDANG MINAT DAN BAKAT

Oleh : Lathifah Musa

"Anak saya sangat berbakat di bidang arsitektur…… sejak kecil


minatnya melukis dan menyusun miniatur bangunan." Cerita seorang
ibu tentang anaknya di sebuah oertemuan para orang tua murid
sekolah menengah.

"Keponakan saya berbakat di bidang biologi, jadi ia memilih


program studi IPA di sekolah ini." Seorang wanita muda menimpali
pendapat pertama. "Kalau anak bungsu saya yang masuk sekolah ini,
aktif dalam kegiatan keagamaann….., mungkin ia berbakat jadi ustadz
ya? Seorang ibu yang lain menambahkan. Demikian selintas obrolan
di antara mereka yang berkisar pada masalah minat dan bakat.

*******

Sering kitaaa jumpai di masyarakat, pembicaraan tentang minat


dan bakat seorang anak dalam konteks seperti contoh perbincangan
para ibu di atas. Kebanyakan masyarakat masih memandang
masalah minat dan bakat sebagai faktor kodrati, keturunan yang
ditentukan oleh hereditaas. Tampaknya teori filsafat Nativisme masih
membekas di sebagian masyarakat. Arthur Schopenhauer (1788-
1860) pelopor dan tokoh filsafat teori ini berpendapat bahwa
peerkembangan kepribadian hanya ditentukan oleh faktor hereditas.
Menurutnya faktor 'bawaan' ini bersifat kodratidan tidak dapat diubah
oleh lingkungan maupun pendidikan. Pendidikan hanyalah upaya
untuk merealisasikan potensi ini. Walaupun tidak banyak yang
menganut secara mutlak teeori ini, karena ada teori-teori lain yang
muncul kemudian dan memandang bahwa faktor lingkungan pun
berpengaruh selain herreditas, namun aliran nativisme inii cukup
diperhaatikan dalam dunia pendidikan.

Berangkat dari teori-teori semacam ini, para ahli pendidikan


Barat mengatakan bahwa ada sebagian manusia yang memiliki bakat
memahami matematika, sedangkan yang lain berbakat dibidang
bahasa dan seterusnya. Minat adalah kecenderungan untuk memilih
aktivitas tertentu, dan bakat adalah faktor kodrati yang dianggap telah
tertera dalam struktur genetik seorang anak sejak ia masiih dalam
kandungan. Berdasarkan pandangan inilah dibangun berbagai teori
pendidikan yang keliru.

Sekularisasi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan yang diwarnai oleh globalisasi
kapitalisme, kesalahan dalam memahami fakta 'minat dan bakat' ini
semakin teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dunia
sekularisme yang memisahkan cara pandang agama dari kehidupan
menjadi 'kerangka pandang' dalam emnyusun konsep-konsep
pendidikan. Materi-materi pendidikan terpilah, tidak saling terkait.
Ada pesan moral, etika, bahasa, pengetahuan alam, budaya dan
agama, yang satu saama lain tidak saling bersentuhan. Bahkan dalam
beberapa hal nilai-nilainya tampak saling bertentangan. Kita dapat
melihat bagaimana teori relativitas maassa, evolusi materi dan
postulat-postulat kimiawi yang dalam penyampaiannya terlepaas jauh
dari pemahaman manusia tentang Sang Penciptanya. Dapat pula
dilihat adanya pertentangan antara prinsip-prinsip ekonomi dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan pesan-pesan agama yang diajarkan.
Tampak jelas adanya pemisahan aktivitas/perbuatan manusia dengan
nilai ruhiyah. Demikian akhirnya manusia difahami dengan kerangka
individualis. Manusia dianggap berbeda-beda, aadda yang berbakat di
bidang sains, ekonomi, politik dan ada yang di bidang agama. Semua
ini seolah tidak terlepas dari faktor kodrati/hereditas yang
mengarahkan kehidupan manusia, yaitu minat dan bakat.

Kesalahpahaman terhadap minat dan bakat ini juga


menyebabkan konsep pendidikan - yaitu membentuk manusia
berkepridaian - menjaaadi tidak sempurna. Ada warna pesimistis yang
memperlemah idealisme dunia pendidikan saat ini. Pembentukan
kerangka berfikir dalam diri manusia menjadi tidak sempurna pula.
Kalaupun Islam dipelajari, maka semua itu tak lebih dari sekedar teori,
karena tidak pernah dikaitkan dengan kenyataan. Pemahaman
terhadap minat dan bakat semacam ini bagaikan tembok penghalang
kebangkitan manusia. Kita dapat membayangkan, bagaimana jika
seorang anak dianggap tidak berbakaat sama sekali dalam bidang
agama ? Atau seoranng anak terlahir dengan rangkaian faktor
hereditas yang buruk dan jahat karena orang tua dan leluhurnya
adalah penjahat? Maka 'cara pandang semacam ini' adalah musibah
dan bencana yang besar bagi agama dalam sejarah kemanusiaan !

Pemahaman seperti ini bertentangan dengan apa yang yang


telah disampaikan sendiri oleh Sang Pencipta manusia, Allah SWT,
Pencipta dan Penguasa alam semesta, manusia dan kehidupan.

"…(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia


menurut fitrah (tersebut) itu. Tidak ada perubahan pada firman Allah.
(Itulah) agama yang lurus…" (QS. Ar Ruum:30).

Fitrah anak harus terjaga dari ketergelinciran dan


penyimpangan. Islam memandang keluarga bertanggung jawab atas
fitrah anak. Segala penyimpangan yang menimpa fitrah tersebut
menurutt pandangan Islam berpangkal dari kedua orang tua atau
oendidik yang mewakilinya. Pendapat itu didasarkan pada pandangan
bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci lahir bathin dan sehat
fitrahnya. Mengenai makna ini, Rasulullah saw bersabda dalam
riwayat Abu Hurairah ra:

"Tidak aada seoranng anak pun, kecuali dilahirkan menurut fitrah,


maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya beragama yahudi,
nasrani atau majusi; sebagaimana binatang ternak dilahirkan, adakah
kamu dapati yang telah dipotong (dilobangi) hidungnya sehingga kamu
tidak perlu lagi memotongnya?" (HR Bukhari).

Memahami Minat dan Bakat

Setiap muslim yang telah baligh dan berakal diperintahkan


untuk melakukan amal perbuatannya sesuai dengan hukum-hukum
Isslam. Wajib bagi mereka untuk menyesuaikan seluruh aktivitasnya
dengan perintah dan larangan Allah SWT. Aallah SWT berfirman:

"Apa yang dibawa/diperintahkan oleh Rasul (berupa hukum) kepadamu


maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah…"(QS Al Hasyr:7).

Beban hukum ini menurut syara berlaku 'aam (mencakup


seluruh perbuatan). Sebagaimana risalah Islam yang berlaku umum
untuk setiap perbuatan, bukan perbuatan-perbuatan tertentu.

Allah SWT telah memberikan potensi yang sama bagi setiap


manusia, yaitu berupa kebutuhan jasmani dan naluri. Diciptakannya
akal bagi manusia dengan tabiat akal ini mampu memahami aturan-
aturan Islam (hukum syara') yang berkaitan dengan pemenuhan
seluruh kebutuhan jasmani dan nalurinya.

Adapun mengenai otak sebagai salah satu unsur yang


menyusun akal (potensi berpikir) manusia, dilihat dari segi anatominya
tidaklah berbeda pada setiap individu. Manusia memiliki otak yang
sama. Tidak ditemui adanya perbedaan dari segi pemikiran, yang
disebabkan oleh perbedaan daya serap indera dan informasi yang
diperolehnya serta perbedaan tingkat kekuatan nalar. Setiap otak
manusia memiliki daya pikir terhadap sesuatu yang ditunjang oleh
empat unsur yaitu otak itu sendiri, informaasi yang diperoleh, fakta
yang dapat ditangkap indera dan panca indera. Tidak ada bakat
khusus pada otak sebagian manusia, yang tidak terdapat pada
manusia yang lain. Perbedaan yang ada dalam otak hanyalah dalam
kekuatan nalar dan kekuatan daya serap indera. Kekuatan ini tak
ubahnya seperti kekuatan yang terdapat dalam mata ketika melihat
sesuatu atau telinga dalam mendengarkan suara. Oleh karena itu
setiap orang dapat dapat diberi pengetahuan apapun. Otak memiliki
'bakat' untuk memahaminya. Dengan demikian pendapat-pendapat
ilmu psikologi dan filsafat mengenai bakat-bakat tertentu pada otak
manusia tidaklah benar.

Mengenai minat, pada faktanya ia adalah kecenderungan


seseorang untuk melakukan suatu aaaktivitas tertentu. Minat bisa
merupakan dorongan dari naluri yang fitri terdapat manusia, namun
bisa pula dorongan dari pemikiran yang disertai perasaan kemudian
menggerakkannya menjadi suatu amal. Minat yang hanya muncul dari
dorongan perasaan tanpa pemikiran mudah berubah sesuai dengann
perubahan perasaannya.

Perasaan yang tidak dikendalikan oleh adanya fikir (bukan hasil


dorongan pemikiran), mudah dipengaruhi dan berubah sesuai dengan
perubahan lingkungan, fakta yang dihadapinya dan lain-lain. Dalam
kondisi ini minat seseorang bisa sangat lemah dan tidak stabil sesuai
dengan perubahan lingkungan. Oleh karena itu pendidikan Islam
bersifat mengarahkan dan menjaga minat tersebut agar senantiasa
sesuai dengan pandangan hidup Islam. Dalam hal ini minat adalah
sesuatu yang bisa diprogram dan diarahkan sesuai dengan yang
dikehendaki dalam dunia pendidikan Islam.

Demikianlah kesalahan memahami fakta minat dan bakat yang


dijadikan landasan membangun konsep pendidikan telah
menyebabkan kerancuan dalam membangun teori-teori pendidikan.
Pembagian ilmu menjadi ilmu pengetahuan alam, sosial kemanusiaan
dan agama, serta membiarkan anak memilih dan mempelajari ilmu
tertentu sesuai minat, kesanggupan dan daya serapnya adalah
pandangan yang keliru. Hal lain yang merusak adalah pandangan
yang yang menyatakan bahwa seseorang berbakat di bidang ilmu
tertentu dan tidak berbakat di bidang yang lain. Semua ini akan
mendorong banyak orang mempelajari ilmuu tertentu dan
menghalangi mempelajari ilmu yang lain. Kalau sudah begini, usaha
perbaikan fundamental terhadap masyarakat dalam rangka
mewujudkan generasi dengan pemikiran yang integral dan produktif
akan terhambat. Tidak ada cara lain mengembalikan kecemerlangan
pendidikan Islam kecuali dengan tetap berpegang teguh pada sseluruh
ajaran Islam dan menyingkirkan ajaran lain yang merusak. Hanya
Islamlah jalan selamat, karena ia adalah tuntunan berfikir, tuntunan
hidup dan risalah yang sempurna.

http://www.angelfire.com/md/alihsas/minat.html
Mengembangkan Bakat dan Minat
• Penulis : Nia
• December 29, 2009 at 13:50

Tidak ada seorang pun yang tidak berbakat, yang membedakan ialah ada tidaknya minat
untuk mengembangkannya. Bakat merupakan potensi bawaan yang dimiliki manusia,
sedangkan minat tercipta karena adanya ketertarikan kuat atas sesuatu. Kedua hal ini
seringkali dikaitkan dengan faktor kecerdasan dan kesuksesan seseorang. Bagi saya
sendiri, orang cerdas itu orang yang mampu memahami, mengembangkan dan
mendayagunakan bakatnya untuk kepentingan dan kebahagiaan hidupnya, dan orang
sukses ialah orang yang mampu membahagiakan hidupnya. Sukses bisa saja karena
bakat, tetapi sering juga karena minat. Jika demikian, bagaimana bakat itu muncul dan
terbentuk dalam diri kita? Bagaimana kita bisa mengembangkan keduanya?

Secara ilmiah, para ahli (dikutip dari www. kesehatan.kompas.com) menyatakan bahwa
saat lahir kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang kelahiran,
neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain. Mereka bahkan
membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Saat jalinan terbentuk, sebuah sinapsis
pun otomatis terbentuk. Di usia tiga tahun, setiap 100 miliar neuron kita itu telah
menciptakan jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang
menjadi awal mula munculnya bakat. Tanda-tandanya, kita akan terlihat aktif luar biasa.
Jalinan sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak berhenti melakukan apa pun
yang kita mau sesuai dengan minat kita. Proses ini berlangsung hingga usia kita
mencapai 16 tahun. Di usia inilah bakat mulai terasah karena kita memiliki ruang lebih
luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu setelah
mengalami proses kebingungan memilih, mencoba melakukan segala sesuatu, dan kita
tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu. Dari proses ini, kita
dapat memahami bahwa minat merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat. Dalam
beberapa pengertian, minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu
yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya.
Dengan demikian, minat dan bakat merupakan faktor yang saling mempengaruhi, terlepas
dari faktor mana yang lebih dominan. Keduanya penting untuk dikembangkan secara
optimal bahkan maksimal.

Dalam kenyatannya, bakat atau nature sering diartikan sebagai talenta, yakni kemampuan
tertentu yang unik, kecakapan, gift (anugerah) yang dimiliki seseorang. Pengertian ini
mengalami perkembangan signifikan dengan munculnya pengertian menurut Gallup
(2001) bahwa bakat merupakan pola pikir, perasaan dan perilaku yang berulang-ulang
dan dapat meningkatkan produktivitas. Berdasarkan pengertian tersebut, maka bakat itu
tidak hanya menyangkut kecakapan tertentu, tetapi juga berkaitan dengan adanya peran
untuk mengembangkan. Dalam hal ini, minat menjadi faktor penting yang berfungsi
sebagai nurture yang akan membantu pengembangan bakat tersebut. Minat merupakan
suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa
ketertarikan, keinginan, dan kesenangan. Ciri umum minat ialah adanya perhatian yang
besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai
kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif.
Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala
sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

Keberadaan minat merupakan faktor utama bagi pengembangan bakat karena tanpa
minat, bakat tidak akan berdayaguna. Artinya, minat yang tinggi akan membuat kita
mampu melakukan sesuatu sekalipun kita tidak berbakat, sebaliknya berbakat tanpa
minat akan sulit mengembangkan bakat tersebut. Karena itu, ketika kita mengenali dan
memahami bakat kita, tumbuhkanlah dan peliharalah minat kita agar bakat yang kita
punya terjaga. Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan bawaan yang tidak bisa kita
ciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan kita, tetapi
yang berbakat bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik. Untuk memahami bakat dan
minat memang bukan masalah gampang karena tidak hanya menyangkut masalah
banyaknya teori dan tes untuk mengenali bakat dan mengukur minat kita. Lebih dari itu,
ada yang sangat penting untuk kita pahami yakni bagaimana mengembangkan bakat dan
minat itu untuk sebuah prestasi kehidupan karena tidak semua orang mampu
memaksimalkan bakatnya, sekalipun ia telah mengenali dan mengetahuinya.

Untuk mengembangkan bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor berikut. Pertama,
stimulasi. Faktor stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang
utama ialah kesadaran akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus
dengan kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan,
karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi
“melempem”. Kedua, berusahalah untuk kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja
dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan
pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga kita bisa
mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita. Ketiga, peliharalah kejujuran dan
ketulusan. Kita harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita
minati. Ketulusan mensyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses
dan waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan
meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis, tetapi yang berbakat
bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada yang lainnya. Ketika bakat itu disertai
dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas.
Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi yang
mensuplai kebutuhan.

Tulisan ini merupakan motivasi bagi saya sendiri dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
Kita tidak bisa selalu menjadi apa yang kita inginkan, tetapi kita bisa menjadi diri yang
lebih baik dari diri yang sekarang dengan mengembangkan bakat kita. (Nia Hidayati)

http://niahidayati.net/mengembangkan-bakat-dan-minat.html
Mengembangkan Bakat dan Minat
• Penulis : Nia
• December 29, 2009 at 13:50

Tidak ada seorang pun yang tidak berbakat, yang membedakan ialah ada tidaknya minat
untuk mengembangkannya. Bakat merupakan potensi bawaan yang dimiliki manusia,
sedangkan minat tercipta karena adanya ketertarikan kuat atas sesuatu. Kedua hal ini
seringkali dikaitkan dengan faktor kecerdasan dan kesuksesan seseorang. Bagi saya
sendiri, orang cerdas itu orang yang mampu memahami, mengembangkan dan
mendayagunakan bakatnya untuk kepentingan dan kebahagiaan hidupnya, dan orang
sukses ialah orang yang mampu membahagiakan hidupnya. Sukses bisa saja karena
bakat, tetapi sering juga karena minat. Jika demikian, bagaimana bakat itu muncul dan
terbentuk dalam diri kita? Bagaimana kita bisa mengembangkan keduanya?

Secara ilmiah, para ahli (dikutip dari www. kesehatan.kompas.com) menyatakan bahwa
saat lahir kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang kelahiran,
neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain. Mereka bahkan
membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Saat jalinan terbentuk, sebuah sinapsis
pun otomatis terbentuk. Di usia tiga tahun, setiap 100 miliar neuron kita itu telah
menciptakan jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang
menjadi awal mula munculnya bakat. Tanda-tandanya, kita akan terlihat aktif luar biasa.
Jalinan sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak berhenti melakukan apa pun
yang kita mau sesuai dengan minat kita. Proses ini berlangsung hingga usia kita
mencapai 16 tahun. Di usia inilah bakat mulai terasah karena kita memiliki ruang lebih
luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu setelah
mengalami proses kebingungan memilih, mencoba melakukan segala sesuatu, dan kita
tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu. Dari proses ini, kita
dapat memahami bahwa minat merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat. Dalam
beberapa pengertian, minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu
yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya.
Dengan demikian, minat dan bakat merupakan faktor yang saling mempengaruhi, terlepas
dari faktor mana yang lebih dominan. Keduanya penting untuk dikembangkan secara
optimal bahkan maksimal.

Dalam kenyatannya, bakat atau nature sering diartikan sebagai talenta, yakni kemampuan
tertentu yang unik, kecakapan, gift (anugerah) yang dimiliki seseorang. Pengertian ini
mengalami perkembangan signifikan dengan munculnya pengertian menurut Gallup
(2001) bahwa bakat merupakan pola pikir, perasaan dan perilaku yang berulang-ulang
dan dapat meningkatkan produktivitas. Berdasarkan pengertian tersebut, maka bakat itu
tidak hanya menyangkut kecakapan tertentu, tetapi juga berkaitan dengan adanya peran
untuk mengembangkan. Dalam hal ini, minat menjadi faktor penting yang berfungsi
sebagai nurture yang akan membantu pengembangan bakat tersebut. Minat merupakan
suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa
ketertarikan, keinginan, dan kesenangan. Ciri umum minat ialah adanya perhatian yang
besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai
kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif.
Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala
sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

Keberadaan minat merupakan faktor utama bagi pengembangan bakat karena tanpa
minat, bakat tidak akan berdayaguna. Artinya, minat yang tinggi akan membuat kita
mampu melakukan sesuatu sekalipun kita tidak berbakat, sebaliknya berbakat tanpa
minat akan sulit mengembangkan bakat tersebut. Karena itu, ketika kita mengenali dan
memahami bakat kita, tumbuhkanlah dan peliharalah minat kita agar bakat yang kita
punya terjaga. Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan bawaan yang tidak bisa kita
ciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan kita, tetapi
yang berbakat bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik. Untuk memahami bakat dan
minat memang bukan masalah gampang karena tidak hanya menyangkut masalah
banyaknya teori dan tes untuk mengenali bakat dan mengukur minat kita. Lebih dari itu,
ada yang sangat penting untuk kita pahami yakni bagaimana mengembangkan bakat dan
minat itu untuk sebuah prestasi kehidupan karena tidak semua orang mampu
memaksimalkan bakatnya, sekalipun ia telah mengenali dan mengetahuinya.

Untuk mengembangkan bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor berikut. Pertama,
stimulasi. Faktor stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang
utama ialah kesadaran akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus
dengan kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan,
karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi
“melempem”. Kedua, berusahalah untuk kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja
dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan
pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga kita bisa
mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita. Ketiga, peliharalah kejujuran dan
ketulusan. Kita harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita
minati. Ketulusan mensyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses
dan waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan
meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis, tetapi yang berbakat
bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada yang lainnya. Ketika bakat itu disertai
dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas.
Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi yang
mensuplai kebutuhan.

Tulisan ini merupakan motivasi bagi saya sendiri dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
Kita tidak bisa selalu menjadi apa yang kita inginkan, tetapi kita bisa menjadi diri yang
lebih baik dari diri yang sekarang dengan mengembangkan bakat kita. (Nia Hidayati)

http://niahidayati.net/mengembangkan-bakat-dan-minat.html
lustrasi kasus

Ada 2 orang yang memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan ketrampilan.
Mereka menjalani on the job training atau menghadiri sesi training di suatu kelas. Satu
orang dapat mempelajari pengetahuan dan ketrampilan dengan cepat dan satu orang lagi
membutuhkan waktu lebih lama. Kesimpulan?

Tes Bakat

Bakat ?

Mengapa perlu diketahui ?

Bagaimana cara mengetahui ?

Pengertian bakat

Bakat mengacu pada kemampuan khusus ( berg, 2000 ) sepeti menyelesaikan perhitungan
aritmatika, atau mengingat fakta dari informasi yang telah dibaca.

Bakat berasal dari hasil interaksi antara karakteristik individu dengan kesempatan belajar
di lingkungan ( Cohen dan Swedlik, 2002 ) . Bakat ini merepresentasikan informasi dan
ketrampilan yang bertahap telah didapatkan.

Bakat dapat diukur dan digunakan untuk memprediksi potensi yang dimiliki seseorang
untuk meraih prestasi dalam area tertentu

Hika seseorang memiliki bakat dalam bidang tertentu, maka dengan latihan ia akan
sukses dalam bidang tersebut.

http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/tes-bakat
Mencari Bakat Diri
Sunday, 30 August 2009 10:00 Peng Kheng Sun


• 1
• 2
• 3
• 4
• 5

(12 votes, average 4.33 out of 5)

Dalam setiap bidang, orang selalu mengkaitkan keahlian seseorang dengan bakat. Jika
orang mampu melakukan sesuatu hal dengan sangat baik, maka orang akan berpendapat
bahwa yang bersangkutan memang berbakat dalam bidang tersebut. Sedangkan jika
orang tidak mampu menunjukkan kualitas karyanya, maka orang akan berpendapat
bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai bakat. Pandangan inipun kerap diterapkan
untuk diri sendiri.

Ketika kita mampu mengerjakan berbagai soal matematika dengan baik, kita cenderung
berpendapat bahwa kita berbakat di bidang matematika. Namun ketika kita tidak mampu
menulis dengan baik, kita pun pasrah bahwa kita memang tidak berbakat untuk menulis.
Benarkah pendapat seperti ini?
Soal bakat sampai sekarang masih menjadi suatu misteri yang diperdebatkan banyak
orang. Sebagian orang berpendapat bahwa orang tidak seharusnya tergantung pada bakat.
Ungkapan Edison yang legendaris, yakni “Untuk berhasil orang hanya membutuhkan
10% bakat, dan 90% kerja keras atau usaha” memperkuat argumen ini. Namun di pihak
lain, tidak sedikit orang yang percaya bahwa bakat sangatlah dominan menentukan
berhasil tidaknya seseorang dalam suatu bidang.

Mereka berpendapat bahwa bakatlah yang memampukan mereka mengerjakan sesuatu


dengan lebih baik daripada rata-rata orang. Menurut mereka setiap orang mempunyai
bakatnya masing-masing. Pendapat ini diperkuat oleh Howard Gardner dengan teori
Kecerdasan Majemuk yang dicetuskannya. Nah, mana yang benar?

Sejujurnya saya sendiri juga tidak tahu mana yang benar. Namun dalam tulisan ini saya
ingin berbagi pengalaman saya yang berkaitan dengan bakat dalam bidang menulis.
Sekitar tahun 1980-an saya membeli buku karya Arswendo Atmowiloto yang berjudul
Mengarang Itu Gampang. Buku tersebut merupakan buku tentang menulis yang pertama
kali saya baca dan pelajari. Arswemdo berpendapat bahwa menulis itu gampang karena
bisa dipelajari (lihat Arswendo, halaman Prakata).

Kini, setelah dua puluh tahun lebih belajar menulis, ternyata saya belum benar-benar bisa
menulis dengan baik. Selama kurun lebih dari dua dasawarsa saya telah mempelajari
ratusan buku tentang menulis. Namun saya belum juga mampu menghasilkan banyak
karya tulis yang dipublikasikan. Memang saya sering mengirim tulisan-tulisan ke
berbagai media massa dan pernah juga mengirim naskah buku ke penerbit. Akan tetapi
sampai sekarang tidak banyak artikel saya yang dimuat di majalah atau koran. Apakah ini
berarti saya tidak mempunyai bakat menulis?

Bakat berarti kemampuan dasar atau kemampuan bawaan sejak lahir. Artinya orang yang
memiliki bakat tertentu sebenarnya ia telah mempunyai kemampuan tersebut sejak lahir.
Bakat membuat orang mampu mengerjakan sesuatu kegiatan lebih gampang dengan hasil
yang lebih baik daripada orang lain yang tidak mempunyai bakat. Bakat juga membuat
orang lebih cepat mempelajari atau menguasai suatu keterampilan. Jika memang
demikian pengertian bakat, jelas saya tidak mempunyai bakat menulis.

Arswendo berpendapat bahwa yang disebut bakat itu mempunyai minat terus-menerus
yang tak mudah patah(lihat Arswendo halaman Prakata). Jika ini yang disebut bakat, saya
merasa mempunyai bakat menulis. Sampai sekarang minat saya untuk menulis tetap
terjaga dengan baik meski menghadapi banyak rintangan. Sementara itu ada orang yang
mampu menulis lebih baik daripada saya tetapi tidak berminat menjadi penulis.

Saya tidak sepenuhnya sependapat dengan Arswendo. Kenyataannya minat dan bakat
adalah dua hal yang berbeda. Ada orang yang berbakat tetapi tidak berminat. Ada juga
orang yang berminat tetapi kurang berbakat. Kondisi yang terakhir ini lebih sering
membuahkan hasil daripada kondisi yang pertama. Tentu saja yang ideal adalah
mempunyai bakat dan sekaligus berminat.

Sebenarnya bakat itu sendiri bersifat relatif. Maksud saya, jarang sekali ada orang yang
benar-benar mempunyai bakat yang lengkap dalam suatu bidang. Misalkan seseorang
yang berbakat dalam bidang matematika, padahal dalam matematika sendiri ada
statistika, aljabar, aritmetika, kalkulus, dan sebagainya. Bisa jadi seseorang mempunyai
bakat di bidang statistika lebih besar daripada aljabar. Demikian juga dalam bidang
menulis, ada fiksi dan non fiksi. Baik fiksi dan non fiksi masih banyak lagi ragamnya.
Jadi rasanya jarang sekali kalau tidak boleh dikatakan tidak ada orang yang memiliki
bakat yang lengkap dalam satu bidang. Sebaliknya saya juga percaya, jarang sekali orang
sama sekali tidak memiliki bakat dalam suatu bidang, hanya mungkin yang bersangkutan
kurang berminat menekuninya.
Saya kira tidaklah bijaksana membiarkan minat yang menentukan apakah kita akan
belajar sesuatu atau tidak. Jika kita memang berminat terhadap sesuatu hal misalnya
menulis, dengan minat yang terus-menerus seperti tulis Arswendo, suatu saat kita juga
bisa menulis dengan baik. Masih banyak sekali hal yang menentukan kita berhasil
menguasai suatu keterampilan atau tidak. Cara kita mempelajari sesuatu juga sangat
menentukan, bukan? Kini para ahli pendidikan mengembangkan cara belajar yang lebih
efektif. Nah, jika kita merasa kurang berbakat dalam suatu bidang, tentu akan lebih
tertolong jika kita mempunyai minat dan cara belajar yang benar.

Penulis:
Peng Kheng Sun
Email: pengkhengsun@gmail.com
Pati – Jawa Tengah

http://www.penulislepas.com/pendidikan/195-peng-kheng-sun.html

You might also like