You are on page 1of 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sensor Gas LPG TGS2610

2.1.1 Gambaran Umum

Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi

adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

lapisan sensornya dibentuk diatas oksida aluminium substrat yang dapat mendeteksi

atau merasakan. Sensor ini adalah suatu chip yang tergabung dengan suatu alat

pemanas terintegrasi. Bila terdapat suatu gas, maka daya konduksi sensor akan

meningkat, daya konduksi peningkatan sensor tergantung pada konsentrasi gas di

udara. Suatu untai elektris sederhana dapat mengkonversi dalam perubahan daya

konduksi untuk suatu isyarat keluaran yaitu sesuai dengan memasang gas konsentrasi.

Sensor TGS 2610 memerlukan dua tegangan masukan yaitu pemanas voltase

(VH) dan voltase sirkit (VC). Alat pemanas Voltase (VH) diterapkan kepada alat

pemanas yang terintegrasi dalam rangka mempertahankan ketetapan unsur yang

merasakan temperatur spesifik yang mana kondisi optimal untuk merasakan saja.

Sirkit Voltase (VC) yang diberlakukan untuk pengukuran voltase (VRL) kebagian

suatu tahanan resistor (RL) yang dihubungkan secara urut dengan sensor. Suatu

rangkaian umum digunakan untuk kedua-duanya VC dan VH untuk memenuhi

kebutuhan elektrik sensor. Adapun nilainya tergantung pada tahanan resistor yang

digunakan (RL) untuk bias divariasikan pada sensitivitas sensor terhadap detektor,

sensitivitasnya dapat diketahui dengan (P) tentang semi penghantar di bawah suatu

batas 15mW. Untuk pengukuran sensitivitas (P) untuk variasi paling tinggi ketika

nilai R memadai sama dengan RL diatas ekspos untuk ketentuan kadar gas yang

Universitas Sumatera Utara


terdeteksi. TGS 2610 mempunyai kepekaan tinggi kepada sejenis metan dan sejenis

gas hidrokarbon, pendeteksi yang sangat ideal untuk LPG sebagai monitoring. Dalam

kaitan kepekaan rendahnya uap air alkohol (suatu campur tangan pada gas

dilingkungan yang lebih aman), sensor ini ideal untuk konsumen pasar dengan

aplikasi output misalkan alarm.

2.1.2 Spesifikasi sensor TGS 2610

TGS 2610 merupakan suatu sensor untuk mengetahui kadar gas LPG diudara.

Biasanya sensor ini digunakan untuk mendeteksi kebocoran dari gas LPG.

Gambar 2.1 Struktur dan Dimensi TGS 2610

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Bentuk Fisik Sensor TGS2610

Jika molekul gas LPG mengenai permukaan sensor maka satuan resistansinya akan

mengecil sesuai dengan konsentrasi gas. Sebaliknya, jika konsentrasi gas menurun

akan diikuti dengan semakin tingginya resistansi maka tegangan keluarannya akan

menurun. Dengan demikian perubahan konsentrasi gas dapat mengubah nilai

resistansi sensor dan juga akan mempengaruhi tegangan keluarannya, sehingga

perbedaan inilah yang dijadikan acuan bagi pendeteksi gas berbahaya ini.

Adapun spesifikasi dari sensor TGS 2610 ini adalah sebagai berikut:

a. Target Gas : Butane LP Gas

b. Output : Resistance (tahanan)

c. Range pendeteksian : 500ppm - 10.000ppm

d. Pemanasan tegangan : 5 0.2 (DC/AC)

e. Tegangan Rangkaian : 5 0.2 (DC/AC)

f. Daya keluaran : 15mW

Tahanan sensor : 1KW - 5KW (pada 1500ppm)

Universitas Sumatera Utara


2.2 Mikrokontroler AT89S51

2.2.1 Gambaran umum

Mikrokontroler AT89S51 adalah mikrokomputer CMOS 8 bit yang memiliki 4 KB

Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM). Mikrokontroler

berteknologi memori non-volatile (tidak kehilangan data bila kehilangan daya listrik).

Set instruksi dan kaki keluaran AT89S51 sesuai dengan standar industri 80C51 dan

80C52. Atmel AT89S51 adalah mikrokontroler yang sangat bagus dan fleksibel

dengan harga yang rendah untuk banyak aplikasi sistem kendali. berkerapatan tinggi

dari Atmel ini sangat kompatibel dengan mikrokontroler MCS-51 misalnya

mikrokontroler 8031 yang terkenal dan banyak digunakan dan telah menjadi standar

industri baik dalam jumlah pin IC maupun set instruksinya.

Tabel 2.1 Kapasitas Memory Mikrokontroller Seri AT89X

Type RAM Flash Memory EEPROM

AT89C51/

AT89S51 8 X 128 byte 4 Kbyte Tidak

AT89C52/
8 X 256 byte
AT89S52 8 Kbyte Tidak

AT89C55 8 X 256 byte 20 Kbyte Tidak

AT89S53 8 X 256 byte 12 Kbyte Tidak

AT89S8252 8 X 256 byte 8 Kbyte 2 Kbyte

Universitas Sumatera Utara


Mikrokontroler AT89S51 memiliki fasilitas-fasilitas pendukung yang

membuatnya menjadi mikrokontroler yang sangat banyak digunakan dalam berbagai

aplikasi. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah :

a) Sesuai dengan produk-produk MCS-51.

b) Terdapat memori flash yang terintegrasi dalam sistem. Dapat ditulis ulang

hingga 1000 kali.

c) Beroperasi pada frekuensi 0 sampai 24MHz.

d) Tiga tingkat kunci memori program.

e) Memiliki 256 x 8 bit RAM internal.

f) Terdapat 32 jalur masukan/keluaran terprogram.

g) Tiga pewaktu/pencacah 6-bit (untuk AT89S51) & dua pewaktu/pencacah 16-

bit (untuk AT89S51)

h) Memiliki 8 sumber interupsi(untuk AT89S51) & 6 untuk AT89S51

i) Kanal serial terprogram.

j) Mode daya rendah dan mode daya mati.

2.2.2 Fungsi Pin-Pin Pada mikrokontroler AT89S51

AT89S51 memiliki 40 buah kaki (pin) yang terintegrasi dalam 1 chip. Adapun fungsi

dari pin-pin tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pin 1 sampai pin 8

Pin 1 – 8 adalah port 1 yang merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah dengan

internal pull-up yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti

mengendalikan empat input TTL. Port ini juga digunakan sebagai saluran alamat

saat pemrograman dan verifikasi.

Universitas Sumatera Utara


2. Pin 9

Merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan

me-reset mikrokontroler ini.

3. Pin 10 sampai pin 17

Pin 10 – pin 17 merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah dengan internal

pull-ups yang memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak dipakai

maka dapat digunakan sebagai port paralel 8 bit serbaguna. Selain itu, sebagian

port 3 dapat berfungsi sebagai sinyal kontrol saat proses pemrograman dan

verifikasi.

4. Pin 18 dan pin 19

Pin-pin ini merupakan jalur masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi.

Mikrokontroler ini memiliki seluruh rangkaian osilator yang diperlukan pada chip,

kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan frekuensi osilator. Oleh karena itu,

pin 18 dan 19 ini sangat diperlukan untuk dihubungkan dengan kristal. Selain itu

XTAL 1 juga dapat digunakan sebagai input untuk inverting osilator amplifier dan

input rangkaian internal clock, sedangkan XTAL 2 merupakan output dari

inverting oscillator amplifier.

5. Pin 20

Pin 20 merupakan ground sumber tegangan dan diberi simbol gnd.

6. Pin 21 sampai pin 28

Pin-pin ini adalah port 2 yang merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah

dengan internal pull-ups. Saat pengambilan data dari program memori eksternal

atau selama pengaksesan data memori eksternal yang menggunakan alamat 16 bit

(MOVX@DPTR), port 2 berfungsi sebagai saluran /bus alamat tinggi (A8-A15).

Universitas Sumatera Utara


Akan tetapi, saat mengakses data memori eksternal yang menggunakan alamat 8

bit (MOVX@DPTR), port 2 mengeluarkan isi P2 pada special function register.

7. Pin 29

Pin 29 merupakan program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal pengontrol

untuk mengakses program memori eksternal agar masuk ke dalam bus selama

proses pemberian/pengambilan instruksi (fetching).

8. Pin 30

Pin 30 sebagai Adress Lacth Enable (ALE)/PROG merupakan penahan alamat

memori eksternal (pada port 1) selama mengakses ke memori. Pin ini juga

berfungsi sebagai pulsa/sinyal input pemograman (PROG) selama proses

pemograman.

9. Pin 31

Pin 31 adalah External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk

pembacaan memori program. Apabila diset rendah (L) maka mikrokontroler akan

melaksanakan seluruh instruksi dari memori program eksternal, sedangkan jika

diset tinggi (H) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari

memori program internal ketika isi program counter kurang dari 4096. Port ini

juga berfungsi sebagai tegangan pemograman (Vpp=+12V) selama proses

pemograman.

10. Pin 32 sampai pin 39

Pin 32-pin 39 adalah port 0 yang merupakan saluran bus I/O 8 bit open collector,

dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama

adanya akses ke memori program eksternal. Saat proses pemograman dan

verifikasi, port 0 digunakan sebagai saluran/bus data. Pull-up eksternal diperlukan

selama proses verifikasi.

Universitas Sumatera Utara


11. Pin 40

Pin 40 merupakan sumber tegangan positif yang diberi simbol Vcc

2.2.3 Karakteristik mikrokontroler AT89S51

AT89S51 mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal dan Special

Function Register. RAM internal pada mikrokontroler AT89S51 memiliki ukuran 128

byte dan beralamatkan 00H-7FH serta dapat di akses menggunakan RAM address

register. RAM internal terdiri dari delapan buah register (R0-R7) yang membentuk

register banks. Special Function Register yang berjumlah 21 buah berada di alamat

80H-FFH. RAM ini berbeda pada lokasi dengan Flash PEROM dengan alamat 000H-

7FFH.

IC AT89S51 mempunyai pin sebanyak 40 buah yang sesuai dengan

mikrokontroler 8031 dan memiliki susunan pin seperti gambar di berikut ini ini :

Gambar 2.3 Konfigurasi pin (kaki) pada mikrokontroler AT89S51

Universitas Sumatera Utara


Jika dilihat diagram blok-nya maka mikrokontroler AT89S51 terlihat jelas

kesempurnaan fasilitas yang diberikannya. Berikut ini adalah diagaram blok dari

mikrokontroler AT89S51 :

Pada diagram blok tersebut, terlihat bahwa terdapat 4 port untuk I/O data dan tersedia

pula akumulator , register, RAM, Stack Pointer, Arithmatic Logic Unit (ALU),

Pengunci (Lacth), dan rangkaian osilasi yang membuat AT89S51 dapat beroperasi

dengan sekeping IC.

2.3 ADC (Analog To Digital Converter) 0804

2.3.1 Gambaran umum

Untuk mengubah data dalam bentuk analog kedalam bentuk digital, maka dibutuhkan

suatu peralatan tambahan yang disebut Analog to Digital Converter (ADC) yang

terkemas dalam bentuk chip IC. ADC berfungsi untuk mengubah sinyal analog

menjadi sinyal digital. Umumnya digunakan ADC 0804 8 bit untuk mengubah

rentang sinyal analog 0-5V menjadi level digital 0-255.

Gambar 2.4 Diagram Blok ADC 0804

Universitas Sumatera Utara


Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang

untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal - sinyal digital. IC ADC 0804

dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini

bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai dengan

spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara cepat suatu

masukan tegangan. Hal-hal yang

juga perlu diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan maksimum yang

dapat dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu

eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan dan waktu konversinya.

2.3.2 Karakteristik ADC 0804

Beberapa karakteristik dari ADC 0804 adalah sebagai berikut :

a. Memiliki 2 masukan analog yaitu Vin (+) dan Vin(-) sehingga

memperbolehkan masukan selisih (difrensial). Dengan kata lain, tegangan

masukan analog yang sebenarnya adalah selisih dari masukan kedua pin

{analog Vin = Vin(+) – Vin(-)}. Jika hanya satu masukan, maka Vin(-)

dihubungkan ke ground. Pada operasi normal, ADC menggunakan Vcc = +5V

sebagai tegangan referensi, dan masukan analog memiliki jangkauan dari 0

sampai 5 V pada skala penuh.

b. Mengubah tegangan analog menjadi keluaran digital 8 bit. Sehingga

resolusinya adalah 5V/255 = 19,6mV.

c. Memiliki pembangkit detak (clock) internal yang menghasilkan frekuensi

F=1/(1,1RC), dengan R dan C adalah komponen eksternal.

d. Memiliki koneksi ground yang berbeda antara tegangan digital dan analog.

Kaki 8 adalah ground analog. Kaki 10 adalah ground digital.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5 Susunan Pin (kaki) ADC 0804

Secara singkat prinsip kerja dari konverter A/D adalah semua bit-bit diset kemudian

diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Dengan

rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock, dan

keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register SAR.

Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal

selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data

digital yang ekivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, keluaran digital

akan tetap tersimpan sekalipun akan di mulai siklus konversi yang baru.

Transistor

2.4.1. Transistor Sebagai Penguat

Transistor adalah suatu monokristal semikonduktor dimana terjadi dua

pertemuan P-N, dari sini dapat dibuat dua rangkaian yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Transistor P-N-P

2. Transistor N-P-N

Dalam keadaan kerja normal, transistor harus diberi polaritas sebagai berikut :

1. Pertemuan Emitter - Basis diberi polaritas dari arah maju seperti yang ditunjukkan

pada gambar 2.7 (a).

2. Pertemuan Basis - Kolektor diberi polaritas dalam arah mundur seperti

ditunjukkan pada gambar 2.7 (b).

C C
B B

E E

(a) (b)

Gambar 2.6 Rangkaian Dasar Polaritas Transistor

Transistor merupakan komponen yang dapat dirangkai untuk menaikkan

amplitudo suatu sinyal, bila dimasukkan isyarat ac yang lebih besar daripada isyarat

masukannya dengan frekuensi yang sama. Agar operasi transistor tetap linier, emiter

harus lebih dibias forward dan kolektor selalu dibias balik (reverse). Transistor pada

rangkaian ini dipakai sebagai penguat.

Dalam sistem tingkat bagian akhir adalah penguat sinyal besar (large signal),

dimana penekanan adalah pada penguatan daya. Transistor yang digunakan dalam

penguat sinyal kecil disebut transistor sinyal kecil yang digunakan dalam penguat

daya disebut penguat daya. Biasanya transistor sinyal kecil mempunyai disipasi daya

kurang dari setengah watt dan transistor daya lebih dari setengah watt.

Universitas Sumatera Utara


2.4.2. Transistor Sebagai Saklar

Dengan fungsinya sebagai saklar, transistor dioperasikan hanya pada dua titik

kerjanya yaitu pada daerah saturasi dan pada daerah cut-off. Pada daerah saturasi

antara kolektor dan emitter secara idealnya sama dengan nol. Kondisi ini

menyebabkan Vcc sama dengan nol, tetapi pada kenyataanya Vcc pada saat saturasi

mempunyai harga sekitar 0 sampai 0,3 volt.

Pada saat cut-off transistor berada pada daerah cut-off. Hal tersebut dikarenakan

resistansi antara kolektor emitter adalah tak terhingga .Keadaan terbuka ini

menyebabkan Vcc sama dengan Vcc (tegangan kolektor) sehingga arus tidak

mengalir. Tetapi pada kenyataanya Vcc pada saat cut-off kurang dari tegangan

sumber, karena terdapat arus bocor antara kolektor emitter.

Diagram rangkaian dasar transistor yang dioperasikan sebagai saklar serta kurva

karakteristik transistor ditunjukkan pada gambar 2.8 dan 2.9.

VCC VCC
Ic RC RL

RB
VB
Ib Ie

Gambar 2.7 Rangkaian Transistor Sebagai Saklar

Universitas Sumatera Utara


IC - ( mA)
IB = 200
IB = 180
35
IB = 160
IB = 140
30 IB = 120

IB = 100
25 IB = 80

IB = 60
20

IB = 40
15

IB = 20
10

0
Tc = 250 C 10 20 30 40 Vce (v)

Gambar 2.8 Kurva Karakteristik Transistor Sebagai Saklar

2.5. Relay

Relay adalah suatu rangkaian switching magnetik yang bekerja bila mendapat

catu dari rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus

dipenuhi output rangkaian pendrivernya ( pengemudinya ). Arus yang digunakan pada

rangkaian adalah arus DC.

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan

pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan arus, inti besi lunak menghasilkan

medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya tarik

magnet sehingga berpindah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub asalnya.

Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan relay akan

kembali ke posisi semula yaitu normally-off, bila tidak ada lagi arus yag mengalir

padanya. Posisi normal relay tergantung pada jenis relay yang digunakan. Dan

pemakaian jenis relay tergantung pada keadaan yang diinginkan dalam suatu

rangkaian/sistem.

Universitas Sumatera Utara


Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi:

- Normaly Open (NO); saklar akan tertutup bila dialiri arus.

- Normaly Close (NC); saklar akan terbuka bila dialiri arus.

- Change Over (CO); relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya

tertutup yang mana bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung

ke terminal A, sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan

terhubung ke terminal B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan adalah saat basis transistor ini dialiri

arus maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari

kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung. Sedangkan fungsi dioda

disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan induksi yang bisa mencapai

100 sampai 150 volt dimana tegangan ini dapat merusak transistor.

Gambar berikut menunjukkan simbol relay dan pemakaian relay secara umum

sebagai driver yang dikendalikan transistor. Jika transistor pada basis tidak ada arus

maju, transistor cutt-off (terbuka) sehingga arus tidak mengalir dari kolektor ke

emitter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang mengalir pada gulungan kawat.

Gambar 2.9 Simbol Dasar Relay

Universitas Sumatera Utara

You might also like