Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Bakat
Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan
keterampilan khusus. Sehubungan dengan cara berfungsinya, ada 2 jenis bakat, yaitu:
1. Kemampuan pada bidang khusus. Misalnya bakat musik, melukis, dll.
2. Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisir kemampuan khusus ,
misalnya bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasi kemampuan di
bidang taknik arsitek.
Bakat bukanlah merupakan sifat tunggal, melainkan merupakam sekelompok sifat yang
secara bertimgkat membentuk bakat. Bakat baru muncul bila ada kesempatan untuk
berkembang atau dikembangkan. Sehingga mungkin saja seseorang tidak mengetahui dan
mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang latent.
Pengertian Minat
Menurut John Holland, minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan
perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat
menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu di mana dia akan termotivasi
untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi. Bakat akan sulit
berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat pada bidang yang
akan ditekuni.
Tes Bakat
Tes bakat bertujuan membantu memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang
di berbagai minatnya di bidang-bidang tertentu, untuk kemudian merencanakan dan
membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan atau pekerjaan. Melalui tes bakat akan
diperoleh gambaran mengenai berbagai bidang kemampuan dan minat seseorang. Hasil
tes bakat tidak dapat menentukan dengan mutlak pekarjaan atau karir apa yang harus
dijalani.
Setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan derajat
yang berbeda-beda. Guru, orang tua, pembimbing perlu mengenal bakat anak-anaknya
sehingga dapat memberikan pendidikan dan menyediakan pengalaman sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam mengembangkan bakat dan minat remaja, yaitu:
a. Mengikuti minat teman.
Usia remaja adalah masa perkembangan yang ditandai dengan solidaritas tinggi terhadap
teman-teman sebayanya. Remaja kurang memahami siapa dirinya, memiliki kebutuhan
yang besar untuk berada dan diakui dalam kelompoknya. Hal ini seringkali membuat
remaja mengikuti minat temannya, memilih bidang yang sebenarnya kurang sesuai
dengan bakat dan minatnya. Untuk memilih bidang-bidang yang akan dikembangkannya,
remaja perlu berdiskusi, mencari masukan dan bertukar pikiran dengan orang tuanya.
b. Penelusuran bakat dan minat secara dangkal.
Memperhatikan bakat dan minat anak membutuhkan usaha yang serius dan
berkesinambungan. Tes bakat pada umumnya memadukan kemampuan intelektual
ataupun ketrampilan dengan bakat dan minat yang dimiliki seseorang. Kemampuan tinggi
tanpa didukung oleh minat akan membuat anak bisa berhasil dalam pendidikannya akan
tetapi antusiasme untuk mempelajarinya kurang tinggi minat dan bakat yang tinggi di
suatu bidang tanpa didukung kemampuan akan membuat seseorang membutuhkan tenaga
dan usaha ekstra keras untuk mencapainya. Selain hal tersebut tentunya di manapun
seseorang belajar dan bekerja dibutuhkan motivasi belajar, daya juang dan ketekunan.
Banyak orang tidak selalu mudah menemukan bakat dan minat yang tepat, karena
beberapa hal:
a. Siswa belum secara sengaja menjajagi kemampuan, bakat serta minatnya.
b. Kurangnya wawasan bidang studi atau lapangan pekerjaan yang ada.
c. Tidak ada masukan dari lingkungan mengenai kelebihan dalam kemampuan atau
bakatnya.
d. Siswa belajar tanpa tahu kegunaan dan tujuan dari bidang studi yang dipelajarinya.
e. Bidang yang diminati dan bakat yang dimiliki bervariasi.
f. Bakat yang ada belum terasah atau kurang mendapat kesempatan untuk dikembangkan
sehimgga tidak nampak.
g. Perasaan tidak mampu atau tidak berbakat dari pribadi yang bersangkutan ataupun dari
lingkungannya.
Jadi manusia memiliki banyak kemampuan dan bakat yang masih merupakan potensi
namun hanya sedikit sekali dari kemampuan tersebut teraktualisasi.
Sumber:indoskripsi.com
Posted June 21st, 2009 by idha kusmawati
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=16244.0
KESALAHPAHAMAN MEMANDANG MINAT DAN BAKAT
*******
Sekularisasi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan yang diwarnai oleh globalisasi
kapitalisme, kesalahan dalam memahami fakta 'minat dan bakat' ini
semakin teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dunia
sekularisme yang memisahkan cara pandang agama dari kehidupan
menjadi 'kerangka pandang' dalam emnyusun konsep-konsep
pendidikan. Materi-materi pendidikan terpilah, tidak saling terkait.
Ada pesan moral, etika, bahasa, pengetahuan alam, budaya dan
agama, yang satu saama lain tidak saling bersentuhan. Bahkan dalam
beberapa hal nilai-nilainya tampak saling bertentangan. Kita dapat
melihat bagaimana teori relativitas maassa, evolusi materi dan
postulat-postulat kimiawi yang dalam penyampaiannya terlepaas jauh
dari pemahaman manusia tentang Sang Penciptanya. Dapat pula
dilihat adanya pertentangan antara prinsip-prinsip ekonomi dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan pesan-pesan agama yang diajarkan.
Tampak jelas adanya pemisahan aktivitas/perbuatan manusia dengan
nilai ruhiyah. Demikian akhirnya manusia difahami dengan kerangka
individualis. Manusia dianggap berbeda-beda, aadda yang berbakat di
bidang sains, ekonomi, politik dan ada yang di bidang agama. Semua
ini seolah tidak terlepas dari faktor kodrati/hereditas yang
mengarahkan kehidupan manusia, yaitu minat dan bakat.
http://www.angelfire.com/md/alihsas/minat.html
Mengembangkan Bakat dan Minat
• Penulis : Nia
• December 29, 2009 at 13:50
Tidak ada seorang pun yang tidak berbakat, yang membedakan ialah ada tidaknya minat
untuk mengembangkannya. Bakat merupakan potensi bawaan yang dimiliki manusia,
sedangkan minat tercipta karena adanya ketertarikan kuat atas sesuatu. Kedua hal ini
seringkali dikaitkan dengan faktor kecerdasan dan kesuksesan seseorang. Bagi saya
sendiri, orang cerdas itu orang yang mampu memahami, mengembangkan dan
mendayagunakan bakatnya untuk kepentingan dan kebahagiaan hidupnya, dan orang
sukses ialah orang yang mampu membahagiakan hidupnya. Sukses bisa saja karena
bakat, tetapi sering juga karena minat. Jika demikian, bagaimana bakat itu muncul dan
terbentuk dalam diri kita? Bagaimana kita bisa mengembangkan keduanya?
Secara ilmiah, para ahli (dikutip dari www. kesehatan.kompas.com) menyatakan bahwa
saat lahir kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang kelahiran,
neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain. Mereka bahkan
membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Saat jalinan terbentuk, sebuah sinapsis
pun otomatis terbentuk. Di usia tiga tahun, setiap 100 miliar neuron kita itu telah
menciptakan jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang
menjadi awal mula munculnya bakat. Tanda-tandanya, kita akan terlihat aktif luar biasa.
Jalinan sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak berhenti melakukan apa pun
yang kita mau sesuai dengan minat kita. Proses ini berlangsung hingga usia kita
mencapai 16 tahun. Di usia inilah bakat mulai terasah karena kita memiliki ruang lebih
luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu setelah
mengalami proses kebingungan memilih, mencoba melakukan segala sesuatu, dan kita
tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu. Dari proses ini, kita
dapat memahami bahwa minat merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat. Dalam
beberapa pengertian, minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu
yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya.
Dengan demikian, minat dan bakat merupakan faktor yang saling mempengaruhi, terlepas
dari faktor mana yang lebih dominan. Keduanya penting untuk dikembangkan secara
optimal bahkan maksimal.
Dalam kenyatannya, bakat atau nature sering diartikan sebagai talenta, yakni kemampuan
tertentu yang unik, kecakapan, gift (anugerah) yang dimiliki seseorang. Pengertian ini
mengalami perkembangan signifikan dengan munculnya pengertian menurut Gallup
(2001) bahwa bakat merupakan pola pikir, perasaan dan perilaku yang berulang-ulang
dan dapat meningkatkan produktivitas. Berdasarkan pengertian tersebut, maka bakat itu
tidak hanya menyangkut kecakapan tertentu, tetapi juga berkaitan dengan adanya peran
untuk mengembangkan. Dalam hal ini, minat menjadi faktor penting yang berfungsi
sebagai nurture yang akan membantu pengembangan bakat tersebut. Minat merupakan
suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa
ketertarikan, keinginan, dan kesenangan. Ciri umum minat ialah adanya perhatian yang
besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai
kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif.
Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala
sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
Keberadaan minat merupakan faktor utama bagi pengembangan bakat karena tanpa
minat, bakat tidak akan berdayaguna. Artinya, minat yang tinggi akan membuat kita
mampu melakukan sesuatu sekalipun kita tidak berbakat, sebaliknya berbakat tanpa
minat akan sulit mengembangkan bakat tersebut. Karena itu, ketika kita mengenali dan
memahami bakat kita, tumbuhkanlah dan peliharalah minat kita agar bakat yang kita
punya terjaga. Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan bawaan yang tidak bisa kita
ciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan kita, tetapi
yang berbakat bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik. Untuk memahami bakat dan
minat memang bukan masalah gampang karena tidak hanya menyangkut masalah
banyaknya teori dan tes untuk mengenali bakat dan mengukur minat kita. Lebih dari itu,
ada yang sangat penting untuk kita pahami yakni bagaimana mengembangkan bakat dan
minat itu untuk sebuah prestasi kehidupan karena tidak semua orang mampu
memaksimalkan bakatnya, sekalipun ia telah mengenali dan mengetahuinya.
Untuk mengembangkan bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor berikut. Pertama,
stimulasi. Faktor stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang
utama ialah kesadaran akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus
dengan kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan,
karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi
“melempem”. Kedua, berusahalah untuk kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja
dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan
pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga kita bisa
mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita. Ketiga, peliharalah kejujuran dan
ketulusan. Kita harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita
minati. Ketulusan mensyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses
dan waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan
meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis, tetapi yang berbakat
bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada yang lainnya. Ketika bakat itu disertai
dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas.
Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi yang
mensuplai kebutuhan.
Tulisan ini merupakan motivasi bagi saya sendiri dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
Kita tidak bisa selalu menjadi apa yang kita inginkan, tetapi kita bisa menjadi diri yang
lebih baik dari diri yang sekarang dengan mengembangkan bakat kita. (Nia Hidayati)
http://niahidayati.net/mengembangkan-bakat-dan-minat.html
Mengembangkan Bakat dan Minat
• Penulis : Nia
• December 29, 2009 at 13:50
Tidak ada seorang pun yang tidak berbakat, yang membedakan ialah ada tidaknya minat
untuk mengembangkannya. Bakat merupakan potensi bawaan yang dimiliki manusia,
sedangkan minat tercipta karena adanya ketertarikan kuat atas sesuatu. Kedua hal ini
seringkali dikaitkan dengan faktor kecerdasan dan kesuksesan seseorang. Bagi saya
sendiri, orang cerdas itu orang yang mampu memahami, mengembangkan dan
mendayagunakan bakatnya untuk kepentingan dan kebahagiaan hidupnya, dan orang
sukses ialah orang yang mampu membahagiakan hidupnya. Sukses bisa saja karena
bakat, tetapi sering juga karena minat. Jika demikian, bagaimana bakat itu muncul dan
terbentuk dalam diri kita? Bagaimana kita bisa mengembangkan keduanya?
Secara ilmiah, para ahli (dikutip dari www. kesehatan.kompas.com) menyatakan bahwa
saat lahir kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang kelahiran,
neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain. Mereka bahkan
membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Saat jalinan terbentuk, sebuah sinapsis
pun otomatis terbentuk. Di usia tiga tahun, setiap 100 miliar neuron kita itu telah
menciptakan jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang
menjadi awal mula munculnya bakat. Tanda-tandanya, kita akan terlihat aktif luar biasa.
Jalinan sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak berhenti melakukan apa pun
yang kita mau sesuai dengan minat kita. Proses ini berlangsung hingga usia kita
mencapai 16 tahun. Di usia inilah bakat mulai terasah karena kita memiliki ruang lebih
luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu setelah
mengalami proses kebingungan memilih, mencoba melakukan segala sesuatu, dan kita
tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu. Dari proses ini, kita
dapat memahami bahwa minat merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat. Dalam
beberapa pengertian, minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu
yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya.
Dengan demikian, minat dan bakat merupakan faktor yang saling mempengaruhi, terlepas
dari faktor mana yang lebih dominan. Keduanya penting untuk dikembangkan secara
optimal bahkan maksimal.
Dalam kenyatannya, bakat atau nature sering diartikan sebagai talenta, yakni kemampuan
tertentu yang unik, kecakapan, gift (anugerah) yang dimiliki seseorang. Pengertian ini
mengalami perkembangan signifikan dengan munculnya pengertian menurut Gallup
(2001) bahwa bakat merupakan pola pikir, perasaan dan perilaku yang berulang-ulang
dan dapat meningkatkan produktivitas. Berdasarkan pengertian tersebut, maka bakat itu
tidak hanya menyangkut kecakapan tertentu, tetapi juga berkaitan dengan adanya peran
untuk mengembangkan. Dalam hal ini, minat menjadi faktor penting yang berfungsi
sebagai nurture yang akan membantu pengembangan bakat tersebut. Minat merupakan
suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa
ketertarikan, keinginan, dan kesenangan. Ciri umum minat ialah adanya perhatian yang
besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai
kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif.
Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala
sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
Keberadaan minat merupakan faktor utama bagi pengembangan bakat karena tanpa
minat, bakat tidak akan berdayaguna. Artinya, minat yang tinggi akan membuat kita
mampu melakukan sesuatu sekalipun kita tidak berbakat, sebaliknya berbakat tanpa
minat akan sulit mengembangkan bakat tersebut. Karena itu, ketika kita mengenali dan
memahami bakat kita, tumbuhkanlah dan peliharalah minat kita agar bakat yang kita
punya terjaga. Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan bawaan yang tidak bisa kita
ciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan kita, tetapi
yang berbakat bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik. Untuk memahami bakat dan
minat memang bukan masalah gampang karena tidak hanya menyangkut masalah
banyaknya teori dan tes untuk mengenali bakat dan mengukur minat kita. Lebih dari itu,
ada yang sangat penting untuk kita pahami yakni bagaimana mengembangkan bakat dan
minat itu untuk sebuah prestasi kehidupan karena tidak semua orang mampu
memaksimalkan bakatnya, sekalipun ia telah mengenali dan mengetahuinya.
Untuk mengembangkan bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor berikut. Pertama,
stimulasi. Faktor stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang
utama ialah kesadaran akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus
dengan kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan,
karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi
“melempem”. Kedua, berusahalah untuk kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja
dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan
pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga kita bisa
mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita. Ketiga, peliharalah kejujuran dan
ketulusan. Kita harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita
minati. Ketulusan mensyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses
dan waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan
meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis, tetapi yang berbakat
bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada yang lainnya. Ketika bakat itu disertai
dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas.
Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi yang
mensuplai kebutuhan.
Tulisan ini merupakan motivasi bagi saya sendiri dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
Kita tidak bisa selalu menjadi apa yang kita inginkan, tetapi kita bisa menjadi diri yang
lebih baik dari diri yang sekarang dengan mengembangkan bakat kita. (Nia Hidayati)
http://niahidayati.net/mengembangkan-bakat-dan-minat.html
lustrasi kasus
Ada 2 orang yang memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan ketrampilan.
Mereka menjalani on the job training atau menghadiri sesi training di suatu kelas. Satu
orang dapat mempelajari pengetahuan dan ketrampilan dengan cepat dan satu orang lagi
membutuhkan waktu lebih lama. Kesimpulan?
Tes Bakat
Bakat ?
Pengertian bakat
Bakat mengacu pada kemampuan khusus ( berg, 2000 ) sepeti menyelesaikan perhitungan
aritmatika, atau mengingat fakta dari informasi yang telah dibaca.
Bakat berasal dari hasil interaksi antara karakteristik individu dengan kesempatan belajar
di lingkungan ( Cohen dan Swedlik, 2002 ) . Bakat ini merepresentasikan informasi dan
ketrampilan yang bertahap telah didapatkan.
Bakat dapat diukur dan digunakan untuk memprediksi potensi yang dimiliki seseorang
untuk meraih prestasi dalam area tertentu
Hika seseorang memiliki bakat dalam bidang tertentu, maka dengan latihan ia akan
sukses dalam bidang tersebut.
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/tes-bakat
Mencari Bakat Diri
Sunday, 30 August 2009 10:00 Peng Kheng Sun
•
• 1
• 2
• 3
• 4
• 5
Dalam setiap bidang, orang selalu mengkaitkan keahlian seseorang dengan bakat. Jika
orang mampu melakukan sesuatu hal dengan sangat baik, maka orang akan berpendapat
bahwa yang bersangkutan memang berbakat dalam bidang tersebut. Sedangkan jika
orang tidak mampu menunjukkan kualitas karyanya, maka orang akan berpendapat
bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai bakat. Pandangan inipun kerap diterapkan
untuk diri sendiri.
Ketika kita mampu mengerjakan berbagai soal matematika dengan baik, kita cenderung
berpendapat bahwa kita berbakat di bidang matematika. Namun ketika kita tidak mampu
menulis dengan baik, kita pun pasrah bahwa kita memang tidak berbakat untuk menulis.
Benarkah pendapat seperti ini?
Soal bakat sampai sekarang masih menjadi suatu misteri yang diperdebatkan banyak
orang. Sebagian orang berpendapat bahwa orang tidak seharusnya tergantung pada bakat.
Ungkapan Edison yang legendaris, yakni “Untuk berhasil orang hanya membutuhkan
10% bakat, dan 90% kerja keras atau usaha” memperkuat argumen ini. Namun di pihak
lain, tidak sedikit orang yang percaya bahwa bakat sangatlah dominan menentukan
berhasil tidaknya seseorang dalam suatu bidang.
Sejujurnya saya sendiri juga tidak tahu mana yang benar. Namun dalam tulisan ini saya
ingin berbagi pengalaman saya yang berkaitan dengan bakat dalam bidang menulis.
Sekitar tahun 1980-an saya membeli buku karya Arswendo Atmowiloto yang berjudul
Mengarang Itu Gampang. Buku tersebut merupakan buku tentang menulis yang pertama
kali saya baca dan pelajari. Arswemdo berpendapat bahwa menulis itu gampang karena
bisa dipelajari (lihat Arswendo, halaman Prakata).
Kini, setelah dua puluh tahun lebih belajar menulis, ternyata saya belum benar-benar bisa
menulis dengan baik. Selama kurun lebih dari dua dasawarsa saya telah mempelajari
ratusan buku tentang menulis. Namun saya belum juga mampu menghasilkan banyak
karya tulis yang dipublikasikan. Memang saya sering mengirim tulisan-tulisan ke
berbagai media massa dan pernah juga mengirim naskah buku ke penerbit. Akan tetapi
sampai sekarang tidak banyak artikel saya yang dimuat di majalah atau koran. Apakah ini
berarti saya tidak mempunyai bakat menulis?
Bakat berarti kemampuan dasar atau kemampuan bawaan sejak lahir. Artinya orang yang
memiliki bakat tertentu sebenarnya ia telah mempunyai kemampuan tersebut sejak lahir.
Bakat membuat orang mampu mengerjakan sesuatu kegiatan lebih gampang dengan hasil
yang lebih baik daripada orang lain yang tidak mempunyai bakat. Bakat juga membuat
orang lebih cepat mempelajari atau menguasai suatu keterampilan. Jika memang
demikian pengertian bakat, jelas saya tidak mempunyai bakat menulis.
Arswendo berpendapat bahwa yang disebut bakat itu mempunyai minat terus-menerus
yang tak mudah patah(lihat Arswendo halaman Prakata). Jika ini yang disebut bakat, saya
merasa mempunyai bakat menulis. Sampai sekarang minat saya untuk menulis tetap
terjaga dengan baik meski menghadapi banyak rintangan. Sementara itu ada orang yang
mampu menulis lebih baik daripada saya tetapi tidak berminat menjadi penulis.
Saya tidak sepenuhnya sependapat dengan Arswendo. Kenyataannya minat dan bakat
adalah dua hal yang berbeda. Ada orang yang berbakat tetapi tidak berminat. Ada juga
orang yang berminat tetapi kurang berbakat. Kondisi yang terakhir ini lebih sering
membuahkan hasil daripada kondisi yang pertama. Tentu saja yang ideal adalah
mempunyai bakat dan sekaligus berminat.
Sebenarnya bakat itu sendiri bersifat relatif. Maksud saya, jarang sekali ada orang yang
benar-benar mempunyai bakat yang lengkap dalam suatu bidang. Misalkan seseorang
yang berbakat dalam bidang matematika, padahal dalam matematika sendiri ada
statistika, aljabar, aritmetika, kalkulus, dan sebagainya. Bisa jadi seseorang mempunyai
bakat di bidang statistika lebih besar daripada aljabar. Demikian juga dalam bidang
menulis, ada fiksi dan non fiksi. Baik fiksi dan non fiksi masih banyak lagi ragamnya.
Jadi rasanya jarang sekali kalau tidak boleh dikatakan tidak ada orang yang memiliki
bakat yang lengkap dalam satu bidang. Sebaliknya saya juga percaya, jarang sekali orang
sama sekali tidak memiliki bakat dalam suatu bidang, hanya mungkin yang bersangkutan
kurang berminat menekuninya.
Saya kira tidaklah bijaksana membiarkan minat yang menentukan apakah kita akan
belajar sesuatu atau tidak. Jika kita memang berminat terhadap sesuatu hal misalnya
menulis, dengan minat yang terus-menerus seperti tulis Arswendo, suatu saat kita juga
bisa menulis dengan baik. Masih banyak sekali hal yang menentukan kita berhasil
menguasai suatu keterampilan atau tidak. Cara kita mempelajari sesuatu juga sangat
menentukan, bukan? Kini para ahli pendidikan mengembangkan cara belajar yang lebih
efektif. Nah, jika kita merasa kurang berbakat dalam suatu bidang, tentu akan lebih
tertolong jika kita mempunyai minat dan cara belajar yang benar.
Penulis:
Peng Kheng Sun
Email: pengkhengsun@gmail.com
Pati – Jawa Tengah
http://www.penulislepas.com/pendidikan/195-peng-kheng-sun.html