Professional Documents
Culture Documents
PEMBUKUAN PAJAK
B. METODE PEMBUKUAN
1
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Aturan pajak mengenai pembukuan secara jelas dan tegas diatur dalam Pasal 28
dan penjelasan UU 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan. Kewajiban pembukuan harus dilakukan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas (peredaran usaha
setahun mencapai Rp.4,8 miliar dan Wajib Pajak Badan di Indonesia.
Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan
dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegah penggeseran laba atau rugi.
Prinsip taat asas dalam metode pembukuan misalnya dalam penerapan stelsel
pengakuan penghasilan yang digunakan.
2
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Pada dasarnya metode-metode pembukuan yang dianut harus taat asas yaitu
harus sama dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan
metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau akrual), metode
penyusutan aktiva tetap, metode penilaian persediaan dan sebagainya. Namun
demikian perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak sebelum dimulainya tahun buku
yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan-alasan yang logis dan dapat
diterima serta akibat-akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.
Contoh :
Wajib Pajak tahun 2002 menggunakan metode penyusutan garis lurus
atau straight line method. Dalam tahun 2003 Wajib Pajak bermaksud mengubah
metode penyusutan aktiva dengan menggunakan metode penyusutan saldo
menurun atau declining balance method.
3
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Untuk keperluan tersebut, Wajib Pajak harus minta persetujuan terlebih
dahulu kepada Direktur Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) yang diajukan
sebelum dimulainya tahun buku 2003 dengan menyebutkan alasan-alasan
dilakukannya perubahan metode penyusutan dan akibat dari perubahan
tersebut.
Tahun Pajak adalah sama dengan tahun takwim (tahun kalender) kecuali
Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
takwim, maka penyebutan tahun pajak yang bersangkutan menggunakan tahun
yang di dalamnya termasuk 6 (enam) bulan pertama atau lebih.
Contoh :
Pembukuan 1 Juli 2002 sampai dengan 30 Juni 2003, tahun pajaknya adalah tahun
2002. Pembukuan 1 Oktober 2002 sampai dengan 30 September 2003, tahun
pajaknya adalah tahun 2003.
4
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh
Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia yaitu di tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak. Orang
Pribadi atau di tempat kedudukan bagi Wajib Pajak Badan. Buku-buku, catatan-
catatan, dan dokumen-dokumen termasuk hasil pengolahan data elektronik yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan harus disimpan selama 10 (sepuluh)
tahun di Indonesia, dengan maksud agar apabila Direktur Jenderal Pajak akan
mengeluarkan surat ketetapan pajak, bahan pembukuan atau pencatatan yang
diperlukan masih tetap ada dan dapat segera disediakan.
Kriteria wajib pajak yang dapat menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing
dan mata uang selain Rupiah adalah :
a. Wajib Pajak dalam rangka PMA yaitu Wajib Pajak yang beroperasi berdasarkan
ketentuan undang-undang yang mengatur mengenai PMA;
b. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yaitu Wajib Pajak yang beroperasi
berdasarkan kontrak dengan Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pertambangan;
c. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Bagi Hasil yaitu Wajib Pajak yang beroperasi
berdasarkan undang-undang yang mengatur mengenai pertambangan minyak dan
gas bumi;
d. Bentuk usaha tetap (Pasal 2 ayat (5) UU 36 / 2008 atau menurut Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang terkait;
e. Wajib Pajak yang berafiliasi dengan perusahaan induk di luar negeri yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan
induk (parent company) di luar negeri dalam hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b UU 36 Tahun 2008.
Bahasa asing dan mata uang selain rupiah yang diperbolehkan untuk dipergunakan
dalam pembukuan Wajib Pajak adalah bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat. Penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar
Amerika Serikat oleh Wajib Pajak harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari
5
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Menteri Keuangan kecuali bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontak Karya atau Kontrak
Bagi Hasil. Izin tertulis dapat diperoleh Wajib Pajak dengan mengajukan surat
permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat tersebut dimulai, atau 3 (tiga) bulan sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak
baru. Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas
permohonan izin penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang
Dollar Amerika Serikat. Keputusan Menteri Keuangan atas permohonan diterbitkan
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan dari Wajib Pajak.
Apabila jangka waktu diatas telah lewat, Menteri Keuangan tidak memberi suatu
keputusan, maka permohonan tersebut dianggap diterima.
Wajib Pajak dala rangka Kontrak Karya atau Kontrak Bagi Hasil yang akan
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang
Dollar Amerika Serikat wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat tersebut dimulai.
6
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
5) untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam mata uang Rupiah dari tahun-
tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam mata uang Dollar Amerika Serikat
dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku
sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara
taat asas;
6) untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya
berlaku pada saat terjadinya transaksi;
7) dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari mata uang
Rupiah ke mata uang Dollar Amerika Serikat, maka selisih laba atau rugi
tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan.
b. Dalam
Dalam tahun berjalan :
1) Untuk transaksi yang dilakukan dengan mata uang Dollar Amerika Serikat,
pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen transaksi yang bersangkutan;
2) Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang menggunakan
mata uang selain Dollar Amerika Serikat, dikonversikan ke mata uang Dollar
Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat
terjadinya transaksi, yaitu sebagai berikut :
a) apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka kurs yang
dipakai adalah kurs yang diketahui dari transaksi tersebut;
b) apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, maka kurs
yang dipakai adalah kurs yang sebenarnya berlaku, berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas.
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1),
ayat (2), dan ayat (4) UU 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan untuk tahun pajak
pertama penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar
Amerika Serikat adalah sebesar Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam mata uang Rupiah
yang dikonversikan dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan yang berlaku pada akhir tahun buku sebelum dimulainya
pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat. Pembayaran
Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 serta Pajak Penghasilan Final yang dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam
bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat dapat dilakukan dalam mata uang
rupiah.
Dalam hal pembayaran pajak dilakukan dalam mata uang rupiah Wajib Pajak harus
mengkonversasikan pembayaran dalam mata uang Rupiah tersebut ke mata uang Dollar
Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam keputusan Menteri
Keuangan yang berlaku pada tanggal pembayaran.
7
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa
Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan beserta lampirannya dalam bahasa
Indonesia kecuali lampiran berupa laporan keuangan dan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat.
Dalam penerapan tarif Pasal 17 UU PPh lapisan penghasilan kena pajak dikonversi
ke dalam mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada akhir Tahun Pajak
yang bersangkutan. Dalam hal terdapat bukti pembayaran atas pemotongan /
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 dalam mata uang Rupiah yang
akan dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan harus
dikonversi ke dalam mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs
yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada tanggal
pembayaran atau pemotongan / pemungutan pajak tersebut.
SANKSI PELANGGARAN
Maka izin untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata
uang Dollar Amerika Serikat dicabut dan Wajib Pajak tidak boleh lagi mengajukan
permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata
uang Dollar Amerika Serikat.
8
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Sisa kerugian fiskal dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun sebelumnya yang
dapat dikompensasikan ke Tahun Pajak dimulainya pembukuan dalam bahasa Inggris
dan mata uang Dollar Amerika Serikat, dikonversi ke dalam mata uang Dollar Amerika
Serikat dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan yang berlaku pada akhir tahun buku pada saat kerugian fiskal tersebut
terjadi.
Bagi Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan untuk memperoleh izin
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat sebelum berlakunya Keputusan Menteri Keuangan ini, maka terhadap
pemberian izin tersebut berlaku Keputusan Menteri Keuangan ini.
9
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
HARGA PEROLEHAN
Definisi harga perolehan adalah harga yang sesungguhnya dibayar. Termasuk dalam
harga perolehan adala harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya pengangkutan dan biaya
pemasangan. Dengan Hubungan Istimewa (Pasal 18 ayat (4) UU PPh) apabila terdapat
hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.
Dalam jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa maka bagi pihak pembeli
nilai perolehannya adalah jumlah yang seharusnya dibayar dan bagi pihak penjual nilai
penjualannya adalah jumlah yang seharusnya diterima. Adanya hubungan istimewa
antara pembeli dan penjual dapat menyebabkan harga perolehan menjadi lebih besar
atau lebih kecil di bandingkan dengan jika jual beli tersebut tidak dipengaruhi oleh
hubungan istimewa. Oleh karena itu dalam ketentuan ini diatur bahwa nilai perolehan
atau nilai penjualan harta bagi pihak-pihak yang bersangkutan adalah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau yang seharusnya diterima.
Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar. Pada
prinsipnya apabila terjadi pengalihan harta, penilaian harta yang dialihkan dilakukan
berdasarkan harga pasar. Pengalihan harta tersebut dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan usaha berupa penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha. Selain itu pengalihan tersebut dapat dilakukan pula dalam
rangka likuidasi usaha atau sebab lainnya.
Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang dialihkan merupakan
penghasilan yang dikenakan pajak.
10
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Contoh :
PT A dan PT B melakukan peleburan dan membentuk badan baru, yaitu PT C. Nilai
sisa buku dan harga pasar harta dari kedua badan tersebut adalah sebagai berikut :
PT A PT B
Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha
adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar,
kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Penyertaan Wajib Pajak dalam
permodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan setoran tunai atau pengalihan
harta. Ketentuan ini mengatur tentang penilaian harta yang diserahkan sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal dimaksud yaitu dinilai berdasarkan nilai
pasar dari harta yang dialihkan tersebut.
11
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
PERSEDIAAN
Definisi
Menurut Paragraf 3 PSAK 16 ruang lingkup Persediaan adalah aktiva tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi dan atau dalam
perjalanan atau dalam bentuk badan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha
normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan penjualan.
Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali,
misalnya barang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah
dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi
yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi
perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam
proses produksi (Paragraf 4 PSAK 16).
Pengukuran Persediaan
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih mana yang
lebih rendah (the lower of cost and net realizable value). (Paragraf 5 PSAK 16).
Biaya persediaan kecuali yang disebut dalam paragraph 19, harus dihitung
dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau
FIFO), rata-rata tertimbang (weighted average cost method), atau masuk terakhir
keluar pertama (MTKP atau LIFO). (Paragraf 20 PSAK 16).
persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan rumus biaya
rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata
tertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang
dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara
berkala, atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan perusahaan.
Rumus MTKP / LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir
dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan
akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu.
Pengungkapan
Paragraf 31 PSAK 16 mengungkapkan Laporan keuangan harus mengungkapkan
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk
rumus biaya yang dipakai; total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat
menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan; jumlah tercatat persediaan yang
dicatat sebesar nilai realisasi bersih jumlah dari setiap pemulihan dari setiap
penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode sebagaimana
dijelaskan pada paragraf 28 PSAK 16; kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya
pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf
28; dan nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
14
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
1. Ruang Lingkup
PSAK Aktiva Tetap ini harus ditetapkan dalam akuntansi aktiva tetap dan
aktiva lain-lain kecuali bila standar akuntansi keuangan lainnya mensyaratkan
suatu perlakuan akuntansi yang berbeda. Pernyataan ini tidak berlaku bagi :
a. hutan dan sumber daya alam serupa yang dapat diperbaharui;
b. kuasa pertambangan, ekplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam
dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui.
Namun demikian, pernyataan ini berlaku untuk aktiva tetap yang
digunakan untuk mengembangkan atau memelihara aktivitas atau aktiva yang
tercakup dalam (a) dan (b) di atas, tetapi dapat dipisahkan dari aktivitas atau
aktiva tersebut.
15
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Penyusutan
adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva
sepanjang masa manfaat.
Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan dapat digunakan oleh
perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh
dari aktiva oleh perusahaan.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada
saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dipergunakan.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan
sebagai aktiva tetap bila besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat
keekonomian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut
akan mengalir ke dalam perusahaan dan biaya perolehan aktiva dapat diukur
secara handal.
Aktiva tetap sering merupakan suatu bagian utama aktiva perusahaan, dan
karenanya signifikan dalam penyajian posisi keuangan. Lebih jauh lagi,
penentuan apakah suatu pengeluaran merupakan suatu aktiva atau beban dapat
berpengaruh signifikan pada hasil operasi yang dilaporkan perusahaan.
16
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
2. Pertukaran Aktiva
` Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau petukaran
sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari
pos semacam itu diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang
diperoleh, yang mana yang lebih handal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva
yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas
yang ditransfer.
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang
serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan
memiliki suatu nilai wajar serupa. Suatu aktiva tetap juga dapat dijual dalam
pertukaran dengan kepemilikan aktiva yang serupa. Dalam kedua keadaan
tersebut, karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak lengkap,
tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui dalam transaksi. Sebaliknya
biaya perolehan aktiva baru adalah jumlah tercatat dari aktiva yang dilepaskan.
Tetapi, nilai wajar aktiva yang diterima dapat menyediakan bukti dari suatu
pengurangan (impairment) aktiva yang dilepaskan. Dalam keadaan ini aktiva
yang dilepaskan diturun nilai buku-kan (written down) dan nilai turun nilai
buku (written down) ini ditetapkan untuk aktiva baru. Contoh dari pertukaran
aktiva serupa termasuk pertukaran pesawat terbang, hotel, bengkel dan properti
real estate lainnya. Jika aktiva lain seperti kas termasuk sebagai bagian transaksi
pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak
memiliki suatu nilai yang serupa. Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan
harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan
mengkreditkan akun “Modal Donasi”.
17
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
3. Penyusutan
Jumlah dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap harus dialokasikan
secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode penyusutan harus
mencerminkan pola pemanfaatan keekonomian aktiva (the pattern in which the
asset’s economic benefits are consumed by the enterprise) oleh perusahaan.
18
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang
bersangkutan, kecuali termasuk sebagai jumlah tercatat aktiva lain.
Tanah dan bangunan harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah untuk
tujuan akuntansi, walaupun diperoleh secara sekaligus. Tanah biasanya memiliki
usia tak terbatas, oleh karena itu tidak disusutkan. Bangunan memiliki usia
terbatas, oleh karena itu disusutkan. Peningkatan nilai tanah tempat bangunan
didirikan tidak mempengaruhi masa manfaat bangunan.
19
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Beban penyusutan untuk suatu periode biasanya diakui sebagai suatu beban.
Tetapi, dalam keadaan tertentu, manfaat keekonomian yang terwujud dalam
suatu aktiva diserap perusahaan dalam memproduksi aktiva lain bukan
memberikan kenaikan pada suatu beban. Dalam keadaan ini, beban penyusutan
mencakup bagian biaya perolehan aktiva lain dan termasuk dalam jumlah
tercatatnya. Sebagai contoh, penyusutan pabrik dan peralatan pabrik termasuk
dalam biaya proses produksi persediaan (lihat Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 14 tentang persediaan). Demikian pula, penyusutan aktiva tetap
yang digunakan untuk aktivitas pengembangan dapat dimasukkan dalam biaya
pengembangan yang dikapitalisasi sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan.
Jika suatu aktiva tetap dipertukarkan untuk suatu aktiva yang serupa, dalam
keadaan yang dijelaskan dalam paragraf 21, biaya perolehan aktiva yang
diperoleh adalah sama dengan jumlah tercatat aktiva yang dilepaskan dan tidak
ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.
Aktiva tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan ditahan untuk
dilepaskan dinilai pada yang terendah antara jumlah tercatatnya dan nilai
realisasi neto.
5. Pengungkapan
Laporan Keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan dengan setiap
jenis aktiva tetap :
dasar penilaian yan digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto.
Jika lebih dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar
dalam setiap kategori harus diungkapkan;
metode penyusutan yang digunakan;
masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
20
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir
periode;
suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
memperlihatkan:
penambahan;
pelepasan;
akuisisi melalui penggabungan usaha;
revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah;
penurunan nilai tercatat sesuai dengan paragraf 43;
penyusutan;
beda nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan
suatu entitas asing; dan
setiap pengklasifikasian kembali.
21
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
PENYUSUTAN
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke
pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. (Paragraf 2 PSAK 18).
Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode akuntansi, dan memiliki suatu masa manfaat yang
terbatas, dan ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu
aktiva, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan
dikurangi nilai sisanya.
Penghapusan aktiva adalah penghapusan nilai buku yang tercantum tidak lagi
menggambarkan manfaat dari aktiva yang bersangkutan. Penghapusan aktiva berbeda
dengan penyusutan.
A. METODE PENYUSUTAN
22
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Berdasarkan waktu :
a) metode garis lurus (straight-line method)
b) metode pembebanan yang menurun;
c) metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the-years-digit-method)
d) metode saldo menurun / saldo menurun-ganda (declining / double-declining
balance method).
e) berdasarkan penggunaan;
f) metode jam-jasa (service-hours method)
g) metode jumlah unit produkai (productive-output method)
1. Dasar penyusutan
Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta berwujud kecuali tanah yang berstatus hak milik,
hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar
selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.
3. Pengalihan harta
Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta Pasal 4 ayat (1) huruf d UU 36 /
2008 atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta
tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian
asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada
tahun terjadinya penarikan harta tersebut. Apabila hasil penggantian asuransi yang
24
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian,
maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak c.q KPP jumlah sebesar kerugian
Pasal 11 ayat (8) dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut.
Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat dalam Pasal 4 (3) huruf
a&b, yang berupa harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak
boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yan mengalihkan. Pada dasarnya
keuntungan atau kerugian karena pengalihan harta dikenakan pajak dalam tahun
dilakukannya pengalihan harta tersebut.
Apabila harta tersebut dijual atau terbakar, maka penerimaan neto dari
penjualan harta tersebut, yaitu selisih antara harga penjualan dengan biaya yang
dikeluarkan berkenaan dengan penjualan tersebut dan atau penggantian
asuransinya dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penjualan atau
tahun diterimanya penggantian asuransi dan nilai sisa buku dari harta tersebut
dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yang bersangkutan.
Dalam hal penggantian asuransi yang diterima jumlahnya baru dapat diketahui
dengan pasti di mana kemudian, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
kepada Direktur Jenderal Pajak agar jumlah sebesar kerugian tersebut dapat
dibebankan dalam tahun penggantian asuransi tersebut. Menyimpang dari
ketentuan Pasal 11 ayat (8), dalam hal pengalihan harta berwujud yang memenuhi
syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a & b, nilai sisa bukunya tidak boleh dibebankan
sebagai kerugian oleh pihak yang mengalihkan.
25
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
LEASING
PENGERTIAN
Definisi tersebut tampaknya hanya menampung satu jenis leasing yang lazim
disebut finance lease atau capital lease atau sewa guna usaha pembiayaan. Namun
demikian, dengan dkeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 (Paket
Kebijaksanaan 20 Desember 1988) serta ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan
No. 1251 / KMK.013 / 1988 tanggal 20 Desember 1988,
26
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Jenis kegiatan sewa guna usaha tersirat dalam Pasal 1 keputusan tersebut yang
menampung definisi-definisi berikut ini :
• Leasing Company (perusahaan sewa guna usaha atau lessor) adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh
penyewa-guna-usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.
• Finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha, dimana penyewa-guna-usaha
(lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak Opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha berdasrkan nilai sisa yang disepakati bersama.
• Operating lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa-guna-usaha
(lessee) tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.
• Lessee (penyewa-guna-usaha) adalah perusahaan atau perorangan yang
menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan sewa
guna usaha (lessor).
27
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
berubah tiga kali dan Undang-undang PPN telah berubah dua kali.
Mencermati ketentuan akuntansi dan ketentuan perpajakan atas transaksi sewa
guna usaha ternyata ada perbedaan-perbedaan. Sedangkan pada tahun 1997, Pengurus
Pusat Ikatan Akuntansi Indonesia telah mensahkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan yang mengatur agar
dilakukan pengakuan terhadap future tax effects yang timbul sebagai akibat adanya
transaksi dan peristiwa yang telah diakui dalam laporan keuangan dan SPT yang
disebabkan oleh perbedaan temporer. Pengakuan future tax effects tersebut dilakukan
dengan mengakui adanya aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset) atau kewajiban
pajak tangguhan (deferred tax liability) dengan menggunakan Balance Sheet Liability
Method.
Jenis Leasing
Jenis leasing yang sudah dikenal secara umum, termasuk dua jenis leasing yang
telah ditampung dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut, adalah sebagai berikut:
28
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
d. Leveraged Lease
Transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan, setidaknya tiga pihak, yakni
lessee, lessor, dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari
transaksi sewa guna usaha.
29
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Dasar Pertimbangan
Dalam Pasal 3 ayat (3) Keputusan Menteri Keuangan No. 1251 / KMK.013 / 1998
tanggal 20 Desember 1988 dinyatakan bahwa sepanjang perjanjian sewa guna usaha
masih berlaku, hak milik atas barang modal obyek transaksi sewa guna usaha berada
pada perusahaan sewa guna usaha. Dengan demikian, selama jangka waktu sewa guna
usaha, hak milik (legal title) atas aktiva yang disewa-guna-usahakan tetap berada pada
perusahaan sewa guna usaha (lessor) meskipun berdasarkan suatu perjanjian sewa guna
usaha tanggung jawab atas penggunaan aktiva tersebut diserahkan kepada penyewa
guna usaha (lessee).
Tujuan PSAK 30
Pernyataan ini dirumuskan berdasarkan beberapa alasan berikut ini :
a. Diperlukan ketegasan tentang perlakuan dan pelaporan transaksi leasing yang
dapat mengungkapkan status aktiva yang disewa-guna-usahakan baik bagi lessor
maupun lessee.
30
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh lessee ditambah dengan nilai
sisa (residu) mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang
disewa-guna-usahakan serta bunganya sebagai keuntungan bagi lessor (full
payout lease).
d. Kalau salah satu kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi maka transaksi leasing
dikelompokkan sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease).
1. Finance Lease
Penanaman neto dalam aktiva yang disewa-guna-usahakan harus diperlakukan
dan dicatat sebagai penanaman neto leasing. Jumlah penanaman neto tersebut
terdiri dari jumlah piutang leasing ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan
diterima oleh lessor pada akhir masa sewa guna usaha dikurangi dengan Pendapatan
Leasing yang Belum Diakui (unearned lease income) dan Simpanan Jaminan
(security deposit). Selisih antara piutang leasing ditambah nilai sisa (harga opsi)
31
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
dengan harga perolehan aktiva yang disewa-usaha-kan diperlakukan sebagai
Pendapatan Leasing yang Belum Diakui (unearned lease income).
Pendapatan leasing yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai
pendapatan periode berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala
(periodic rate of return) atas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha.
Apabila lessor menjual barang modal kepada lessee sebelum berakhirnya masa
sewa guna usaha, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto dalam
leasing pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan
atau kerugian periode berjalan. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan
transaksi leasing harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.
2. Operating Lease
Barang modal yang disewa-guna-usahakan harus diperlakukan dan dicatat
sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan. Pembayaran sewa
guna usaha (lease payments) selama tahun berjalan yang diperoleh dari lessee diakui
dan dicatat sebagai Pendapatan Sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat
berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun jumlah
pembayaran sewa guna usaha mungkin tidak sama untuk setiap periode.
Penyusutan aktiva yang disewa-guna-usahakan harus dilakukan dalam jumlah yang
layak dijual maka perbedaan nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat
sebagai Keuntungan atau Kerugian tahun berjalan.
1. Capital Lease
Transaksi leasing diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban
pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran guna
usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh lessee pada akhir
masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna
usaha dialokasikan dan dicatat sebagai Angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha
dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa
kewajiban penyewa guna usaha.
32
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and leaseback)
maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah
yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual
dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau
kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang
ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva
yang disewa guna usaha apabila leaseback merupakan capital lease atau secara
proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan operating lease.
2. Operating Lease
Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa
yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna
usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak
sama setiap periode.
1. Finance Lease
Aktiva dilaporkan berdasarkan urutan likuidasinya, kewajiban dilaporkan
berdasarkan urutan jatuh temponya tanpa mengelompokkan ke dalam unsur lancar
dan tidak lancar (unclassified balance sheet).
Penanaman neto dalam aktiva yang disewa guna usahakan harus dilaporkan dalam
neraca dengan rincian sebagai berikut :
Piutang Sewa Guna Usaha Rp. xxx
Nilai Sisa Yang Terjamin xxx
Pendapatan Sewa Guna Usaha Yang Belum Diakui (xxx)
Simpanan Jaminan (xxx)
Penanaman Netto Sewa Guna Usaha Rp. xxx
Penyisihan Piutang Sewa Guna Usaha Yang Diragukan (xxx)
Jumlah Penanaman Rp. xxx
33
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
2. Operating Lease
Barang modal yang disewa-guna-usahakan dilaporkan berdasarkan harga
perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Aktiva yang disewa-
guna-usahakan dilaporkan secara terpisah dari aktiva tetap yang tidak disewa-guna-
usahakan. Perhitungan rugi laba harus disusun sedemikian rupa sehingga seluruh
pendapatan dilaporkan dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya (single
step). Pendapatan leasing harus dilaporkan sebagai komponen utama dalam
kelompok Pendapatan. Penyusutan aktiva yang disewa-guna-usahakan dilaporkan
secara terpisah dari penyusutan aktiva yang tidak disewa-guna-usahakan.
34
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
1. Capital Lease
Aktiva yang disewa-guna-usaha dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam
kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus
disajikan terpisah dari kewajiban lainnya.
2. Operating Lease
Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan
keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :
a) Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang dibebankan
sebagai biaya sewa.
b) Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak untuk 2
(dua) tahun berikutnya.
c) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi leasing.
d) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya
sehubungan dengan transaksi sale and leaseback.
e) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha
(major covenants).
35
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha (lease term)
pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga
perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
Masa sewa guna usaha sekurang-kurangnya :
• 2 tahun untuk barang modal golongan I
• 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III
• 7 tahun untuk barang modal golongan bangunan.
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessee.
Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha tanpa hak opsi
apabila memenuhi semua kriteria berikut :
a) Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha (lease term)
pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa guna
usahakan dan keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.
b) Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi
lessee.
c) Perlakuan perpajakan untuk transaksi sewa guna usaha sudah diatur oleh
pemerintah baik dari sisi lessor maupun lessee. Ketentuan tersebut diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 1169 / KMK.01 / 1991, yaitu sebagai
berikut:
36
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Atas pembayaran sewa guna usaha yang diterima atau diperoleh dari transaksi sewa
guna usaha dengan hak opsi bukan merupakan obyek pemotongan PPh Pasal 23. Atas
penyerahan jasa dalam transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi dari Lessor kepada
Lessee, bukan merupakan Jasa Kena Pajak sehingga tidak terutang PPN.
Lessor yang melakukan transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi dapat
membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu sebesar 2,5% dari rata-rata saldo
awal dan saldo akhir Jumlah Piutang Sewa Guna Usaha. Kerugian dari Piutang Sewa
Guna Usaha yang sebenarnya karena tidak dapat ditagih lagi, dibebankan kepada
perkiraan Cadangan Penghapusan Piutang Ragu-ragu. Selisih dana cadangan dan
piutang yang nyata-nyata tidak tertagih dimasukkan ke dalam Rugi / Laba tahun yang
bersangkutan (direct expense). Angsuran PPh Pasal 25 berdasarkan laporan keuangan
triwulan yang terakhir disetahunkan dibagi 12. Tidak ada perbedaan perlakuan
akuntansi dan perpajakan atas transaksi-transaksi Finance Lease dari sudut Lessor.
Jika terjadi transaksi sale and leaseback, harus dipisahkan antara transaksi penjualan
dan transaksi sewa guna usaha. (Dalam kasus ini : ada perbedaan pendapat berkaitan
dengan pengenaan PPN atas penyerahan aktiva bekas eks Pasal 16D UU PPN).
Pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi bukan merupakan obyek pemotongan
PPh Pasal 23.
Ada perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan atas Transaksi Finance Lease
dari sudut Lessee. Perbedaan tersebut hanya perbedaan sementara dalam alokasi biaya.
Hal ini akan mempengaruhi dampak pajak di masa mendatang yang harus disajikan
dalam laporan keuangan sebagai pajak tangguhan berdasarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 46.
37
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
TRANSAKSI OPERATING LEASE DARI SUDUT LESSOR
Atas pembayaran sewa guna usaha yang diterima atau diperoleh dari transaksi sewa
guna usaha tanpa hak opsi merupakan obyek pemotongan PPh Pasal 23. Atas
penyerahan Jasa dalam transaksi sewa guna usaha tanpa hak opsi dari Lessor kepada
lessee, merupakan Jasa Kena Pajak sehingga terutang PPN. Lessor membebankan biaya
penyusutan.
Penyusutan dimulai pada bulan diperolehnya aktiva. Pada saat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor : 1169/KMK.01/1991, ketentuan penyusutan masih menggunakan
ketentuan berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1983, dimana penyusutan dilakukan secara
gabungan. UU Nomor 10 Tahun 1994 mengubah ketentuan penyusutan dilakukan
secara individual mulai tahun diperolehnya aktiva. UU Nomor 17 Tahun 2000
mengubah ketentuan penyusutan dilakukan secara individual mulai bulan
diperolehnya aktiva.
38
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Aktiva tak berwujud (intangible asset) adalah aktiva tak lancar (non current asset)
dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada pemiliknya
dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang
lain. Salah satu karakteristik aktiva tak berwujud yang paling penting adalah tingkat
ketidak pastian mengenai nilai dan manfaatnya dikemudian hari. Dalam banyak kasus,
nilai aktiva tak berwujud antara lain dapat berbentuk hak paten, hak cipta, franchise,
merk dagang dan goodwill.
Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak berbeda
dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah penentuan nilai
perolehan, pelakuan akuntansi selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam
kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva
tak berwujud yang material dan permanen. Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan
masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada umumnya disebabkan oleh sifat
aktiva tersebut, seperti tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti
keberadaannya kabur, dan kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa
manfaat keekonomiannya.
39
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Perusahaan harus mencatat nilai perolehan aktiva tak berwujud yang diperoleh dari
individu atau badan usaha lain sebagai aktiva. Biaya pemeliharaan atau penyimpanan
aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan secara khusus tidak dapat
ditentukan masa manfaatnya / umurnya, atau tidak dapat dihindarkan dalam suatu
kegiatan usaha harus dibebankan dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan.
Nilai aktiva tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu, sehingga
harga perolehan aktiva tak berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama
taksiran masa manfaatnya dan tidak boleh dibebankan seluruhnya pada periode
perolehan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menaksir masa manfaat suatu
aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut :
a. Ketentuan hukum, peraturan, perjanjian yang membatasi masa manfaat maksimum.
b. Kemungkinan untuk memperbaharui atau memperpanjang batas masa manfaat yang
telah ditentukan.
c. Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan faktor perubahan ekonomi dan
teknologi yang mempengaruhi masa manfaat.
d. Prakiraan tindakan yang akan dilakukan oleh pesaing, pelaksana hukum / peraturan
dan lainnya yang membatasi keunggulan dalam daya saing (competitive advantage).
e. Adanya suatu masa manfaat yang tidak terbatas, dan masa manfaat yang diharapkan
tidak dapat ditaksir secara wajar.
f. Kemungkinan aktiva tak berwujud terdiri dari beberapa jenis / faktor yang
mempunyai masa manfaat yang berbeda.
Untuk menentukan masa manfaat aktiva tak berwujud secara wajar maka hal-hal
tersebut diatas harus dianalisa terlebih dahulu. Taksiran masa manfaat yang wajar
biasanya ditentukan dengan membuat batas atas dan batas bawah karena taksiran masa
manfaat yang sesungguhnya sulit untuk ditentukan.
Metode amortisasi aktiva tak berwujud adalah metode garis lurus (Straight Line
method), kecuali jika ada metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan.
Laporan keuangan harus mengungkapkan metode dan periode amortisasi yang
digunakan.
40
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
yang belum diamortisasi tersebut harus dikurangi dengan jumlah tertentu sebagai
beban usaha dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan. Meskipun demikian,
kerugian pada satu atau beberapa tahun tertentu secara berurutan tidak dapat dijadikan
alasan untuk membebankan semua atau sebagian harga perolehan aktiva tak berwujud
yang diamortisasi sebagai pembebanan luar biasa pada periode yang bersangkutan. Jika
ada pembebanan luar biasa, maka alasan pembebanannya harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Berdasarkan eksistensinya, aktiva tak berwujud dapat dikelompokkan dalam 2 (dua)
kategori :
1. Aktiva tak berwujud yang eksistensinya dibatasi oleh ketentuan perundang-
undangan, peraturan pemerintah, perjanjian yang dibuat antara para pihak atau
sifat dari aktiva tersebut, misalnya hak paten, hak sewa, hak cipta, franchise yang
terbatas lisensi.
2. Aktiva tak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas dan tidak dapat
dipastikan masa berakhirnya, misalnya merk dagang, proses dan formula rahasia,
perpetual franchise, goodwill.
Kelompok 1 4 tahun 25 % 50 %
Kelompok 4 20 tahun 5% 10 %
41
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Wajib Pajak dapat melakukan amortisasi sesuai dengan metode yang dipilihnya
berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya dari tiap harta tak berwujud. Tarif
amortisasi yang diterapkan didasarkan pada kelompok masa manfaat sebagaimana yang
diatur dalam ketentuan ini. Untuk harta tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak
tercantum pada kelompok masa manfaat yang ada, maka Wajib Pajak menggunakan
masa manfaat yang terdekat. Misalnya harta tak berwujud dengan masa manfaat yang
sebenarnya 6 (enam) tahun dapat menggunakan kelompok masa manfaat 4 (empat)
tahun atau 8 (delapan) tahun. Dalam hal masa manfaat yang sebenarnya 5 (lima) tahun,
maka harta tak berwujud tersebut diamortisasi dengan menggunakan kelompok masa
manfaat 4 (empat) tahun.
Macam-
Macam-macam amortisasi
1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan
dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau amortisasi.
2. Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak
dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi. Metode
satuan produksi dilakukan dengan menerapkan persentase amortisasi yang besarnya
setiap tahun sama dengan persentase perbandingan antara realisasi penambangan
minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah
seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi tersebut yang dapat diproduksi.
Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang
diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau
pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus
dalam tahun pajak yang bersangkutan.
4. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi,
hak pengusahaan hutan, atau hasil alam lainnya seperti hak pengusahaan hasil laut
diamortisasi berdasarkan metode satuan produksi dengan jumlah paling tinggi 20 %
(dua puluh persen) setahun.
42
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Contoh :
Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan, yang mempunyai
potensi 10.000.000 (sepuluh juta) ton kayu, sebesar Rp. 500.000.000,00 diamortisasi
sesuai dengan persentase satuan produksi yang direalisasikan dalam tahun yang
bersangkutan. Jika dalam satu tahun pajak ternyata jumlah produksi mencapai
3.000.000 (tiga juta) ton yang berarti 30% (tiga puluh persen) dari potensi yang
tersedia, maka walaupun jumlah produksi pada tahun tersebut mencapai 30 % (tiga
puluh persen) dari jumlah potensi yang tersedia, besarnya amortisasi yang
diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan brutopada tahun tersebut
adalah 20 % (dua puluh persen) dari pengeluaran atau Rp. 100.000.000,00.
Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi sesuai
dengan ketentuan yang ada.
Dalam pengertian pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial,
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum operasi komersial, misalnya biaya
studi kelayakan dan biaya produksi percobaan tetapi tidak termasuk biaya-biaya
operasional yang sifatnya rutin, seperti gaji pegawai, biaya rekening listrik dan
telepon, dan biaya kantor lainnya. Untuk pengeluaran operasional yang rutin ini
tidak boleh dikapitalisasi tetapi dibebankan sekaligus pada tahun pengeluaran.
Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud maka nilai sisa buku harta atau hak-
hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai
penggantian merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut.
Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a &b
36 Tahun 2008 yang berupa harta tak berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta
tersebut tidak oleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.
43
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
PENGANTAR
Dalam bab ini khusus ditujukan untuk Pengusaha yang kegiatan usahanya
melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) berupa Jasa Perencanaan, Jasa
Pelaksanaan, dan Jasa Pengawasan Konstruksi, atau yang lebih populer disebut sebagai
Kontraktor.
PERATURAN TERKAIT
sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), dikenakan PPh yang bersifat
Final. Jadi mulai Tahun 2001, aspek pemotongan PPh atas Jasa Konstruksi harus dilihat
terlebih dahulu penerima penghasilan memenuhi kualifikasi sebagai usaha kecil atau
tidak, untuk menentukan apakah atas penghasilan jasa konstruksi tersebut dipotong
PPh Final atau PPh Pasal 23, meskipun tarif pemotongannya sama, yaitu :
1. 4% dari jumlah imbalan bruto untuk Jasa Perencanaan dan Pengawasan Konstruksi;
2. 2% dari jumlah imbalan bruto untuk Jasa Pelaksanaan Konstruksi
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) KEP-305 / PJ. / 2001, dinyatakan bahwa jumlah
imbalan bruto khusus untuk jasa konstruksi adalah jumlah imbalan yang dibayarkan
seluruhnya, termasuk atas pemberian jasa dan pengadaan material / barangnya.
Namun ketentuan mengenai aspek pemotongan PPh atas jasa kontruksi berubah
menjadi final sesuai ketentuan pasal 4 ayat 2 UU PPh Jo. PP 51 tahun 2008 Jo. PP 40
tahun 2009 Jo. PMK-187/PMK-03/2008 adapun tarif pemotongannya :
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa dengan kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
45
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Berdasarkan Pasal 6 PP 138 tahun 2000, diatur bahwa Laba Bruto Usaha dalam
suatu tahun pajak yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang berusaha di bidang
jasa konstruksi, yang proses pekerjaan fisiknya meliputi masa beberapa tahun pajak
dihitung berdasarkan metode prosentase tingkat penyelesaian pekerjaan.
CONTOH :
PT. KONSTRUKSI UTAMA menangani proyek konstruksi dengan nilai kontrak Rp.
1.000.000.000,00 (1 milyar rupiah) dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama
5 tahun (Tahun 2001 s.d. 2005).
Actrual Cost 1 150 Juta 250 Juta 200 Juta 150 Juta 125 Juta
Akumulasi Biaya 2 150 Juta 400 Juta 600 Juta 750 Juta 875 Juta
S.D Akhir Tahun
Perkiraan Sisa 3 700 Juta 450 Juta 250 Juta 100 Juta ---
Biaya
Perkiraan Total 4 850 Juta 850 Juta 850 Juta 850 Juta 875 Juta
Biaya
Perkiraan Total 5 150 Juta 150 Juta 150 Juta 150 Juta 125 Juta
Laba Bruto
46
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
CONTOH :
Nilai Kontrak Yang Diselesaikan 200 Juta 550 Juta 650 Juta 800 Juta 1 Milyar
Biaya Aktual 150 Juta 250 Juta 200 Juta 150 Juta 125 Juta
Akumulasi Biaya S.D Akhir Tahun 150 Juta 400 Juta 600 Juta 750 Juta 875 Juta
Akumulasi Laba Bruto 50 Juta 150 Juta 50 Juta 100 Juta 125 Juta
Laba (Rugi) Bruto Per Tahun 50 Juta 100 Juta (100 Juta) 50 Juta 25 Juta
Untuk menghitung penghasilan netto, laba bruto usaha tersebut di atas dikurangi
dengan biaya pengeluaran lain yang diperkenankan menurut UU PPh.
Namun, seperti halnya PPh pemotongan/pemungutan yang bersifat final, aspek PPh
badanpun mulai tahun pajak 2008 bersifat final artinya:
• kalaupun pajak yang sudah dipotong/dipungut atau dibayar/disetor sendiri,
merupakan pelunasan pajak sehingga tidak akan kena pajak lagi di akhir tahun.
• Pajak-pajak yang sudah dipungut/dipotong, tidak dapat dikreditkan
• Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapat, menagih, dan
memelihara penghasilan tidak dapat dibiayakan.
Dengan demikian, jika penghasilan badan tersebut hanya dari jasa konstruksi saja, bisa
dipastikan pajak akhir tahunnya akan nihil.
Proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri dari
tahun 1995 sampai dengan tahun 2001 ini telah mengalami beberapa kali perubahan
berdasarkan PP no 42 tahun 1995 jo PP Nomor 63 Tahun 1998 jo PP Nomor 43 Tahun
2000 jo PP Nomor 25 Tahun 2001. Hal penting yang harus mendapat perhatian adalah
atas proyek pemerintah yang PPh-nya Ditanggung Pemerintah kontraktor harus
menghitung besarnya PPh Ditanggung Pemerintah yang dapat dikreditkan pada tahun
pajak berjalan.
47
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
CONTOH :
Actual Cost 150 Juta 250 Juta 200 Juta 150 Juta 125 Juta
Akumulasi Biaya S. D. 150 Juta 400 Juta 600 Juta 750 Juta 875 Juta
Akhir Tahun
Perkiraan Sisa Biaya 700 Juta 450 Juta 250 Juta 100 Juta ---
Perkiraan Total Biaya 850 Juta 850 Juta 850 Juta 850 Juta 875 Juta
Perkiraan Total Laba 150 Juta 150 Juta 150 Juta 150 Juta 125 Juta
Bruto
Actual Cost 150 Juta 250 Juta 200 Juta 150 Juta 125 Juta
Akumulasi Biaya S. D. 150 Juta 400 Juta 600 Juta 750 Juta 875 Juta
Akhir Tahun
Perkiraan Sisa Biaya 700 Juta 450 Juta 250 Juta 100 Juta ---
Perkiraan Total Biaya 850 Juta 850 Juta 850 Juta 850 Juta 875 Juta
Perkiraan Total Laba 150 Juta 150 Juta 150 Juta 150 Juta 125 Juta
Bruto
Kompensasi 0 0 0 0 0
48
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
49
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
TUJUAN
Mengatur perlakuan akuntansi pajak penghasilan
Dalam akuntansi pajak penghasilan, agar dilakukan pengakuan (recognition)
terhadap future tax effects yang timbul sebagai akibat adanya transaksi dan peristiwa
yang telah diakui dalam laporan keuangan dan SPT. Di samping itu agar dilakukan
pengakuan terhadap future tax effects dari kompensasi kerugian fiskal yang belum
digunakan (unused tax losses carryforward) apabila persyaratan tertentu dipenuhi.
Pengakuan future tax effects diakui dengan mengakui adanya account pajak
tangguhan (deferred tax liabilities atau deferred tax assets). Pengakuan pajak tangguhan
dalam PSAK 46 dilakukan dengan menggunakan Balance Sheet Liability Method.
Beberapa Terminologi Baru Yang Perlu Dipahami
Perbedaan Tempore
(Temporary Differences)
50
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
POKOK-
POKOK-POKOK PSAK 46 DAN ASPEK TEKNIS YANG PERLU DIPAHAMI OLEH
PERUSAHAAN
Untuk dapat menghitung dan mengakui pajak tangguhan berdasarkan balance sheet
liability method sebagaimana diadopsi oleh PSAK 46, maka kunci utama yang perlu
dipahami adalah konsep tentang temporary differences (TD / perbedaan temporer). TD
adalah perbedaan antara Accounting Base yaitu nilai buku atas nilai tercatat aktiva dan
kewajiban menurut pembukuan (akuntansi) dengan Tax Base yaitu nilai buku fiskal
yang digunakan sebagai dasar pelaporan SPT PPh Badan (Formulir 1771).
Apabila jumlah TD pada tanggal neraca telah diketahui dari pembandingan antara
saldo menurut buku (per books) dan saldo menurut fiskal (per SPT), maka pada tanggal
neraca dapat dihitung jumlah aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets / DTA) dan
kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liability / DTL) sebagai akibat TD tersebut. Di
samping itu, dilakukan juga pengakuan adanya aktiva pajak tangguhan (defeered tax
assets) atas sisa kerugian fiskal yang belum dikompensasikan (tax loss carryforward),
apabila persyaratan tertentu dipenuhi. Di samping itu, perlu kiranya diketahui bahwa
penghasilan tertentu di Indonesia dikenakan PPh yang bersifat final. Terhadap
penghasilan yang telah dikenakan PPh final, maka terhadap unsur aktiva dan
kewajiban yang terkait dengan penghasilan yang telah dikenakan PPh final tersebut
tidak boleh diakui adanya perbedaan temporer. Dengan demikian, untuk penghasilan
yang telah dikenakan PPh final tidak ada pengakuan aktiva dan kewajiban pajak
tangguhan atas unsur aktiva dan kewajiban terkait.
51
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Apabila saldo akhir DTA dan DTL yang berasal dari perbedaan temporer per
tanggal neraca telah diakui, maka dengan membandingkannya dengan saldo awal,
dapat segera diketahui perubahannya (kenaikan / penurunan) DTA / DTL. Jumlah
kenaikan/penurunan DTA / DTL merupakan beban pajak tangguhan atau penghasilan
pajak tangguhan (deferred tax expense atau deferred tax income) yang harus
diperhitungkan dalam laporan laba-rugi periode berjalan. Di samping itu, pengakuan
DTA yang dilakukan terhadap rugi fiskal, akan mempengaruhi jumlah penghasilan
pajak tangguhan.
Bagi perusahaan yang selama ini menghitung taksiran PPh berdasarkan SPT (tax
payable method), taksiran PPh akan diakui nihil apabila pada suatu tahun pajak
perusahaan mengalami kerugian fiskal (tax loss) atau apabila jumlah sisa kompensasi
kerugian masih lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak tahun berjalan. Dengan
perkataan lain, rugi fiskal tahun berjalan (current tax loss) dan sisa kompensasi
kerugian (tax loss carryforward) tidak diakui sebagai aktiva (assets) dalam neraca, dan
future tax effect atas rugi fiskal tersebut juga tidak diakui dalam laporan laba-rugi.
PSAK 46 menghendaki agar dilakukan pengakuan terhadap future tax e2 t dari
kerugian fiskal tersebut dalam laporan keuangan, apabila besar kemungkinan laba fiskal
periode mendatang cukup memadai untuk dikompensasikan.
Periodic Review
Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa pajak tangguhan (deferred tax) merupakan
future tax effect yang timbul sebagai akibat transaksi dan peristiwa yang telah terjadi
dan telah dilaporkan dalam laporan keuangan dan SPT yang diharuskan untuk diakui
dalam laporan keuangan periode berjalan. Dengan demikian, realisasi DTA atau
52
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
penyelesaian DTL akan terjadi pada periode mendatang. Apabila DTA diperkirakan
tidak akan dapat direalisasi sepenuhnya maka harus diturunkan nilainya (write-down)
dengan membentuk penyisihan. Selanjutnya apabila pada periode berikut terdapat
perubahan keadaan yang menambah tingkat keyakinan terhadap realisasinya, maka
jumlah yang telah diturunkan dapat dipulihkan kembali (write-up). Oleh karena itu,
terhadap DTA harus dilakukan periodic review untuk mengevaluasi realisasinya.
Walaupun deferred tax merefleksikan future tax effects yang diakui dalam laporan
keuangan, DTA tidak boleh didiskonto (discounted).
Perubahan tarif PPh maupun perubahan ketentuan perpajakan dapat
mempengaruhi realisasi atau penyelesaian DTA dan DTL. Oleh karena itu, apabila
terdapat perubahan tarif PPh atau perubahan ketentuan perpajakan yang secara
substansial telah berlaku maka jumlah DTA dan DTL harus merefleksikan perubahan
tersebut.
Penyajian
Sehubungan dengan penyajian laporan keuangan terdapat beberapa hal penting
yang perlu diketahui, sebagai berikut :
1. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan (DTA / DTL) harus disajikan tersendiri
sebagai unsur non current. Dalam PSAK 46 tidak dinyatakan dengan tegas apakah
DTA tidak boleh atau harus dikompensasikan (offset) dengan DTL dalam penyajian
di neraca. Apabila DTA maupun DTL terkait dengan pengenaan pajak penghasilan
oleh otoritas pajak yang sama dan terhadap entitas pajak yang sama serta terdapat
legal right of set-off, maka berdasarkan IAS 12 (revised 1996). DTA dan DTL harus
di-offset dan disajikan neto. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah apakah DTA
dan DTL yang berasal dari berbagai entitas pajak yang berbeda dalam suatu laporan
keuangan konsolidasi boleh disajikan neto?
2. DTA / DTL harus dipisahkan dengan aktiva pajak kini (current tax asset, seperti
tagihan restitusi PPh) dan kewajiban pajak kini (current tax liability, seperti hutang
PPh pasal 29, pasal 25, dst).Aktiva pajak kini dan kewajiban pajak kini harus di-
offset dan yang disajikan di neraca adalah jumlah netonya.
53
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
3. Tax expense (tax income) untuk aktivitas normal, harus disajikan tersendiri. Hal ini
berarti harus dilakukan Intraperiod Tax Allocation.
4. Beban pajak (tax expense) atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, diakui
dalam laporan laba-rugi sebagai pajak kini (current tax) secara proporsional dengan
jumlah pendapatan periode berjalan yang diakui menurut akuntansi. Selisih antara
jumlah PPh Final yang terutang dengan PPh Final yang dibebankan dalam laba-
rugi diakui sebesar PPh dibayar dimuka atau PPh yang masih harus dibayar,
masing-masing harus disajikan secara terpisah. Perlakuan akuntansi ini berbeda
dengan praktek yang lazim berlaku saat ini.
Pengungkapan
Berbagai pengungkapan yang cukup rinci diwajibkan oleh PSAK 46.
KESIMPULAN
Harus diakui bahwa pajak tangguhan (deferred taxes) merupakan suatu konsep baru
yang belum lazim digunakan dalam praktik akuntansi di Indonesia, walaupun opsi
penerapan pajak tangguhan dalam akuntansi pajak penghasilan telah diperkenankan di
Indonesia sejak 1 Januari 1995, sebagaimana diatur dalam paragraf 77-PSAK 16.
54
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Perubahan orientasi dalam pendekatan yang digunakan oleh standar akuntansi dalam
akuntansi pajak penghasilan dari pendekatan lama yang masih bersifat income
statement approach ke pendekatan baru yang lebih condong ke balance sheet approach
telah menambah kompleksitas baru bagi para akuntan, karena litreratur lama dalam
akuntansi pajak penghasilan masih banyak yang menggunakan income statement
approach. Perubahan pendekatan tersebut tentunya akan menuntut perubahan “pola
berpikir” par aakuntan dalam upaya memahami esensi PSAK 46. Namun demikian,
akhirnya sesuatu yang baru dapat dikuasai dengan konsep “bisa karena biasa”.
Mengingat tahun 1999 merupakan tahun pertama implementasi PSAK 46 bagi emiten
di Indonesia, maka tentunya akan ditemukan berbagai masalah teknis baik dalam
pemahaman maupun dalam implementasinya.
CONTOH KASUS
Tanggal 1 Juli 2001 PT ABYAN (Lessee yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak) memperoleh mesin (Aktiva Tetap Kelompok I) dari PT AINI (Lessor).
Mesin tersebut dibeli oleh PT AINI dari PT BRILIAN (Supplier yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak).
55
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
01-Jul-01 0 0 0 240.000.000
56
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
RESTRUKTURISASI
RESTRUKTURISASI PERUSAHAAN
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada
pertimbangan hukum, perpajakan, atau alasan lainnya. Penggabungan usaha dapat
berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau pembelian aktiva
neto suatu perusahaan. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan penerbitan saham
atau dengan penyerahan kas, aktiva setara kas, atau aktiva lainnya. Transaksi dapat
terjadi antar pemegang saham perusahaan yang bergabung atau antar suatu perusahaan
dengan pemegang saham perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa
pembentukan suatu badan usaha baru (new enterprise) untuk mengendalikan
perusahaan yang bergabung, pengalihan aktiva neto dari satu atau lebih badan usaha
yang bergabung kepada badan usaha lain atau pembubaran satu atau lebih badan usaha
yang bergabung. Apabila substansi dari transaksi konsisten dengan definisi
penggabungan usaha dalam pernyataan ini, maka perlakuan akuntansinya harus
mengacu pada pernyataan ini, terlepas dari bentuk hukum yang dipilih dalam
melakukan penggabungan usaha.
57
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Penggabungan usaha (busines combination) dapat dilakukan melalui pembelian
aktiva neto, termasuk goodwill, dari badan usaha lain dan bukan pembelian saham
badan usaha lain tersebut. Penggabungan usaha tersebut tidak menyebabkan timbulnya
hubungan induk dan anak perusahaan. Dalam keadaan tersebut, perusahaan
pengakuisisi menerapkan pernyataan ini dalam penyusunan laporan keuangannya
sendiri, serta dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi.
Penggabungan usaha (busines combination) dapat mengakibatkan terjadinya legal
merger. Suatu legal merger biasanya merupakan merger dua badan usaha melalui salah
satu cara berikut ini :
1. aktiva dan kewajiban dari suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain dan
perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan; atau
2. aktiva dan kewajiban dari dua atau lebih perusahaan dialihkan ke perusahaan baru
dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan.
Seringkali legal merger terjadi dalam rangka restrukturisasi atau reorganisasi dari suatu
grup. Transaksi demikian diluar cakupan pernyataan ini karena merupakan transaksi
antar perusahaan dibawah pengadilan yang sama (under common control).
Akuisisi (Acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan,
yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi
perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui
suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.
Akuisisi (Acquisition)
Pada dasarnya, pada semua penggabungan usaha, salah satu perusahaan yang
bergabung memperoleh kendali atas perusahaan lain. Pengendalian (control)
diasumsikan diperoleh apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh
58
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, kecuali apabila dapat dibuktikan
sebaliknya bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50%.
Meskipun salah satu dari perusahaan yang bergabung tidak memiliki lebih dari 50%
hak suara pada perusahaan lain, perusahaan pengakuisisi mungkin tetap dapat
diidentifikasi apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh :
1. kekuasaan (power) lebih dari 50% hak suara atas perusahaan yang lain tersebut
berdasarkan perjanjian dengan investor lain;
2. kekuasaan (power) untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan
laoin tersebut berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; pengurus perusahaan
yang lain tersebut;
3. kekuasaan untuk mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi perusahaan
yang lain tersebut.
Reverse Acquisition
Kadangkala suatu perusahaan memperoleh saham perusahaan lain tetapi, sebagai
bagian dari suatu transaksi pertukaran, perusahaan tersebut mengeluarkan sahamnya
yang berhak suara (voting shares) dalam jumlah tertentu sehingga menyebabkan
pengendalian perusahaan atas perusahaan gabungan beralih ke pemegang saham
perusahaan yang sahamnya telah diakuisisi. Akuisisi ini disebut Reverse Acquisition.
Meskipun secara formal perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut dapat disebut
sebagai induk perusahaan, akan tetapi perusahaan yang pemegang sahamnya sekarang
mengendalikan perusahaan gabungan adalah perusahaan pengakuisisi yang menikmati
hak suara tersebut atau kekuasaan lainnya seperti dijelaskan pada paragraf 10.
Perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut dianggap telah diakuisisi oleh
59
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
perusahaan lain yang bergabung, dan perusahaan lain tersebut dianggap sebagai
perusahaan pengakuisisi dan dengan demikian harus menerapkan metode pembelian
atas aktiva dan kewajiban perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.
Pembagian bersama risiko dan manfaat secara seimbang biasanya tidak mungkin
tanpa adanya pertukaran hak suara yang seimbang antar perusahaan-perusahaan yang
bergabung. Pertukaran tersebut menjamin bahwa porsi pemilikan perusahaan yang
bergabung dan juga risiko serta manfaat pada perusahaan gabungan dapat
dipertahankan dan wewenang kedua belah pihak dalam pengambilan keputusan tetap
terlindungi. Meskipun demikian, agar keseimbangan pertukaran menjadi efektif, tidak
boleh terjadi penurunan signifikan atas hak suara pada salah satu dari perusahaan yang
bergabung, agar tidak ada salah satu pihak yang pengaruhnya berkurang.
Untuk mencapai pembagian risiko dan manfaat secara seimbang antar perusahaan
yang bergabung maka :
(a) mayoritas dari saham berhak suara perusahaan yang bergabung dipertukarkan
atau digabungkan;
(b) para pemegang saham setiap perusahaan tetap mempertahankan hak suara dan
kepemilikan yang seimbang dalam perusahaan gabungan, relatif sama dengan
sebelum perusahaan bergabung.
Pembagian risiko dan manfaat secara seimbang pada perusahaan gabungan semakin
berkurang dan perusahaan pengakuisisi semakin dapat diidentifikasi bila :
(a) keseimbangan nilai wajar perusahaan yang bergabung menurun dan persentase
saham berhak suara yang dipertukarkan berkurang;
(b) kesepakatan finansial secara relatif menguntungkan sekelompok pemegang saham
dari suatu perusahaan dibandingkan dengan kelompok pemegang saham lainnya.
Kesepakatan finansial tersebut dapat terjadi baik sebelum maupun setelah
penggabungan usaha; dan
60
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
(c) bagian ekuitas salah satu pihak pada perusahaan gabungan tergantung pada
kinerja yang akan dicapai oleh perusahaan setelah penggabungan terjadi.
Akuisisi (Acquisition)
Penggabungan usaha melalui akuisisi harus dipertanggungjawabkan dengan
menggunakan metode pembelian, sebagaimana diatur pada paragraf 19-56. Penggunaan
metode pembelian untuk akuisisi suatu perusahaan dibukukan seperti halnya
pembelian aktiva lainnya. Hal ini dilakukan karena dalam akuisisi terjadi transaksi
pengalihan aktiva, timbulnya kewajiban atau penerbitan saham dalam rangka
memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan lain. Metode pembelian
menggunakan biaya perolehan (cost) sebagai dasar untuk mencatat akuisisi tersebut.
ASPEK
ASPEK PAJAK RESTRUKTURISASI PERUSAHAAN
Umum
Mulai Juli 1997 sampai sekarang krisis ekonomi Indonesia belum berakhir. Krisis
ekonomi mempunyai dampak yang sangat luas sekali. Dampak dari krisis ekonomi yang
secara nyata dialami dunia bisnis adalah :
a. perusahaan rugi dan kemudian menutup tempat usahanya
b. perusahaan rugi dan kemudian bergabung dengan perusahaan lain
c. perusahaan rugi dan kemudian membentuk perusahaan baru
d. perusahaan rugi dan kemudian melakukan pemekaran usaha
61
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Dampak penggabungan, peleburan dan pemekaran usaha akan dapat berdampak
bagi pihak yang mengalihkan (transferor company) maupun pihak yang menerima
pengalihan (acquiring company). Aspek perpajakan yang ada adalah BPHTB, PPh
Pengalihan Tanah dan Bangunan, PPN Pasal 16D, dan keuntungan karena pengalihan
harta.
Definisi
Penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua badan usaha atau lebih dengan
cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan melikuidasi badan
usaha lainnya yang menggabung.
Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih badan usaha dengan cara
mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan usaha yang bergabung.
Pemekaran usaha adalah pemisahan satu badan usaha menjadi dua badan usaha atau
lebih dengan cara mendirikan badan usaha dan mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva
kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa melikuidasi badan usaha yang
lama.
Tahap Kedua :
Peraturan perpajakan yang keluar adalah : KMK-469 / KMK.04 / 1998 tanggal 30
Oktober 1998. Peraturan ini mengubah Pasal 4 KMK-422 / KMK.04 / 1998 tanggal 09
September 1998.
Tahap Ketiga :
Dikeluarkan peraturan KMK-434 / KMK.04 / 1999 tanggal 24 Agustus 1999 Jo.
KMK-211/KMK.03/2003 Jo. PMK-43/PMK.03/2008, SE-21 / PJ.42 / 1999 tanggal 26 Mei
1999, KEP-20 / PJ. / 1999, KMK-180 / KMK.04 / 1999, KEP-141 / PJ. / 1999, dan SE-118
/ PJ. / 1999. Dalam tahap ini Dirjen Pajak mengeluarkan panduan dan petunjuk
komprehensif bagi wajib pajak yang ingin menggunakan nilai buku maupun harga
pasar dalam penggabungan usaha, peleburan dan pemekaran usaha.
63
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
JENIS-
JENIS-JENIS PENGGABUNGAN USAHA
PENDAHULUAN
64
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
company), dan anak perusahaan adalah badan usaha yang mengalihkan harta
(transferor company).
c. Penggabungan Usaha Ke Anak Perusahaan (Downstream Merger)
Dalam penggabungan usaha ke anak perusahaan, sebelum penggabungan suatu
induk perusahaan (subsidiary company) dalam proses penggabungan maka
semua aktiva, kecuali uang kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham
yang tidak setuju (disapproving shareholders) dan utang perusahaan induk
dialihkan kepada anak perusahaan dan para pemegang saham dari induk
perusahaan yang setuju dengan penggabungan usaha (approving shareholders)
menjadi pemegang saham dari anak perusahaan serta induk perusahaan
menghentikan kegiatan usahanya dan digabung ke dalam anak perusahaan.
Catatan : dalam penggabungan usaha ke anak perusahaan ini, induk perusahaan
adalah badan usaha yang mengalihkan hartanya (transferor company) dan anak
perusahaan adalah badan usaha yang menerima pengalihan harta (acquiring
company).
d. Penggabungan Usaha Horisontal (Brother – Sister Merger)
Dalam penggabungan usaha horizontal, sebelum penggabungan pemegang
saham yang sama memiliki saham pada badan usaha yang menerima pengalihan
harta (acquiring company) dan pada badan usaha yang mengalihkan harta
(transferor company). Kedua badan usaha tersebut merupakan badan-badan
usaha yang setara tingkatannya (brother sister companies). Dalam proses
penggabungan, maka semua aktiva, kecuali uang kas yang dibayarkan pada para
pemegang saham yang tidak setuju (disapproving shareholders) dan utang dari
badan usaha yang mengalihkan harta dialihkan kepada badan usaha yang
menerima pengalihan harta (dengan atau tanpa penerbitan saham baru) dan
badan usaha yang mengalihkan harta menghentikan kegiatan usahanya dan
digabung ke dalam badan usaha yang menerima pengalihan harta.
66
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
SYARAT RESTRUKTURISASI
RESTRUKTURISASI
67
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
3. Persyaratan Penawaran Kepada Publik
Sebelum akhir periode baik induk perusahaan atau anak perusahaan harus :
Menyerahkan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM untuk penawaran saham
kepada publik (public offering), dan menawarkan penjualan saham-sahamnya
dalam public offering.
Penawaran saham kepada publik harus dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sejak
disetujuinya pemekaran usaha oleh Direktorat Jenderal Pajak. Batas waktu 1 tahun
tersebut dapat diperpanjang dengan tambahan 2 tahun oleh Kepala Kantor Wilayah
karena alasan-alasan diluar kekuasaan wajib pajak. Apabila diperlukan, jangka waktu 3
tahun ini dapat diperpanjang lagi dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
4. Persetujuan
(a) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Dalam pemekaran usaha, induk perusahaan (Parent company) harus
mengajukan permohonan persetujuan pengalihan harta dengan menggunakan
nilai buku kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang
membawahi Kantor Pelayanan Pajak tempat induk perusahaan yang
bersangkutan terdaftar, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah proses
pemekaran usaha berlaku secara efektif.
68
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
69
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Konsekuensi Perpajakan Bagi Pemekaran Usaha Yang Memenuhi Syarat.
Perlakuan Terhadap Induk Perusahaan (Parent Company)
70
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
71
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
c. Kompensasi Timbal-Balik (Offset) Utang-Piutang
Apabila sebelum dilakukan penggabungan atau peleburan usaha, antara badan
usaha yang mengalihkan harta (transferor company) dan badan usaha yang
menerima pengalihan harta (acquiring company) satu sama lain mempunyai
hubungan utang-piutang, maka tidak ada penghasilan maupun biaya yang timbul
sebagai akibat kompensasi timbal-balik (offset) atas utang-piutang tersebut.
d. Tahun Pajak Terakhir Bagi Badan Usaha Yang Mengalihkan Harta (Transferor
Company)
Tahun pajak terakhir bagi badan usaha yang melakukan pengalihan harta akan
berakhir pada tanggal berlakunya penggabungan atau peleburan usaha.
Contoh (1) :
PT A dan PT B masing-masing menggunakan tahun takwim (1 Jan-31 Des)
sebagai tahun pajaknya. Tanggal 31 Desember 2002 PT B efektif bergabung ke
dalam PT A. Tahun pajak terakhir bagi PT B adalah keseluruhan tahun pajak
(2002) yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2002. PT A dan PT B masih
melaporkan SPT PPh masing-masing untuk tahun pajak 2002.
Contoh (2) :
Dengan tahun pajak yang sama dengan tahun kalender seperti Contoh (1),
tanggal efektif penggabungan adalah tanggal 31 Oktober 2002. Dalam hal ini,
tahun pajak terakhir bagi PT. B akan merupakan bagian tahun pajak (2002)
mulai dari tanggal 1 Januari 2002 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2002, dan
PT B melaporkan SPT PPh untuk bagian tahun pajak (2002) tersebut. Seluruh
jenis penghasilan, pengurangan, dan kredit pajak serta seluruh pengeluaran yang
berkaitan dengan kegiatan usaha PT B sejak tanggal 1 Nopember 2002 sampai
dengan 31 Desember 2002 harus dimasukkan kedalam SPT PPh PT A untuk
tahun pajak 2002.
Contoh (3) :
Tahun pajak PT A menggunakan tahun takwim (1 Jan-31 Des) PT. B
menggunakan tahun buku (1 Oktober-30 September). Tanggal 30 Nopember
2002 PT B efektif bergabung dengan PT A. Tahun pajak terakhir bagi PT B akan
merupakan bagian tahun pajak (2003) mulai dari tanggal 1 Oktober 2002 sampai
dengan tanggal 30 Nopember 2002. Dan PT B masih melaporkan SPT PPh untuk
bagian tahun pajak serta seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan
usaha PT B sejak tanggal 1 Desember sampai dengan 31 Desember 2002 harus
dimasukkan ke dalam SPT PPh PT A untuk tahun pajak 2002.
72
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Contoh :
Terhitung sejak tanggal 31 Oktober 2002, PTA(acquiring company) menerima
pengalihan harta dan utang dari PT. B (transferor company) dalam suatu
penggabungan usaha. PT. A dan PT. B masing-masing menggunakan tahun
pajak sama dengan tahun kalender. Dalam tahun pajak (2002) yang dimulai
tanggal 1 Januari 2002, PT. B mempunyai sisa kerugian fiskal yang dapat
dikompensasikan sebesar (Rp. 150.000.000). Tahun pajak terakhir (2002) PT. B
akan berakhir pada tanggal 31 Oktober 2002. Pada tanggal tersebut nilai buku
fiskal untuk seluruh aktiva tetap PT. B berjumlah Rp. 10.000.000, yang dapat
dinilai kembali berdasarkan harga pasar menjadi Rp. 100.000.000.
74
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang dialihkan
merupakan penghasilan yang dikenakan pajak.
Contoh :
PT A dan PT B melakukan peleburan dan membentuk badan baru, yaitu PT C.
Nilai sisa buku dan harga pasar harta dari kedua badan tersebut adalah sebagai
berikut :
PT A PT B
75
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha
adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga
pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
Penyertaan Wajib Pajak dalam permodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan
setoran tunai atau pengalihan harta.
Prosedur Persetujuan
Apabila permohonan Wajib Pajak sudah lengkap, Kepala Kantor Wilayah atas nama
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan proses penelitian dan konfirmasi yang
diperlukan, menerbitkan surat keputusan persetujuan atau penolakan selambat-
76
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Dalam hal pengalihan harta dengan menggunakan nilai buku di atas tidak mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Pajak, maka pengalihan harta tersebut harus dinilai
dengan harga pasar dan atas keuntungan yang diperoleh dikenakan Pajak Penghasilan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000.
Dalam hal pengalihan harta dengan menggunakan nilai buku telah mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta
tersebut harus mencatat nilai perolehannya sesuai dengan nilai buku sebagaimana
tercantum dalam pembukuan Wajib Pajak yang melakukan pengalihan harta.
Dalam hal Wajib Pajak sebelum penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha
telah melakukan revaluasi aktiva tetap, maka nilai buku yang dicatat adalah nilai buku
setelah dilakukan revaluasi aktiva tetap. Penyusutan dan amortisasi atas harta yang
dialihkan untuk tahun buku di mana pengalihan harta terjadi, dilakukan secara prorata
(perhitungan bulanan) berdasarkan masa manfaat yang tersisa sebagaimana tercantum
dalam pembukuan Wajib Pajak yang melakukan pengalihan harta. Bagi Wajib Pajak
yang melakukan pengalihan harta, penyusutan dan amortisasi atas harta yang dialihkan
dihitung secara prorate sampai dengan bulan dilakukannya pengalihan harta
penghitungan prorata sebanyak sisa bulan sesudah bulan pengalihan harta, dengan
menggunakan metode penyusutan dan amortisasi yang dianut Wajib Pajak yang
bersangkutan.
Apabila penggabungan atau peleburan usaha dilakukan dalam tahun pajak berjalan,
maka jumlah angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak yang menerima
pengalihan harta setelah penggabungan atau peleburan usaha tidak boleh lebih kecil
dari penjumlahan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dari seluruh Wajib Pajak yang
terkait sebelum penggabungan atau peleburan usaha.
Dalam hal Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta (setelah penggabungan
atau peleburan usaha) mengalami penurunan usaha, Wajib Pajak yang bersangkutan
dapat mengajukan permohonan pengurangan angsuran PPh Pasal 25 sesuai
ketentuan/prosedur sebagaimana diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak
77
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Nomor 537 / PJ. / 2000). Yaitu setelah 3 (tiga) bulan angsuran PPh Pasal 25 dipenuhi.
a) Saham baru tersebut tidak terhutang Pajak Penghasilan dan nilai perolehan
saham baru dicatat sebesar nilai saham lama;
b) Apabila pemegang saham dari badan usaha lama yang melakukan pengalihan
harta menerima sejumlah saham baru dan sejumlah uang dari badan usaha yang
menerima pengalihan harta sebagai pengganti saham lama, maka atas
penerimaan sejumlah uang tersebut merupakan penghasilan yang dikenakan
Pajak Penghasilan dengan tarif umum;
c) Apabila pemegang saham dari badan usaha lama yang melakukan pengalihan
harta tidak setuju dengan rencana pengalihan harta tersebut dan pemegang
saham dimaksud memilih menjual sahamnya, maka :
atas selisih lebih antara harga perolehan dengan harga jual merupakan
capital gain yang diterima pemegang saham tersebut dan terhutang Pajak
Penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
atas selisih kurang antara harga perolehan dengan harga jual yang diterima
pemegang saham tersebut dapat dibebankan sebagai biaya, dengan syarat
sepanjang pemegang saham yang bersangkutan menyelenggarakan
pembukuan.
Terhadap pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan dari Wajib Pajak yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud di atas dikecualikan dari pengenaan PPh
sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 jo PP 27
Tahun 1996.
Wajib Pajak yang telah mendapatkan persetujuan untuk menggunakan nilai buku
atas pengalihan harta dalam rangka penggabungan atau peleburan usaha dengan
persyaratan dalam waktu 1 (satu) tahun sudah harus mengajukan pernyataan
pendaftaran kepada BAPEPAM untuk Intial Public Offering / Secondary Offering.
1. Berdasarkan data di bawah ini hitunglah koreksi fiskal laba bruto maksimum &
minimum apabila WP menggunakan metode LIFO.
78
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
250 - 1.000.000 - 2 / 1 / 02 17 / 2 / 02
- 200 - 1.250.000 3 / 2 / 02 18 / 3 / 02
300 - 1.100.000 - 4 / 3 / 02 19 / 4 / 02
- 250 - 1.350.000 5 / 4 / 02 20 / 5 / 02
350 - 1.200.000 - 6 / 5 / 02 21 / 6 / 02
- 300 - 1.450.000 7 / 6 / 02 22 / 7 / 02
400 - 1.300.000 - 8 / 7 / 02 23 / 8 / 02
- 350 - 1.500.000 9 / 8 / 02 24 / 9 / 02
450 - 1.350.000 - 2 / 11 / 02 25 / 1 / 03
- 400 - 1.600.000 3 / 11 / 02 26 / 1 / 03
500 - 1.400.000 - 4 / 12 / 02 27 / 1 / 03
- 450 - 1.650.000 5 / 12 / 02 28 / 1 / 03
2.250 1.950
Syarat penjualan untuk pengiriman bulan Februari, Juni, Nopember, 2002 adalah
F.O.B. Destination
Syarat penjualan untuk pengiriman bulan April, Agustus, dan Desember 2002
adalah F.O.B. Shipping point.
Syarat pembelian untuk pengiriman bulan Januari, Mei, dan Nopember 2002 adalah
F.O.B. Shipping point.
Syarat pengiriman untuk bulan Maret, Juli dan Desember 2002 adalah F.O.B.
Destination.
Persediaan akhir tahun 2001 yang tersedia di gudang sejumlah 300 unit @ Rp.
1.000.000,- termasuk 100 unit merupakan barang konsinyasi (consigment goods)
dan 50 unit merupakan barang yang dipisahkan (segregated goods).
79
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
2. Berdasarkan data di bawah ini hitunglah besarnya koreksi fiskal maksimum dan
minimum apabila Wajib Pajak dalam menghitung Cost of Goods menggunakan
metode LIFO dengan sistem pencatatan berdasar physical :
3. Berdasarkan data aktiva tetap yang dimiliki PT. Artha (transferor Company)
dibawah ini hitunglah besarnya Depreciation Expenses (menggunakan metode
Saldo menurun) untuk tahun pajak 2002 sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU PPh
Bagi PT. Widya yang merupakan Acquiring Company dan pajak terutang pada saat
pengalihan apabila pada saat merger (1 Juli 2002) penggunaan book value telah
mendapat persetujuan dari Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Nomor.
80
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
SOAL 1
AKTIVA TETAP PER 1-1-2001 (Dalam jutaan rupiah)
81
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Sejak tanggal 27 Oktober 2002 telah digunakan untuk kegiatan operasional satu unit
gedung kantor seluas 400 m² yang dibangun sendiri dengan mengeluarkan dana
sejumlah Rp. 416 juta dengan rincian sebagai berikut :
Biaya bahan (material) Rp. 264.000.000,00
Upah Rp. 136.000.000,00
PPN yang disetor Rp. 136.000.000,00
Hitunglah :
Depreciation Expenses mengacu ketentuan Pasal 11 UU PPh berdasarkan metode saldo
menurun untuk tahun pajak 2001 dan 2002 apabila Kurs US$ 1 pada saat impor
menurut MenKeu adalah Rp. 11.200,00 sedangkan kurs tengah Bank Indonesia adalah
Rp. 11.250,00.
Besarnya pajak yang harus disetor ke Kas Negara tahun 2001 dan 2002.
Sebelum
Taksiran 281.016.197 1.744.896.931 4.710.914.985 8.138.674.266
Penghasilan (1) 193.760.711 (184.165.478) 298.270.907 678.169.925
Tetap Waktu
Depresiasi
Amortisasi (1.651.284.096) (2.483.732.180) (666.162.560) (6.960.033.671)
Jangka panjang (140.950.000) 145.118.000 (4.168.000)
Laba penjualan - (777.882.727) (34.340.018) (274.667.212)
Aktiva tetap (1.317.457.188) 284.081.992 4.304.515.314 15.502.201.650
Laba kena pajak (1.317.457.188) (1.811.257.923)
(rugi fiskal) (1.811.257.923)
Koreksi Rugi Fiskal 98
Akumulasi rugi fiskal
Kompensasi rugi fiskal 2.493.257.391 15.502.210.650
Laba Kena Pajak 739.227.110 4.641.913.000
Setelah
82
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Kompensasi
Taksiran Pajak 281.016.197 1.744.896.931 3.971.687.885 3.496.761.266
Penghasilan (2)
Laba (rugi)
Bersih-Komersial
(1) – (2)
SOAL 2 (PSAK) 46
PT. ARTHA didirikan pada tahun 1998 data laporan keuangan perusahaan adalah
sebagai berikut :
Diminta :
Hitung penyusutan untuk tahun 2003 !
Hitung keuntungan (kerugian) pengalihan kendaraan tersebut !
Bagaimana perlakuan perpajakannya atas transaksi pengalihan kendaraan tersebut?
83
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
2. PT. MERDEKA melakukan usaha dalam bidang industri keramik menyewa gedung
pabrik dan kantor di Industri dan kantor di ERA 2000 Bekasi. Pada tanggal 1 Mei
1999 melakukan impor mesin pabrik seharga US$ 4,000,000 termasuk bea masuk,
bea pengangkutan, dan bea pemasangan dan sebagainya. Harga perolehan mesin
tersebut sebesar Rp. 9.600.000.000,00.
Keputusan Putusan
Tahun SPT PPh SKP
Keberatan Pengadilan Pajak
Diminta :
Hitung penyusutan Fiskal dan Nilai Buku Fiskal persidangan 1 Januari 2003 !
Hitung Rugi Fiskal yang masih dapat dikompensasikan pada akhir tahun 2002 !
Hitung selisih lebih penilaian kembali dan PPh-nya !
MERDEKA, Inc, berkedudukan di Jepang, pada awal tahun 1999 menyetor modal
sebesar US$ 1.000.000 (satu juta US$) Kurs tengah BI persidangan US$ sebesar
Rp. 2.200.000 ke PT. DINO Indonesia (pembukuan rupiah).
84
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Pada tanggal 11 Oktober 2003, MERDEKA, Inc menjual saham PT. DINO Indonesia
ke LCH Ltd. Singapura dengan harga US$ 600,000 (enam ratus ribu US$), Kurs
tengah BI persidangan US$ = Rp. 9.000,00.
Bagaimana cara pengenaan pajaknya atas transaksi tersebut ?
Berapa PPh Yang harus dan siapa yang harus membayarnya ?
Rugi Laba kurs diakui tiap-tiap akhir tahun berdasarkan Kurs tengah BI.
Bunga selalu dibayar, tetapi hutang pokok tidak pernah diangsur (dibayar).
Pada akhir tahun 2001 PT MERDEKA menyatakan tidak sanggup membayar lagi.
Dengan melalui PRAKASA JAKARTA atau KKSK diadakan restrukturisasi utang
dengan cara pengalihan harta kepada kreditur untuk penyelesaian utang (DEBT TO
ASSET SWAP) yaitu Hotel (tanah dan gedung) diserahkan ke BCA untuk
penyelesaian utang yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2002, bunga 2002
tidak dihitung dengan posisi utang persidangan 31 Desember 2001.
Harga pasar hotel tersebut 31 Desember 2002 sebesar Rp. 50.000.000.000,00 dan
Rugi Fiskal yang masih dapat dikompensasikan sebesar Rp. 20.000.000,00.
85
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Pertanyaan :
Hitung nilai buku Fiskal tanah dan bangunan hotel persidangan 31 Desember 2001 !
Hitung jumlah hutang persidangan 31 Desember 2001 !
Bagaimana perlakuan perpajakan atas DEBT TO ASSET SWAP tersebut ?
Apabila setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sebagaimana dimaksud Wajib
Pajak belum dapat melaksanakan penawaran umum perdana, maka jangka waktu
tersebut dapat diperpanjang setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Pajak;
Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan diatas, maka nilai pengalihan harta
atas pemekaran usaha yang dilakukan berdasarkan nilai buku dihitung kembali
berdasarkan nilai pasar.
Ketentuan bagi pemegang saham dari badan usaha lama yang melakukan
pengalihan harta dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran :
a) Apabila pemegang saham dari badan usaha lama yang melakukan pengalihan
harta menerima sejumlah saham baru dari badan usaha yang menerima
pengalihan harta sebagai pengganti saham lama, maka atas penerimaan saham
baru tersebut tidak terhutang Pajak Penghasilan dan nilai perolehan saham baru
dicatat sebesar nilai saham lama;
b) Apabila pemegang saham dari badan usaha lama yamh melakukan pengalihan
harta menerima sejumlah saham baru dan sejumlah uang dari badan usaha yang
menerima pengalihan harta sebagai pengganti saham lama, maka atas
penerimaan sejumlah uang tersebut merupakan penghasilan yang dikenakan
Pajak Penghasilan dengan tarif umum;
c) Apabila pemegang saham dari badan usaha lama yang melakukan pengalihan
harta tidak setuju dengan rencana pengalihan harta tersebut dan pemegang
saham dimaksud memilih menjual sahamnya, maka :
86
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
• atas selisih lebih antara harga perolehan dengan harga jual merupakan
capital gain yang diterima pemegang saham tersebut dan terhutang Pajak
Penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
• atas selisih kurang antara harga perolehan dengan harga jual yang diterima
pemegang saham tersebut dapat dibebankan sebagai biaya, dengan syarat
sepanjang pemegang saham yang bersangkutan menyelenggarakan
pembukuan.
Terhadap pengalihan harta berupa tanah dan / atau bangunan dari Wajib Pajak
yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud di atas dikecualikan dari
pengenaan PPh sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
1994 Jo PP 27 Tahun 1996.
Wajib Pajak yang telah mendapatkan persetujuan untuk menggunakan nilai buku
atas pengalihan harta dalam rangka penggabungan atau peleburan usaha dengan
persyaratan dalam waktu 1 (satu) tahun sudah harus mengajukan pernyataan
pendaftaran kepada BAPEPAM untuk Intial Public Offering / Secondary Offering.
87
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
RINCIAN PENJUALAN DAN PEMBELIAN
250 - 1.000.000 - 2 / 1 / 02 17 / 2 / 02
- 200 - 1.250.000 3 / 2 / 02 18 / 3 / 02
300 - 1.100.000 - 4 / 3 / 02 19 / 4 / 02
- 250 - 1.350.000 5 / 4 / 02 20 / 5 / 02
350 - 1.200.000 - 6 / 5 / 02 21 / 6 / 02
- 300 - 1.450.000 7 / 6 / 02 22 / 7 / 02
400 - 1.300.000 - 8 / 7 / 02 23 / 8 / 02
- 350 - 1.500.000 9 / 8 / 02 24 / 9 / 02
450 - 1.350.000 - 2 / 11 / 02 25 / 1 / 03
- 400 - 1.600.000 3 / 11 / 02 26 / 1 / 03
500 - 1.400.000 - 4 / 12 / 02 27 / 1 / 03
- 450 - 1.650.000 5 / 12 / 02 28 / 1 / 03
2.250 1.950
Syarat penjualan untuk pengiriman bulan Februari, Juni, Nopember, 2002 adalah f.o.b.
Destination
Syarat penjualan untuk pengiriman bulan April, Agustus, dan Desember 2002 adalah
f.o.b. Shipping point.
Syarat pembelian untuk pengiriman bulan Januari, Mei dan Nopember 2002 adalah
f.o.b. Shipping point.
Syarat pengiriman untuk bulan Maret, Juli dan Desember 2002 adalah f.o.b.
Destination
Persediaan akhir tahun 2001 yang tersedia di gudang sejumlah 300 unit @ Rp.
1.000.000,- termasuk 100 unit merupakan barang konsinyasi (consigment goods) dan 50
unit merupakan barang yang dipisahkan (segregated goods).
88
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Berdasarkan data di bawah ini hitunglah besarnya koreksi fiskal maksimum dan
minimum apabila Wajib Pajak dalam menghitung Cost of Goods menggunakan metode
LIFO dengan sistem pencatatan berdasarkan physical :
2. Berdasarkan data di bawah ini hitunglah besarnya koreksi fiskal maksimum dan
minimum apabila Wajib Pajak dalam menghitung Cost of Goods menggunakan
metode LIFO dengan sistem pencatatan berdasar physical :
3. Berdasarkan data aktiva tetap yang dimiliki PT. Artha (transferor Company)
dibawah ini hitunglah besarnya Depreciation Expenses (menggunakan metode
Saldo menurun) untuk tahun pajak 2002 sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU PPh
bagi PT.Widya yang merupakan Acquiring Company dan pajak terutang pada saat
pengalihan apabila pada saat merger (1 Juli 2002) penggunaan book valus telah
mendapat persetujuan dari Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Nomor.
89
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
SOAL 1
AKTIVA TETAP PER 1-1-2001 (dalam jutaan rupiah)
Satu unit aktiva tetap eks golongan 3 yang harga perolehannya Rp. 50 juta pada tanggal
11-08-2002 dijual seharga Rp. 30 juta.
Satu unit aktiva tetap kelompok 2 yang harga perolehannya Rp. 75 juta, pada tanggal 27
Oktober 2002 ditukar dengan yang baru (berdasarkan KMK No. 520 / KMK.04 / 2000
termasuk 3)
Untuk itu Wajib Pajak harus mengeluarkan lagi uang sejumlah Rp. 120 juta karena
harta yang diserahkan hanya dinilai seharga Rp. 40 juta.
Satu unit aktiva tetap eks golongan 2 yang dibeli dengan harga Rp. 175 juta, pada
tanggal 1-8-2002 terbakar. Sebagai penggantinya pada tanggal 24-12-2002 dilakukan
impor aktiva yang sejenis (termasuk kelompok 2 menurut Keputusan Menteri
Keuangan No. 520 / KMK.04 / 2000 Jo KMK 138 / KMK.08 / 2002) dengan
mengeluarkan uang dengan rincian sebagai berikut :
Cost insurance US$ 200.000
Bea Masuk 1%
PPN Impor 10%
PPh Pasal 22 2,5%
Biaya asuransi & pengangkutan dari pelabuhan ke pabrik Rp. 2.500.000
Biaya Pemasangan Rp. 5.000.000
Biaya penyelesaian dokumen impor dan lain-lain Rp. 5.000.000
90
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Aktiva eks golongan 2 yang tersisa pada tanggal 1 Juli 2001 dilakukan perbaikan untuk
menambah masa manfaat yang diperkirakan mampu mencapai tahun 2004 dengan
mengeluarkan biaya Rp. 110 juta (termasuk PPN)
Sejak tanggal 27 Oktober 2002 telah digunakan untuk kegiatan operasional satu unit
gedung kantor seluas 400 m2 yang dibangun sendiri dengan mengeluarkan dana
sejumlah Rp. 416 juta dengan rincian sebagai berikut :
Hitunglah :
Depreciation Expenses mengacu ketentuan Pasal 11 UU PPh berdasarkan metode saldo
menurun untuk tahun pajak 2001 dan 2002 apabila Kurs US$ 1 pada saat impor
menurut MenKeu adalah Rp. 11.200,00 sedangkan kurs tengah Bank Indonesia adalah
Rp. 11.250,00.
Besarnya pajak yang harus disetor ke Kas Negara tahun 2001 dan 2002.
91
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
SOAL 2 (PSAK) 46
PT. ARTHA didirikan pada tahun 1998 data laporan keuangan perusahaan adalah
sebagai berikut :
Sebelum
Taksiran 281.016.197 1.744.896.931 4.710.914.985 8.138.674.266
Penghasilan (1) 193.760.711 (184.165.478) 298.270.907 678.169.925
Tetap waktu
92
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
SOAL 3
Diminta :
Hitung penyusutan untuk tahun 2003 !
Hitung keuntungan (kerugian) pengalihan kendaraan tersebut !
Bagaimana perlakuan perpajakannya atas transaksi pengalihan kendaraan tersebut?
2. PT. MERDEKA melakukan usaha dalam bidang industri keramik menyewa gedung
pabrik dan kantor di Industri dan kantor di ERA 2000 Bekasi, pada tanggal 1 Mei
1999 melakukan impor mesin pabrik seharga US$ 4,000,000 termasuk bea masuk,
bea pengangkutan, dan pemasangan dan sebagainya. Harga perolehan mesin
tersebut sebesar Rp. 9.600.000.000,00.
Pada awal tahun 2003 (1 Januari 2003), mesin tersebut dilakukan penilaian kembali
dengan harga pasar wajar berdasarkan penilai sebesar Rp. 12.000.000.000,00.
93
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Rugi FISKAL(dalam ribuan rupiah) persidangan 31 Desember 2002 :
Diminta :
Hitung penyusutan Fiskal dan Nilai Buku Fiskal persidangan 1 Januari 2003 !
Hitung Rugi Fiskal yang masih dapat dikompensasikan pada akhir tahun 2002 !
Hitung selisih lebih penilaian kembali dan PPh-nya !
MERDEKA, Inc. berkedudukan di Jepang, pada awal tahun 1999 menyetor modal
sebesar US$ 1.000.000 (satu juta US$) Kurs tengah BI persidangan US$ sebesar
Rp. 2.200,00 ke PT. DINO Indonesia (pembukuan rupiah).
Pada tanggal 11 Oktober 2003, MERDEKA, Inc. menjual saham PT. DINO
Indonesia ke LCH Ltd. Singapura dengan harga US$ 600,000 (enam ratus ribu US$),
Kurs tengah BI persidangan US$ = Rp. 9.000,00.
Bagaimana cara pengenaan pajaknya atas transaksi tersebut?
Berapa PPh Yang harus dan siapa yang harus membayarnya ?
94
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Rugi Laba kurs diakui tiap-tiap akhir tahun berdasarkan Kurs tengah BI.
Tanggal Kurs Tengah BI
Per 1 US$
31-12-1997 Rp. 4.650,00
31-12-1998 Rp. 8.025,00
31-12-1999 Rp. 7.100,00
31-12-2000 Rp. 9.595,00
31-12-2001 Rp. 10.400,00
Bunga selalu dibayar, tetapi hutang pokok tidak pernah diangsur (dibayar).
Pada akhir tahun 2001 PT. MERDEKA menyatakan tidak sanggup membayar lagi.
Dengan melalui PRAKASA JAKARTA atau KKSK diadakan restrukturisasi utang
dengan cara pengalihan harta kepada kreditur untuk penyelesaian utang (DEBT TO
ASSET SWAP) yaitu Hotel (tanah dan gedung) diserahkan ke BCA untuk
penyelesaian utang yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2002, bunga 2002
tidak dihitung dengan posisi utang persidangan 31 Desember 2001.
Harga pasar hotel tersebut 31 Desember 2002 sebesar Rp. 50.000.000.000,00 dan
Rugi Fiskal yang masih dapat dikompensasikan sebesar Rp. 20.000.000,00.
Pertanyaan :
Hitung nilai buku Fiskal tanah dan bangunan hotel persidangan 31 Desember 2001 !
Hitung jumlah hutang persidangan 31 Desember 2001 !
Bagaimana perlakuan perpajakan atas DEBT TO ASS
Apabila setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sebagaimana dimaksud Wajib Pajak
belum dapat melaksanakan penawaran umum perdana, maka jangka waktu tersebut
dapat diperpanjang setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan diatas, maka nilai pengalihan harta
atas pemekaran usaha yang dilakukan berdasarkan nilai buku dihitung kembali
berdasarkan nilai pasar.
95
TaxSys
Akuntansi Perpajakan
Ketentuan bagi pemegang saham dari badan usaha lama yang melakukan pengalihan
harta dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemakaran;
a) apabila pemegang saham dari badan usaha lama yang melakukan pengalihan
harta menerima sejumlah saham baru dari badan usaha yang menerima
pengalihan harta sebagai pengganti saham lama, maka atas penerimaan saham
baru tersebut tidak terhutang Pajak Penghasilan dan nilai perolehan saham baru
dicatat sebesar saham lama.
b) Apabila pemegang saham dari badan yang melakukan pengalihan harta
menerima sejumlah saham baru dan sejumlah uang dari badan usaha yang
menerima pengalihan harta sebagai pengganti saham lama, maka atas
penerimaan sejumlah uang tersebut merupakan penghasilan yang dikenakan
pajak Pajak Penghasilan dengan tarif umum.
c) Apabila pemegang saham dari badan usaha lama yang melakukan pengalihan
harta tidak setuju dengan rencana pengalihan harta tersebut dan pemegang
saham dimaksud memilih menjual sahamnya, maka:
• Atas selisih lebih antara harga perolehan dengan harga jual merupakan
capital gain yang diterima pemegang saham tersebut dan terhutang pajak
penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Atas selisih kurang antara harga perolehan dengan harga jual yang
diterima pemegang saham tersebut dapat dibebankan sebagai biaya,
dengan syarat sepanjang pemegang saham yang bersangkutan
menyelenggarakan pembukuan.
Terhadap pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dari Wajib Pajak yang
memenuhi pesyaratan sebagaimana dimaksud di atas dikecualikan dari pengenaan PPh
sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 1994 Jo 27 tahun
1996.
Wajib Pajak yang telah mendapatkan persetujuan untuk menggunakan nilai buku atas
pengalihan harta dalam rangka penggabungan atau peleburan usaha dengan
persyaratan dalam waktu 1 (tahun) tahun sudah harus mengajukan pernyataan
pendaftaran kepada BAPEPAM untuk intial public offering/secondary offering.
96
TaxSys